Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED

HEAD TOGETHER) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS III DI MI
HIDAYATUSSIBYAN DLANGGU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

MEGA SYAGITA (151710022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2020
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pasal 1 ayat 2
menjelaskan, bahwasanya penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan
komponen pada system pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidian agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.1

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas,


yaitu belajar dan mengajar. Aktivitas belajar tersebut cenderung lebih dominan
kepada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Sesuai
dengan UU tentang System Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, bahswasanya
pembelajaran diartikan sebagai proses interksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga memperoleh ilmu
pengetahuan, penguasaan, kemahiran, serta pembentukkan sikap dn keyakinan pada
perserta didik.2

Setiap kegiatan belajar mengajar seorang guru harus mampu mengembangkan


ide-ide kreatif dan inovatifnya dalam menciptakan pembelajaran yang efektif,
efisien dan yang penting menyenangkan bagi peserta didik, seperti halnya yaitu
dengan cara menerapkan adanya metode dalam sebuah pembelajaran, karena metode
merupakan suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Disini metode memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan mengajar. Karena
metode adalah rambu-rambu atau proses dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
dapat dikatakan bahwa pembelajaran dapat berjalan baik dan sistematis jika dengan
cara menerapkan adanya suatu metode dalam sebuah pembelajaran. 3

Kegiatan pembelajaran (belajar mengajar) komponen utamanya adalah seorang


guru dan siswa, dimana seorang guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha
1
“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010”.
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenada Media Group,
2013), 19.
3
Syifa Siti Mukrimah, 53 Metode Belajar Dan Pembelajaran Plus Aplikasinya (Bandung: Bumi
Siliwangi, 2014), 45.
memberikan ilmu pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan peserta didik yang
mengumpulkan dan menerima dari sebuah materi pembelajaran yang telah
4
disampaikan oleh seorang guru. sehingga disini guru tidak lebih dari sekadar
menolong peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
ide-ide kreatifnya yang menjurus kepada perubahan yang dialami peserta didik, baik
dari segi tingkah laku maupun pertumbuhannya, dan tolak ukur bahwa siswa
dikatakan telah belajar dengan baik jika siswa itu dapat mempelajari apa yang
seharusnya dipelajari, sehingga indicator dalam pencapaian hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai oleh siswa. 5

Hasil belajar pada hakikatnya merupakan perubahan yang terjadi dalam diri
peserta didik, baik itu menyangkut aspek afektif, kognitif maupun psikomotorik, dan
perubahan tersebut merupakan bentuk dari hasil kegiatan belajar karena peserta
didik mengalami peningkatan dan pengembangan yang lebih baik daripada yang
sebelumnya.6

Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan gabungan dari dua kata yaitu Aqidah
dan Akhlak, dimana Aqidah berasal dari aqoda, ya’qidu, aqdan, ittiqoodan yang
7
berarti kepercayaan atau keyakinan hati. Sedangkan akhlak berasal dari bahasa
arab yang merupakan jamak dari kata khuluqun yang menurut bahasa berarti budi
8
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Jadi pembelajaran Aqidah Akhlak
merupakan pembelajaran tentang dasar-dasar kepercayaan atau keyakinan hati setiap
muslim dan muslimah yang bersumber dari ajaran islam yang wajib dianut oleh
setiap muslim dan muslimah sebagai sumber keyakinan yang mengikat dan

4
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2009), 3.
5
Trianto Ibnu Badae Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Kontekstual (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), 19.
6
Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar, 5.
7
Fitri Fatimatuzzahroh, Lilis Nurteti, dan S. Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Lectures Very,” Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, no. 2. Institut Agama Islam Darussalam (2019), 38.
8
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1997), 14.
mendasar serta mampu dalam membiasakan dalam bertutur kata, dan berperilaku
yang baik bagi semua orang.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI (Madrasasah Ibtidaiyah) berisikan


pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian peserta didik untuk bisa
mengenal, menghayati, dan mengimani adanya Allah SWT serta mampu dalam
merealisasikan dalam berperilaku dan bertutur kata yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu dengan mempelajari mata pelajaran Aqidah Akhlak
dapat mengetahui tentang pengetahuan yang baik dan tidak baik.9

Pembelajaran Aqidah Akhlak pun memiliki tujuan, diantara tujuan khusus dan
tujuan umum. Tujuan khusus dari pembelajaran Aqidah Akhlak adalah membentuk
kepribadian sebagai orang yang mengikuti jejak dari Rasulullah SAW yaitu dengan
beriman kepada Allah SWT dan patuh kepada apa yang diperintahkannya atau
sekurang-kurangnya dalam mempersiapkan peserta didik kejalan yang mengacu
pada tujuan akhir manusia. Sedangkan tujuan khusus dari pembelajaran Aqidah
Akhlak adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik,
untuk meninggalkan apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, dan membimbing
akal pikiran manusia agar tidak tersesat jalannya. 10

Berdasarkan hasil observasi di MI Hidayatussibyan Dlanggu, bahwasanya mata


pelajaran Aqidah Akhlak kelas III mengalami penurunan dalam segi pemahaman
materi dan pencapaian hasil belajar. Hal ini akan berdampak buruk bagi nilai peserta
didik dalam menempuh kriteria ketuntasan minimum (KKM). Kriteria ketuntasan
minimum di MI Hidayatussibyan Dlanggu pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu
75 dan kriteria tersebut hanya dapat ditempuh oleh siswa yang berjenis kelamin
perempuan saja yang berjumlah 10 orang sedangkan siswa yang berjenis kelamin
laki-laki tidak dapat menempuh kriteria ketuntasan minimum (KKM) sehingga
mereka masih tertinggal jauh dalam pencapaian semua itu.

9
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak (Jakarta: AMZAH, 2011), 223.
10
Fatimatuzzahroh, Nurteti, dan Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Lectures Very, 40.”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di MI
Hidyatussibyan Dlanggu pada kelas III mengalami permasalahan dalam proses
pembelajaran, dan itu akan mempengaruhi dalam pencapaian hasil belajar siswa.
Karena masalah tersebut masih sering kita jumpai dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu guru masih enggan dalam memberikan sebuah metode pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga peserta didik pun
enggan dalam memperhatikan, menerima sebuah materi pelajaran yang disampaikan
oleh seorang guru. karena disini peserta didik malah lebih asik berbicara dengan
temannya yang lain. Apalagi sekarang di MI Hidayatussibyan Dlanggu masih dalam
proses renovasi sekolah sehingga pembelajaran yang dilakukan masih dikatakan
belum dapat berjalan maksimal, dan kegiatan belajar mengajar pun dilakukan di
Pondok Pesantren Hidayatul Athfal. 11

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas III MI Hidayatussibyan Dlanggu


maka diperlukan adanya perbaikan dalam sebuah inovasi metode pembelajaran guna
dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah
Akhak, salah satu upaya dalam perbaikan tersebut dapat disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan pada pembelajaran Aqidah
Akhlak yaitu dengan menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together). Karena Metode Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) merupakan bagian dari pembelajaran yang menekankan
keaktifan dan kerjasama antar siswa. 12

Metode Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) adalah


sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa, kerjasama
antar siswa dalam sebuah kelompok, pemahaman siswa, mengembangkan sikap
kepemimpinan siswa, dan rasa percaya diri siswa serta metode tersebut adalah

11
Nuriyati, Observasi, Lamongan, 7 Oktober 2020.
12
Donni Juni Priansa, Pengembangan Startegi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, Dan
Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik (Bandung: Pustaka Setia, 2017), 333.
metode yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar dan juga mampu
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa..13

Metode pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head


Together) dilakukan dengan cara guru membagi siswa kedalam kelompok kecil,
setelah terbentuk kelompok, kemudian guru mengajukan berbagai macam
pertanyaan yang kreatif dan inovatif yang memuat tentang materi yang dipelajari
siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dan pertanyaan tersebut harus dijawab
oleh masing-masing kelompok, sehingga sebelum menjawab pertanyaan tersebut
seorang guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi
dengan cara menyatukan kepalanya “Head Together” dalam memikirkan jawaban
atas pertanyaan yang telah diberikan oleh seorang guru, selanjutnya guru akan
memanggil peserta didk dengan nomor yang di milikinya dan peserta didik
yang dipanggil nomornya berhak untuk mengemukakan jawabannya.14

Metode pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head


Together) juga memiliki sisi keunggulan diantaranya, setiap peserta didik akan siap
dalam menerima dan memperoleh pembelajaran, peserta didik dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh, sehingga apabila ada peserta didik yang masih
belum faham dapat diajari oleh peserta didik yang mengerti dalam artian berada
dalam ruang lingkup kelompoknya, tidak ada peserta didik yang mendominasi
dalam kelompok, karena ini sifatnya bekerja sama.15

Adapun penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu yang bersifat


relevan, yaitu penelitian pertama dilakukan olehn Dwi Setyo Astuti dalam jurnal
Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) tentang “Penggunaan Metode Belajar
NHT (Numbered Head Together) Disertai Dengan Peta Konsep dan LKS Ditinjau
Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa”. Dengan adanya penggunaan Metode Belajar

13
Ibid.
14
Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, 92.
15
Priansa, Pengembangan Startegi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, Dan Prestatif Dalam
Memahami Peserta Didik, 338.
NHT (Numbered Head Together) berbantuan dengan peta konsep dapat memberikan
rata-rata nilai sebesar 92,50 dan bepengaruh lebih baik terhadap hasil pengerjaan
LKSnya dengan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 47,50.16

Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putu Tia Vivi Muliandari
tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Dapat
disimpulkan dari judul diatas bahwa terdapat pengaruh hasil belajar yang baik
terhadap siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) dan itu berdasarkan atas perolehan
nilai dari uji t dan uji tabel. 17

Penelitian ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Poppy Amalia dan Edy
Surya tentang “Perbedaan Hasil Belajar Statistika Antara Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT dengan TPS”. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT itu
lebih baik daripada hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS, dan itu semua dibuktikan dalam hasil pengujian hipotesis.18

Hasil penelitian tersebut sudah membuktikan, bahwa pembelajaran yang


menggunakan pola Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu peneliti memberikan judul
penelitian ini tentang ” Pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas III Di MI Hidayatussibyan Dlanggu”.

16
Dwi Setyo Astuti, “Penggunaan Metode Belajar Numbered Head Together (NHT) Disertai Dengan
Peta Konsep Dan LKS Ditinjau Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa,” Seminar Nasional Pendidikan
Sains (2015), 483.
17
Putu Tia Vivi Muliandari, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head
Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika,” no. 2 Universitas Pendidikan Ganesha (2019): 139.
18
Poppy Amalia dan Edy Surya, “Perbedaan Hasil Belajar Statistika antara Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT dengan TPS,” Matematika Kreatif - Inovatif, no. 8 Conservation University (2017),
14.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka peneliti dapat mengajukan konsepsi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Metode Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered


Head Together) pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas III di MI
Hidayatussibyan Dlanggu?
2. Bagaimana pengaruh penerapan Metode Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar siswa pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas III di MI Hidayatussibyan Dlanggu?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Metode Cooperative Learning Tipe
NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas III
di MI Hidayatussibyan Dlanggu.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Metode Cooperative
Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas III di MI Hidayatussibyan
Dlanggu.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
mengetahui bagaimana penerapan Metode Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak kelas III di MI Hidayatussibyan Dlanggu.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi sekolah dan instansi dalam dunia pendidikan, pada umumnya
merupakan kontribusi tersendiri, atau dijadikan refrensi tambahan dalam
mendukung tercapainya proses evaluasi yang lebih baik dan meningkatkan
prestasi serta hasil belajar siswa.
b. Bagi guru,
1) Memberikan arahan dan pedoman dalam proses belajar mengajar yang
kaitannya dengan variasi pembelajaran agar proses belajar siswa lebih
menarik.
2) Membantu guru dalam meningkatkan proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan semangat siswa dalam pengaruh
memanfaatkan kerjasama antar siswa yang satu dengan siswa yang lain.
c. Bagi siswa, sebagai peningkatan kesadaran akan pentingnya peran aktif
dalam proses belajar mengajar demi terciptanya semangat belajar yang aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan.
d. Bagi peneliti, penelitian ini sangat penting untuk memperoleh informasi
tentang bagaimana upaya pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe
NHT (Numbered Head Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas III di MI Hidayatussibyan Dlanggu.
Selain itu penelitian ini di susun sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan S1

E. DEFINISI ISTILAH
Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi istilah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Metode pembelajaran merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan dalam
pembelajaran.19
2. Metode Cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) merupakan
suatu bentuk metode dengan menerapkan konsep yang lebih luas dimana
meliputi keaktifan dan kerjasama antar siswa serta dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi siswa.20

19
Fatimatuzzahroh, Nurteti, dan Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Lectures Very, 38.”
20
Astuti, “Penggunaan Metode Belajar Numbered Head Together (NHT) Disertai Dengan Peta
Konsep Dan LKS Ditinjau Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa, 479.”
3. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa yang menyangkut
aspek afektif, kognitif dan psikomotorik dan perubahan tersebut merupakan
bentuk dari hasil kegiatan belajar karena peserta didik mengalami peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik daripada yang sebelumnya..21
4. Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan pembelajaran tentang dasar-dasar
kepercayaan atau keyakinan hati setiap muslim dan muslimah yang bersumber
dari ajaran islam yang wajib dianut oleh setiap muslim dan muslimah sebagai
sumber keyakinan yang mengikat dan mendasar serta mampu dalam
membiasakan dalam bertutur kata, dan berperilaku yang baik bagi semua
orang.22

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan sistematika pembahasan dalam penyusunan proposal
skripsi, penelitian kuantitatif antara lain:

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
21
Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar, 5.
22
Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, 223.
E. Definisi Istilah
F. Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
B. Kajian Pustaka
C. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Variabel dan Indikator Penelitian
E. Sumber dan Jenis Data’
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian


B. Data Hasil Penelitian
C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Menurut Hamalik belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior trough experiencing). Menurut pengertian ini,
belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Definisi yang diutarakan hamalik juga diikuti oleh ahli pendidikan lain
diindonesia, seperti Gagne, Dahar, bahwasanya ia mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. 23
Menurut Traves belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah
laku. Sedangkan menurut Harold Spears adalah learning is observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (dengan
kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).24
b. Prinsip Belajar
1. Prinsip pertama, belajar adalah perubahan perilaku, dimana perubahan
tersebut meliputi:
a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
b) Berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c) Fungsional dan bermanfaat sebagai bekal hidup.
d) Positif atau berakumulasi.
e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh wittig, belajar
sebagai any relatively permanent change in an organism’s
behavioral repertoire that occurs as a result of experience.
g) Bertujuan dan terarah.
h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

23
Husamah, DKK. Belajar Dan Pembelajaran (Malang: Universitas Muhamadiyah Malang,
2018), 4.
24
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, 2.
2. Prinsip kedua, belajar merupakan proses, belajar dapat terjadi karena
didorong oleh kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah
proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organic. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.25
3. Prinsip ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman itu
didasarkan atas hasil dari interaksi antara peserta didik dan
lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good larning
situation consist of a rich and varied series of learning experiences
unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a
rich varied and propocative environment.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak Dn bervariasi. Tujuan belajar
yang eksplesit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional,
lazim dinamakan instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan
dan keterampilan. Sementara tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai
belajar instruksional lazim yang disebut nurturant effect, bentuknya itu
berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis,
mampu menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu system
belajar dari lingkungan tertentu.26
d. Hasil Belajar
Hasil belajar (learning outcomes) adalah kemampuan yang diperoleh
siswa selama melakukan kegiatan belajar. Kemampuan yang diperoleh itu
menyangkut pengetahuan, pengertian, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh
siswa. Dalam konteks pendidikan formal pada umumnya dinyatakan bahwa
hasil belajar adalah pernyataan yang mendeskripsikan tentang pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah menempuh dari pelajaran
tertentu.

25
Ibid.
26
Ibid., 5.
Dalam perkembangan di dunia pendidikan, ranah pengetahuan
dikonotasikan sebagai ranah kognitif. Namun dapat juga dikonotasikan
dalam keterampilan proses ilmiah. Hal tersebut ditekankan dalam
memperbaiki pemahaman dan kebiasaan yang menjurus pada pengertian
bahwa ranah pengetahuan adalah ranah yang menyangkut kemampuan
menghafal pengetahuan sebagai produk ilmiah. Adapun hasil belajar tidak
hanya berupa hafalan terhadap pengetahuan ilmiah yang bersifat verbal,
tetapi siswa juga dapat mencapai perkembangan kognitif, serta menguasai
ketermpilan proses ilmiah, sikap, keterampilan motorik, dan kecakapan
hidup. 27
Untuk mengetahui apakah hasil belajar itu tercapai atau tidaknya yaitu
dengan cara melakukan sebuah evaluasi. Karena dengan evaluasi dijadikan
sebagai pertimbangan atas penilaian dalam mengukur tingkat pemahaman
dari masing-masing setiap peserta didik.28
e. Macam-macam Hasil Belajar
Macam-macam hasil belajar itu ada 3, yaitu:
1. Pemahaman konsep
Menurut Bloom pemahaman ini diartikan sebagai kemampuan
untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang diperlajari. Pemahaman
tersebut dibuat untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang telah diberikan oleh
guru kepada siswa.
Adapun menurut Carin dan Sund, bahwa pemahaman adalah suatu
proses yang terdiri dari 7 (tujuh) tahapan kemampuan, diantaraya:
a) Translate major ideas into own words.
b) Interprer the relationship among major ideas.
c) Extrapolate or go beyond data to implication of major ideas.

27
Pudyo Susanto, Belajar Tuntas Filosofi, Konsep, Dan Implementasi (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 56.
28
Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar, 5.
d) Apply their knowledge and understanding to the solution of new
problems in new situation.29
e) Analyze or break an idea into its part and show that they
understand their relationship.
f) Synthesize or put elements together to form a new pattern and
produce a unique communication, plan, or set of abstract relation.
g) Evaluate or make judgments based upon evidence.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pemahaman konsep
dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu, bahwa seseorang yang telah
memahami sesuatu atau memperoleh pemahaman mampu
menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah diterimanya.
Selain itu, bagi mereka yang telah memahami tersebut, maka ia
mampu memberikan interpretasi atau menafsirkan secara luas yang
sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, sehingga ia mampu
menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan kondisi yang
akan datang.30
2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui, bahwasanya pemahaman
ini hanya sebatas mengingat kembali dari pengalaman yang pernah
dipelajari.
3) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, bahwa pemahaman ini
melibatkan proses mental yang dinamis, jadi apabila ia mampu
memahami maka bisa memberikan uraian dan penjelasan yang lebih
luas.31

29
Ibid., 6.
30
Ibid., 7.
31
Ibid.
4) Pemahaman merupakan suatu proses yang memiliki tahapan dimana
masing-masing memiliki kemampuan tersendiri, seperti:
menerjemah, menginterpretasi, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. 32
2. Keterampilan proses
Usman dan Setiawati mengemukakan bahwa keterampilan proses
merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan
kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dari dalam individu siswa. Karena
keterampilan berarti kemampuan yang menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil.
Dalam melatih sebuah keterampilan proses diperlukan adanya
kreativitas, kerjasama, bertanggung jawab, dan disiplin.
Indrawati merumuskan bahwa keterampilan proses merupakan
keseluruhan keterampilan yang mengarah kepada aspek kognitif maupun
psikomotorik yang dapat digunakan untuk menemukan dan
mengembangkan suatu konsep, prinsip, dan teori.33
Menurut Indrawati ada 6 aspek keterampilan proses yang meliputi:
observasim klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan
penjelasan atau interpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan
eksperimen. 34
3. Sikap
Menurut Lange dalam Azwar, sikap itu tidak hanya berupa mental
semata, melainkan mencakup respons fisik. Jadi sikap harus berkerja
sama antara mental dan respons fisik secara serempak. Bahwasanya
sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen yang menujung, yaitu: komponen
kognitif, afektif, dan konotif. 35
32
Ibid., 8.
33
Ibid., 9.
34
Ibid., 10.
35
Ibid.
Sementara menurut Sardiman sikap merupakan kecendrungan untuk
melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, serta teknik. Dan sikap
sendiri merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan
pada pengertian pemahaman konsep, dan pemahaman konsep ini domain
yang sangat berperan adalah domain kognitif. 36
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Factor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi meliputi factor
internal dan factor eksternal, yaitu:
1. Factor internal
a) Factor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis itu seperti kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima sebuah materi pelajaran.37
b) Factor pskikologis
Setiap individu pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi dalam hasil
belajar peserta didik. Beberapa factor psikologis meliputi inteligensi
(IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, pengetahuan, dan daya nalar
peserta didik.38
2. Factor eksternal
a) Factor lingkungan
Factor lingkungan sangat mempengaruhi dalam hasil belajar
siswa, karena meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social.
b) Factor instrumental

36
Ibid., 11.
37
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik Dan Penilaian (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), 67.
38
Ibid., 68.
Factor instrumental ini merupakan factor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Dan factor ini berfungsi sebagai sarana dalam
tercapainya tujuan dari belajar yang telah direncanakan. Dan factor
instrumental ini berupa kurikulum, guru, dan sarana.
g. Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut Taksonomi Bloom aspek kemampuan yang menggambarkan
output peserta didik yang dihasilkan dalam proses pembelajaran ada 3 (tiga)
klasifikasi. Bloom menanamkam cara mengklasifikasi itu dengan cara “the
taxonomy of education objectives”. Menurut Bloom tujuan pembelajaran
dapat diklasifikasikan kedalam 3 ranah (domain), yaitu:
1) Domain kognitif, berdasrkan dari adanya kemampuan dan kecakapan
intelektual dalam berpikir.
2) Domain afektif, berdasarkan dari adanya sikap, kemampuan dan
penguasaan dalam segi emosional, yaitu dengan perasaan, sikap, dan
nilai.
3) Domain psikomotorik, berdasarkan dari adanya suatu keterampilan atau
gerakan fisik.39
2. Metode Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together)
a. Definisi metode cooperative learning tipe NHT (numbered head together)
metode cooperative learning tipe NHT (numbered head together)
merupakan sebuah metode pembelajaran yang menekankan keaktifan dan
kerjasama antar siswa.40 Jenis metode ini dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas yang
tradisional. 41

39
Ibid.
40
Dwi Setyo Astuti, “Penggunaan Metode Belajar Numbered Head Together (NHT)
Disertai Dengan Peta Konsep Dan LKS Ditinjau Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa., 479.”
41
Trianto Ibnu Badae Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Kontekstual (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), 131.
b. Langkah-langkah metode cooperative learning tipe NHT (numbered
head together)
1) Langkah 1, persiapan
Pada langkah ini guru mempersiapkan rancangan pembelajaran
dengan membuat scenario pembelajaran yang sesuai dengan metode
cooperative learning tipe NHT (numbered head together)
2) Langkah 2, pembentukkan kelompok
Dalam langkah ini guru membagi siswa kedalam kelompok kecil
yang terdiri dari beberapa siswa, misalnya 1 kelompok terdiri dari 4-5
orang. Dan setiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda.
3) Langkah 3, setiap kelompok harus memiliki buku panduan
Dalam langkah ini setiap kelompok harus memiliki buku panduan
agar memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
4) Langkah 4, diskusi masalah
Guru membagikan bahan yang akan dipelajari oleh siswa dan
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, dan pertanyaan itu
sangat bervariasi. 42
5) Langkah 3, berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dari pertanyaan
itu, dan menyakinkan kepada anggota timnya untuk mengetahui jawaban
itu.43
6) Langkah 6, menjawab
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menjawab dengan cara mengacungkan tangannya terlebih lebih dahulu
dan dengan cara memperlihatkan juga nomor kelompoknya, jika tidak
ada yang mengacungkan maka guru akan memanggil suatu nomor
42
Donni Juni Priansa, Pengembangan Startegi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif,
Dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, 337.
43
Trianto Ibnu Badae Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Kontekstual, 131.
tertentu yang kemudian siswa yang nomornya sesuai dapat
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
7) Langkah 7, memberikan kesimpulan
Guru bersama peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan pertanyaan yang
disajikan.44
c. Kelebihan dan kelemahan metode cooperative learning tipe NHT
(numbered head together)
1. Kelebihan metode cooperative learning tipe NHT (numbered head
together)
a) Setiap peserta didik menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang
pandai.
d) Tidak ada peserta didik yang mendominasi dalam kelompok.
2. Kelemahan metode cooperative learning tipe NHT (numbered head
together)
a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil dapat dipanggil lagi oleh
guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.45
c) Kendala teknis, misalnya tempat duduk kadang-kadang kurang
mendukung atai sulit diatur dalam kegiatan kelompok.
d) Pengkondisian kelas kurang.46
3. Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Definisi pembelajaran aqidah akhlak

44
Donny Juni Priansa, Pengembangan Startegi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif,
Dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, 337.
45
Ibid., 338.
46
Ibid.
Pembelajaran berasal dari dua aktivitas yakni belajar dan
mengajar . aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan
kepada siswa, sementara mengajar instrusional dilakukan oleh guru. Jadi
istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar,
dengan kata lain, pembelajaran merupakan bentuk penyederhanaan dari
kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan
belajar mengajar (KBM).47
Sedangkan aqidah menurut Abdullah Azam adalah iman dengan
mengimani semua rukun imannya yang berjumalah 6 (enam), yaitu:
keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT, malaikat, kitab,
nabi, hari kebangkitan, dan qadha qadharnya. Dari dua pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan dasar-dasar pokok
kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari
ajaran islam yang wajib dianut oleh setiap muslim sebagai sumber
keryakinan yang mengikat dan mendasar.48
Dan akhlak sendiri berasal dari bahasa berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. 49

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aqidah akhlak


merupakan kegiatan belajar mengajar yang dijadikan ikatan dari adanya
suatu system keyakinan yang diyakini akan kebenarannya, dan tertanam
dalam hati, ucapan serta lisan dan diamalkan dengan perbuatan terpuji
sesuai dengan ajaran Alqur’an fsn Hadits.50
b. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

47
Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar, 19.
48
Fatimatuzzahroh, Nurteti, dan Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Lectures Very.”
49
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1997), 11.
50
Fitri Fatimatuzzahro, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Lectures Very, 39.”
Tujuan pembelajaran aqidah akhlak dapat dilihat dari persepktifnya
masing-masing, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Diantaranya
sebagai berikut:
1) Tujuan umum
a) Sesuai dengan tujuan pendidikan agama islam, yaitu dengan
membentuk keperibadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-
kurangnya mempersiapkan peserta didik kejalan yang mengacu
pada tujuan akhir manusia.
b) Beriman kepada Allah SWT dan patuh terhadap apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala larangannya.
2) Tujuan khusus
a) Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik.
b) Menghindarkan manusia dari kemusyrikkan.
c) Membimbing akal pikiran agar tidak tersesat.51
4. Pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head
Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Aqidah Akhlak
Untuk dapat mengetahui pengaruh metode cooperative learning tipe
NHT (numbered head together) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran aqidah akhlak, kita dapat mengetahuinya melalui perkembangan
yang dialami dari masing-masing setiap individu, serta diperlukan informasi
yang berupa data yang benar-benar akurat dengan adanya perubahan yang
dialami oleh peserta didik dan itu semua juga dapat dilihat melalui karakteristik
peserta didik.
a. Karakteristik siswa kelas 3
1) Karakteristik fisik
a) Banyak tingkah laku yang kurang enak untuk dipandang.
b) Laki-laki suka pertandingan keras dan kasar.
c) Keadaan jasmani terlihat agak kuat.
51
Ibid., 40.
2) Karakteristik mental
a) Jiwa kepahlawanannya besar.
b) Mudah putus asa.
c) Bangga akan prestasi yang diraih.
d) Aktif dalam mengeluarkan pendapat dalam pembelajaran.
3) Karakteristik Sosio-emosional:
a) Mulai timbul rasa takjub.
b) Biasa berontak.
c) Berapresiasi terhadap penghargaan.
d) Bersikap kritis.
e) Tingkat persaingan tinggi dalam hal pembelajaran.52
B. Kajian Pustaka
Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki
relevansi/keterkaitan dengan tema pada penelitian ini. Adapun penelitian yang
telah peneliti temukan antara lain:
Putu Tia Vivi Muliandari, Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe
NHT (Numbered Head Together) Tehadap Hasil Belajar Matematika. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan hasil dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar pada mata
pelajaran matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelompok yang dibelajarkan tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan itu berdasarkan dari
nilai uji t dan uji table. 53
Poppy Amalia dan Edy Surya, Perbedaan Hasil belajar Statistika antara
Model Pembelajaran Kooperative Tipe NHT dengan TPS. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan
52
Nuriyati, Wawancara, Lamongan, 26 Oktober 2020.
53
Muliandari, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)
Terhadap Hasil Belajar Matematika, 139.”
model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa kelas X, dan hasil tersebut
dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis.54
Fauziatul Halim dan Devita Ayu, Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasi
Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Jenis-jenis Usaha dan Kegiatan Ekonomi di
Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Dewantara. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian kuantitatif, berdasaran penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) memiliki hasil yang lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional dan itu semua ditinjau dari rata-rata nilai tes akhir kelas control
dan kels eksperimen.55
Chairunnisa Zakiyatun, Pengaruh Media Peta Konsep dakam Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil
Belajar Siswa dan Daya Ingat pada Materi Hidrolisis Garam Kelad XI MIPA
SMA Negeri 7 Pontianak. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif,
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan dan tanpa media peta konsep dalam pembelajaran model
kooperatif tipe NHT, karena penggunaan media tersebut membwa pengaruh
terhadap hasil belajar dalam meningkatkan daya ingat siswa.56
Agus Kistian, Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Dikelas IV SDN 4 Banda
Aceh. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, berdasarkan penelitian
tersebut dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran NHT memiliki pengaruh

54
Poppy Amalia dan Edy Surya, “Perbedaan Hasil Belajar Statistika Antara Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Dengan TPS,” Matematika Kreatif - Inovatif, no. Conservation University (2017),
14.
55
Devita Ayu dan Fauziatul Halim, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelalajaran Kooperatif
Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Jenis-Jenis
Usaha Dan Kegiatan Ekonomi Di Indonesia Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Dewantara,” ISSN, Vol
3, No 1, Dosen FKIP Program Studi PGSD Universitas Almuslim (2016), 36.
56
Chairunnisa Zakiyatun, DKK. “Pengaruh Media Peta Konsep Dakam Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dan Daya Ingat Pada
Materi Hidrolisis Garam Kelad XI MIPA SMA Negeri 7 Pontianak,” illmiah Vol. 5, No. 2, Ar-Razi
(2017), 168.
yang sangat besar dalam hasil belajar pada mata pelajaran matematika, dan hal
ini dibuktikan berdasarkan perbedaan hasil yang s ignifikan antara siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
dengan model pembelajaran yang konvensional, dan itu semua dapat dilihat
berdasarkan dari nilai rata-rata post-test kelas eksperimen sebesar 81,23 dan
kelas control sebesar 72,35 dan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) pada taraf
sigmifikan = 0,05 dan df = 48 yang menunjukkan nilai t hitung 4,11 > t table
1,67, maka H0 ditolak dan H1 diterima.57
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan refleksi awal dengan kolaboraror melalui observasi bahwa
pembelajaran aqidah akhlak di kelas 3 MI Hidayatussibyan Dlanggu mengalami
penurunan dalam segi ketercapaian hasil belajar karena sekarang adalah musim
pandemic jadi proses kegiatan belajar mengajarnya di perpendek, yang awalnya
kegiatan tersebut dilakukan selama 2 x 35 menit menjadi 2 x 20 menit, dan
pembelajaran aqidah akhlak pun dilakukan dengan menggunakan metode Tanya
jawab, sehingga dalam kegiatan tersebut didominasi oleh siswa yang memiliki
kemampuan tertentu saja dan itu rata-rata terdapat dalam siswa yang berjenis
kelamis perempuan, sedangkan siswa yang berjenis kelamin laki-laki malah asik
mengobrol dengan teman yang lain tanpa menghiraukan apa yang diperintahkan
oleh guru.58
Dari analisis tersebut, maka sebagai solusinya yaitu dengan menerapkan
pengaruh metode cooperative learning tipe NHT (numbered head together).
Karena metode tersebut diharapkan siswa lebih berantusias lagi dalam
memperoleh dan menerima pembelajaran aqidah akhlak, sehingga siswa tidak
bermalas-malasan dalam artian lebih suka mengobrol dengan temannya tanpa
menghirauakan apa yang diperintahkan oleh guru/pendidik. Sehingga pengaruh
dari metode cooperative learning tipe NHT (numbered head together) ini sangat
57
Agus Kistian, “, Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Dikelas IV SDN 4 Banda Aceh,” ISSN Vol IX, No.2, Genta Mulia
(2018), 81.
58
Nuriyati, Wawancara, Lamongan, 26 Oktober 2020.
berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
aqidah akhlak.

kondiisi
awal hasil
belajar

pengaruh
metode
pembelajaran cooperative
meningkat aqidah akhlak
learning tipe
NHT

kondisi akhir
hasil belajar

Gambar 2.1 kerangka konseptual

D. Hipotesis
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada
kerangka konseptual sebelumnya, Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai
berikut: dengan adanya pengaruh dari metode cooperative learning tipe NHT
(numbered head together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran aqidah akhlak kelas III di MI Hidayatussibyan Dlanggu.

Anda mungkin juga menyukai