Pentingnya Persekutuan
Bila membicarakan tentang Bahasa dan budaya, kedua aspek ini saling
berhubungan. Bahasa merupakan sebuah alat yang paling efektif untuk
mengutarakan sebuah ide dan pikiran. Bahasa juga merupakan
manifestasi dan identitas dari sebuah budaya.
Apa hubungannya dengan
komunikasi antarbudaya?
Bila diingat kembali, untuk mengutarakan sebuah ide dan pikiran, diperlukan
Bahasa. Dengan bekal tersebut, kita bisa juga melontarkan budaya kita kepada
orang lain dengan Bahasa. Dengan Bahasa, kita bisa mempelajari budaya kita
sendiri, mulai dari nama, penggunaan kosa kata, dan juga perilaku budaya kita
sendiri. Dan ini juga berlaku kepada budaya lainnya, dan bila terdapat dua
orang atau lebih saling berdiskusi dengan budaya dan latar belakang yang
berbeda-beda, Pastinya akan terjadi komunikasi antarbudaya. Lalu bagaimana
caranya mereka bisa memahami antar sesama dan dapat bersatu?
Peranan Bahasa
1. BAHASA DAN PERSATUAN 2. BAHASA DAN IDENTITAS
Penggunaan Bahasa yang sama dapat Penggunaan bahasa juga dapat memperlihatkan
meningkatkan rasa persatuan terhadap budaya seseorang, Contohnya orang jawa
seseorang. Dalam skala besar, contoh menyebut spatula/soled dengan kata sutil. Contoh
kasus yang nyata adalah ketika terjadi lainnya adalah orang Jakarta yang menggunakan
Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Pada kata lain saya dengan kata gua, atau orang Manado
saat itu, masyarakat nusantara dengan kata lain beta. Terlihat dari Bahasa yang
bersumpah bahwa Bahasa Indonesia digunakan juga bisa menentukan daerah asal
adalah Bahasa persatuan. Dengan seseorang, yang juga menentukan budaya orang
adanya kesamaan Bahasa, masyarakat
tersebut.
yang berbeda budaya dapat
berkomunikasi dengan baik tanpa adanya
language barrier antar sesama.
3. PERTUKARAN INFORMASI
Bahasa memiliki peran penting dalam menyatakan pemikiran atau pandangan mengenai orang
lain. Kalo kita sedang marah, biasanya akan didampingi kata kasar yang gunanya mendukung
informasi bahwa tersebut sedang kesal/marah. Contohnya:
Semua hal tersebut menggunakan Bahasa. Jadi, perlu disadari, peran Bahasa itu sangatlah besar bagi
kehidupan manusia.
Apa itu bahasa? VARIASI BAHASA
Bahasa merupakan simbol-simbol, tanda- Budaya ditandai dari variasi bahasa, seperti :
tanda yang memiliki sebuah arti. Simbol-
simbol dan tanda-tanda tersebut lalu disetujui 1. Aksen
penggunaannya oleh sekelompok orang. Suatu budaya mungkin bisa berbicara satu Bahasa dengan
Setiap simbol-simbol dan tanda-tanda budaya-budaya lainnya, namun pelafalannya akan sedikit
tersebut bervariasi, contohnya masyarakat berbeda dengan budaya lainnya. Hal ini biasanya
dikarenakan oleh faktor budaya pada daerah tersebut dan
Indoensia menggunakan alphabet,
juga pengaruh dari Bahasa ibu komunitas tersebut.
sedangkan orang Rusia menggunakan Contohnya orang jawa dengan medok jawanya.
alphabet kiril.
2. Dialek
3. Argot
Kosakata khusus yang digunakan oleh sebuah kelompok khusus. Contohnya di dunia penjara
Amerika, ada sebutan seperti “green” yang artinya uang kertas, dan “rat” yaitu seseorang yang
mengkhianati teman-temannya dengan menjadi informan agar teman-temannya masuk penjara
dengan bayaran hukuman penjaranya dikurangi oleh pihak kepolisian.
4. Slang
Istilah-istilah yang digunakan pada lingkungan informal. Contohnya di
Jakarta, anak remaja lebih biasa mengucapkan kata sabi daripada bisa, dan
kane daripada enak. Slang lainnya yang sempat diangkat oleh Lutfi Agizal
adalah kata anjay yang memiliki makna “keren”.
5. Branding
Simbol-simbol atau tanda-tanda yang dapat melambangkan
suatu perusahaan. Contohnya adalah Logo “M” McDonalds,
Logo centang Nike, dan minuman bersoda dengan aksen
warna hitam dan merah milik Coca cola.
Simbiosis Antara Bahasa
dan Budaya
Sebuah budaya hanya akan berkembang dengan adanya Bahasa (Simbol, gerak tubuh, perkataan).
Dengan Bahasa, seseorang dapat membagi ide, nilai, norma, dan kepercayaan mereka kepada orang lain.
Dan budaya digunakan untuk menjaga kesamaan dan juga keamanan antar sesama, dalam bentuk kontrol
sosial agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada.
Tanpa kedua hal tersebut, kita bisa saja tidak menikmati gaya hidup yang kita jalani sekarang. Tidak ada
perkembangan teknologi, tidak ada penyebaran agama, tidak ada ilmu pengetahuan, dan hal-hal penting
lainnya yang sudah menjadi fondasi hidup manusia
Bahasa Sebagai
Cerminan Nilai Budaya
Tinggi rendahnya konteks
Jepang dianggap sebagai budaya yang tinggi penggunaan konteksnya dan sebaliknya pada
Amerika Serikat. Pengelompokkan ini menjadi mudah terlihat dalam bahasa Jepang yang
mengandung banyak kata dengan cara baca yang hampir sama, namun memiliki arti yang
berbeda. Misalnya, kiku (memiliki 2 arti yang berbeda). Misal lainnya, "mendengar" (minasan
kitte kudasai = tolong dengarkan) dan arti lainnya "bertanya" (sensei ni kitte kudasai = tolong
tanyakan guru)
Jepang memercayai bahwa bahasa verbal tidak menjadi cara yang paling baik dalam
meningkatkan pemahaman dengan sesama dan mereka cenderung menggunakan komunikasi
non-verbal. Jepang menekankan bagaimana sesuatu dikatakan dibanding apa yang dikatakan.
Tinggi dan Rendahnya
Pengaruh Kekuasaan
B. KECEPATAN BERBICARA
I. Interaksi Interpersonal
Hal ini untuk membantu anda apakah rekan bicara anda mengerti pesan anda,
jika anda merasa bahwa penutur bahasa kedua kesulitan memahami, ulangi
pernyataan anda dengan cara yang lain.
Pada jenis simultan, menggunakan perlengkapan audio, penerjemah berada dalam ruangan
kedap suara, pembicara tidak berhenti, penerjemah harus mendengarkan dan berbicara
dalam waktu bersamaan.
B. Penerjemahan
Dilakukan dengan pesan tertulis, mengubah suatu teks tertulis dari suatu bahasa ke
bahasa yang lain. Jenis teksnya dapat berupa dokumen pemerintahan, kontrak
internasional, laporan ilmiah, serta novel atau puisi. Membutuhkan kewaspadaan
yang tinggi terhadap suasana budaya, baik dari perilaku maupun bahasa, serta
harus berhati-hati terhadap istilah kolokuialisme dan bahasa slang yang ada.
Dan saat ini, banyak bahasa yang berlomba-lomba untuk mendampingi bahasa
internasional, bahasa inggris, sebagai bahasa yang digunakan tidak hanya
untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari.
Contoh kasus
Contoh kasus materi ini ada pada sebuah penelitian yang diteliti oleh Oktolina
Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya dalam Jurnal Komunikasi ASPIKOM,
Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, halaman 314-329 dengan judul “GAYA
BERKOMUNIKASI DAN ADAPTASI BUDAYA MAHASISWA BATAK DI
YOGYAKARTA”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya berkomunikasi dan adaptasi budaya
mahasiswa Batak asal Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia Yogyakarta
menggunakan teori komunikasi antarbudaya, gaya komunikasi dan adaptasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Sepuluh mahasiswa Batak
asal Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia Yogyakarta diwawancara sebagai
informan untuk memperoleh data primer.
Informan pada penelitian ini adalah mahasiswa yang menjalani pendidikan dasar
hingga tingkat atas di Sumatera Utara. Data dianalisis melalui pemrosesan data,
kategorisasi dan penafsiran data. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
sebagian besar informan berbicara lugas dan eksplisit. Hal ini menunjukkan gaya
komunikasi mereka cenderung kepada komunikasi konteks rendah.
Mereka juga mengalami kejutan budaya (culture shock) dalam proses adaptasi
budaya. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa subjek penelitian dapat
beradaptasi dengan baik di Yogyakarta. Keterbukaan dan kesediaan mereka
untuk beradaptasi dengan budaya baru menolong mereka untuk bisa merasa
nyaman dengan lingkungan baru.