PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada 4 kompetensi yang harus dipelajari siswa dalam bahasa Inggris
yaitu Mendengar, Berbicara, Membaca dan Menulis. Salah satu kompetensi
yang harus dimiliki siswa dan peneliti anggap penting adalah berbicara.
Karena berbicara adalah untuk berkomunikasi. English is for
communication. Berbicara, terutama dalam bahasa Inggris sering kali sulit
dilakukan. Hal ini bisa disebabkan karena lemahnya kosa kata dan
kemampuan dalam merangkai kata. Upaya untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa bisa dilakukan dengan melalui lagu, bermain
peran (role play ) mendeskripsikan sesuatu. Di SMA Negeri Weluli, Desa
Dirun, Kecamatan Lamaknen, siswa kelas IX A mengalami kesulitan dalam
mendeskripsikan sesuatu, hal ini dilihat oleh peneliti sebagai guru mata
pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI A dengan jumlah siswa 31 orang yang
terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan dari hasil ujian praktek berbicara
mereka di kelas XI A siswa sangat kesulitan untuk berbicara bahasa inggris.
Dari hasil test didapatkan bahwa 84 % siswa menyatakan bahasa Inggris
sulit. 100 % siswa menyatakan rendahnya kemampuan berbicara
disebabkan kurang menguasai kosa kata. 91% siswa tidak menguasai
grammar atau tata bahasa.bahasa. Karena ketika diminta untuk
mendeskripsikan sesuatu misalnya papan tulis mereka tidak bisa
melakukan dengan sempurna. Hal ini membuat peneliti merasa perlu untuk
melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara terutama
dalam mendeskripsikan benda. Peneliti akan menggunakan model tehnik
game tebak kata karena menurut peneliti tehnik pembelajaran dengan
menggunakan games menarik, dimana siswa bisa belajar berbicara dengan
perasaan senang.
Masalah dalam pembelajaran bahasa sangatlah banyak, terutama
pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing seperti di Indonesia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa
Inggris di kelas XI A SMA Negeri Weluli permasalahan yang dihadapi
terutama dalam hal berbicara diantaranya kurangnya kosa kata yang
dimiliki siswa, siswa kurang percaya diri dalam berbicara, rendahnya
kemampuan merangkai kata, dan strategi pembelajaran yang kurang
menarik.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 1
Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melaksanakan penelitian
tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pembelajaran
bahasa inggris dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa
Inggris Melalui Metode Diskusi Pada Materi Pokok Asking and Giving Opinion
Siswa Kelas XI A SMA Negeri Weluli Tahun Pelajaran 2017/2018”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis
mengindentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :
1. Kurangnya kosa kata yang dimiliki siswa siswa kesulitan untuk
berbicara bahasa inggris.
2. Rendahnya kemampuan merangkai kata karena tidak biasa berbicara
bahasa inggris.
3. Model Pembelajaran yang diterapkan selama ini belum maksimal
meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya siswa kelas XI A
SMA Negeri Weluli.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian tindakan ini dibatasi pada
beberapa hal :
1. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI A SMA Negeri Weluli,
Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen.
2. Kompetensi dasar yang akan diukur pada penelitian ini adalah Materi
Pokok Asking and Giving Opinion materi ini dipelajari di semester II
Tahun Pelajaran 2017/2018.
3. Pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah
Pembelajaran Metode Diskusi. Dengan metode diskusi membuat siswa
untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara
sistematis, kritis, logis, dan analisis dengan baik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat
merumuskan masalah penelitian tindakan ini adalah :
Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui
Metode Diskusi Pada Materi Pokok Asking and Giving Opinion Siswa Kelas
XI A SMA Negeri Weluli Tahun Pelajaran 2017/2018?”
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 2
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan ini adalah :
1. Meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan di kelas yang masih menggunakan metode ceramah
sehingga siswa kurang aktif berperan dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan mutu dan kualitas hasil belajar siswa dengan menggali
potensi siswa melalui eksplorasi gagasan dan ide dari dalam diri siswa
sehingga kualitas lulusan yang diharapkan masyarakat dapat terjawab.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bagian dari inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dalam rangka memecahkan masalah yang terjadi di dalam kelas.
2. Sebagai bahan untuk memperbaiki mengembangkan kurikulum yang
selama dilaksanakan di sekolah dengan penerapan pembelajaran yang
lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai salah satu cara meningkatkan kompetensi profesionalisme guru
sebagai pendidik yang ingin mengikuti perubahan dan tantangan
pendidikan yang terus beradaptasi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 3
BAB II
LANDASAN TEORI
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 4
Empat fakto tersebut menjadi bagian terpenting dalam usaha membantu
dan memudahkan proses belajar mengajara bahasa.
Guru merupakan faktor yang terpenting dalam proses permudahan
dalam proses belajar. Karena guru merupakan fasilitator dalam proses
pembelajaran yang memerlukan cara-cara atau meode dalam
pembelajaran. Jadi, guru yang baik, pada umumnya selalu berusaha
untuk menggunakan metode pengajaran yang efektif, serta memakai
alat-alat media yang terbaik dalam melaksanakan pembelajaran bahasa.
Pencarian metode yang paling efektif tetap saja dilakukan dari zaman ke
zaman.
Pengajaran bahasa melibatkan tiga disiplin ilmu linguistic, psikologi, dan
ilmu pendidikan. Ilmu linguistic memberikan informasi kepada kita
tentang bahasa secara umum dan bahasa-bahasa tertentu. Ilmu
psikologi Menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dalam ilmu
pendidikan memungkinkan seseorang bisa meramu semua keterangan
itu menjadi satu cara atau metode yang sesuai untuk digunakan di kelas
sehingga memudahkan proses belajar mengajar bahasa oleh pelajar
(Ahmad, 2010:24).
4. Belajar Bahasa Inggris
Bahasa Inggris termasuk rumpun bahasa-bahasa Anglo-Frisia
pada cabang barat bahasa-bahasa Jerman, dan merupakan sebuah
bahasa subfamili dari bahasa-bahasa Indo-Eropa.
Bahasa Inggris hampir mendekati bahasa Frisia, sedikit lebih luas
dari bahasa Netherlandic (Belanda –Flemish) dan dialek Jerman tingkat
rendah (Plattdeutsch), serta jauh dari bahasa Jerman Modern tingkat
tinggi.
Kosa kata bahasa Inggris telah mengalami peningkatan selama
lebih dari 1500 tahun perkembangannya. Kamus bahasa Inggris yang
hampir mendekati lengkap, Oxford English Dictionary (edisi kedua, 20
edisi, 1989), memuat lebih dari 600.000 kata, termasuk ungkapan-
ungkapan yang sudah kuno dan pengucapan-pengucapan yang
bermacam-macam.
Mungkin kamus ini adalah kamus bahasa Inggris yang berisikan
kosakata lebih dari 1 juta kata, termasuk ungkapan kasar dan berbagai
ekspresi logat serta istilah-istilah teknik dan ilmiah, yang banyak di
antaranya hanya muncul dalam pemakaiannya setelah pertengahan
abad ke-20.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 5
Kosakata bahasa Inggris lebih meluas dibanding kosakata bahasa
lain di dunia, namun demikian beberapa bahasa – bahasa Cina,
misalnya – memiliki sebuah kapasitas penyusunan kata yang serupa
dengan bahasa Inggris.
Secara luas, penyerapan terus menerus dari setiap bahasa pokok,
khususnya dari bahasa Latin, bahasa Yunani, dan beberapa bahasa
Skandinavia, serta dari banyak bahasa-bahasa tak terkenal,
memperbanyak kata-kata dalam kosa kata bahasa Inggris. Selain itu,
banyak proses telah menjadikan penciptaan banyak kata-kata baru
sebagaimana penetapan pola-pola baru untuk perkembangan lebih
lanjut.
Di antara proses ini adalah onomatopoeia, atau peniruan suara-
suara alam, seperti terbentuknya kata burp (sendawa) dan clink
(menyentuhkan dua ujung gelas); afiksasi, atau penambahan prefiks dan
suffiks, salah satunya seperti mis- dan –ness, atau menyerap seperti ex-
dan –ist; kombinasi bagian-bagian kata, seperti dalam brunch,
membentuk beberapa bagian dari breakfast dan lunch; bentuk bebas
dari percampuran, seperti bonehead dan down pour; bentuk awal
kembali (back formation), atau pembentukan kata dari kata yang telah
ada terlebih dulu, bentuk-bentuk yang mendorong terbentuknya kata-
kata terakhir, yang diambil dari bentuk terdahulu – contohnya, to jell,
dibentuk dari jelly; dan perubahan fungsional, atau penggunaan dari
salah satu bentuk ungkapan sebagai satu kata yang dianggap kata
lainnya, misalnya, kata benda shower digunakan sebagai kata kerja, to
shower.
Proses-proses tersebut yang mungkin telah menambahkan banyak
sekali kata adalah affiksasi dan khususnya perubahan fungsional, yang
difasilitasi oleh keanehan struktur kebahasaan yang dimiliki bahasa
Inggris.
Secara teori, pengejaan fonematis/ huruf, elemen-elemen suara
paling sederhana digunakan untuk membedakan satu kata dari kata
lainnya, semestinya akan menghasilkan suara yang tepat dari
karakteristik bahasa tersebut.
Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, at berisi dua fonem, mat
tiga fonem, dan mast empat fonem.
Sayangnya hal tersebut sangat jarang, pengejaan kata-kata bahasa
Inggris tidak menyesuaikan jumlah fonem yang menyusunnya. Enough,
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 6
sebagai contoh, yang memiliki empat fonem (enuf), diucapkan dengan
enam huruf, sebagaimana breath, yang juga memiliki empat fonem (breθ)
dan enam huruf.
Fonem-fonem vokal utama dalam bahasa Inggris meliputi yang
diwakilkan oleh huruf-huruf yang dimiringkan berikut ini: bit, beat, bet,
bate, bat, but, botany, bought, boat, boot, book, dan burr. Fonem-fonem
ini dibedakan satu dari yang lainnya dengan posisi artikulasi
(pengucapan) di dalam mulut.
Empat bunyi vokal, atau disebut complex nuclei (pangkal paling
komplek) dari bahasa Inggris adalah diftong-diftong (bunyi
rangkap/harokat) yang dibentuk dengan meluncur dari satu posisi
artikulasi rendah ke posisi yang lebih tinggi.
Diftong-diftong ini adalah i dari bite (sebuah huruf dari o pada
botany ke ea pada beat), ou dalam bout (dari o pada botany ke oo dalam
boot), oy di boy (dari ou pada bought ke ea pada beat), dan u pada butte
(dari ea pada beat ke oo pada boot). Titik permulaan dan akhiran yang
pasti dari variasi huruf dalam dunia pengucapan bahasa Inggris.
B. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah pertemuan yang dilakukan dua orang atau lebih
yang didalam pertemuan itu membahas sebuah masalah yang kemudian
diputuskan bersama. Menurut Syaiful Sagala (2009 : 208) menyatakan
Bahwa: Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan
pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan
problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun
pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalahnya dan untuk mencari kebenarannya. Sejalan dengan pendapat
diatas Wina Sanjaya (2009 : 154) berpendapat bahwa: Metode diskusi
adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
masalah suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat keputusan.
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk
menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu
biasanya timbul dari asumsi : pertama, diskusi merupakan metode yang
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 7
sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antara siswa muncul
secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; kedua,
diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal
waktu pembelajaran didalam kelas sangat terbatas, sehingga
keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara
tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab,
dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu
bisa dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang
sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah
atau demonstrasi. Kalau metode ceramah atau demonstrasi materi
pelajaran sudah diorganisir dengan baik hingga guru tinggal
menyampaikannya, maka tidak demikian halnya dengan metode diskusi.
Pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir
dengan sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa,
materi pembelajaran ditentukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, oleh
karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekedar hasil belajar,
tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.
2. Bentuk-Bentuk Diskusi
1) The social problem meeting
Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang
memecahkan masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan
harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk
mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku.
2) The open-ended meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang.
berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di
sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar
mereka.
3) The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan
maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran
yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh
pemahaman yang lebih baik.
3. Langkah-Langkah Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 8
1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2) Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih
pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan
sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan
sebagainya.
3) Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan
guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk
menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar
setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan
dengan lancar.
4) Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-
hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama
bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-
tahap laporan-laporan tersebut.
5) Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru
mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah
siswanya mencatat untuk fail kelas.
4. Peranan Guru Dalam Memimpin Diskusi
Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan
diskusi berjalan dengan baik. Berikut ini peranan guru dalam metode
diskusi:
1) Penunjuk Jalan
Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai
kemajuan di dalam diskusi. Guru merumuskan jalannya diskusi
andaikata terjadi penyimpangan dari masalah. Apabila guru
mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka guru
meluangkan jalan bagi murid sehingga diskusi berjalan dengan
lancar.
2) Pengatur Lalu Lintas
Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua
anggota diskusi, guru menjaga agar semua anggota dapat berbicara
bergiliran untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya atau
terjamin, guru menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata
dikuasai oleh murid-murid yang gemar berbicara, guru terhadap
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 9
murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya
ia berani mengeluarkan pendapatnya.
3) Sebagai Pendengar dan Menjawab Pertanyaan
Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan
yang diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus
menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya. Dia hanya
boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut
diskusi. Ini bertujuan agar semua pengikut diskusi dapat
menjawabnya.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 10
Shall I bring you some flowers to get you more better? (haruskah aku
membawakanmu bunga agar kamu lebih baik?)Answer: No, Thanks.
(tidak, terimakasih)
Will you marry me? (Akankah kau menikah denganku?)Answer: Yes I will
(ya, aku akan)
Would you like a cup of coffee? (maukah kamu segelas kopi?)Answer: Yes,
please (ya, tolong)
Shall we watch this korean new film? (haruskah kita menonton film korea
baru ini?)Answer: Yes, it would be great! (ya, itu akan luar biasa!)
Aturan dalam Asking for Opinion
Memulai kalimat tanya dengan WH Questions. Seperti What, Where,
Why, When, Who, dan How.
Bisa juga memulai awal pertanyaan menggunakan Modal Auxiliaries,
seperti: Can, Could, Will, Would, Shall, Should, Must, May, Might, Had
to.
Contoh Dialog Asking and Giving Opinion
Shop Keeper : Good afternoon, sir. Can I help you?
Customer : I want the newest camera.
Shop Keeper : This way, sir. Here is the newest camera from America.
Customer : I want a Japanese camera. Do you have some?
Shop Keeper : Yes, we have, sir. Here is a Japanese camera. The newest and
simple one. Please have a look.
Customer : I like this model. How much?
Shop keeper : One hundred and nine dollars including tax, sir.
Customer : Do you accept credit cards?
Shop Keeper : Yes, we accept credit cards.
Customer : I'll take this camera. Where can I pay?
Shop Keeper : At counter three, sir.
Customer : Thank you.
Shop Keeper : My pleasure.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 11
E. Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dalam penelitian ini adalah :
Metode Diskusi
F. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika siswa kelas IX A SMA Negeri
Weluli yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Weluli yang terletak di
Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
SMA Negeri Weluli pada tahun ajaran 2017/2018 memiliki jumlah
siswa sebanyak 455 orang yang tersebar dalam 19 rombongan belajar
yang tersebar di 6 rombel kelas X yang berjumlah dari 147 siswa, 6
rombel kelas XI yang berjumlah 146 siswa dan 7 rombel kelas XII yang
berjumlah 162 siswa. Dengan dukungan 39 tenaga guru yang terdiri dari
16 PNS dan 23 guru honor sekolah, serta 6 tenaga kependidikan yang
terdiri dari 2 PNS dan 4 tenaga honor sekolah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap tahun
pelajaran 2017/2018 tepatnya pada tanggal 19 Januari 2018 sampai
dengan 15 Februari 2018.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini siswa kelas XI A SMA Negeri Weluli, Desa
Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Provinsi NTT yang
berjumlah 31 orang yang terdiri dari 13 laki – laki dan 18 perempuan.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 13
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui :
a. Test Awal
Test awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum dilakukan tindakan pada siklus-siklus penelitian.
b. Observasi
Hasil observasi dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan
pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama
proses pembelajaran serta mengukur kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (rpp) yang disusun.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 14
Tabel 1
Pedoman Observasi
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 15
Instrumen observasi yang digunakan disini dalam bentuk rating scale
(Riyanto, 2001 : 101), berbentuk kuantitas menggunakan skor atau
rangking.
b. Ulangan Harian
Ulangan Haria yang dibuat mengacu pada ide konstruvisme yang
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri apa yang dipelajarinya.
Permasalahan dan pertanyaan yang diajukan berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga memungkinkan dalam satu
Ulangan Harian dapat diselesaikan oleh siswa.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 16
Analisis data hasil penilaian LKS berdasarkan rumus (dalam Demaja,
dkk, 2016 : 162) :
Jumlah Peserta Didik Yang Mendapat Nilai≥60
KB= ×100 %
Jumlah Peserta Didik Seluruhnya
dengan :
KB = Persentase Ketuntasan
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc
Taggart (dalam Rafi'uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang
sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya
mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
a. Refleksi Awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-
situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti melakukan
pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi
yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah
penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat
ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal,
paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah
rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan
kerangka konseptual dari penelitian.
b. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 17
yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada
pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa
peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
d. Observasi (Pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
e. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi
yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan
kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan
relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil
yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat
digambarkan sebagai berikut :
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 18
Gambar 2
Diagram Alur PTK Kemmis dan Taggart
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan apabila dari 31 siswa yang
menjadi subyek penelitian diberikan test awal dan test akhir terjadi
peningkatan siswa yang tuntas (di atas KKM) atau ¿ 65 berjumlah ¿ 24
siswa dengan kata lain keberhasilan dari penilaian ini apabila 75% siswa
yang menjadi subyek penelitian memperolah rata-rata nilai test ¿ 65.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 20
Tabel 2
Hasil Penilaian Ulangan Harian I
Skor Maksimum Tiap Butir Jumlah
NO. 15 15 20 30 20 100 Ketuntasan
Absensi Nomor Butir Soal Skor (KKM 65)
1 2 3 4 5 Perolehan
01 10 12 15 23 12 72 T
02 12 12 10 25 15 74 T
03 8 8 10 15 12 53 TT
04 8 8 12 25 10 63 TT
05 12 12 12 15 10 61 TT
06 10 10 15 20 8 63 TT
07 8 8 12 25 8 61 TT
08 8 8 10 22 5 53 TT
09 10 10 10 15 10 55 TT
10 12 10 15 20 15 72 T
11 15 10 18 20 12 75 T
12 12 12 10 25 12 71 T
13 12 8 10 15 12 57 TT
14 10 8 8 25 12 63 TT
15 10 12 8 15 15 60 TT
16 12 10 15 20 12 69 T
17 8 12 15 25 10 70 T
18 8 12 10 22 10 62 TT
19 12 12 12 20 15 71 T
20 10 15 12 25 12 74 T
21 8 12 15 15 15 65 T
22 8 10 12 25 12 67 T
23 10 8 10 15 10 53 TT
24 8 8 10 20 10 56 TT
25 12 10 8 25 8 63 TT
26 10 12 8 22 8 60 TT
27 8 5 5 18 12 48 TT
28 8 10 10 22 15 65 T
29 12 12 12 25 12 73 T
30 10 10 12 20 10 62 TT
31 8 8 12 25 10 63 TT
Jumlah Skor 1974 T = 13
Rata - Rata Kelas 63,68
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 21
Jumla
Ketuntasan h %
Tuntas 13 41,94
Tidak Tuntas 18 58,06
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan siklus I tetapi
berdasarkan RPP -2, dan LKS 2. Kegiatan pada siklus II ini dengan
memperhatikan saran-saran pada siklus I.
Kegiatan awal dilaksanakan dengan memperhatikan keefektifan dan
penjelasan singkat untuk materi prasyarat. Siswa dipersilahkan
masuk ke kelompok seperti pada siklus I, lalu Soal Ulangan Harian
dan lembar bacaan siswa dibagikan.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 22
Pada kegiatan inti siswa lebih antusias dibandingkan dengan siklus I.
Hal ini disebabkan siswa sudah mengikuti proses yang sama untuk
kedua kalinya. Proses berjalan sebagaimana siklus I, dimana masalah
dalam Ulangan Harian, dikerjakan siswa secara individual. Kemudian
Kegiatan siswa selama proses pembelajaran dinilai dengan memberi
skor pada Ulangan Harian yang mereka kerjakan. Penilaian atas
Ulangan Harian II diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Penilaian Ulangan Harian II
Skor Maksimum Tiap
Jumlah
Butir
NO. Ketuntasan
20 25 15 20 20 100
Absensi (KKM 65)
Nomor Butir Soal Skor
1 2 3 4 5 Perolehan
01 10 20 15 18 12 75 T
02 15 15 10 15 18 73 T
03 12 20 10 20 15 77 T
04 15 12 10 10 15 62 TT
05 12 15 8 15 15 65 T
06 10 10 15 20 8 63 TT
07 12 8 12 20 8 60 TT
08 12 8 10 20 5 55 TT
09 10 10 10 20 10 60 TT
10 12 15 12 20 15 74 T
11 12 20 15 18 12 77 T
12 15 15 10 15 18 73 T
13 12 20 10 20 15 77 T
14 15 20 15 20 12 82 T
15 10 12 12 15 15 64 TT
16 12 10 15 20 12 69 T
17 10 20 15 18 12 75 T
18 15 15 10 15 18 73 T
19 12 20 10 20 15 77 T
20 10 8 12 18 12 60 TT
21 8 12 15 15 15 65 T
22 15 10 12 18 12 67 T
23 10 8 10 15 10 53 TT
24 12 12 10 20 10 64 TT
25 12 10 15 15 12 64 TT
26 10 12 12 15 15 64 TT
27 10 15 15 18 12 70 T
28 15 15 10 15 18 73 T
29 12 20 10 15 15 72 T
30 10 10 12 15 10 57 TT
31 15 8 12 18 10 63 TT
Jumlah Skor 2103 T = 18
Rata - Rata Kelas 67,84
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 23
Dari tabel terlihat bahwa skor terendah 53 diraih oleh siswa nomor
absensi 23, sedangkan skor tertinggi adalah 77 diperoleh oleh siswa
dengan nomor absensi 3, 11, 13 dan 19.
c. Observasi / Pengamatan
Hasil observasi dirampung dari observer yang menunjukkan tingkat
afektivitas dari siswa dalam mengikuti proses pada siklus II disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 5
Hasil Observasi Siklus II
Ketuntasan Jumlah %
Tuntas 18 58,06
Tidak Tuntas 13 41,94
Dari tabel pengamatan ternyata siswa yang tuntas adalah 18 orang
dan tidak tuntas adalah 13 orang.
d. Refleksi
Seteleh selesai melaksanakan kegiatan siklus II, peneliti berdiskusi
dengan mitra peneliti dan diperoleh beberapa kesimpulan, bahwa
proses sudah berjalan baik dibandingkan pelaksanaan pada siklus I.
Dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II siswa yang mencapai
skor terendah 53, dan skor tertinggi pada siklus I hanya 1 orang,
pada siklus II menjadi 3 orang yang mencapai skor 80.
Saran untuk diperhatikan pada siklus III adalah perhatian khusus
untuk siswa nomor absensi 23karena masih memperoleh skor
terendah.
3. Siklus III
a. Persiapan
Pada siklus III persiapan dilakukan dengan memperhatikan hasil
refleksi siklus II yang diperoleh dari hasil diskusi antara peneliti dan
mitra peneliti pada siklus II sehingga diharapkan hasil belajar siswa
akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran Metode
Diskusi. Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran pada siklus
III meliputi : RPP III, Ulangan Harian III, dan Lembar Observasi siklus
III.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan siklus I tetapi
berdasarkan RPP -2, dan Ulangan Harian III Kegiatan pada siklus III
ini dengan memperhatikan saran-saran pada siklus II.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 24
Penilaian hasil ulangan harian III dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Hasil Ulangan Harian III
Skor Maksimum Tiap
Jumlah
Butir
NO. Ketuntasan
20 25 15 20 20 100
Absensi (KKM 65)
Nomor Butir Soal Skor
1 2 3 4 5 Perolehan
01 15 18 15 18 15 81 T
02 18 20 12 15 15 80 T
03 12 20 10 20 18 80 T
04 15 12 10 15 18 70 T
05 12 15 8 15 15 65 T
06 10 10 15 20 15 70 T
07 12 15 12 20 15 74 T
08 15 15 12 20 15 77 T
09 10 20 10 20 15 75 T
10 12 15 12 20 15 74 T
11 12 20 15 18 12 77 T
12 15 15 10 15 18 73 T
13 12 20 10 20 15 77 T
14 15 20 15 20 12 82 T
15 20 12 12 15 15 74 T
16 12 20 15 20 12 79 T
17 10 20 15 18 12 75 T
18 15 15 10 15 18 73 T
19 12 20 10 20 15 77 T
20 10 8 12 18 12 60 TT
21 8 12 15 15 15 65 T
22 15 10 12 18 12 67 T
23 10 15 15 15 20 75 T
24 12 12 10 20 10 64 TT
25 12 10 15 15 12 64 TT
26 12 15 15 15 15 72 T
27 10 20 15 18 12 75 T
28 15 15 10 15 18 73 T
29 12 20 10 15 15 72 T
30 12 20 12 15 18 77 T
31 15 15 12 18 15 75 T
Jumlah Skor 2272 T = 28
Rata - Rata Kelas 73,29
Dari tabel terlihat skor terendah adalah 60 diraih oleh siswa nomor
absensi 20, dan skor tertinggi diraih oleh siswa nomor absensi 14
dengan skor 82.
c. Observasi / Pengamatan
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 25
Hasil observasi yang dirampung dari dua observer yang menunjukkan
afektitifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran siklus III
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 6
Hasil Observasi Siklus III
Ketuntasan Jumlah %
Tuntas 28 90,32
Tidak Tuntas 3 9,68
Dari tabel terlihat bahwa siswa yang tuntas adalah 28 orang dan
tidak tuntas adalah 3 orang.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan siklus III peneliti berdiskusi dengan
mitra peneliti dan diperoleh kesimpulan bahwa pada siklus III seluruh
proses berjalan baik.
I 1974 63,68
2. Hasil Observasi
Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III,
peneliti dapat menunjukkan rata-rata keseluruhan hasil observasi siklus
I, observasi siklus II, dan observasi siklus III yang disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 8
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 26
Rekapitulasi Hasil Observasi
Siklus Tuntas % Tuntas % Kenaikan
I 13 41,94
II 18 58,06 38,46
C. Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil rekapitulasi keseluruhan tindakan siklus I, siklus II dan
siklus III maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Pada hasil ulangan harian, pada siklus I, diperoleh hasil jumlah skor
keseluruhan adalah 1.974 dengan rata-rata kelas 63,68. Dengan skor
terendah adalah 48, dan skor tertinggi 77, pada siklus II kenaikan
diperoleh dari skor terendah 48 naik menjadi 53, dengan skor tertinggi
masih 77 namun diraih oleh 3 orang siswa. Pada siklus III kenaikan skor
tertinggi diperoleh adalah 82. Pada siklus II jumlah skor keseluruhan
adalah 2.103 dengan rata-rata kelas 67,84 atau dari siklus I ke siklus II
rata-rata kelas naik sebesar 6,53 %. Pada siklus III jumlah keseluruhan
skor 2.272 dengan rata-rata kelas 73,29 atau terjadi kenaikan sebesar
8,03 % dari siklus II ke siklus III.
2. Pada hasil observasi siklus I yang ketuntasan siswa diperoleh data 13
orang tuntas atau 41,94% siswa yang tuntas. Pada siklus II jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 18 orang atau 58,06% siswa yang tuntas. Dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan ketuntasan sebesar 38,46%. Pada
siklus III jumlah siswa yang tuntas adalah 28 orang atau 90,32%. Dari
siklus II ke siklus III terjadi kenaikan ketuntasan siswa sebesar 55,56%.
Kenaikan ketuntasan siswa ini berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan karena siswa lebih antusias dan sangat perhatian untuk
mempelajari materi yang diajarkan. Masih ada siswa yang belum tuntas
hal ini terjadi karena siswa yang belum tuntas perlu diberi bimbingan
untuk remedial pada proses belajar mengajar berikutnya.
3. Berdasarkan data-data yang dipaparkan di atas maka peneliti membuat
kesimpulan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunkan
model pembelajaran Metode Diskusi sangat efektif membangun
kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 27
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan di atas maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal berikut :
1. Pada siklus I, diperoleh hasil jumlah skor keseluruhan adalah 1.974
dengan rata-rata kelas 63,68. Pada siklus II jumlah skor keseluruhan
adalah 2.103 dengan rata-rata kelas 67,84 atau dari siklus I ke siklus II
rata-rata kelas naik sebesar 6,53 %. Pada siklus III jumlah keseluruhan
skor 2.272 dengan rata-rata kelas 73,29 atau terjadi kenaikan sebesar
8,03 % dari siklus II ke siklus III.
2. Pada hasil observasi siklus I yang ketuntasan siswa diperoleh data 13
orang tuntas atau 41,94% siswa yang tuntas. Pada siklus II jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 18 orang atau 58,06% siswa yang tuntas. Dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan ketuntasan sebesar 38,46%. Pada
siklus III jumlah siswa yang tuntas adalah 28 orang atau 90,32%. Dari
siklus II ke siklus III terjadi kenaikan ketuntasan siswa sebesar 55,56%.
3. Berdasarkan data-data yang dipaparkan di atas maka peneliti membuat
kesimpulan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan
model pembelajaran Metode Diskusi sangat efektif membangun
kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran/Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka penulis merekomendasikan :
1. Bagi rekan-rekan guru Bahasa Inggris untuk mencoba menerapkan
modep pembelajaran Metode Diskusi sebagai salah satu alternatif dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi rekan-rekan guru yang lain mungkin dapat juga menerapkan
pembelajaran Metode Diskusi sebagai salah satu pendekatan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, karena sudah teruji dan hasilnya ada
peningkatan hasil belajar siswa yang sangat signifikan.
Daftar Pustaka
Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 28
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National
Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal
Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di
SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana
IKIP Negeri Singaraja.
Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa
Unipas.
Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi
Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 29
Lampiran-Lampiran
1. RPP
2. Instrumen Penelitian
3. Hasil Penelitian / Instrumen Penelitian
4. Dokumentasi Penelitian (Foto Hasil Penelitian)
5. Bukti Fisiknya Lainnya
6. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
7. Surat Keterangan Izin Penelitian
8. Surat Keterangan bahwa Karya Tulis sudah diseminarkan
9. Berita Acara Pelaksanaan Seminar
10. Daftar Hadir Pelaksanaan Seminar
PTK Isidorus P. Koli, S.Pd Diajukan Sebagai Syarat Kenaikan Pangkat IV/a ke IV/b 30