PROPOSAL OBSERVASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
OLEH
Hasriani
(A1M220102)
Maka dari itu generasi muda Indonesia dituntut untuk bisa berbahasa inggris. Sejalan
dengan itu para pemerintah daerah yang ada di Indonesia mengambil kebijakan untuk
memasukkan Bahasa inggris sebagai salah satu pelajaran tambahan yang sudah bisa di
ajarkan dari sekolah-sekolah dasar. Tapi meskipun demikian rancangan yang telah disusun
rapi oleh parapejabat yang berwenang. Tetapi masih banyak permasalahan-permasalahan
yang ditemui dalam pengajaran bahasa inggris ini. Permasalahan-permasalahan yang timbul
disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah minat belajar siswa untuk mempelajari.
Kurangnya minat dalam belajar bahasa inggris disebabkan oleh; (1) kurangnya
perbendaharaan kata dari siswa tersebut. (2) waktu yang digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Inggris ini tidak cukup, karena untuk belajar bahasa inggris ada empat materi pokok
yang mesti diajarkan, yaitu mendengar, membaca, menulis, dan mengucapkan. (3) peran guru
dalam mengajarkan. Dalam pengajaran bahasa inggris, guru, khususnya guru bahasa inggris
dituntut untuk lebih aktif dan menggunakan teknik-teknik yang kreatif dalam pengajaran.
Kalau tidak dengan metode atau teknik yang menarik dalam pengajaran Bahasa inggris ini
akan menimbulkan kebosanan pada siswa. Hal inilah yang membuat siswa untuk malas
belajar bahasa inggris yang akhirnya membuat mereka benci belajar bahasa inggris.
Pernyataan serupa juga diucapkan oleh Mar’at.
Menurut Mar’at (2005) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran
bahasa Inggris. Diantaranya (a) waktu yang digunakan; (b) peran guru; (c) materi dan metode
pengajaran yang di pakai; (d) motivasi; (e) fungsi kognitif; (f) keurutan pemerolehan; (g)
kepercayaan diri; interferensi bahasa; (h) usia.
Sebenarnya ada banyak metode dalam pengajaran bahasa inggris ini. Salah satunya
adalah dengan menggunakan alat atau media pembelajaran yang disertai dengan visualisasi
atau yang lebih dikenal dengan Audio visual. Pembelajaran menggunakan audio visual para
siswa akan lebih mudah untuk mencerna permasalahan yang disampaikan. Karena
pendengar diransang untuk menggunakan imajinasi dan mengoptimalkan fungsi otak
mereka baik itu otak kiri ataupun otak kanan untuk mengingat bahasa yang mereka pelajari
lebih lama.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang “Penerapan Metode
Pemutaran Audio Visual dalam Bahasa Inggris untuk Meningkatkan Keterampilan
Speaking pada Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara”
B. Rumusan Masalah
Beradasarkan dari latar belakang dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah metode pemutaran audio visual dapat
mempengaruhi keterampilan speaking siswa?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh keterampilan speaking siswa setelah
menggunakan metode Pemutaran Audio visual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Audio Visual
a. Definisi Audio
Pengertian audio menurut Sudjana dan Rivai (2003: 129), audio merupakan media
yang dapat di gunakan sebagai media pengajaran yang ddalamnya mengandung pesan dalam
bentuk audirif yang berguna untuk dapat merangsang pikiran, perhatian, perasaan, dan juga
kemauan yang dimiliki siswa sehingga akan terjadi suatu proses belajar mengajar. Terdapat
berbagai macam jenis audio diantaranya audio visual, audio streaming, dan audio modem
riser. Selain itu audio juga memiliki berbagai jenis format, antara lain: mp3 (format untuk
musik digital), format wav, format aac, wma, ogg vorbis, dan lain-lain.
Azhar (2008: 52) mengatakan Audio Visual adalah media pengajaran dan media
pendidikan yang mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar
mengajar berlangsung. Lebih jelas sanajaya (2011: 211) menjelaskan bahwa Media Audio
Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwan Audio Visual adalah sejenis media
yang mengandung unsur suara, gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
Menurut Tarigan (2008: 16), tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi.
Lebih lanjut, menurut Ochs dan Winker (dalam Tarigan, 2008:10), pada dasarnya speaking
mempunyai tiga maksud umum, yaitu sebagai berikut:
5
Berbicara dan aksen (style) mirip penutur asli
4
Sedikit kesalahan dalam pengucapan
3
Memerlukan konsentrasi tinggi agar terhindar dari kesalahan pemahaman
2
Sering melakukan kesalahan berbicara saat
1
Pengucapan sering tidak bisa di mengerti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian tindakan kelas
dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji
berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program di sekolah.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru,
perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau
mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang di ajar oleh guru tersebut
sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses
pembelajaran.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara pada tahun
ajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa 21 orang, terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 10
orang siswa perempuan.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara pada
semester genap tahun pelajaran 2021/2022. Cara berbicara siswa dalam melafalkan kata
perkata dalam Bahasa Inggris masih kurang sehingga perlu menggunakan metode pemutara
audio visual dalam Bahasa Inggris yang dapat meningkatkan keterampilan speaking siswa.
Penelitian ini akan dilaksanakan secara siklus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar
observasi. Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan pemahaman siswa dalam
berbicara bahasa inggris. Lembar Pengamatan digunakan untuk mencatat informasi dari
semua kegiatan yang sedang berlangsung. Lembar pengamatan terdiri dari aktivitas siswa,
waktu, respon siswa, situasi kelas, dan catatan lainnya yang terjadi saat prosses tindakan
berlangsung.
Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah hasil dari test, questionnaire,
lembar observasi, dan dokumentasi.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK).
Ada empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Arikunto, 2007: 11). Seperti
pada
model di bawah ini:
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
1. Perencanaan
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Peneliti mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan tes dan lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya.
Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.
(Arikunto, 2013, hlm. 140).
a. Siklus I
b. Siklus II
Peneliti akan melakukan tindakan pada siklus kedua dengan matang serta melakukan
kekurangan yang ada pada siklus satu. Sehingga peneliti dapat menentukan perbaikan
pembelajaran sebagai bahan menyusun tindakan pada siklus berikutnya.
Analisis data akan dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian ini, analisis data lebih difokuskan selama proses
dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2012: 336).
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan berikutnya sampai tahap tertentu, sampai
diperoleh data yang dianggap kredibel. Tahapan setelah pengumpulan data adalah analisis
data.
Penelitian dianalisis dari awal pada setiap aspek kegiatan penelitian. Metode
pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar juga membutuhkan data yakni
hasil, adakah peningkatan minat masing-masing siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
oleh peneliti, pada data kualitatif yang terdiri dari beberapa komponen yaitu sebagai berikut
(Sugiyono, 2013: 338).
Menurut trianto (2013) pada data kualitatif yang merupakan hasil observasi aktivitas
siswa dapat dihitung melalui:
A
Persentase respon siswa ¿ x 100%
B
Dimana:
Dengan penilaian:
0 – 19 = Tidak aktif
20 – 59 = Kurang aktif
60 – 69 = Cukup aktif
70 – 79 = Aktif
Hasil tes yang telah diperoleh, selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil tes tersebut kemudian dicari nilai ketuntasan belajar dan
persentase ketuntasan belajar siswa untuk setiap siklusnya.
a. Ketuntasan Individu
Setiap siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 70. Data diolah dengan
menggunakan rumus di bawah ini. Persentase siswa individu menurut Daryanto (2018: 195)
yakni seperti berikut ini.
∑x
X=
n
Dengan :
X = Nilai Rata-Rata
∑x = Jumlah Semua Nilai Siswa
n = Jumlah Siswa
Setelah mencari persentase ketuntasan siswa, selanjutnya menentukan kriteria
ketuntasan dengan kriteria seperti pada Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Individu (Sugiyono,
2013: 135).
b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan belajar klasikan menurut Daryanto (2018: 196) dapat dirumuskan seperti
berikut ini.
∑ siswayangtuntasbelajar
P= x 100 %
∑ siswa
Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika ≥ 70% siswa memperoleh skor minimal 70
yang akan dilihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.
G. Kriteria Keberhasilan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat
sedikitnya 70% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Keberhasilan atau ketuntasan
belajar dilihat berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa berdasarkan Kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang digunakan di SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara. Siswa dikatakan
berhasil atau tuntas apabila setiap siswa mencapai skor 70% - 100% atau nilai 70. Sedangkan
KKM yang digunakan peneliti dalam meningkatkan kreativitas pada proses pembelajaran
dikatakan berhasil atau tuntas apabila setiap siswa mencapai skor 70% - 100% atau nilai 70.
BAB IV
PENUTUP
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku
peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah
kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang di ajar oleh guru tersebut sehingga
terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara, dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan speaking siswa. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pemutaran audio visual (berbentuk lagu beserta liriknya / video lirik lagu), sehingga
dapat melatih keterampilan speaking siswa sekaligus bernyanyi.
Berdasarkan data hasil penelitian yang di lakukan di SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara
menunjukkan adanya perubahan pola belajar siswa. 16 dari 21 siswa mengaku lebih cepat
paham dengan menggunakan metode pemutaran audio visual karena mereka bisa melihat
langsung lirik dan bagaimana cara melafalkannya, daripada melalui sistem belajar membaca
teks yang ada dibuku. Kebanyakan siswa mengaku kesulitan belajar bahasa inggris karena;
belum mengetahui cara pelafalan kata yang benar, belum mengetahui makna dari kalimat,
sehingga mengganggu kelancaran siswa ketika berbicara bahasa inggris. Ini artinya,
penggunaan metode pemutaran audio visual di SMP Negeri 1 Wawonii Tenggara berhasil
mempengaruhi nilai belajar bahasa inggris siswa setidaknya 80%.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2020. Pengertian Audio Menurut Para Ahli, Macam-Macam, Jenis Format Audio dan
Contohnya. Diakses di https://www.ilmuips.my.id
Suparti. 2017. Evaluasi Model Media Audio Daily English Conversation Pada Siswa Smp Di
Yogyakarta. Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan
(BPMRK).
Evyanto, Winda. 2018. Efektifitas Media Audio Visual dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Inggris Siswa. Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Basis UPB.
Girsang, Lailany N I & Simartama, Radode Kristanto. 2021. Penerapan Media Audio Visual