Anda di halaman 1dari 13

MAKNA VERBA HIKU SEBAGAI POLISEMI DALAM

KALIMAT BAHASA JEPANG

PROPOSAL SKRIPSI

Aprianika
43131520131001
Sastra Jepang
A. Latar Belakang
Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam
menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan bahasa
dalam kegiatan sosialisasi. (Chaedar, 1993:89).

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota


masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia (Keraf, 1994: 1)

Linguistik memiliki peranan penting dalam mempelajari suatu


bahasa
Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf,
tetapi miskin bunyi. Karena bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari
lima buah vokal, dan beberapa buah konsonan yang diikuti vocal
tersebut dalam bentuk suku kata terbuka (Sutedi, 2008: 7)
Polisemi ( ) adalah dalam satu bunyi (satu kata) terdapat
beberapa makna, dan setiap makna tersebut ada
keterkaitannya.

Homonim ( ) adalah beberapa kata


yang bunyinya sama tetapi maknanya
berbeda, dan makna dari setiap kata tersebut
tidak ada hubungannya
Contoh Polisemi ( )
(Sutedi, 2008 :
147)
Kaidan wo agaru
Contoh Homonim
Naik tangga

(Sutedi, 2008 :
Hana Bunga
155)
Hana Hidung
Daigaku ni hairu
Melanjutkan studi ke
universitas
Makna dasar disebut kihon-gi ( )
merupakan makna asli yang dimiliki oleh
suatu kata. Makna asli yang dimaksud,
yaitu makna bahasa yang digunakan pada
masa sekarang ini.
Makna perluasan ten-gi merupakan
makna yang muncul sebagai perluasan dari
makna dasar, diantaranya akibat penggunaan
secara kiasan atau majas (hiyu) (Sutedi, 2008 :
116).
Contoh:

Uma ga niguruma wo hiku


Kuda menarik kereta barang

Hito no chuui wo hiku tame ni, ookina koe wo


dasu
Mengeluarkan suara yang keras agar
diperhatikan orang
B. Rumusan Masalah dan Fokus Masalah

1. Rumusan Masalah
a. Apa saja makna perluasan yang dimiliki verba hiku dalam
kalimat bahasa jepang?
b. Bagaimana hubungan antar makna yang dimiliki verba
hiku dalam kalimat bahasa Jepang?
2. Fokus Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu
luas, maka diperlukan fokus masalah. Dalam analisis ini,
maka peneliti hanya memfokuskan pembahasan hanya verba
hiku yang berpolisemi yang memiliki makna dasar menarik
dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang.
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa saja makna yang terdapat dalam
verba hiku sebagai polisemi dalam kalimat bahasa Jepang.
b. Untuk mengetahui hubungan antar makna yang dimiliki
verba hiku sebagai polisemi dalam kalimat bahasa Jepang
2. Manfaat Penelitian
c. Untuk menambah wawasan untuk peneliti agar dapat lebih
memahami makna dari verba hiku sebagai polisemi dalam
kalimat bahasa Jepang.
d. Masukan kepada pembelajar bahasa Jepang khususnya
mahasiswa JIA mengenai makna verba hiku sebagai polisemi.
e. Sebagai referensi bagi para peneliti lain yang terkait dengan
penelitian ini.

D. Definisi Operasional
1. Makna : Suatu konsep, pengertian, ide, gagasan, yang
terdapat dalam sebuah satuan ujaran, baik berupa sebuah
kata, gabungan kata, maupun satuan yang lebih besar lagi.
(Chaer, 2007: 116)
2. Verba: Salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama
dengan adjektiva-I dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis
yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas,
keberadaan, atau keadaan sesuatu. (Sudjianto & Ahmad
Dahidi, 2014 : 149)
3. Polisemi : Kata yang memiliki makna lebih dari satu dan
makna tersebut satu sama lain memiliki keterkaitan
(hubungan) yang dapat dideskripsikan. (Kunihiro dalam
Sutedi, 2009 : 79)
E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode


deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama,
cerita pendek, puisi) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Menurut Nawawi dalam
Siswanto, 2010: 56).

F. Objek Penelitian dan Sumber Data

Objek dalam penelitian ini adalah verba hiku


yang memiliki makna dasar menarik.
Sedangkan untuk sumber datanya diambil dari
buku-buku pelajaran bahasa Jepang yang di
dalamnya terdapat kalimat yang mengandung
verba hiku yang berpolisemi.
G. Sistematika
Adapun sistematika Penelitian
dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
yaitu adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang
ketertarikan penulis terhadap penulisan skripsi ini, rumusan dan
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, objek penelitian dan sumber data
dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teoretis, berisi
mngenai uraian tentang pendapat para ahli dari berbagai sumber
kepustakaan yang mendukung penelitan ini. Bab III Metodologi
Penelitian, Pada bab ini, akan dibahas mengenai metode
penelitian yang memuat jenis penelitian,, sumber data, objek
data, metode pengumpulan data, langkah penelitian dan teknik
analisis data. Bab IV Analisis Data, pada bab ini akan menyajikan
analisis data mengenai polisemi verba hiku dalam bahasa Jepang.
Bab V Kesimpulan dan Saran, Pada bab ini peneliti akan
memaparkan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian
serta memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.
Daftar Acuan

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa


Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Grasindo
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian sastra. Jakarta:
Pustaka Pelajar
Sutedi, Dedi. 2008. Dasar- Dasar Linguistik Bahasa
Jepang. Bandung: Humaniara
Sudjianto & Ahmad Dahidi. 2014. Pengantar
Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc
Teori Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (inggris:
semantics) berasal dari bahasa Yunani Sema (kata benda
yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah
Semaino yang berarti menandai atau melambangkan.
Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai
padanan kata sema itu adalah tanda linguistik seperti yang
dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1996), yaitu
terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud
bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang
diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.
Kata Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna
atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis
bahasa: fonologi, gramatika, semantik. (Chaer, 2013 : 2)

Anda mungkin juga menyukai