UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
USULAN PENELITIAN
2180111010
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajak anak kecil sering berbicara akan berpengaruh pada akuisisi bahasa
si anak tersebut, karena dengan kita memberi stimulus akan merangsang anak untuk
mengucapkan beberapa kata baru yang keluar. Pemerolehan bahasa anak- anak usia
dini terutama di lingkungan taman kanak-kanak sangat unik dan menarik untuk di
kaji lebih jauh lagi. Hal ini harus dilakukan karena seorang anak mengucapkan
sebuah kata atau kalimat dari apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Menurut
(Chaer, 2009) mengungkapkan bahwa bahasa lisan yang keluar dari mulut anak-anak
ini banyak sekali penafsirannya yang pada umumnya ibu mereka yang mampu
menafsirkannya dengan tepat. Selain ucapan yang keluar, kita harus mengetahui
pesan yang diujarkan oleh anak-anak. Dua hal ilmu yang dipelajari tersebut
dinamakan psikolinguistik.
mengarahkkan setiap kata maupun kalimat yang dikeluarkan. Kita ketahui usia anak
dengan kisaran 4-6 tahun merupakan masa keemasan yang penting bagi anak untuk
mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memfasiltasi
masa tumbuh kembang anak dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang
sesuai dengan umur dan kebutuhan anak. Dalam hal ini, peran gurulah yang sangat
penting dalam memilih model, metode dan strategi yang digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas.
Dalam mengajarkan anak usia dini terutama pada taman kanak-kanak, seorang
guru harus mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih
metode dan media yang tepat untuk mereka. Upaya inilah yang dilakukan oleh guru
agar mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak, salah satunya aspek
sistem simbol lisan yang arbiter yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk
mendengar dan berbicara. Melihat perkembangan berbahasa pada anak usia dini
terutama fokus pada bahasa lisan, maka pemerintah merancang kurikulum TK yang
mengarah pada memotivasi anak supaya mendengarkan dan berbahasa lisan yang
baik dan benar. Berdasarkan Permendiknas nomor 58 tahun 2009, ruang lingkup
tidak tercapai. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada TK Kreatif
metode ceramah dan itu yang membuat anak merasa bosan di dalam kelas.
dan media pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam
proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode bercerita dapat menarik
intonasi dan gerak tubuh dari seorang guru. Selain itu, bila isi cerita juga dikaitkan
dengan kehidupan anak-anak, mereka akan mudah menangkap isi cerita dan
sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan/ penjelasan secara lisan melalui
cerita. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan
kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan
yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita
merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau
materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didiknya. Dalam pelaksanaan
untuk mendengarkan cerita dari guru. Dengan jelas metode bercerita disajikan kepada
ajaran-ajaran agama dan dapat berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-
hari. Pada usia 4-6 tahun merupakan masa yang sangat penting bagi anak untuk dapat
menarik dan tentunya menyenangkan, apalagi ditunjang dengan media gambar yang
School Denpasar?
bahasa lisan yang terjadi pada anak usia dini dengan menggunakan metode bercerita
1.3.2.1 Untuk mengetahui proses pemerolehan kosakata bahasa inggris anak usia dini
dengan kebutuhan perkembangan anak usia dini dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
penggunaan metode bercerita pada pemerolehan bahasa Inggris anak usia dini.
pada pemerolehan bahasa Inggris anak usia dini dan menjadi bahan kajian lebih lanjut
lagi.
1.4.2.1 Untuk pendidik, penelitian ini diharapkan membantu para pendidik untuk
1.4.2.4 Untuk peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh lagi terkait dengan judul ini.
BAB II
relevan dengan penelitian saat ini yang akan dijadikan dasar dari sebuah ide
Pertama, Pada penelitian yang ditulis oleh Nugraheni dan Ahsin (2021) yang
berjudul Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia Dini di Desa Hadiwarno Kecamatan
Mejobo Kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini menuliskan rumusan masalah yakni:
bagaimana pemerolehan bahasa pada anak usia dini di desa Hadiwarno, Mejobo
Kudus. Untuk Batasan pemerolehan bahasa hanya meliputi beberapa aspek yang
digunakan yaitu kata anggota keluarga, benda di dalam maupun diluar rumah, alat
transportasi, hewan, warna, nama buah-buahan dan fenomena alam. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif dimana
untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak yang terjadi didaerah tersebut dengan
latar belakang anak yang bervariasi. Sedangkan untuk objek penelitian menggunakan
dua anak yang memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Pertama anak
berinisial “Z” umur 3,8 tahun dan yang kedua anak berinisial “B” dengan umur 3,1
dan dokumentasi. Selain itu, dalam menganalisis data deskriptif ini menggunakan
kerangka invention of tradition. Dari data yang peroleh, pemerolehan bahasa yang
yang ada didalam maupun diluar rumah. Bisa dikatakan bahwa anak-anak sering
menjumpai benda-benda atau orang yang selalu ada di sekitar dia sehingga
mempermudah mengucapkan. Selain itu, dari pengamatan pola asuh “Z” dan “B”
juga berbeda, misalkan pada anak “Z” kosa kata yang dimiliki cenderung lebih
banyak. Hal ini dikarenakan bahwa “Z” mempunyai orang tua yang selalu mengajak
interaksi dan memberikan stimulus supaya anak berlatih berbiacara dan juga sering
mengungkapkan kata sesuai apa yang diajarkan orang tuanya. Akan tetapi,
kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya memberikan data. Terlihat dari
kepada orang tua anak tersebut sebagai penunjang data observasi langsung yang
dilakukan oleh peneliti. Selain itu, pada penelitian ini juga tidak memberikan data
Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 5-6 Tahun yang ditulis oleh Nurjannah dan
Huda Surakarta, dengan subjek penelitian adalah TK-B yang berjumlah 16, yang
terdiri atas 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan data pendukungnya menggunakan lembar harian penilaian
Dalam penelitian ini hanya melihat siswa yang aktif dan merespon pembelajaran
dikelas dianggap mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Akan tetapi, hasil
yang diperlihatkan hanya 50 % siswa saja yang merespon, sehingga perlu dikaji ulang
2.2 Konsep
pemakaian bahasa, dan hal lain yang ada hubungannnya dengan aspek-aspek tersebut.
proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya (native language). Pemerolehan bahasa akan terus berkembang
seiring usia anak yang semakin bertambah. Pada saat anak belajar memperoleh suatu
bahasa, maka dalam hal ini si anak mendapatkan kemampuan untuk menangkap,
menghasilkan, dan menggunakan kata dipahami dan berkomunikasi. Oleh karena itu,
dalam pemerolehan bahasa ada 3 aspek yang meliputi: aspek fonologi, aspek sintaksis
kesadaran fonemik, dan produksi serta kesadaran naratif. Aspek-aspek bahasa lisan
lisan adalah kemampuan dalam memahami suatu cerita yang dibuktikan dengan
Bahasa lisan memiliki beberapa aspek. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
b) Semantik Penggunaan bahasa lisan bersama dengan bahasa tubuh, eskpresi wajah,
dan intonasi.
d) Morfemik Infleksi dan susunan kata dalam cara pengucapan bahasa lisan.
bahasa lisan yakni kemampuan interaksi social anak. Anak-anak yang memiliki
kemampuan bahasa lisan akan lebih berhasil dalam berkomunikasi, baik dengan guru
sekolah.
mampu menyusun kalimat yang semakin panjang dan kompleks. Saat mereka mulai
memasuki sekolah (pada usia 5 atau 6 tahun), mereka menggunakan bahasa yang
Karakteristik bahasa lisan pada tingkat usia 5-6 tahun menurut Ormrod (2008),
memiliki karakteristik sesuai usia: (1) Pengetahuan sebanyak 8.000-14.000 kata pada
yang disertai beberapa anak kalimat), (3) Ketergantungan berlebih pada urutan kata
dan konteks (alih-alih pada sintaksis) saat menafsirkan pesan, (4) Pemahaman yang
masih dangkal mengenai “menjadi pendengar yang baik” (misalnya hanya duduk
diam tanpa komentar), (5) Pemahaman harfiah terhadap pesan dan cerita, (6)
imbau, harimau, sepoi), (8) Penggunaan akhiran yang kadang-kadang tidak tepat.
Seorang anak berusia 6 tahun lebih pintar bicara daripada anak berusia 2 tahun. Pada
kemampuan bahasa lisan anak usia dini, yaitu kemampuan untuk menerima bahasa
bahasa lisan, yaitu: mulai memahami pesan maupun cerita, mampu mengulang
kalimat yang lebih kompleks, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai
cerita, dan memiliki kemampuan menceritakan suatu cerita. Karakteristik lain adalah
faktor. Faktor-faktor kesehatan, intelegensi, status social ekonomi, jenis kelamin, dan
hubungan keluarga.
perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada
usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut
perkembangan bahasanya.
4. Jenis kelamin (sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita
orang tua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada
anak.
Metode merupakan cara kerja yang sistematis yang fungsinya merupakan alat
metode pembelajaran adalah adalah suatu cara atau ssstem yang digunakan dalam
karena itu dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program
kegiatan anak di taman kanak-kanak harus mempunyai alasan yang kuat dan faktor-
faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut. Anak lebih mudah belajar
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada taman kanak-
kanak salah satunya adalah metode bercerita. Bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat tentang apa yang
harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang
dikemas dalam bentuk cerita yang dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi
anak. Seorang guru ketika bercerita harus mampu menguasai isi dari cerita tersebut
agar anak akan lebih mudah menangkap isi cerita tersebut. Selain itu isi cerita nya
pun harus sesuatu yang dekat dengan anak, misal cerita tentang binatang.
Menurut Masitoh (2008: 35) metode bercerita adalah cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak
didik. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi
anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang
digunakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak terlepas dari
anak agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang telah disampaikan dengan
1. Menghibur para siswanya untuk menikmati sajian cerita yang dikemas dengan
ide yang menarik, pengimajinasian yang luas, dan penyajian yang memukau.
4. Membersihkan akhlak.
5. Melatih para siswanya untuk mengungkapkan ide cerita dengan kata-kata
sederhana.
pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide cerita serta menambah wawasan
mengajar di pendidikan anak usia dini khususnya, maka ada beberapa manfaat yang
d) Memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat mengatakan
imajinasi anak mulai di rangsang. Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak
menyimak cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tata
manfaat metode bercerita. Oleh sebab itu, metode bercerita dapat dijadikan salah satu
positif, salah satunya yaitu memberikan kemampuan berbicara pada anak usia dini.
c) Menceritakan dongeng,
pilihan sehingga penggunaan metode bercerita tidak membosankan bagi anak serta
membuat anak tertarik dan antusias mendengar cerita. Melalui pemilihan tekhnik
dalam metode tersebut anak-anak tidak akan merasa bosan dalam mendengarkan
cerita.
anak usia dini selain disajikan melalui berbagai cara, dapat juga menggunakan media
penyampaiannya, metode bercerita dibagi menjadi dua bentuk agar anak tidak bosan
dalam mendengarkan cerita dan juga akan terlihat lebih bervariasi, yaitu:
a) Bercerita tanpa alat peraga. Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang
muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan
b) Bercerita dengan alat peraga. Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah
cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga
terarah sesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat
peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga tidak
langsung.
juga harus memperhatikan beberapa hal yaitu, cerita yang disampaikan harus dikemas
menarik dan sesederhana mungkin sehingga anak akan akan tertarik dan merespon
serta memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya dan menanggapi isi dari cerita
tersebut.
2.2.3.8 Rancangan Metode Bercerita
bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Secara umum persiapan guru
1) Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih, sebagaimana telah dijelaskan tujuan
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih apabila kita telah menetapkan rancangan
tujuan dan tema selanjutnya guru memilih salah satu diantara bentuk-bentuk
bercerita.
anak,
dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Lebih
jelas Thorndike menyatakan bahwa perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu
yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).
sebagai hasil dari pengalaman dan peran lingkungan. Perubahan tersebut menyangkut
perubahan internal maupun eksternal dari seseorang yang telah diberi pembelajaran,
stimulus respon.
2.3.3 Teori Pendekatan Lisan dan Pengajaran Bahasa Situasi ( The oral
Rafli (2015: 152) mengungkapkan bahwa teori ini lebih menitikberatkan pada
proses dari pada kondisi belajar. Karena dalam pengajaran bahasa situasional
baru. Selain itu, berbicara dipandang sebagai kemampuan dasar berbahasa; dan
seperti ini akan dikontrol dengan hati-hati untuk mengajarkan bahan bahasa baru
dengan cara dimana tidak terdapat kesalahan makna dalam pikiran si pembelajar dari
situasional, dengan perhatian utamanya pada praktik lisan, tata bahasa dan pola
kalimat.
Model pembelajaran
1. Mengumpulkan
Rumusan masalah: Landasan Teori:
data (Observasi,
wawancara, dan 1. Karakteristik pemerolehan 1. Teori behaviorisme.
dokumentasi). bahasa lisan saat 2. Teori Pendekatan Lisan
2. Analisis data: menggunakan metode dan Pengajaran Bahasa
Kualitatif bercerita. Situasi ( The oral
2. Faktor apa saja yang approach and the
mempengaruhi pemerolehan situasional Language
bahasa lisan menggunakan Teaching).
metode bercerita.
Data Analisis
Hasil Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2021:2-3) metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci
yang diperhatikan yaitu, dengan cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuwan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan
cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang, atau provokator, atau
tahanan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis artinya, proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat
logis.
mengantisipasi merupakan suatu upaya yang dilakukan agar masalah tidak terjadi.
Dalam sebuah penelitian terdapat rancangan penelitian, lokasi dan waktu, prosedur
yang harus dilakukan, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik
pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data yang akan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada salah satu sekolah islam yang ada di
Denpasar yang Bernama TK- Kreatif Buahati. Penelitian dilakukan saat pembelajaran
aktif sekitar bulan Juli – September 2022. Dalam melakukan penelitian ini bertujuan
bahasa lisan dengan menggunkan suatu metode yakni metode bercerita. Penelitian ini
akan menggunakan kelas TK-A dimana dengan jumlah siswanya berjumlah 7 orang.
Dimana terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Dalam kelas TK-A juga
terdapat satu anak yang hiperaktif, sehingga ini akan menjadi keunikan tersendiri
pada penelitian ini. Dalam melakukan penelitian, membutuhkan waktu tiga hari
yakni: hari senin, selasa dan kamis disetiap minggunya, karena dihari tersebut
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa – siswa TK-A
Buahati Denpasar yang berjumlah 7 orang dengan kisaran siswa yang berumur 4- 5
tahun. Sumber data pendukung lainnya adalah dari orang tua siswa dan guru TK-A
melakukan observasi didalam kelas, wawancara dengan orang tua dan guru dari
siswa-siswi TK-A Buahati Denpasar, dan memberikan catatan harian untuk orang tua
metode bercerita.
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah
partisipatif karena memudahkan untuk mendapatkan data yang valid. Selain itu,
3.5.2 Wawancara
yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang ada. Selain itu dalam wawancara ini
Wawancara ini terutama dilakukan guru dan orang tua secara berkala, karena untuk
3.5.3 Dokumentasi
disajikan dalam bentuk narasi yang detail dalam kegiatan pengajaran setiap bulan
mempengaruhi dengan metode bercerita. Analisis data pemerolehan bahasa lisan anak
usia dini dengan metode bercerita dijelaskan secara deskriptif berdasarkan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Lust, Barbara. (2006). Child Language Acquisition and Growth. New York:
Rhinneka.
Nurbiana, Dhien. dkk. 2009. Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Terbuka.