Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH METODE BERCERITA

TERHADAP PERKEMBANGAN
BAHASA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
DI TK NAWA DJIWA DESA MAPONU

PROPOSAL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Strata
Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadukako

OLEH

NURMILAH
A41119042

PENDIDIKAM GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAAKO
2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa    yang    paling    tepat    untuk mengembangkan bahasa adalah

masa kanak-kanak karena  dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang

paling pesat. Masa kanak- kanak ini disebut dengan istilah The Golden Age, yaitu

masa keemasan. Pada masa ini berbagai potensi yang ada dalam diri manusia

berkembang dengan pesat. Dimana perkembangan fisik, motorik,

intelektual,emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa kanak-

kanak ini juga merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra. Segala kelebihan

atau keistimewaan yang dimiliki pada masa ini tidak dapat terulang untuk kedua

kalinya. Itulah sebabnya masa kanak-kanak ini dikatakan sebagai masa penentu

bagi kehidupan selanjutnya.

Melalui berbahasa, seseorang atau anak akan dapat mengembangkan

kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan

bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan

berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang

lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehingga

orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Pengembangan

kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu

berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan di sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain, orang

dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar

2
tempat tinggalnya. Mengingat pentingnya kedudukan bahasa dalam kegiatan

pembelajaran, maka bahasa menjadi salah satu potensi yang perlu dikembangkan

sejak usia dini.

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, perbendaharaan

bahasa mereka juga meningkat dalam kapasitas, keluasan dan kerumitan. Anak-

anak secara bertahap beralih dari melakukan ungkapan menjadi melakukan

ungkapan dengan berkomunikasi, yang juga beralih dari komunikasi melalui

gerakan menjadi tuturan. Anak usia dini pada umumnya telah mampu

mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan kepada orang lain.

Mereka dapat mengaplikasikan bahasa dengan beberapa cara seperti bertanya,

berdialog dan bernyanyi. Sejak  usia  sekitar  2  tahun  anak-anak  mulai  

menunjukkan   minat untuk mengucapkan nama benda, nama warna, nama hewan,

dan nama- nama lainnya yang menarik perhatiannya. Minat tersebut terus

berkembang seiring dengan bertambah usia dan membuktikan bertambahnya

perbendaharaan kata.

Penerapan teknik bercerita ini diharapkan dapat mengatasi perbedaan

minat belajar siswa. Penyajian teknik bercerita yang baik dapat menumbuhkan

imajinasi dan mendorong kreativitas siswa dalam mengangkat pesan atau

informasi yang disampaikan. Selain itu, melalui cerita pada saat anak

mendengarkan dan mengikuti jalan cerita, pada saat itu juga emosi, fantasi,

maupun imajinasi anak-anak menjadi aktif. Selain itu, dunia anak-anak identik

dengan dunia tanpa batas, dalam artian apa yang mereka dengar, lihat dan rasakan

akan mempengaruhi daya pikir mereka dan itu akan berbekas didalam pikiran

3
mereka dalam waktu yang relatif lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran melalui metode bercerita merupakan sarana yang efektif untuk

mendidik dan mengajari anak tanpa adanya kesan menggurui.

Pengembangan kemampuan dasar di Taman Kanak-Kanak salah satunya

adalah kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa sebagai salah satu dari

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak, yang terdiri dari beberapa

tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Anak dapat

mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang

lain dengan bahasa. Oleh karena itu pengajar akan memakai metode apa saja

untuk menumbuh kembangkan potensi anak. Dan salah satu untuk

mengembangkan bahasa anak bisa melalui metode bercerita.

Kegiatan bercerita memang dapat merangsang keterampilan anak untuk

berpikir sistematis karena banyak aspek perkembangan anak yang berkaitan

dengan berpikir, bahasa, logika, dan pengenalan unsur-unsur literasi. Jika anak

terbiasa mendengar cerita maka anak memperoleh perbendaharaan kata,

ungkapan, watak orang, sejarah, dan sebagainya. Berbagai materi pelajaran

sekolah pun bisa masuk pelan-pelan didalam cerita untuk membantu anak anda

memahami pelajaran yang diberikan disekolah. Anak bisa belajar nama-nama

benda, warna, ukuran bentuk, dan angka.Banyak orang tidak menyadari betapa

besar pengaruh cerita terhadap perilaku manusia, bahkan sampai membentuk

budaya. Cerita binatang dalam legenda-legenda pun ikut mencetak nilai-nilai.

Demikian pula cerita rakyat atau kisah keluarga telah mendukung seseorang

4
menjadi dirinya sendiri yang berbeda dengan orang lain. Hal ini merupakan cara

yang sangat baik untuk mengajari anak berfikir realistis.

Keterampilan bahasa anak khususnya pada kategori reseptif yaitu

menerima bahasa, pada tingkat perkembangan yakni menyimak perkataan orang

lain dan memahami cerita dengan mendengarkan guru atau teman berbicara,

mendengarkan cerita sederhana, melukiskan kembali isi cerita secara sederhana,

dan menyebutkan tokoh-tokoh didalam cerita. Namun, hal tersebut masih belum

tercapai dengan baik karena kenyataannya anak masih banyak yang ramai dikelas

saat pembelajaran berlangsung, tidak mendengarkan guru yang sedang berbicara

didepan, suka berebut mainan dengan teman sebayanya, tidak fokus, dan anak pun

kesulitan untuk melukiskan kembali isi cerita. Siswa-siswa di TK Nawa Djiwa di

Desa Maponu juga merasakan hal yang sama.

Berdasarkan hasil observasi penulis, Siswa-siswa di TK Nawa Djiwa

merasakan kejenuhan saat guru sedang bercerita didepan. Mereka masih banyak

yang sibuk dengan kegiatan masing-masing dan terlihat kurang memperhatikan

guru di depan mereka. Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan

bahwa masalah yang dihadapi anak terdapat pada keterampilan mendengarkan

atau menyimak yang rendah. Padahal keterampilan mendengarkan pun perlu

diajarkan sebagai bagian dari perkembangan bahasa.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Salma Farida, (2016)

mengatakan bahwa Guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan pola

belajar anak. Setiap anak memiliki kebutuhan dan pola belajar efektifnya masing-

masing. Kebutuhan dan pola belajar anak merupakan sebuah prioritas yang harus

5
terpenuhi dengan optimal. Oleh karena itu, guru harus dapat memilah metode apa

yang efektif untuk mengembangkan bahasa pada anak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang peroses belajar mengajar menggunakan metode bercerita untuk

mempermudah anak dalam perkembangan bahasanya. Penelitian ini berjudul

“Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia 5-6

Tahun di TK Nawa Djiwa di Desa Maponu”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan metode bercerita di TK Nawa Djiwa Desa Maponu?

2. Bagaimana pengembangan bahasa anak usia dini di TK Nawa Djiwa Desa

Maponu?

3. Apakah ada pengaruh metode bercerita terhadap keterampilan bahasa anak

usia dini di TK Nawa Djiwa di Desa Maponu?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui penerapan metode bercerita di TK Nawa Djiwa di

Desa Maponu

6
2. Untuk dapat mengetahui perkembangan bahasa anak usia dini di TK Nawa

Djiwa di Desa Maponu

3. Untuk mengetahui pengaruh metode bercerita terhadap keterampilan bahasa

anak usia dini di TK Nawa Djiwa di Desa Maponu

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penillitian ini diharapkan dapat memberikan dampak


positif baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan mengenai penerapan metode bercerita untuk meningkatkan
perkembangan bahasa anak usia dini di Di TK Nawa Djiwa Desa Maponu
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan motivasi belajar dan daya tarik siswa dalam
pelajaran. Diharapkan dapat berkonsentrasi dan fokus pada guru yang
bercerita dan memaparkan materi.
b) Diharapakan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dari
guru
2. Bagi guru
a) Meningkatkan kreatifitas guru dalam menciptakan pembelajaran yang
menarik.
b) Dapat menjadi masukan bagi guru untuk membantu pembelajaran di
Taman Kanak-kanak.
c) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi dan media pembelajarn
yang lebih bervariasi.
3. Bagi sekolah
a) Sebagai sarana dalam pembenahan media pembelajaran yang bermakna di
Taman Kanak-kanak
b) Meningkatakan mutu pembelajaran di kelas.

7
4. Bagi penulis / Mahasiswa PGPAUD
a) Memberikan pengetahuan tentang menerapkan metode bercerita terhadap
perkembangan bahasa anak usia dini, yang nantinya akan menjadi bekal
menjadi guru.
b) Memberikan pengalaman dan wawasan tentang cara menerapkan metode
bercerita yang baik dan benar terhadap perkembangan bahasa anak usia
dini

1.5 Batasan Istilah

Untuk memberikan gambaran lebih jelas dan terarah berikut ini adalah

paparan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian :

a. Metode Bercerita

Dengan adanya metode bercerita pendengaran anak dapat berfungsi dengan

baik dan dapat membantu kemampuan anak dalam bicara. Dengan

bertambahnya perbendaharaan kosa-kata pada anak, meningkatlah

kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata, melatih anak dalam

menyusun kalimat sesuai dengan tahap Perkembangannya

b. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa merupakan media yang efektif bagi anak dalam

menjalin komunikasi sosial. Dengan berkembangnya bahasa pada anak akan

memudahkan anak dalam mengutarakan apa yang ia inginkan dan sampaikan

kepada orang lain. Oleh karena itu, pengembangan bahasa untuk anak usia

dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi dengan baik.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Terza Travelancya (2021), dengan judul “Penerapan Metode

Bercerita Metode Bercerita Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial

Emosional Anak Usia Dini Tahun di RaudlatulcAfthal Ihyaul Islam ”. Menurut

Terza, Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi

anak RA dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. bercerita

merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak,

misalnya marah, sedih, gembira, kesal, dan lucu. Metode ini dilaksanakan karena

obyek yang akan dipelajari menggunakan buku cerita.

Penelitian ini bertempat di RA Ihyaul Islam Prasi Gading. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode bercerita

yang dilakukan guru dalam meningkatkan perkembangan sosial emosional anak.

Subjek penelitian adalah 2 orang guru dan 19 anak didik, sedangkan objek

penelitiannya adalah penerapan guru dalam meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita.Pendekatan yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perkembangan sosial emosional anak belum dapat berkembang secara optimal.

Adapun indikator perkembangannya yaitu mengekspresikan emosi yang sesuai

dengan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan

nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin. Poin indikatornya

9
yaitu mengendalikan emosi dengan cara yang wajar, memberi dan membalas

salam, mentaati aturan permainan.

Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis adalah menggunakan metode bercerita sebagai media perantara untuk

perkembangan anak usia dini. Sedangkan perbedaan pada penelitian yang

dilakukan oleh Terza dan penulis adalah Penelitian sebelumnya menggunakan

metode bercerita untuk perkembangan sosial emosional. Sementara penelitian

yang dilakukan oleh penulis adalah untuk meningkatkan perkembangan bahasa

anak.

2. Penelitian Eka Riski(2020) yang berjudul “Meningkatkan Kosa Kata Bahasa

Anak Usia Melalui Metode Bercerita Media Tangan”. Berbahasa tidak dapat

dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak disadari, ketika orang

berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasa dan pikirannya. Tanpa hal

tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di luar pemikirannya

atau bahkan ucapan yang salah. Bentuk kesalahan dalam berbicara pada anak

mempunyai latar belakang dan alasan yang tidak selalu sarna antara anak yang

satu dengan anak yang lain. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, baik

faktor dari luar dan dari dalam diri anak. Dari mana pun asalnya faktor tersebut,

guru sebagai orang yang berada di lingkungan anak ketika anak disekolah

hendaklah mampu dan mau menjadi pengarah, pembimbing, penyejuk, dan model

bagi anak, agar mereka mampu dan terampil berbicara dengan kemampuan

bahasanya.

10
Pengembangan berbahasa pada AUD di sekolah, lebih ditujukan pada (i).

Kesanggupan dalam menyampaikan pikiran kepada orang lain, (ii).

Mengembangkan perbendaharaan kata, (iii). Menangkappembicaraan orang lain,

dan (iv). Keberanian untuk mengemukakan pendapat. Agar pengembangan bahasa

ini dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai, Maka guru hendaklah

pandai dalam memilih teknik pembelajaran yang relatif dan sesuai untuk anak.

Metode yang dapat diterapkan adalah bercerita. Dengan pemilihan metode yang

tepat,diharapkan anak akan mampu berbahasa secara alamiah. Untuk itu, guru

hendaklah memiliki pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak, dan metode

pengembangan bahasa anak.

Persamaan antara penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka dan

Penulis adalah menggunakan metode bercerita untuk mengembangankan bahasa

pada anak usia dini. Perbedaannya terletak pada penggunaan media sebagai alat

bantu metode bercerita. Eka menggunakan media tangan dengan menggunakan

boneka sebagai alat pendukung metode bercerita yang dilakukan. Sementara

penulis menggunakan metode bercerita dengan menceritakan kisah zaman dahulu

kala.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak usia lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

11
pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya”. Menurut Safrudin Aziz

menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu

bentuk pendidikan yang menitik beratkan pada dasar pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya

pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap

dan perilaku), serta bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-

tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan

potensi anak sejak dini sebagai bekal persiapan hidup serta anak dapat beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini juga agar anak

memiliki kemampuan dalam mengerti akan agamanya,akan adanya tuhan,

mengelola keterampilannya,mengasah pemahaman bahasa nya,dapat berfikir

secara logis,mengajari akan cara memecahkan masalah,mengenalkan terhadap

lingkungan sekitar, serta memiliki kepekaan terhadap berbagai musik dan karya.

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini memiliki argumen

rasional,yang mana usia dini adalah usia tahapan perkembangan anak yang sangat

fundamental. Dimana adanya Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai sarana

jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu

upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

12
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,

nonformal, dan informal.

2.2.1.1 Urgensi, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Novan terdapat empat urgensi atau pentingnya Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD), antara lain:

1. Anak usia dini hidup pada masa peka

2. Anak usia dini memiliki sel-sel otak yang harus dikembangkan

3. Anak usia dini merupakan generasi emas suatu bangsa

4. Anak di usia dini sedang melewati masa yang sangat menentukan masa

depannya

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Layanan Pendidikan disebutkan bahwa fungsi PAUD adalah

membina, menumbuhkan, dan mengembangkar seluruh potensi anak secara

optimal sehingga terbentuk perilaku dari kemampuan dasar sesuai dengan tahap

perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan

selanjutnya. Selain itu fungsi lain dari PAUD yaitu :

1. Untuk menengembangkan seluruh kemampuan yang dimiiiki anak sesuai

dengan tahap perkembangannya. Setiap anak memitiki potensi yang

bervariasi. PAUD difungsikan untuk mengembangkan berbagai potensi

13
tersebut agar lebih terarah dan berkembang secara optimal, yang selanjutnya

akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sehari-harinya.

2. Untuk mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Anak merupakan bagian dari

masyarakat. Masyarakat mencangkup setiap lingkungan sekitar di mana anak

berada dan anak tidak bisa terlepas dari masyarakat. Fungsi PAUD di sini

dalam rangka mempersiapkan anak untuk mengenal dunia sekitar, mulai dari

yang terkecil (keluarga) hingga yang lebih luas (masyarakat umum).

3. Untuk mengenalkan berbagai peraturan dan menanamkan kedisiplinan pada

anak. Peraturan merupakan sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan

manusia. Peraturan dibuat dalam rangka menciptakan kedisiplinan seseorang.

Namun, untuk membentuk kedisiplinan tidaklah mudah, diperlukan proses

panjang. Di sinilah PAUD difungsikan sebagai layanan pendidikan yang

mengenalkan berbagai peraturan dalam diri anak sehingga kedisiplinan akan

tertanam di dalam dirinya.

4. Untuk memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya.

Masa usia dini merupakan masa bermain. Maka tidaklah mengherankan jika

prinsip utama dalam pembelajaran PAUD adalah bermain dan belajar. lni

berarti, pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai permainan yang

mengasyikkan dan menyenangkan sehingga anak dapat bermain layaknya

anak-anak seusianya sesuai dan materi pembelajaran dapat diserap oleh anak.

2.2.1.2 Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

14
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini

harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak.

b. Belajar melalui bermain Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini.

Melalui permainan dalam kegiatan pembelajaram anak diajak untuk

bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, mengamati, bertanya dan

mengambil kesimpulan mengenai benda yang ada disekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif

d. Menggunakan pembelajaran terpadu Kegiatan belajar pada anak usia dini

harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu melalui tema.

e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidupMengembangkan keterampilan

hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan.

f. Menggunakan berbagai media edukatit dan sumber belajar media dan sumber

pembelajaran dapat berasal dari Iingkungan alam sekitar atau bahan-bahan

yang sengaja disiapkan oleh pendidik / guru.

g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang ulang Pembelajaran bagi anak usia

dini hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan usia anak

yang dimulai dari kongkrit menuju abstrak, agar konsep dapat dipahami oleh

anak dan dilakukan secara berulang-ulang.

2.2.2 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa anak adalah momen yang senantiasa ditunggu-

tunggu oleh orangtua. Melihat anak mampu berbicara menjadi hal yang

membanggakan sekaligus membahagiakan. Hampir setiap orang tua pasti

merasakannya. 

15
Rumah, komunitas, dan sekolah adalah lingkungan di mana bahasa anak

berkembang. Bahasa didapatkan di dalam kondisi bersosial, ia tidak bisa

mendapatkan dalam kondisi mengurung diri. Pemelajar bahasa harus berinteraksi

dengan orang lain sebagai pengguna bahasa. Dengan memahami jenis sitasi dan

pola interaksi dimana anak mendapatkan pengalaman berbahasa, guru lebih

mampu menciptakan suasana kelas yang memelihara perkembangan bahasa.

Beberapa pola tertentu dari interaksi orang dewasa-anak kecil yang memerankan

peran peningkatan perkembangan bahasa yaitu: kontak mata dan saling berbagi

rujukan yang sama, perputaran komunikasi, ujaran yang ditujukan kepada anak,

pemetaan verbal, mengajukan pertanyaan, bahasa penyangga dan mediasi.

Perkembangan bahasa anak usia dini, khususnya anak TK memiliki karakteristik

tersendiri.

Perkembangan bahasa anak, proses ini dibagi menjadi dua tahap. Yaitu

tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Perkembangan linguistik atau  linguistic

development  anak adalah perkembangan berbahasa yang terjadi pada anak

khususnya balita. Sebenarnya, perkembangan linguistik ini akan terus berlangsung

hingga anak berusia 8 tahun. 

Anak yang berusia 8 tahun cenderung sudah memiliki pilihan kata yang

lengkap sehingga mereka mampu berbicara layaknya orang

dewasa.Perkembangan linguistik pada anak biasanya terjadi melalui beberapa

tahapan, sangat jarang yang terjadi sekaligus. Adapun tahapan tersebut terjadi

dengan urutan yang konsisten atau sekuensial. Pada dasarnya, anak tidak butuh

pembelajaran bahasa secara eksplisit. Artinya Anda tidak perlu mengajarkan anak

16
mengatakan ibu seperti guru mengajari muridnya.  Pembelajaran mengenai bahasa

terutama di awal kehidupan anak terjadi secara natural. Hal inilah yang membuat

perkembangan linguistik pada anak sangat mengesankan.

2.2.2.1 Fase-Fase Perkembangan Bahasa Anak

M.Schaerlaekens membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam

empat periode. Perbedaan ini didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang khas pada

setiap periode. Adapun periode-periode tersebut adalah sebagai berikut:

a) Periode Prelingual (usia 0-1 tahun)

Disebut dengan periode prelingual karena anak belum dapat mengucapkan

'bahasa ucapan' seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum

mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku.

b) Periode Lingual Dini (usia 1-2,5 tahun)Pada periode ini anak mulai

mengucapkan perkataannya yang pertama, meskipun belum lengkap.

c) Periode Diferensiasi (usia 2,5- 5 tahun)Yang menyolok pada periode ini ialah

keterampilan anak dalam mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-

kata dan kalimat-kalimat.

d) Periode Menjelang Sekolah (sesudah usia 5 tahun)

e) Dimaksud dengan menjelang sekolah disini adalah menjelang anak masuk

sekolah dasar; yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam

tahun.

2.2.2.3 Aspek-Aspek Pengetahuan Bahasa

17
Ketika anak-anak mempelajari bahasa, merika sedang mengembangkan lima

aspek atau komponen yang berbeda: fonetik, semantik, sintaksis, morfemik, dan

pragmatik.

a) Pengetahuan fonetik

Pengetahuan fonetik merujuk kepada pengetahuan mengenai hubungan bahasa

simbol di dalam bahasa.

b) Pengetahuan semantik

Pengetahuan semantik diperoleh dalam mempelajari simbol oral atau bahasa

lisan yang bermakna. Anak usia taman kanak-kanak bisa menyusun kalimat

dasar dengan tingkat kesulitan yang sedikit.

c) Pengetahuan Morfemik

Pengetahuan morfemik merujuk kepada pengetahuan struktur kata.

d) Pengetahuan pragmatik

Pengetahuan pragmatik meliputi pengetahuan atau kesadaran terhadap

keseluruhan maksud kumunikasi dan bagaimana bahasa digunakan, kita

belajar kapan untuk berbicara, kapan untuk tidak berbicara, berbicara dengan

siapa, kapan, di mana dan dengan sikap apa kita berbicara.

2.2.3 Pengertian dan Tujuan Metode Bercerita

Metode Bercerita Metode bercerita merupakan salah satu pemberian

pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara

lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak

dan tidak lepas dari tujuan pendidikan anak TK.

18
Efek fun dan learaning yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng

merupakan energi gambaran kekuatan sebuah cerita. Di samping itu, cara

bercerita kita sebagai orang tua tentu lebih mengentalkan efek tersebut agar lebih

disukai anak-anak. Adapun tujuan digunakannnya metode ini adalah:

a)Melatih daya tangkap anak

b) Melatih daya fikir

c) Melatih daya konsentrasi

d) Membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak

e) Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas.

Dalam buku pedoman materi TK oleh Diknas dikemukakan makna prinsip

bercerita bagi perkembangan anak TK (usia dini) yang meliputi sebagai berikut:

a) Mengomunikasikan nilai-nilai budaya,

b) Mengomonikasikan nilai-nilai sosial,

c) Mengomonikasikan nilai-nilai keagamaan,

d) Menanamkan etos kerja, etos waktu, dan etos alam,

e) Membantu mengembangkan fantasi anak,

f) Mengembangkan demensi kognitif anak,

g) Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.

Bercerita menanamkan kemampuan berpikir dan memberikan peluang

bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai

macam cerita, diungkapan dengan perasaan yang sesuai dengan apa yang dialami,

dirasakan, dan dilihat berdasarkan pengalaman yang diperoleh. (Tarigan, 2015:35)

menyatakan bahwa cerita merupakan salah satu dari keterampilan berbicara yang

19
bertujuan untuk memberikan informasi. Dengan bercerita seseorang dapat

menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.

Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain, guru

dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari gambar,

mengunakan papan flanel, bermain perang dalam suatu cerita. 5 Adapun teknik

bercerita yang dapat digunakan adalah:

a. Membaca langsung dari buku cerita

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

c. Menceritakan dongeng

d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel

e. Dramatisasi suatu cerita

Kelebihannya metode bercerita antara lain Dapat menjangkau jumlah anak

yang relatif lebih banyak, waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif

dan efisien, pengaturan kelas menjadi lebih sederhana, guru dapat menguasai

kelas dengan mudah, secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

Kekurangannya metode bercerita antara lain: Anak didik pasif karena lebih

banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru, kurang merangsang

perkembangan kreatifitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan

pendapatnya, daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah

sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita, cepat menumbuhkan rasa bosan

terutama apabila penyajiannya tidak menarik.

2.2 Kerangka Pemikiran

20
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak,perbendaharaan

bahasa mereka juga meningkat dalam kapasitas, keluasan dan kerumitan. Anak-

anak secara bertahap beralih dari melakukan ungkapan menjadi melakukan

ungkapan dengan berkomunikasi, yang juga beralih dari komunikasi melalui

gerakan menjadi tuturan. Anak usia dini pada umumnya telah mampu

mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan kepada orang lain.

Mereka dapat mengaplikasikan, bahasa dengan beberapa cara seperti bertanya,

berdialog dan bernyanyi. Sejak usia sekitar 2 tahun anak-anak mulai menunjukkan

minat untuk mengucapkan nama benda, nama warna, nama hewan, dan nama-

nama lainnya yang menarik perhatiannya. Minat tersebut terus berkembang

seiring dengan bertambah usia dan membuktikan bertambahnya perbendaharaan

kata. Dengan banyaknya kosa kata yang dimiliki oleh anak, anak mampu

berkomunikasi dengan baik di lingkungannya yang lebih luas.

Penelitian awal Di TK Nawa Djiwa Desa Maponu peneliti menemukan

beberapa masalah, terkait dengan keterampilan bahasa anak yang belum

berkembang sesuai harapan. Dari masalah tersebut, peneliti memilih satu kegiatan

yang dapat mengembangkan keterampilan bahasa anak yaitu menggunakan

metode bercerita. Dalam hal ini melalui metode bercerita, melatih anak untuk

fokus mendengarkan dan dapat mengulang kembali cerita yang telah disampaikan

menggunakan kreativitas masing-masing anak. Dari hasil penelitian tersebut,

dapat diketahui bahwa kegiatan bercerita dapat membantu mengembangkan

bahasa anak dan membantu meningkatkan kreativitas.

21
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi anak, guru, PAUD

dan peneliti lainnya agar menjadikan metode bercerita sebagai kegiatan

pembelajaran yang menarik dan dapat mengembangka bahasa pada anak. Gambar

berikut adalah alur atau bagan kerangka pemikiran sebagai pemecahan masalah

yang ada Di TK Nawa Djiwa Desa Maponu.

2. Masalah yang ditemukan adalah


1. Observasi awal di TK siswa belum mampu
Nawa Djiwa Desa berkomunikasi dengan baik, siswa
Maponu juga belum mampu menuangkan
kreativitas terhadap bahasa yang
mereka gunakan

4. Aspek-aspek kemampuan
anak setelah dilakukan
metode bercerita yaitu :
3. Solusi yang dapat digunakan
1. Menyebutkan kosakata
adalah dengan menggunakan
yang ada dalam cerita
metode bercerita sebagai media
2. Menjawab pertanyaan
yang dapat membantu
3. Dapat melakukan tanya
perkembangan bahasa pada anak
jawab
usia dini

5. Hasil kesimpulan yang didapatkan


pada penggunaan metode bercerita
pada anak usia dini sangat
berpengaruh pada perkembangan
bahasa anak serta meningkatkan
kemampuan kreativitas mereka.

22
2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian yang akan dibuktikan melalui pengujian adalah :

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan anak di TK Nawa Djiwa Desa Maponu.

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan anak di TK Nawa Djiwa Desa Maponu

23
24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Menurut

Hamdayana (2017:125) metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan

kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu

proses atau percobaan. Melalui penerapan metode ini, anak didik diharapkan

sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,

menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan

memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif deskriptif, karena penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada

proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.

Menurut Robet K.Yin (2015) penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

yang mendasar pada study kasus terhadap fenomena individu dan beberapa

konteks kehidupan nyata. Dimana studi kasus ini menggunakan berbagai sumber

untuk mengungkapkan data sehingga hasil penelitian dapat diyakini kebenarannya

3.2 Desain atau Rencana Penelitian

Dalam penelitian menggunakan Pre-Experimental Designs (nondesigns)

yaitu dengan One-group Pretest-posttest Design sebagai sebagai desain penelitian

Design one group pretest-posttest adalah penelitian yang menggunakan pretest

sebelum memberikan perlakuan. Dengan demikian lebih akurat, karena dapat

25
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Penelitian eksperimen

ini peneliti tidak menggunakan pretest dan posttest, tetapi menggunakan observasi

awal dan observasi akhir.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan pengaruh

metode bercerita terhadap perkembangan bahasa anak usia dini di TK Nawa

Djiwa Desa Maponu, atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh

perlakuan yang diberikan. Melalui penelitian eksperimen ini, peneliti ingin

mengetahui bahwa penggunaan metode bercerita pada anak usia dini dapat

meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa pada anak.

3.3 Setting dan Subjek Penelitian

Setting lokasi Penelitian ini dilaksanakan di TK Nawa Djiwa Maponu,

tepatnya di provinsi Sulawesi Barat, Pasangkayu. Sedangkan waktu pengambilan

data dilaksanakan pada bulan November 2022. Subjek penelitian atau sumber

informasi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa TK Nawa

Djiwa Maponu, Sulawesi Barat, Pasangkayu. Siswanya terdiri dari 20 orang ,

yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Selain itu sumber

informasi lain adalah guru dari TK Nawa Djiwa sebagai informasi sekunder.

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang

bersumber dari aktivitas anak mulai dari observasi awal hingga observasi akhir

26
yang dideskripsikan pada saat pembelajaran berlangsung serta sesudah tindakan

pembelajaran.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrument

utama dalam proses pengumpulan data penelitian. Peneliti sebagai instrument

utama sebab, peneliti secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan

interaksi dan wawancara kepada informan, melakukan pengamatan (observasi)

situasi dan kondisi sekolah dan menggali data melalui dokumen sekolah

1. Teknik Observasi

Metode observasi adalah metode penelitiaan yang dilakukan secara

sistematis melalui pengamatan, anatara lain kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatu objek atau fenomena-fenomena yang ada dengan

menggunakan seluruh alat indra. Selanjutnya metode observasi ini merupakan

suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap

fenomena-fenomena objek yang akan diteliti secara objektif dan hasilnya akan

dicatat secara sistematis agar dapat diperoleh gambaran yang lebih konkrit

dari kondisi lapangan yang ada.

Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi dilakukan oleh

penelit itu sendiri. Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan sebagai

subjek penelitian untuk mendapatkan sebuah gambaran langsung tentang

bagaimana pelaksanaan mengembangkan kemampuan kognitif melalui metode

eksperimen.

2. Teknik Wawancara

27
Dalam penelitian ini, teknik wawancara mendalam di gunakan sebagai

teknik pengumpulan data. Wawancara mendalam merupakan suatu proses

perolehan keterangan untuk mendapatkan sebuah informasi dengan cara

melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

terwawancara. Maka dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa wawancara

adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui dialog antara

pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh sebuah informasi.

Oleh karena itu jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah “wawancara

semi berstruktur”. Artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara

lebih bebas dan terbuka, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang

telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengambil gambar pada saat kegiatan

penelitian berlangsung. Dokumentasi yang dilakukan dapat dijadikan sebagai

gambaran umum yang berkaitan dengan pelaksanaan peran metode bercerita

dalam perkembangan bahasa anak.

Dokumentasi berupa kurikulum, visi, misi sekolah, rencana kegiatan

harian, aktivitas peserta didik pada saat kegiatan berlangsung (foto

menggunakan kamera HP) diambil pada setiap eksperimen. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data-data tertulis, arsip-arsip dan dokumen-

dokumen

3.6 Teknik Analisis Data

28
Data Data kualitatif yang diperoleh melalui hasil pengamatan

selanjutnya diolah secara deskriptif untuk mengetahui persentase keberhasilan

tindakan. Data kualitatif hasil belajar dianalisa secara deskriptif dengan

menggunakan pengelompokkan dengan kategori Berkembang Sangat Baik

( BSB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Mulai Berkembang (MB) dan

Belum Berkembang (BB).

Teknik analisis data diolah dengan menggunakan perhitungan

berdasarkan persentase (%) sesuai rumus yang dikemukakan oleh Sudjino

(2012) sebagai berikut :

f
P= x 100%
N

Keterangan : P = Persentase Aktivitas

f =Frekuensi

N = Jumlah Anak

29
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2016). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Menggunakan Metode


Bercerita Melalui Media Tangan. Jurnal Perkembangan Anak Usia Dini,
10(6), 115-117.

Al Hakim, R. M., & Rahmah, L. (2018). Pengembangan Fisik Motorik Melalui


Gerak Tari di Kelompok B RA DWP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 3(4),
269-286.

Aisyah. (2016). Analisis Metode Bercerita Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(7), 211-212.

Budiatro A. H., & Ardiansyah, B. (2017). Penggunaan Metode Bercerita Untuk


Mrngembangankan Daya Ingat Pada Anak Usia Dini di TK Al-Kautsar
Bandung. Jurnal Pendidikn Anak Usia Dini, 9(3), 381-382.

Fandi (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Usia


Dini Di RA Ummul Qura Stabat. Jurnal Pendidikan dan Konseling
(JPDK), 4(3), 2521-2529.

Hidayanti, M. (2013). Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui


permainan bakiak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 7(1), 195-200.

30
Isna, A. (2019). Perkembangan bahasa anak usia dini. Al Athfal: Jurnal Studi
Perkembangan Anak dan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini , 2 (1),
62-69.

Juliansyah, Kartika (2018). Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia


Dini Menggunakan Media Boneka di Kelompok TK Al Huda Kabupaten
Toli-toli. Skripsi Universitas Madako.

Mariana (2017). Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui


Permainan Tradisional di Kelompok B TK Negeri Pembina Palu Selatan.
Skripsi Universitas Tadulako.

Maulidiyah, E. C. (2017). Asesmen Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4-


5 Tahun. Jurnal perempuan dan anak, 1(1).

Morrison, K. M., Cairney, J., Eisenmann, J., Pfeiffer, K., & Gould, D. (2018).
Associations of Body Mass Index, Motor Performance, and Perceived
Athletic Competence with Physical Activity in Normal Weight and
Overweight Children. Journal of Obesity, 2018.

Rahma, Mayasari (2018). Meningkatkan motoric kasar anak melalui permainan


tradisional di kelompok B TK Adelia kecamatan Ampibabo Kabupaten
Parigi Moutong. Skripsi Universitas Tadulako.

Rahyubi, H. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik.


Bandung: Nusa Media.

Reza, K. (2016). Metode Pengembangan Bahasa dan Daya Ingat Anak. Jakarta:
Gemilang Media.

Rosila, R., Mahdum, M., & Hukmi, H. (2017). Meningkatkan Kemampuan


Motorik Kasar melalui Permainan Bola Estafet pada Anak Usia 5-6
Tahun di Tk Pertiwi Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi
(Doctoral dissertation, Riau University).

31
Setyawan, D. A., Hadi, H., & Royana, I. F. (2018). Kemampuan Motorik Kasar
Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Negeri Pembina Kota Surakarta. jurnal
penjakora fakultas olahraga dan kesehatan, 5(1), 17-27.

Tirza, K. (2018). Penerapan Metode Bercerita Menggunakan Wayang Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak . Surabaya: Cempaka
Garuda.

Wanda, L. (2017). Metode Bercerita Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Media.

Yuli, S. (2016). Ragam Metode Bercerita Kepada Anak Usia Dini dan
Manfaatnya. Jogjakarta: Suaka Indah

RUBRIK PENILAIAN

1. Kelancaran Bercerita

Kategori Indikator Skor

Berkembang Sangat Jika anak secara mandiri mampu bercerita 4


Baik (BSB) dengan lancar menggunakan 3-4 kosakata

32
Berkembang Sesuai Jika anak lancar bercerita menggunakan 3-4 3
Harapan (BSH) kosakata dengan bantuan guru

Mulai Berkembang Jika Anak kurang lancar bercerita 2


(MB)

Belum Berkembang Jika Anak tidak lancar bercerita 1


(BB)

2. Bercerita menggunakan artikulasi dengan jelas dan baik

Kategori Indikator Skor

Berkembang Sangat Jika anak secara mandiri mampu bercerita 4


Baik (BSB) dengan artikulasi yang jelas

Berkembang Sesuai Jika anak mampu bercerita dengan artikulasi 3


Harapan (BSH) yang jelas dengan bantuan guru

Mulai Berkembang Jika artikulasi anak kurang jelas dalam 2


(MB) bercerita

Belum Berkembang Jika artikulasi anak tidak jelas dalam 1


(BB) bercerita

3. Bercerita menggunakan kalimat lengkap

Kategori Indikator Skor

Berkembang Sangat Jika anak sudah bercerita dengan kalimat 4


Baik (BSB) lengkap 5-10 kosakata sesuai dengan urutan.

Berkembang Sesuai Jika anak sudah bercerita dengan kalimat 3


Harapan (BSH) lengkap 5-10 kosakata sesuai dengan urutan
dengan bantuan guru

Mulai Berkembang Jika anak kurang bercerita menggunakan 2


(MB) kalimat lengkap sesuai urutan

Belum Berkembang Jika Anak tidak bercerita menggunakan 1


(BB) kalimat lengkap

33
34
1

Anda mungkin juga menyukai