Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PTK

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas”

“EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PHONETIC (MENDENGAR DAN


MENGUCAPKAN) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL GUNA MELATIH
PRONOUNCIATION SISWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
KELAS 5 MI MUHAMMADIYAH 1 KALEN SELAMA PEMBELAJARAN DARING”

Dosen pengampu : Ummu Khairiyah, M. Pd.

Disusun oleh :

ELVIA DESY SYA’BANI (151710007)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

TAHUN AJARAN 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih memiliki
masalah besar dalam bidang pendidikan. Padahal, pendidikan adalah suatu usaha untuk
menghasilkan sumber daya manusia terdidik dan cerdas dalam menjawab tantangan masa
depan. Usaha pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang menghasilkan sumber daya
manusia terdidik dan cerdas dalam menjawab tantangan masa depan sejalan dengan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Shoimin
(2014:15), bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya
manusia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan
pembangunan nasional.

Berdasarkan keadaan sekarang yang mengharuskan lembaga pendidikan libur total


karena dampak dari virus COVID-19, maka KEMENDIKBUD membuat suatu sistem
belajar yakni belajar online/ Daring. KEMDIKBUD pun berupaya sekeras mungkin agar
para peserta didik yang di rumah dapat menerima pembelajaran sebaik mungkin. dengan
diadakannya program tayangan belajar dari rumah yang terdapat pada channel TVRI,
sebagai media untuk mengisi waktu luang dan sekolah berbasis online pada siswa saat
situasi pandemik COVID-19 ini salah satu ide dengan berbasis teknologi informasi.

Dari hasil survey terhadap salah satu kelas online (WA Grub) peneliti menemukan
suatu permasalahan pada salah satu mata pembelajaran, di mana siswa dulu sebelum SFH
(School from home) belum terlatih pengucapannya dalam bahasa inggris kini menjadi lebih
tidak paham semenjak diharuskannya Online Class, di tambah lagi pendidik kesulitan
mencari metode dan media yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena
itulah peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator menggunakan suatu metode dan media
yang cocok agar dapat membantu para siswa lancar pada hal pengucapan/pelafalan
(pronouonciation) dalam mata pelajaran bahasa inggris selama di rumah.

Karena jika salah menentukan metode dan menggunakan metode asal-asalan akan
berdampak pada kemampuan pronounciation para peserta didik yang sebelumnya
diharapkan untuk meningkat malah jadi menurun, di karenakan kurang tepat
meimplementasikan metode dan media. Pelafalan (pronounciation) dalam bahasa inggris
sangatlah penting. Menurut Wendy A. Scott dan Lisbeth H. Ytreberg (2004 : 3) young
learners mempunyai kemampuan yang hebat dalam menyerap bahasa melalui permainan
dan kegiatan lain yang menurut mereka menyenangkan Young Learners lebih cenderung
menyukai kegiatan yang melibatkan gerakan dan pengindraan, sehingga para pengajar dapat
memperkenalkan kata sekaligus Pronounciation yang tepat dengan menggunakan video/
gambar. Berdasarkan penelitian tiga pakar pendidikan anak dari amerika, yakni Dr. Keith
Osborn (University of georgia), Dr. Burton L. White (Preschool Project), dan prof. Dr.
Benyamin S. Bloom (University of chicago), tingkat perkembangan intelektual anak sejak
lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50%. Kemudian ketika berusia 4-8 tahun bertambah
30% jadi 80%, dan pada usia 8-18 tahun otak berkembang hanya 20%. Dari kenyataan
inilah maka dapat kita ketahui bahwa anak usia dini sedang menjalani periode emas dan
periode lanjutan dalam perkembangan mereka di mana mereka telah mampu menghafal
banyak sekali informasi seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dan sebagainya.

Di dalam menyampaikan media berbasis teknologi, siswa dituntut untuk dapat


memperhatikan penjelasan dalam Online class, mereka harus tetap fokus terhadap arahan-
arahan yang diberikan. Dengan metode phonetic (mendengar dan mengucapkan) yang
sebelumnya sudah dipraktekkan lewat video lalu dikirim di WA Grub, siswa akan
melakukan arahan yang diberikan, mereka akan mendapat kiriman Gambar berupa bacaan
dalam bahasa inggris, lalu mereka mulai mengikuti arahan seperti yang ada di video tadi dan
mereka mulai membaca bacaan yang sudah di kirim lalu mereka membuat video sebagai
bukti kalau mereka memang berminat dalam belajar pelafalan bahasa inggris, pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan karena siswa dapat menyimak materi pelajaran pada media
video yang dibuat sekreatif mungkin agar tidak terlihat membosankan, para siswa cenderung
memanfaatkan indera penglihatan, pendengaran dan pengucapan sekaligus, sehingga
pembelajaran menantang, lebih menarik dan tidak membosankan.

Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memperbaiki proses pembelajaran bahasa
inggris yang sebelumnya belum bisa mencapai tahap pengucapan, dengan diterapkannya
metode serta media ini siswa dapat lebih terampil, aktif, serta minat dalam menerima
pelajaran bahasa inggris dengan hal pelafalan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah
tersebut maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan Judul “Efektivitas
Penerapan Metode Phonetic (Mendengar Dan Mengucapkan) Berbantuan Media Audio
Visual Guna Melatih Pronounciation Siswa Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 5
Mi Muhammadiyah 1 Kalen Selama Pembelajaran Daring”

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah Efektivitas Penerapan Metode Phonetic (Mendengar Dan
Mengucapkan) Berbantuan Media Audio Visual Guna Melatih Pronounciation Siswa
Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 5 MI Muhammadiyah 1 Kalen Selama
Pembelajaran Daring ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan implementasi Metode Phonetic (Mendengar Dan Mengucapkan)
Berbantuan Media Audio Visual Guna Melatih Pronounciation Siswa Dalam Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 5 MI Muhammadiyah 1 Kalen Selama Pembelajaran
Daring.
2. Meningkatkan keterampilan Pronounciation Siswa Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kelas 5 Mi Muhammadiyah 1 Kalen Berbantuan Media Audio Visual dan menggunakan
Metode Phonetic.
D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan membawa suatu kontribusi terhadap pengembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai fakta bahwa Metode Phonetic
(Mendengar Dan Mengucapkan) Berbantuan Media Audio Visual dapat memperbaiki
proses pembelajaran serta meningkatkan aktivitas siswa dan melatih pelafalan/
pronounciation Siswa Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 5 Mi Muhammadiyah
1 Kalen. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan metode dan media yang sama.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa

Penerapan Metode Phonetic (Mendengar Dan Mengucapkan) Berbantuan


Media Audio Visual dan penggunaan penilaian kelas melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan
menimbulkan kebermaknaan belajar, sehingga mampu meningkatkan pelafalan dan
daya ingat siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru

Guru dapat mengetahui keunggulan Metode Phonetic (Mendengar Dan


Mengucapkan) Berbantuan Media Audio Visual sehingga guru menjadi lebih
profesional dengan penggunaan metode dan media tersebut. Hal ini tentunya
menambah wawasan bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan serta memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah,


meningkatkan mutu lulusan sekolah, mendorong sekolah untuk melakukan
pembelajaran yang inovatif guna perbaikan dalam pembelajaran pelafalan
kata/kalimat dalam mata pelajaran bahasa inggris, serta menumbuhkan kerja sama
antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah. Penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan keterampilan
pelafalan kata/kalimat dalam bahasa inggris narasi melalui implementasi Metode
Phonetic (Mendengar Dan Mengucapkan) Berbantuan Media Audio Visual.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI
1. Hakikat Bahasa

Menurut Yuniawan (2012:2), alat komunikasi yang paling ampuh adalah bahasa.
Dengan bahasa, manusia sebagai makhluk sosial dapat berinteraksi satu dengan yang
lain secara efektif. Hal ini diperkuat pendapat oleh Sugihastuti (dalam
Kusumaningsih, 2013:13) yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau
penulis kepada pembaca.

Siswandi (2006:26) mengungkapkan bahwa empat pilar dalam berbahasa meliputi:

a. Mendengarkan

Mendengarkan, memahami, dan memberikan tanggapan terhadap gagasan,


pendapat, dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk wacana lisan. Badan
Standar Nasional Pendidikan (2006:135) menerangkan keterampilan
mendengarkan adalah kemampuan siswa untuk memahami dalam teks monolog
lisan berbentuk cerita (naratif), lelucon/petualangan (spoof/recount) dan cara
mengungkapkan kritikan dan teguran sopan dalam bentuk baku (hortatory
exposition) secara akurat, lancar, dan berterima dalam konteks kehidupan
seharihari dan mengakses ilmu pengetahuan. Dalam proses belajar keterampilan
mendengar, siswa diharapkan melakukan kegiatan seperti mencocokkan gambar
dengan cerita yang didengar, mengidentifikasi informasi yang benar/salah dari
cerita yang didengar, mendengar percakapan mendongeng, mengidentifikasi
intonasi yang tepat untuk sebuah percakapan, melengkapi teks monolog,
menjawab pertanyaan, mendengarkan teman mendongeng serta mendengarkan
teman presentasi (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:145).
b. Berbicara

Berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan, pendapat,


kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai
dengan tujuan dan konteks pembicaraan. Badan Standar Nasional Pendidikan
(2006:145) menerangkan bahwa keterampilan berbicara merupakan kemampuan
siswa dalam mengungkapkan berbagai makna dalam monolog berbentuk cerita
(naratif), lelucon/petualangan (spoof/recount) dan cara mengungkapkan kritikan
dan teguran sopan dalam bentuk baku (hortatory exposition) secara akurat, lancar,
dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan mengakses ilmu
pengetahuan. Dalam proses belajar keterampilan berbicara, siswa diharapkan
melakukan kegiatan bercerita, melakukan tanya jawab, membaca percakaan
mendongeng, menjawab pertanyaan, memberi tanggapan pada kartun,
mempelajari ungkapan yang digunakan untuk mendongeng dan presentasi,
melakukan drama, bekerjasama dengan teman untuk membuat dongeng,
bekerjasama dengan teman untuk mempresentasikan suatu isu, mendongeng
secara individu, mendongeng cerita lucu secara individu serta mempresentasikan
suatu isu secara individu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:145).

c. Membaca

Membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun
tersirat untuk berbagai tujuan.

d. Menulis

Menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai
konteks. Siswandi (2006:28) juga mengungkapkan bahwa bahasa sebagai alat
komunikasi dapat digunakan untuk berbagai macam fungsi sesuai dengan apa
yang ingin disampaikan oleh penutur, misalnya untuk menyampaikan informasi
faktual (mengidentifikasikan, melaporkan, menanyakan, dan mengoreksi);
menyatakan sikap intelektual (menyatakan setuju atau tidak setuju, menyanggah,
dan sebagainya); menyatakan sikap emosional (senang, tidak senang, harapan,
kepuasan, dan sebagainya); menyatakan sikap moral (meminta maaf,
menyatakan penyesalan, penghargaan, dan sebagainya); menyatakan perintah
(mengajak, mengundang, memperingatkan, dan sebagainya); untuk bersosialisasi
(menyapa, memperkenalkan diri, menyampaikan selamat, meminta perhatian,
dan sebagainya).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah


alat komunikasi yang efektif yang dapat digunakan antarmanusia untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan. Bahasa memiliki empat pilar yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, serta di dalam mempelajarinya
sangat bergantung pada kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.

2. Pembelajaran Bahasa Inggris


a. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan agar siswa memiliki kemampuan


sebagai berikut:

1) Dapat Berkomunikasi bahasa inggris dengan sesama teman secara lancar.


2) Menghargai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
3) Memahami bahasa Inggris dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
4) Menggunakan bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5) Menikmati dan memanfaatkan media buku bacaan berbahasa inggris untuk
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa inggris.
6) Mempelajari suatu bahasa telah dilakukan oleh manusia sejak lahir.
Mempelajari bahasa dimulai dari belajar bahasa ibu, yang merupakan suatu
hal yang wajar dan alamiah. Namun lain halnya dengan belajar bahasa kedua
atau bahasa asing. Secara singkat Littlewood (1984:3) membedakan kedua
istilah ini yaitu “a “second” language has social functions within the
community where it is learnt (e.g., as a lingua franca or as the language of
another social group), whereas a “foreign” language is learnt primarily for
contact outside one‟s own community”. Pendapat tersebut diartikan bahwa
bahasa kedua memiliki fungsi sosial dalam masyarakat di mana ini dipelajari
(misalnya, sebagai lingua franca atau bahasa kelompok sosial lain), sedangkan
bahasa asing dipelajari terutama untuk hubungan di luar komunitas sendiri.

Dalam kaitannya dengan bahasa asing, Chaer (2009:37) mengemukakan


adanya istilah bahasa target yang merupakan bahasa yang sedang dipelajari dan
ingin dikuasai. Wujud bahasa target dapat berupa bahasa ibu (bahasa pertama
(B1), bahasa kedua (B2), maupun bahasa asing (BA). Pengertian bahasa kedua
tidak sama dengan bahasa bahasa asing. Di Indonesia misalnya, pertama kali
pembelajar belajar bahasa pertama (bahasa daerah), kemudian belajar bahasa
kedua (bahasa Indonesia).

Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi digunakan untuk menyampaikan


gagasan, pikiran, pendapat, perasaan, dan juga untuk menanggapi atau
menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk dapat mempelajari
bahasa Inggris dengan baik diperlukan pengetahuan akan karakteristik dari bahasa
Inggris itu sendiri. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu bila
ditinjau dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, ataupun materi yang
dipelajari dalam rangka menunjang kompetensi tersebut. Ditinjau dari segi tujuan
atau kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran bahasa Inggris ini
menekankan pada aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan
berbahasa lisan dan tulis, baik reseptif maupun produktif. Karakteritik inilah yang
membedakan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.

Bahasa Inggris tidak hanya perlu dipelajari sebagai sebuah pelajaran saja,
tetapi seharusnya juga menjadi sebuah sarana untuk menerapkannya secara
kontekstual yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Kemampuan berbahasa
Inggris siswa yang masih minim menjadi kendala bagi mereka untuk
berkomunikasi speaking, dan sudah pasti akan menjadi kendala bagi mereka
untuk berperan aktif dalam setiap kesempatan yang lebih mempunyai daya saing.
Kendala yang sering terjadi dalam kemampuan berkomunikasi speaking terletak
pada kelancaran, ungkapan-ungkapan yang sesuai konteks dan pengucapan
atau pronunciation.

Speaking atau berbicara merupakan kemampuan yang berkembang karena


mempunyai ungkapan-ungkapan yang khusus dan tergantung pada tingkat
formalitasnya. Siswa mempunyai kekurangan dalam tingkat ini, disinilah peran
guru harus bisa mengatasi permasalahan kemampuan berbicara dengan
pengajaran yang handal.

Pronunciation ataupun ucapan merupakan sebuah kemampuan seseorang


tentang bagaimana seseorang memahami sistem bunyi, dan berdampak pada
ucapan seseorang yang secara langsung akan mempengaruhi makna atau arti jika
dalam konteks bahasa Inggris. Pada bahasa Inggris, beda bunyi akan berarti beda
makna, apalagi beda tulisan, dan akan sangat mempengaruhi komunikasi lisan.

Di sisi lain, kemampuan bahasa tidak hanya kemampuan tertulis saja, tetapi
juga lisan. Ucapan yang tidak sesuai akan menjadi tolak ukur bahwa seseorang
tidak mampu mempelajari bahasa secara utuh, dan itu menjadi indikator bahwa
harus ada cara yang dilakukan agar hal ini bisa diminimalisir sehingga sistim
pendidikan kita berubah menjadi lebih baik. Ketidaksesuaian hasil belajar ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah perbedaan konsep dalam
bahasa yang dipelajari dengan bahasa ibu, dalam hal ini bisa bahasa Indonesia
ataupun bahasa daerah masing-masing. Sistim bunyi yang berbeda, keadaan psikis
yang mempengaruhi saat belajar, lingkungan sekitar tempat belajar, penggunaan
metode yang tidak tepat dan perbedaan fasilitas akan mempengaruhi konsep
pemahaman diantara para siswa.

Dengan demikian pengajaran Speaking dan Pronunciation sangat penting


diterapkan disetiap pengajaran bahasa Inggris baik dengan metode pengajaran dan
media mukhtahir, agar pengajaran bahasa sangat terasa aplikatif dan
penggunaannya juga bisa secara natural diterapkan ketika menggunakan bahasa
tersebut, sehingga kepercayaan diri siswa semakin meningkat.

b. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar


Sekolah dasar merupakan momentum awal bagi siswa untuk meningkatkan
kemampuan dirinya. Melalui pendidikan, pemerintah telah merancang berbagai
program yang bersifat mendidik guna meningkatkan kualitas generasi muda. Hal
ini lantaran kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari
bangsa itu sendiri (Umareani et al, 2014:2).

Salah satu kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa sekolah dasar adalah
kemampuan berbahasa. Rahim (2006 : 22) mengungkapkan ciri khas pengajaran
bahasa inggris ialah bahwa peserta didik harus memperoleh kemampuan untuk
mempergunakannya sebagai alat berkomunikasi dan belajar untuk berfikir dalam
bahasa tersebut. Untuk mencapai tujuan komunikatif diperlukan metode yang
tepat dan bagus dalam proses pembelajaran.

Menurut Brown (dalam Abidin, 2013:81), prinsip pembelajaran bahasa yang


bermakna antara lain:

1) Dimulai dengan memberikan penyadaran psikologis kepada siswa bahwa


apapun yang akan dipelajari merupakan hal penting bagi mereka, baik untuk
mencapai kepentingan akademik maupun kepentingan praktis di masa
mendatang.
2) Pembangkitan motivasi dan minat belajar melalui apersepsi.

Dari beberapa teori tersebut, peneliti mendefinisikan bahwa belajar


merupakan proses yang di dalamnya terdapat perubahan dari siswa yang tidak
mampu menjadi mampu sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Seorang
guru seharusnya mampu merancang aktivitas belajar berdasarkan teori-teori
belajar tersebut sebelum diterapkan di kelasnya, dan menciptakan suasana belajar
yang membantu siswa untuk menggunakan bahasa seakan-akan mereka berada
dalam situasi komunikasi yang nyata, sehingah hal itu memudahkan siswa
memahami bahasa inggris baik itu dalam aspek listening, speaking, reading,
writing, dan grammar, dan mampu menerapkanya dalam keseharianya

3. Metode Phonetic (Mendengar dan mengucapkan)


Metode ini mengutamakan  eat training dan speak training  yaitu cara
menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan
kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat
dalam bahasa asing yang sedang dipelajari.
Pengajaran Pronunciation harus disesuaikan dengan setiap usia siswa,
karena setiap tingkatan umur siswa mempunyai respon yang beragam baik secara
kognitif, emosi. Sehingga pendekatan dan jenis tugas yang diberikan pun berbeda,
seperti anak-anak lebih suka peniruan (imitation).
Pengucapan merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat
penting, karena terletak pada penyampaian pesan dengan pengucapan yang tepat,
dimana si penerima pesan bisa mengerti atas apa yang disampaikan.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dalam pengajaran pengucapan
atau pronunciation maka seorang pengajar harus memperhatikan peran guru
terhadap siswa, pendekatan pengajaran, pendekatan apa yang cocok dan sesuai
dengan gaya belajar siswa, serta penekanan pada aspek-aspek pengucapan.
Dengan demikian, pengajaran bisa berhasil jika kesemua hal-hal tersebut  di atas
dijalankan sesuai kaidah teori-teori yang ada.
a. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini secara daring :
1) Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa asing di rekam, lalu setelah itu
guru mengirimkan video tersebut di grup kelas WA/ GC, siswa
mendengarkan dan memperhatikan baik-baik cara bacaan guru dengan
cermat, serius siswa harus memperhatikan betul langgam dan intonasi, serta
gerak-gerik bentuk mimik tertentu.
2) Materi bacaan tentang dongeng/ cerita aktivitas sehari-hari dalam bacaan
itu hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menjadi bahan bacaan
yang sempurna/berkelanjutan.
3) Guru dapat menghentikan materi-materi tertentu jika materi pelajaran
tersebut sudah dianggap selesai dan dikuasai oleh anak didik, kemudian
dapat dilanjutkan pada session/materi bacaan berikutnya
4) Untuk memperjelas ucapan dan percakapan, maka metode ini
menggunakan alat peraga/media pengajaran berupa video, guru merekam
dirinya sendiri dan bercerita/ membacakan salah satu materi tentang
bacaan-bacaan berbahasa inggris yang ada di buku paket/ Lks.
5) Pada setiap akhir video, guru memberikan latihan-latihan praktis membaca
salah satu materi bacaan berbahasa inggris yang sudah di pilihkan oleh
guru, dan setelah itu para peserta didik harus merekam diri mereka
membaca materi berbahasa inggris dengan pelafalan yang tepat, yang
sudah dicontohkan sebelumnya, guru memberi nasihat-nasihat berupa
dorongan (memberi motivasi bagi anak didik) supaya belajar sungguh-
sungguh, rajin dan rutin latihan pelafalan setiap hari.
b. Kelebihan metode phonetic :
1) Metode ini mengajarkan kemampuan membaca anak didik dengan lancar
dan fasih sekaligus kemampuan percakapan, banyak latihan-latihan dialog
dan menulis (dikte).
2) Siswa dapat menyimak percakapan dari guru apakah sudah benar atau
masih salah, jika ada kesalahan mereka kemudian mengubah dan
memperbaiki letak-letak kesalahan itu
c. Kekurangan metode phonetic :

1) Metode ini memerlukan kesungguhan dan keahlian (profesional)


berbahasa asing dari pihak guru disamping perencanaan dan waktu harus
matang.
4. Media pembelajaran
a. Media pembelajaran audio-visual
Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Media Audio-visual sejumlah peralatan yang dipakai oleh para guru
dalam menyampaikan konsep, gagasan, dan pengalamn yang ditangkap oleh
indera pandang dan pendengaran. Secara sederhana media audio-visual adalah
alat bantu dalam proses pembelajaran yang penggunaannya melibatkan indera
penglihatan dan indera pendengaran siswa. Media audio-visual yang
dimaksud oleh peneliti adalah media audio-visual murni berupa video. Peneliti
memilih media audio-visual di karenakan sangat membantu para peserta didik
selama pembelajaran online class, selama wabah ini guru mata pelajaran
bahasa inggris mengalami kesulitan bagaimana cara mengatasi masalah
pronounciation siswa kelas 5 MI Muhammadiyah 1 Kalen, maka dari itu guru
hanya memilih metode penugasan dan cenderung membuat siswa malas
mengikuti pembelajaran dan bahkan tidak mengumpulkan tugas, di karenakan
kelelahan dan cenderung bosan.
Maka dari itu peneliti mencoba menggunakan media audio-visual berupa
rekaman video yang menampilkan guru/ peneliti sedang bercerita dengan
menggunakan bahasa inggris dengan pengucapan yang jelas, memperhatikan
intonasi dan pelafalan yang mudah di ikuti oleh peserta didik yang menonton
video tersebut. Lalu peserta didik akan di berikan tugas membaca dan melatih
pelafalan mereka lalu di video dan di kirimkan secara personal ke guru/
peneliti.

B. KAJIAN PUSTAKA
Setelah melakukan tinjauan pustaka , peneliti menemukan beberapa tulisan yang
terkait dengan tema yang peneliti angkat. Diantaranya adalah :

1. Penelitian eka putri wati, jurusan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah fakultas
tarbiyah dan keguruan universitas islam negri sultan syarif kasim riau yang berjudul
Penerapan Metode Phonetic Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tahfiz Qur’an Siswa
Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Simpang Kubu Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar, skripsi ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
bertujuan Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penerapan metode
Phonetic dalam menghapal surat-surat pendek pada pelajaran Tahfiz Qur’an siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecematan Kampar Kabupaten
Kampar.

2. Penelitian lu’lu ul janah, jurusan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah fakultas


tarbiyah dan ilmu keguruan institut agama islam negri (IAIN) purwokerto yang
berjudul Penerapan Media Audio-Visual Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas V
Di Sd Al-Irsyad 01 Purwokerto, skripsi ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) bertujuan untuk menarik siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan
baik Selain itu SD Al-Irsyad juga sering mendapatkan kejuaraan dalam berbagai
bidang khususnya bahasa Inggris, membuktikan bahwa usaha lembaga pendidikan
tersebut berhasil dalam melakukan proses pendidikan khusunya dalam bidang bahasa
inggris.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis merupakan kesimpulan atau jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah “jika metode Phonetic (Mendengar Dan
Mengucapkan) Berbantuan Media Audio Visual Guna Melatih Pronounciation Siswa
Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 5 Mi Muhammadiyah 1 Kalen Selama
Pembelajaran Daring diterapkan dengan baik maka hasil belajar peserta didik akan
meningkat”.

Anda mungkin juga menyukai