Anda di halaman 1dari 36

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca melalui Bermain Kartu Kata

Bergambar pada Anak Kelompok B TK Hadi sakti Gerimax Indah Narmada

Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019”.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan sosok individu sebagai makluk sosiokultural yang

sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi

kehidupan serta oragnisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani

yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya

sehingga menjadi sosok unik. Anak mengalami suatu proses perkembangan

yang fundamental berarti dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada

masa uasia dini dapat memberikan pengaruh yang kuat dan berjangka waktu

lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak

memiliki sejumlah potensi, baik potensi fisik, biologis, kognisi maupun sosio

emosi. Anak mengalami perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan

pembelajaran yang aktif dan energik (Solehuddin,2009: 27).

Usia prasekolah merupakan suatu fase yang sangat penting dan

berharga, yang merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan

manusia. Masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi

penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat

fundamental bagi perkembangan individu, karena fase ini terjadinya peluang

1
yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.

Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai

dengan potensi dan bawaan anak, maka mereka akan berkembang secara wajar.

Masa ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengejar prestasi,

tetapi untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi

dan kemampuan dasar anak.

Pembelajaran bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi.

Seorang anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk

berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak

dini anak-anak diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan

baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu mampu

menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan

perasaan melalui bahasa. Dasar pembelajaran bahasa Indonesia adalah

pembelajaran kemampuan berbahasa yaitu kemampuan-kemampuan yang

ditekankan pada kemampuan reseptif, dan kemampuan produktif.

Mengembangkan aspek kemampuan membaca sejak dini (usia TK)

sangatlah penting untuk persiapan mereka secara akademis memasuki

pendidikan dasar selanjutnya. Melalui gemar membaca diharapkan anak-anak

dapat membaca dengan baik sehingga mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi,

berwawasan yang lebih luas keberagamannya dan mampu mengembangkan

pola berpikir kreatif dalam dirinya. Memberikan pembelajaran membaca pada

anak usia TK tetaplah melalui bermain karena bagi anak usia TK bermain

adalah belajar dan belajar adalah bermain.

2
Memulai membaca sejak usia dini merupakan sesuatu yang sangat

penting bagi anak usia pra sekolah, karena usia satu sampai lima tahun dikenal

sebagai sesuatu yang paling penting dalam perkembangan anak. Tentunya

berbeda dengan membaca di SD. Kegiatan di TK dirancang untuk

mempersiapkan membaca dari pada mengajar anak membaca. Anak usia dini

yang menyukai gambar atau huruf sejak awal perkembangannya akan

mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu membaca

dapat membuka pintu baru dan menyenangkan bagi mereka (Karli, 2010: 76).

“Menurut Karli (2010: 76), perilaku kesiapan membaca dapat


diperlihatkan sebagai (a) rasa ingin tahu yang besar tentang benda-
benda di dalam lingkungan, manusia, proses dan sebagainya; (b)
mampu untuk menerjemahkan atau membaca gambar dengan
mengidentifikasikan dan menggambarkan; (c) menyeluruh dalam
pembelajaran anak; (d) melalui kemampuan berkomunikasi dengan
bahasa percakapan khususnya kalimat; (e) memiliki kemampuan untuk
membedakan persamaan dan perbedaan dalam dan suara secara cukup
baik untuk mencocokan satu kata dengan yang lainnya; (f) keinginan
untuk belajar membaca; (g) memiliki kematangan emosional yang
cukup untuk dapat konsentrasi dan terus menerus dalam satu tugas; (h)
memiliki percaya diri dan stabilitas emosi; dan (h) mempunyai banyak
pengalaman yang menyenangkan dengan membaca. (bahan bacaan
untuk membaca harus sesuai dengan bahas dan pengalaman anak)”.

Sebagai seorang pendidik, guru memiliki peran dan tanggung jawab

yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satunya yaitu

kemampuan merancang dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

dengan pernyataan tersebut (Slameto, 2003: 21) mengemukakan bahwa

berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran lebih banyak bergantung

kepada kualitas kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran

berlangsung. Dengan kata lain,berhasil atau tidaknya suatu kegiatan

3
pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan dan kreatifitas guru dalam

proses pembelajaran dan dapat dilihat dari media pembelajaran yang

diterapkan.

Berdasarkan Observasi yang di TK Hadi Sakti 12 orang peserta didik

yang duduk di kelompok B hanya sekitar 45% yang mau memperhatikan dan

mengikuti kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru, sedangkan

55% lagi terlihat jenuh dan lebih asyik mengobrol dengan temannya. Hal ini

tentu akan berpengaruh pada hasil belajar anak yang kurang maksimal. Kurang

maksimalnya pencapaian hasil belajar anak tentu menimbulkan permasalahan

bagi guru di sekolah tersebut. Oleh karena itu guru harus mencari tahu

penyebanya dan sekaligus dituntut dapat menemukan solusinya. Pengamatan

sementara penulis melihat kurang maksimalnya hasil belajar anak khususnya

dalam kemampuan membaca adalah kurang bervariatif dalam menggunakan

alat peraga. Selain itu kurang variatifnya alat permainan yang tersedia untuk

mengenalkan huruf kepada anak sehingga tidak ada pilihan lain bagi anak

untuk memilih alat permainan yang cenderung mengembangkan aspek motorik

saja.

Guru memerlukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah

satu cara yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan media

yang dapat merangsang minat baca anak didik dalam membaca. Media yang

dapat digunakan salah satunya adalah media kartu kata bergambar. Media kartu

kata bergambar adalah media yang berupa gambar yang diserta dengan kata-

kata atau kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar tersebut, maka anak

4
didik akan terangsang utuk mengetahui maksud gambar tersebut dan mencoba

membaca kata-kata atau kalimat yang ada.

Berdasarakan latar belakang tersebut peneliti bermaksud ingin

melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Membaca melalui Bermain Kartu Kata Bergambar pada Anak Kelompok B TK

Hadi sakti Gerimax Indah Narmada Lombok Barat Tahun Pelajaran

2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

peningkatan kemampuan membaca melalui bermain kartu kata bergambar pada

anak kelompok Anak Kelompok B TK Hadi sakti Gerimax Indah Narmada

Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan membaca melalui bermain kartu kata bergambar

pada anak kelompok Anak Kelompok B TK Hadi sakti Gerimax Indah

Narmada Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Adapun manfaat dari perbaikan ini adalah :

a. Bagi Anak Didik

5
Dapat memperoleh pengalaman belajar membaca dengan santai dan

menyenangkan tanpa harus merasa dipaksa belajar membaca melalui media

gambar.

b. Bagi Guru TK

Dengan pelaksanaan penelitian ini guru memiliki pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman tentang penerapan media gambar untuk

meningkatkan kemampuan membaca anak kelompok B.

c. Sekolah

Memberikan masukan dan motivasi kepada guru Anak Kelompok B

TK Hadi sakti Gerimax Indah Narmada Lombok Barat dalam mengajarkan

pelajaran membaca yang santai dan menyenangkan dengan hasil yang lebih

memuaskan dengan media gambar.

d. Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dapatdijadikan sebagai rujukan oleh peneliti

berikutnya dalam melakukan penelitian pengembangan kemampuan

membaca anak kelompok B tahun di TK/PAUD.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf) ke dalam suara yang

dikombinasikan dengan kata-kata. Kata-kata tersebut disusun sehingga kita

dapat belajar memahaminya dan kita dapat membaca catatan. Memulai

membaca sejak usia dini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak

usia pra sekolah, karena usia satu sampai lima tahun dikenal sebagai sesuatu

yang paling penting dalam perkembangan anak (Karli, 2010: 76).

Membaca untuk anak usia dini adalah “membaca yang diajarkan

secara terprogram kepada anak prasekolah dan merupakan usaha

mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar”. Program ini

menumpukan perhatian pada perkataan-perkataan utuh dan bermakna dalam

konteks pribadi anak-anak (Reni Akbar-Hawadi, 2001: 34)

Membaca adalah keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseftif.

Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan

berbagai keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan satu kesatuan

kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali

huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta

menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson (1985) dalam

Dhieni, dkk (2006: 5.5) memandang membaca sebagai suatu proses untuk

7
memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca

adalah adalah berupa penyajian kembali dan penapsiran suatu kegiatan

dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat dan wacana

serta menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan

pengalamannya (Dhieni, dkk. 2006: 5.5).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca

terkait dengan a) pengenalan huruf atau aksara, b) bunyi dari huruf atau

rangkaian huruf-huruf, c) makna atau maksud dan d) pemahaman terhadap

makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

2. Tahapan Perkembangan Membaca.

Raines dan canad dalam (Dhieni , dkk, 2008:3.17) berpendapat

membaca merupakan suatu proses mengkonstruksikan arti dimana terdapat

intraksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang di

perolehnya. Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa

tahapan sebagai berikut:

(1) Tahap Fantasi (Magical Stag). Pada tahap ini anak mulai belajar

menggunakan buku,melihat dan membalik lembaran buku ataupun

membawa buku kesukaannya; (2)Tahap Pembentukan konsep diri

(Self Concep Stage). Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya

sebagai „pembaca‟ hal ini terlihat pada keterlibatan anak dalam

kegiatan membaca, anak berpura-pura membaca buku, memaknai

gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan

menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisannya;

8
(3)Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini

pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan

menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat

mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan

dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah

mengenal abjad; (4)Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage).

Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (grophoponik, semantik,

dan sintaksis), Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat

tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada

lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan,

kotak susu, pasta gigi dan lainnya; (5)Tahap membaca lancar

(Independent Reader Stage). Pada tahap ini anak dapat membaca

berbagai jenis buku (Dhieni, dkk, 2008:3.18).

Achir (Reni Akbar-Hawadi, 2001: 37) menerangkan secara jelas

perkembangan minat membaca pada anak, yaitu:

a. Usia 1-3 tahun

Pada usia 1-3 tahun anak cenderung merobek kertas untuk itu

dianjurkan agar buku yang digunakan adalah dari plastik atau bahan yang

kain yang selain kuat, tidak mudah rusak juga dapat dicuci, sedangkan

untuk isi bacaannya disarankan yang setiap halamannnya hanya

mengandung satu macam benda berikut namanya. Benda dan namanya

dalam format besar dengan warna yang cerah. Selain membeli, dapat

juga membuat sendiri dengan memulai dari pengenalan nama anggota

9
keluarga. Caranya adalah menempelkan foto ukuran kartu pos dan

menuliskan nama yang ada dalam foto itu di sampingnya dengan

memakai huruf besar semua.

Cara lain yang cukup efektif adalah melalui gambar-gambar iklan,

baik yang ada di majalah maupun di papan iklan di jalan-jalan. Biasanya,

gambar iklan dibuat dengan huruf yang jelas dan besar-besar serta

memakai warna yang mencolok. Untuk itu pilihlah majalah atau koran

yang sudah tidak terpakai. Anak pasti senang, gembira serta antusias

belajar mengenal huruf itu, ibu atau ayah senantiasa ada di samping anak.

Pemberian reward amat efektif dan paling dianjurkan agar anak tetap

terangsang bermain mencari huruf pada iklan-iklan tersebut ataupun

buku yang dimilikinya.

b. Usia 3-5 tahun

Buku untuk anak di atas usia tiga tahun sudah bisa dengan

beberapa kata (kalimat) yang merupakan gagasan. Namun, tetap dengan

ilustrasi gambar yang menarik, warna yang ceria serta format yang besar.

Di sini bacaan sudah dapat memancing keterlibatan emosi anak dan

mudah dalam menemukannya dalam dunianya sehari-hari. Usia 3-5 tahun

anak sudah duduk di TK, pengalaman mereka relatif lebih banyak,

demikian pula penguasaan bahasa jauh lebih baik. Sebab itu, bacaan yang

diberikan bisa agak panjang. Dengan jangka konsentrasi yang sudah

lebih panjang, jenis bacaan bagi anak pun lebih banyak memikat gagasan

yang sedikit kompleks. Haruslah diingat pula bahwa anak sudah lebih

10
kritis, sehingga kita juga harus lebih serius dan hati-hati di dalam

membacakan buku. Maksudnya, anak tidak bisa lagi menerima kita

menggunakan bahasa sehari-hari dengan kreativias kita sendiri.

Sebaliknya, kita dituntut membaca persis sesuai dengan bahasa dalam

buku. Hal ini ada baiknya, sebab anak akan mendengarkan langsung

bahasa yang baik. Di samping itu, anak pun diperluas dan diperkaya kosa

katanya melalui buku tersebut. Jenis cerita yang digemari untuk anak

adalah yang bersifat fancy. Sebaiknya ukuran buku (formal) kurang lebih

21,0 x 29,7 cm.

c. Usia 5-6 tahun

Fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia

akademis dan intelektual. Untuk periode ini yang menonjol adalah

banyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakan

representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental,

baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung.

Macam buku yang diberikan sudah bisa dalam format 17,6 x 25,0 cm

dengan isi cerita yang matang.

Pengembangan dan kemampuan membaca dapat dilaksanakan guru

pada anak, bila anak telah memiliki kesiapan membaca. Pee Tzu Pung

(Mudayanti, 2006: 34) menjelaskan bahwa perilaku kesiapan membaca

dapat diperlihatkan anak sebagai berikut:

a. Rasa ingin tahu tentang benda-benda di dalam lingkungan, manusia,

proses dan sebagainya.

11
b. Mampu untuk menterjemahkan atau membaca gambar dengan

mengidentifikasikannya dan menggambarkannya.

c. Menyeluruh dalam pembelajaran anak.

d. Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan

khususnya dengan kalimat.

e. Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan

dalam dan suara secara cukup baik untuk mencocokkan satu suara

dengan yang lainnya.

f. Keinginan untuk belajar membaca.

g. Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat berkonsentrasi

dan terus menerus dalam suatu tugas.

h. Memiliki kepercayaan diri dan stabilitas emosi.

Sedangkan menurut Departement of School Education Victoria, 1992

(Mudayanti, 2006: 32) belajar membaca adalah suatu perkembangan yang

alami apabila anak:

a. Mempunyai banyak pengalaman menyenangkan dengan membaca.

b. Memahami bahwa ide-ide dan kejadian-kejadian penting yang direkam

dalam cetakan.

c. Memahami orang lain dapat membagi pengalamannya melalui bahan

cetak dan mereka dapat berbagi pengalaman pada orang lain.

d. Senang dan menikmat ide-ide dari suatu teks dan bahasa yang mana ide-

ide tersebut dapat diekspresikan.

12
3. Cara-cara Mengembangkan Minat Membaca Anak

Ada beberapa cara mengembangkan minat membaca anak di Taman

Kanak-Kanak (TK) adalah sebagai berikut:

a) Diperkenalkan sejak dini pada bacaan bergambar dengan warna yang

menarik

b) Untuk usia 1-3 tahun dimulai dengan membacakan cerita yang pendek

dan dengan suara serta nama yang jelas.

c) Mengajar membaca lebih efektif dengan cara bermain, dalam suasana

yang informal.

d) Melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari di rumah yang

mengharuskan anak menggunakan kemampuan membacanya.

e) Ajaklah anak lebih sering ke perpustakaan dan masukkanlah mereka

menjadi anggota perpustakaan.

f) Sediakanlah satu pojok di rumah anda untuk menyimpan buku-buku atau

majalah, serta untuk anda dapat santai membaca di temani oleh si kecil

(Reni Akbar, 2001: 40).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada

anak usia dini antara lain .

a) Fisiologis yaitu meliputi kesehatan fisik, jenis kelamin dan otak.

Misalnya, perlu diperiksa mata anak sebelum mereka akan memulai

kegiatan membaca. Anak belum matang untuk mengucapkan

perbedaan bunyi bahasa dan mendengar kemiripan huruf. Contoh

huruf “r” dengan “l”.

13
b) Intelektual adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan tujuan,

berpikir rasional dan berbuat efektif terehadap lingkungan. IQ baik

untuk mempengaruhi membaca.

c) Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap dan nilai-nilai serta

kemampuan bahasa anak. Seperti latar belakang anak dan pengalaman

anak di rumah dan sosial ekonomi sangat mempengaruhi kemampuan

membaca juga. Bila anak dalam keluarga yang hangat atmosfernya

maka anak lebih termotivasi membaca daripada anak yang mengalami

brokenhome. Apabila fasilitas membaca disediakan untuk membaca

maka anak tersebut akan lebih baik kemampuan membacanya

daripadayang tidak ada fasilitas membaca di rumah (Karli, 2010: 76).

4. Keunggulan Membaca

Memotivasi anak dalam kegiatan membaca mempunyai banyak

keunggulan. Steinberg (Dhieni et al, 2005: 5.2) mengemukakan bahwa

setidaknya ada empat keuntungan mengajar anak membaca dilihat dari

proses belajar-mengajar:

a. Belajar membaca memenuhi rasa ingin tahu anak.

b. Situasi akrab dan informal di rumah dan di KB atau TK merupakan

faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar.

c. Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan,

serta dapat diatur.

d. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah

dan cepat.

14
Hartati (Ruspita, 2005: 6) juga mengemukakan pengenalan membaca

memberikan banyak keunggulan, diantaranya:

a. Memenuhi rasa ingin tahu anak.

b. Situasi akrab dan informal di rumah, di TK merupakan faktor yang

kondusif bagi anak untuk belajar.

c. Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa, suka meniru, mudah

terkesan serta mudah diatur.

d. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah

dan cepat.

e. Secara umum pembelajaran membaca akan mendatangkan dampak

terhadap pendidikan anak-anak dalam semua bidang pengetahuan,

sehingga masyarakat akan mendapat faedah yang besar dari usaha

tersebut.

5. Indikator Kemampuan Membaca Anak Usia 5-6 Tahun

Dalam Permendiknas No.58 Tahun (2009: 10) pengembangan

kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:

a. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal,

b. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di

sekitarnya,

c. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf

Berdasarkan indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun meliputi

kemampuan anak menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal,

15
mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya

dan memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

B. Bermain Kartu Kata Bergambar

1. Pengertian Bermain Kartu Kata Bergambar

Bermain kartu kata bergambar adalah permainan menggunakan

potongan-potongan kartu yang biasanya berukuran sebesar kartu pos. Tiap

kartu ditulisi dengan satu kata. Kartu-kartu ini dugunakan untuk membantu

anak-anak dan sangat sederhana membuatnya. Paling baik jika guru

memulainya dengan nama anak dan kemudian berpindah ke nama orang-

orang lain dan benda-benda lain yang dikenal anak dengan baik. Tunjukkan

kartu tersebut satu persatu dengan menunggu sampai ia tahu tiap kata

sebelum beralih ke kartu berikutnya (Dhieni, dkk. 2006: 9.29).

Bermain kartu kata bergambar adalah bermain dengan menggunakan

kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada

Flashcards dikelompok-kelompokkan antara lain: seri binatang, buah-

buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Education

Flashcards tersebut dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan

dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-masing

kartu (Elexmedia, 2009: 3).

Bermain kartu kata bergambar adalah permainan kartu kata yang

dilakukan dengan cara menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu

otak anak agar dapat merima informasi yang ada di hadapan mereka, dan

16
sangat efektif untuk membantu anak belajar membaca, mengenal angka,

mengenal huruf di usia sedini mungkin (Kaskus, 2010: 1)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

bermain kartu kata bergambar merupakan kegiatan pembelajaran

memperkenalkan kata kepada anak didik melalui kartu kata yang disertai

gambar yang disesuikan dengan kata yang ada. Kegiatan permainan kartu

kata bergambar akan meransang imajinasi anak sehingga mampu

memngembangkan kemampuan membacanya.

2. Manfaat Kegiatan Bermain dengan Kartu Kata Bergambar

Adapun manfaat dari kegiatan bermain dengan kartu kata bergambar

antara lain (Kaskus, 2010: 1) adalah :

a) Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin.

b) Mengembangkan daya ingat otak kanan.

c) Melatih kemampuan konsentrasi anak.

d) Memperbanyak perbendaharaan kata dari anak.

Begitu luar biasanya fungsi dari otak kanan, sementara hampir seluruh

kehidupan masyarakat, baik mulai dari sekolah sampai dengan kegiatan

sosial sehari-hari hanya menekankan pada kemampuan otak kiri. Sistem

pendidikan dan masyarakat juga saat ini hanya menfokuskan pada

kemampuan otak kiri saja. Perkembangan otak kanan seakan-akan

ditinggalkan begitu saja sejak siswa berada di sekolah Tanam Kanak-Kanak

(TK). Dalam hal ini bukan berarti kegunaan otak kiri tidak penting, otak kiri

sangatlah penting, tetapi perkembangan otak kanan tidak bisa diabaikan,

17
artinya diperlukan keseimbangan kemampuan kedua belah otak, supaya

kecerdasan siswa berkembang dengan maksimal, dan otak kanan dari siswa

juga ikut dikembangkan sebelum siswa terjun ke dunia otak kiri di sebagian

besar hidupnya nanti.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak

cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan otak kanan, antara lain

dengan image training, visualisasi, termasuk juga dengan permainan kartu

kata bergambar ini. Permainan kartu kata bergambar sangat efektif untuk

mengajarkan siswa membaca di usia yang sedini mungkin. Maka, harus

segera memberikan stimulasi-stimulasi kepada siswa, sehingga

perkembangan otaknya, baik kiri maupun kanan bisa tumbuh dengan

seimbang.

3. Bermain Kartu Kata dan Kaitannya dengan Pengembangan

Kemampuan Membaca

Banyak cara untuk menstimulasi kemampuan membaca, salah satunya

dengan mempergunakan kartu kata bergambar. Anak-anak yang efektif

belajar dengan melihat (visual) akan sangat terbantu dengan media yang

mempergunakan gambar.

Peningkatan kemampuan membaca terorganisir dalam standar

kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indicator dan materi pokok.

Jadi standar materi membaca dan menulis permulaan yang dilakukan

dengan menggunakan model kartu suku kata ini berdasarkan pada materi

yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar kompetensi membaca dan

18
menulis permulaan pada anak usia dini 4-6 tahun RA/TK adalah anak

mampu mendengarkan, berkomunikasi. Secara lisan, memiliki

perbendaharaan kata dan mengenal symbol-simbol yang melambangkannya

untuk persiapan membaca dan menulis (Depdiknas, 2004: 15). Standar

kompetensi tersebut di spesifikasikan dalam kompetensi dasar dalam bentuk

membaca melalui penggunaan media kartu huruf bergambar.

Membaca dalam pengertian ini adalah membaca dalam teori

keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca

secara mekanikal. Membaca yang menjadi acuan adalah membaca

merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca

merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang

bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan

indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi

serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan

gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya.

Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma

menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan

kalimat yang bermakna.

Dalam pembelajaran membaca, guru dapat melakukan simulasi

pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu

berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Dalam pembelajaran

membaca guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan

kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media

19
dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun

huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal

yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah

ketrampilan mengeja suatu kata.

Mengembangkan aspek kemampuan membaca sejak dini (usia TK)

sangatlah penting untuk persiapan mereka secara akademis memasuki

pendidikan dasar selanjutnya. Melalui gemar membaca diharapkan anak-

anak dapat membaca dengan baik sehingga mempunyai rasa kebahasaan

yang tinggi, berwawasan yang lebih luas keberagamannya dan mampu

mengembangkan pola berpikir kreatif dalam dirinya. Memberikan

pembelajaran membaca pada anak usia TK tetaplah melalui bermain karena

bagi anak usia TK bermain adalah belajar dan belajar adalah bermain.

4. Langkah-Langkah Membaca Menggunakan Kartu Kata Bergambar

Beberapa langkah dalam kegiatan membaca menggunakan kartu kata

bergambar adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan kartu kata bergambar

2. Guru mengkondisikan agar anak didik siap untuk menerima

pembelajaran.

3. Guru memperkenalkan kartu kata bergambar kepada anak

4. Guru menjelaskan cara menggunakan media kartu kata bergambar

5. Anak didik disuruh mengambil masing-masing 1 kartu kata bergambar

6. Anak didik membaca kartu kata bergambar dan guru memberikan

bimbingan kepada anak

20
7. Masing-masing anak membaca berdasarkan media kartu kata bergambar

dan guru mengevaluasi perkembangan kemampuan membaca anak didik.

21
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu serta Pihak yang Membantu Peneliian

Penelitian ini mengambil subjek sebagai berikut

1. Nama tk : TK Hadi Sakti

2. Alamat : Karang Rundun Gerimax Indah Narmada

3. Kelompok :B

4. Tema : Alam Semesta/ Gejala Alam

5. Kompetensi Dasar : Anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki

perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol

untuk persiapan membaca, menulis, dan berhitung

6. Hasil Belajar : Dapat mendengar dan membedakan bunyi suara, kata

dan kalimat sederhana

7. Indikator :

a. Membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama

(misal: kaki-kali) dan suku kata akhir yang sama (misal: nama-sama

dll).

b. Menunjukkan beberapa kartu gambar yang diminta

c. Membaca buku cerita bergambar

d. Membaca beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan dan benda yang

dikenal atau dilihatnya

22
8. Karakteristik TK Hadi Sakti Kelas B

a. Karakteristik anak kelompok B di TK Hadi Sakti

b. Beberapa anak didik di TK Hadi Sakti yang memiliki kemamapuan

membaca rendah.

c. Anak mempunyai keadaan fisik yang sehat.

d. Kemampuan interaksi sosial anak baik.

e. Anak waktu belajar lebih suka diberikan media atau alat peraga.

9. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus yang terdiri dari siklus I

dan II, masing-masing waktu penelitian ada 5 hari, dengan waktu

pelaksanaan sebagai berikut :

a. Siklus I

b. Siklus II dilaksanakan

10. Pihak yang Membantu dalam Penelitian

Kepala sekolah Tk Hadi Sakti : Baiq Sarlita Kartiani, M.Pd

Guru : Husridaini, S.Pd

B. Desain prosedur Perbaikan Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Perbaikan

Rancangan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan

setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi

dan refleki. Adapun contoh tahap pelaksanaan tiap siklus dalam penelitian ini

adalah sebagai beriku

23
SIKLUS I

Pelaksanaan Perencanaan
Perbaikan I Perbaikan I

Refleksi Perbaikan I
Observasi Pelakasanaan
Perbaikan I

Hasil Refleksi
Perbaikan I

SIKLUS II
Pelaksanaan Perencanaan
Perbaikan II Perbaikan II

Observasi Pelakasanaan
Perbaikan II Refleksi Perbaikan II

Bagan 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Rencana Tindakan Siklus 1

Siklus 1 dirancang dalam 5 RKH dan 5 sekenario perbaikan yang

dilaksanakan Senin, 29 April 2019 sampai dengan Jum‟at 10 Mei 2019.

Dalam siklus pertama ini masalah yang timbul yaitu bagaimana cara

meningkatkan kemampuan membaca anak melalui bermain kartu kata

bergambar. Perencanaanya meliputi:

a) Membuat rencana perbaikan pembelajaran


24
b) Menyiapkan media / sumber belajar yang menarik

c) Menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

d) Mempersiapkan buku penilaian

e) Membuat lembar observasi

b. Langkah- Langkah Perbaikan

Adapun rencana langkah-langkah perbaikan pada siklus 1 sebagai

berikut:

Tindakan alternatif yang relevan dengan masalah kegiatan

membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama

(misal: bumi-bulan) dan suku kata akhir yang sama (misal: bintang-ilalang

dll), langkah- langkah perbaikanya sebagai berikut:

RKH 1

1. Kegiatan diawali berdoa, salam, absensi, bernyanyi.

2. Guru memperlihatkan gambar kartu kata bergambar.

3. Guru memberi contoh cara membaca kartu kata tersebut.

4. Guru memberi tugas pada anak untuk mengambil kartu kata bergambar

dan membacanya.

5. Guru membimbing dan membantu anak bila ada anak yang kurang

mampu.

6. Setelah kegiatan istirahat guru bercakap- cakap tentang berbicara

dengan tidak berteriak dan berbicara dengan sopan.

7. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang.

25
Tindakan alternatif perbaikan yang relevan dengan masalah

kegiatan membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang

sama (misal: bumi-bulan) dan suku kata akhir yang sama (misal: bintang-

ilalang dll).langkah - langkah perbaikanya Siklus 1 RKH 2 sebagai

berikut:

1. Kegiatan diawali berdoa, salam, absensi, bernyanyi.

2. Guru memberikan contoh cara bermain kartu kata bergambar

3. Guru membimbing anak dan memberi bantuan pada anak yang belum

bisa dalam membaca berdarsarkan kartu kata bergambar

4. Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk mendengar cerita

yang dibacakan guru, setelah selesai guru menyebutkan dan

menanyakan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

5. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang

Tindakan alternatif yang relevan dengan masalah kegiatan

Menunjukkan beberapa gambar yang diminta berdasarkan kartu kata

bergambar dan membaca, langkah – langkah perbaikanya sebagai berikut:

Siklus Pertama RKH 3

1. Kegiatan diawali berdoa, salam, absensi, bernyanyi.

2. Guru mengajak anak untuk selalu berbicara yang sopan baik dengan

orang tua dan guru.

3. Guru memberikan contoh cara menemukan gambar pada kartu kata

bergambar dan kemudian membacanya, seperti: “coba carikan ibu guru

gambar pelangi”.

26
4. Guru memberikan bantuan dan bimbingan pada anak

5. Setelah selesai istirahat anak dan guru bertanya jawab tentang pelangi

dan menyanyikan lagu “pelangi-pelangi”.

6. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang

Prosedur alternatif perbaikan yang relevan dengan masalah

kegiatan membaca buku cerita bergambar, langkah- langkah perbaikanya

sebagai berikut:

Siklus Pertama RKH 4

1. Kegiatan diawali berdoa, salam, absensi, bernyanyi.

2. Guru memberikan membacakan buku cerita bergambar .

3. Anak-anak membaca dengan dibimbing oleh guru.

4. Setelah selesai istirahat anak diajak menunjukkan kebanggaan terhadap

hasil karyanya

5. Selesai kegiatan berdoa, salam, pulang.

Tindakan alternatif perbaikan yang relevan dengan masalah

Membaca beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan dan benda yang

dikenal atau dilihatnya. Langkah- langkah perbaikanya sebagai berikut:

Siklus pertama RKH 5

1. Kegiatan diawali berdoa, salam, absensi, bernyanyi.

2. Guru menunjukkan gambar- gambar pada kartu kata bergambar.

3. Guru menyuruh anak untuk membaca gambar- gambar tersebut dengan

kata- kata yang tersedia.

4. Guru memberi bimbingan dan bantuan

27
5. Setelah selesai istirahat anak dilatih dalam sabar menunggu giliran.

6. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang.

2. Rencana pelaksanaan Siklus 2

a. Rencana tindakan siklus 2

Dalam siklus ke 2 masalah yang timbul yaitu bagaimana cara

meningkatkan kemampuan membaca anak melalui bermain kartu kata

bergambar. Perencanaanya meliputi:

1) Membuat rencana perbaikan pembelajaran

2) Menyiapkan media / sumber belajar yang menarik

3) Menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

4) Mempersiapkan buku penilaian

5) Membuat lembar observasi

b. Langkah – Langkah Perbaikan

Langkah- langkah kegiatan perbaikan pada siklus 2

Tindakan alternatif perbaikan yang relevan dengan masalah

kegiatan membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang

sama (misal: bumi-bulan) dan suku kata akhir yang sama (misal: bintang-

ilalang dll).

Siklus ke dua RKH 1

Langkah – langkah perbaikanya sebagai berikut:

1) Kegiatan diawali dengan berbaris, berdoa, salam, absen.

2) Guru mengajak anak senam fantasi.

28
3) Guru menunjuk gambar- gambar yang berkaitan dengan alam semesta

dan meminta anak untuk membaca kata yang tertera di bawahnya.

4) Guru menunjuk anak untuk langsung kedepan mengambil kartu kata

bergambar dan membacanya dengan benar.

5) Guru memberi bimbingan ke anak .

6) Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk bercakap-cakap dan

Tanya jawab menyebut segala sesuatu yang ada di alam semesta ini

seperti: bulan, bintang, matahari, langit, pelangi, awan, hujan, pohon,

sungai, laut, dan lain-lain.

7) Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang

Tindakan alternatif perbaikan yang relevan dengan masalah kegiatan

menggunakan kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan

membaca anak. Langkah – langkah perbaikanya sebagai berikut:

Siklus ke dua RKH 2

1. Kegiatan diawali dengan berbaris, berdoa, salam, absen.

2. Guru mengajak anak–anak untuk selalu sabar menunggu giliran.

3. Guru menunjukkan kartu kata bergambar.

4. Guru menunjuk anak secara bergiliran untuk membaca berdasarkan kartu

kata bergambar yang diambilnya.

5. Guru memberikan semangat dan bimbingan.

6. Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk menirukan berbagai

suara seperti suara angin bertiup, suara hujan dan menyanyikan lagu

“Tik-Tik Bunyi Hujan”.

29
7. Selesai kegiatan berdoa, salam, pulang

Siklus ke dua RKH 3

Langkah – langkah perbaikanya sebagai berikut:

1. Kegiatan diawali dengan berbaris, berdoa, salam, absen.

2. Guru mengadakan permainan tikus dan kucing.

3. Guru menunjukkan gambar tikus dan kucing.

4. Guru memberi tugas pada anak untuk membaca berdasarkan kartu kata

bergambar

5. Guru memberi tugas mewarnai gambar tentang keindahan alam.

6. Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk menyebutkan

perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan tikus dan kucing .

7. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang

Siklus ke dua RKH 4

1. Kegiatan diawali dengan berbaris, berdoa, salam, absen.

2. Guru menunjukkan gambar awan, langit, bintang dengan kata .

3. Anak-anak diberi tugas untuk menghubungkan gambar awan, langit,

bintang dengan kata .

4. Guru memberi tugas mencocok gambar gunung.

5. Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk selalu bertanggung

jawab akan tugasnya.

6. Selesai kegiatan berdoa,salam,pulang

Siklus ke dua RKH 5

1. Kegiatan diawali dengan berbaris, berdoa, salam, absen.

30
2. Guru menjelaskan cara membaca kata dengan teknik mengeja.

3. Guru memberi tugas anak mengeja kata langit, bulan, bintang, dan

pelangi

4. Guru memberi tugas menggunting gambar pelangi

5. Setelah kegiatan istirahat guru mengajak anak untuk menceritakan

pengalamanya waktu bermain hujan.

6. Selesai kegiatan berdoa, salam, pulang

3. Prosedur Pelaksanaan PTK

Kegiatan dalam pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan,

pelaksanaan serta penilaian dan laporan perbaikan. Kegiatan penelitian

disesuaikan dengan alur yang telah dijelaskan pada alur PTK yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan perbaikan.

4. Rencana pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan / pengumpulan data / instrument

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran diamati oleh 1 observer

a. Pengamat melakukan pengamatan dan pencatatan pada lembar observasi

yang telah disediakan.

b. Pengumpulan data kegiatan menyebut hasil penambahan melaui metode

pembelajaran ,media yang di gunakan dengan observasi

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

macam, yaitu : observasi, dan dokumentasi.

a. Observasi

31
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap subjek

penelitian (Arikunto, 2010: 29). Dalam metode ini, tahap yang terpenting

yang harus dilalui adalah pengamatan dan pencatatan. Metode observasi

yang digunakan dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah observasi

sistematik. Artinya peneliti mempersiapkan terlebih dahulu secara teliti

dan sistematis segala objek yang masuk ke dalam kategori yang hendak

diobservasi. Menurut Iskandar (2009 : 68) menyatakan bahwa observasi

adalah pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana

tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus

dimonitor secara reflektif.

Adapun pencatatan tingkat pencapaian untuk setiap indikator di

TK menggunakan menggunakan simbol bintang: (⋆) Belum mau

mengikuti kegiatan, belum mau ikut aturan, selalu dibantu (kategori:

kurang baik), (⋆⋆) Sudah mau ikut kegiatan dan menerima tugas tapi

banyak dibantu (kategori: cukup baik), (⋆⋆⋆) Sudah mandiri, dapat

mengerjakan tugas namun belun tuntas dan belum rapi, cepat, dan benar

sesuai harapan (kategori: baik), (⋆⋆⋆⋆) Bekerja mandiri, tuntas

mengerjakan tugas, tertib, pekerjaan rapi, ikut aturan (kategori: sangat

baik).

Keterangan:

32
(⋆⋆⋆⋆) = Berkembang Sangat Baik (BSB)

(⋆⋆⋆) = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

(⋆⋆) = Mulai Berkembang (MB)

(⋆) = Belum Berkembang (BB)

Teknik pengamatan atau observasi yang digunakan adalah untuk

mengetahui bagaimana kegiatan bermain kartu kata dalam meningkatkan

perkembangan membaca anak, secara langsung dengan merujuk pada

pedoman observasi yang telah dibuat untuk tiap-tiap anak yang berisi

indikator tentang perkembangan kemampuan membaca anak kelompok

B1 PAUD Tunas Aksara di Dusun Kuripan Kabupaten Lombok Barat.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mendokumentasikan atau menyimpan sejumlah data yang telah diukur

atau diobservasi untuk kemudian digunakan sebagai bahan analisis

(Arikunto, 2010: 38). Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian seperti laporan kegiatan, foto-foto,

rekaman kegiatan dan data yang relevan lainnya.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2011: 244).

33
5. Rencana Refleksi

Refleksi dilakukan jika indikator penelitian belum tercapai, dimana

tingkat pencapaian anak harus mencapai minimal 75% dan pelaksanaan

pembelajaran berlangsung kurang maksimal. Refleksi dilakukan dengan

melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan pada siklus

sebelumnya agar proses perbaikan pembelajaran bisa berlangsung dengan

lebih baik sehingga indikator keberhasilan penelitian dapat tercapai dengan

maksimal.

C. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan ini dianalisis


dengan mennggunakan analisis data deskriptif kuantitatif. Adapun
indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya
peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus, yang akan
diteliti dengan cara sebagai berikut :
a. Ketuntasan Individu
Setiap siswa dalam proses pembelajaran dikatakan tuntas
apabila memperoleh nilai besar atau sama dengan 62. Kriteria
ketuntasan minimal sebesar 62 dipilih karena sesuai dengan
kemampuan individu, hal ini sesuai dengan standar ketuntasan
minimal belajar siswa kelas V SDN 2 Lendang Kunyit.
b. Ketuntasan Klasikal
Data tes hasil belajar dalam proses pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan analisis ketuntasan hasil belajar secara
klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 62
ke atas dengan rumus ketuntasan belajar klasikal adalah:
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal
dianalisis dengan rumus ;

34
P
NA = X 100%
N

Keterangan:
NA : Nilai Akhir
P : jumlah skor perolehan
N : skor maksimal

35
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Depdiknas, 2008. Strategi dan Pemilihannya. Jakarta : Depdiknas


Dhany, dkk. 2006. Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal. Jakarta: Direktorat
TK/SD Departemen Pendidikan Nasional.

Dhieni, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Pendidikan Indonesia

Karli. 2010. Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010.

Moeslichatoen. 2010. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka


Cipta.

Mudayanti, 2006. Upaya Guru Dan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat
Baca Sejak Dini. Bandung: Tugas Akhir D2 PGTK UPI Bandung.

Nurkencana dan Sunarthana, 1990. Prosedur Evaluasi Proses dan Hasil


Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17


September 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo.


Ruspita Ane, 2005. Membaca Pada Anak Usia Prasekolah. Tugas Akhir D2
PGTK UPI Bandung.

Solehudin dan Ihat Hatimah. 2009. “Pendidikan Anak Usia Dini”. Dalam Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta.

36

Anda mungkin juga menyukai