Anda di halaman 1dari 164

ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM

IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN


Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Diki Mujianto
NIM. 11160510000009

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020 M
ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM
IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Diki Mujianto
NIM. 11160510000009

Dosen Pembimbing,

Dr. H. M. Yaqub, M.A.


NIP. 196210181993031002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020 M

ii
iv

ABSTRAK

Diki Mujianto
11160510000009
Analisis Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier,
Cinta dan Timbangan
Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan
menceritakan bagaimana kehidupan Rara seorang perempuan
yang pintar namun memiliki tubuh yang kurang proposional
sesuai standar kecantikan pada umumnya, kesusahan dalam
pekerjaannya dan kehidupannya sehari-hari. Film ini memiliki
alur cerita yang sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian
manusia bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai
perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada keluarga
dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana narasi pada alur
cerita di awal, tengah, dan akhir dalam film Imperfect: Karier,
Cinta dan Timbangan, bagaimana konsep diri dalam film
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian analisis naratif Tzvetan Todorov yang
membagi narasi menjadi tiga bagian, yaitu alur awal, tengah, dan
akhir. Analisis naratif melibatkan pemahaman yang sangat cermat
pada tiap alur narasi dan teks dialog.
Film ini mendeskripsikan konsep diri yang terdapat dalam
diri Rara dan Lulu. Dari adegan-adegan yang terdapat dalam film
ini menujukkan bahwa konsep diri negatif yang kemudian
berubah menjadi positif yang terdapat di diri Rara disebabkan
oleh orang lain dan kelompok rujukan.

Kata Kunci: Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan,


Konsep Diri, Narasi, Tzvetan Todorov.

iv
v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya dalam kehidupan umat manusia. Atas rahmat dan karunia-
Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier,
Cinta dan Timbangan”. Shalawat serta salam juga tak lupa
selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih jauh dari
kata sempurna. Namun tidak menghilangkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian skripsi
ini baik secara moril maupun materiil. Dengan demikian penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta
Cecep Sastrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, dan Dr. Edi Amin, M.A selaku
sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

v
vi

4. Dr. H. M.Yakub, MA,. selaku dosen pembimbing penelitian


skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan
memberikan dukungan penuh selama proses penelitian.
5. Seluruh jajaran dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan.
6. Pimpinan staf Perpustakaan Utama dan staf Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pelayanan dalam meminjam literatur untuk
penelitian skripsi ini.
7. Pimpinan serta jajaran staf Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya staf tata usaha Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dan
mengarahkan penulis baik segi regulasi atau administrasi.
8. Meira Anastasia, selaku narasumber penelitian skripsi yang
telah memudahkan penulis untuk mendapatkan data-data
penelitian skripsi.
9. Kedua orang tua, Bapak Muhdi, Ibu Nurhayani, terima kasih
atas do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tiada terhingga
dan tak terhitung banyaknya yang selalu diberikan kepada
penulis.
10. Adik-adik, Dandi Hermawan dan Dini Fitriani, terima kasih
telah menghibur dan memotivasi penulis selama penulis
menyusun penelitian skripsi ini.

vi
vii

11. Rifatul Mahmudah, yang selalu menemani dan membantu


penulis sedari maba hingga sarjana.
12. Dedi Fahrudin, M. Ikom dan Keluarga DNK TV yang telah
memberikan banyak pelajaran dan menjadi rumah kedua saya
selama menjalani perkuliahan.
13. Risma Febby Hambekti, Felly Agriaka, Angga Firmansyah,
Marjan Madyansyah, Ihsan Amrullah, Toby Febiyanto,
Zainul Mafakhir, Dandi Hakim Pradana, Perdana Bagaskara,
Kevin Rizky yang selalu menemani penulis di kala susah.
14. Teman-teman FIDIKOM dan KPI angkatan 2016 khususnya
KPI A, teman seperjuangan selama perkuliahan, terima kasih
atas segala bantuan dan dorongannya, semoga sukses selalu.
15. Teman-teman KKN 049 Lentera Murni yang telah menemani
penulis selama sebulan dalam menjalani pengalaman baru
yang sangat berarti untuk kehidupan.
16. Teman-teman Majelis Ta’lim Hidayatul Ihsan, yang telah
memberikan saya banyak pengalaman berharga selama saya
menimba ilmu selama 5 tahun.
17. Teman-teman Malaykat Kecil yang selalu memberi dukungan
dan semangat selama menjalani perkuliahan.
18. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari masa
perkuliahan hingga pengerjaan penelitian skripsi ini selesai,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah
SWT membalas seluruh kebaikan kalian semua. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,

vii
viii

penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan


kesempurnaan penelitian ini, sehingga pada akhirnya skripsi ini
dapat memberi manfaat dan dapat dikembangkan lebih lanjut
lagi. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,

Diki Mujianto
NIM. 11160510000009

viii
ix

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iii

ABSTRAK .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................... ix

DAFTAR TABEL ..................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xv

BAB I. .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 10

1. Batasan Masalah ....................................................... 10

2. Rumusan Masalah..................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 10

1. Tujuan Penelitian ...................................................... 10

2. Manfaat Penelitian .................................................... 11

E. Metodologi Penelitian ..................................................... 11

1. Paradigma Penelitian ................................................ 11

2. Pendekatan Penelitian ............................................... 12

3. Metode Penelitian ..................................................... 13

4. Subjek dan Objek Penelitian ..................................... 14

ix
x

5. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 14

F. Teknik Analisis Data ....................................................... 16

G. Tinjauan Pustaka ............................................................. 17

H. Sistematika Penulisan ...................................................... 20

BAB II ........................................................................................ 23

A. Film.................................................................................. 23

1. Pengertian Film......................................................... 23

2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa .................. 24

3. Unsur-Unsur Film ..................................................... 27

4. Jenis dan Klasifikasi Film......................................... 29

5. Film sebagai Media Penyampai Nilai ....................... 33

B. Analisis Naratif ................................................................ 37

1. Definisi Analisis Naratif ........................................... 37

2. Teori Narasi Tzvetan Todorov.................................. 40

C. Konsep Diri ..................................................................... 46

1. Komponen Konsep Diri ............................................ 48

2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ................. 51

3. Karakteristik Konsep Diri ......................................... 54

D. Konsep Diri dalam Dakwah Dzatiyah ............................. 58

E. Kerangka Konsep ............................................................ 62

BAB III ...................................................................................... 63

A. Latar Belakang Pembuatan Film Imperfect ..................... 63

x
xi

B. Sinopsis Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan ..... 66

C. Tim Produksi Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan68

D. Sutradara dan Penulis Naskah Film Imperfect: Karer,


Cinta & Timbangan ................................................................ 70

E. Tokoh Pemeran Film Imperfect: Karier Cinta &


Timbangan ............................................................................. 72

BAB IV ...................................................................................... 81

A. Data dan Hasil Temuan dari Alur Awal, Tengah, dan


Akhir dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan . 81

1. Alur Awal ................................................................. 81

2. Alur Tengah .............................................................. 86

3. Alur Akhir............................................................... 105

B. Data dan Hasil Temuan dari Konsep Diri dalam Film


Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan ............................. 115

1. Konsep Diri Negatif ................................................ 115

2. Konsep Diri Positif ................................................. 122

BAB V ..................................................................................... 128

A. Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film Imperfect:


Karier, Cinta dan Timbangan ............................................... 128

1. Alur Awal ............................................................... 128

2. Alur Tengah ............................................................ 130

3. Alur Akhir............................................................... 132

xi
xii

B. Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan


Timbangan ........................................................................... 134

1. Konsep Diri Negatif ................................................ 134

2. Konsep Diri Positif ................................................. 136

BAB VI .................................................................................... 138

A. Kesimpulan .................................................................... 138

B. Saran .............................................................................. 139

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 141

LAMPIRAN ............................................................................. 145

xii
xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 .................................................................................... 20
Tabel 4. 1 .................................................................................... 82
Tabel 4. 2 .................................................................................... 82
Tabel 4. 3 .................................................................................... 83
Tabel 4. 4 .................................................................................... 84
Tabel 4. 5 .................................................................................... 85
Tabel 4. 6 .................................................................................... 85
Tabel 4. 7 .................................................................................... 86
Tabel 4. 8 .................................................................................... 88
Tabel 4. 9 .................................................................................... 89
Tabel 4. 10 .................................................................................. 90
Tabel 4. 11 .................................................................................. 91
Tabel 4. 12 .................................................................................. 92
Tabel 4. 13 .................................................................................. 94
Tabel 4. 14 .................................................................................. 95
Tabel 4. 15 .................................................................................. 96
Tabel 4. 16 .................................................................................. 97
Tabel 4. 17 .................................................................................. 98
Tabel 4. 18 .................................................................................. 99
Tabel 4. 19 ................................................................................ 102
Tabel 4. 20 ................................................................................ 103
Tabel 4. 21 ................................................................................ 105
Tabel 4. 22 ................................................................................ 106
Tabel 4. 23 ................................................................................ 107
Tabel 4. 24 ................................................................................ 109
Tabel 4. 25 ................................................................................ 112

xiii
xiv

Tabel 4. 26 ................................................................................ 113


Tabel 4. 27 ................................................................................ 115
Tabel 4. 28 ................................................................................ 116
Tabel 4. 29 ................................................................................ 116
Tabel 4. 30 ................................................................................ 117
Tabel 4. 31 ................................................................................ 117
Tabel 4. 32 ................................................................................ 118
Tabel 4. 33 ................................................................................ 121
Tabel 4. 34 ................................................................................ 122
Tabel 4. 35 ................................................................................ 123
Tabel 4. 36 ................................................................................ 123
Tabel 4. 37 ................................................................................ 125
Tabel 4. 38 ................................................................................ 127

xiv
xv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 ................................................................................. 41
Gambar 3. 1 ................................................................................. 66
Gambar 3. 2 ................................................................................. 70
Gambar 3. 3 ................................................................................. 72
Gambar 3. 4 ................................................................................. 74
Gambar 3. 5 ................................................................................. 75
Gambar 3. 6 ................................................................................. 76
Gambar 3. 7 ................................................................................. 77
Gambar 3. 8 ................................................................................. 78
Gambar 3. 9 ................................................................................. 79
Gambar 4. 1 ................................................................................. 81
Gambar 4. 2 ................................................................................. 82
Gambar 4. 3 ................................................................................. 83
Gambar 4. 4 ................................................................................. 83
Gambar 4. 5 ................................................................................. 84
Gambar 4. 6 ................................................................................. 85
Gambar 4. 7 ................................................................................. 86
Gambar 4. 8 ................................................................................. 87
Gambar 4. 9 ................................................................................. 88
Gambar 4. 10 ............................................................................... 88
Gambar 4. 11 ............................................................................... 89
Gambar 4. 12 ............................................................................... 90
Gambar 4. 13 ............................................................................... 91
Gambar 4. 14 ............................................................................... 91
Gambar 4. 15 ............................................................................... 91
Gambar 4. 16 ............................................................................... 92

xv
xvi

Gambar 4. 17 ............................................................................... 92
Gambar 4. 18 ............................................................................... 93
Gambar 4. 19 ............................................................................... 93
Gambar 4. 20 ............................................................................... 94
Gambar 4. 21 ............................................................................... 94
Gambar 4. 22 ............................................................................... 95
Gambar 4. 23 ............................................................................... 96
Gambar 4. 24 ............................................................................... 97
Gambar 4. 25 ............................................................................... 98
Gambar 4. 26 ............................................................................. 100
Gambar 4. 27 ............................................................................. 102
Gambar 4. 28 ............................................................................. 102
Gambar 4. 29 ............................................................................. 104
Gambar 4. 30 ............................................................................. 104
Gambar 4. 31 ............................................................................. 105
Gambar 4. 32 ............................................................................. 105
Gambar 4. 33 ............................................................................. 106
Gambar 4. 34 ............................................................................. 107
Gambar 4. 35 ............................................................................. 107
Gambar 4. 36 ............................................................................. 108
Gambar 4. 37 ............................................................................. 110
Gambar 4. 38 ............................................................................. 110
Gambar 4. 39 ............................................................................. 110
Gambar 4. 40 ............................................................................. 111
Gambar 4. 41 ............................................................................. 112
Gambar 4. 42 ............................................................................. 112
Gambar 4. 43 ............................................................................. 112

xvi
xvii

Gambar 4. 44 ............................................................................. 114


Gambar 4. 45 ............................................................................. 114
Gambar 4. 46 ............................................................................. 114
Gambar 4. 47 ............................................................................. 115
Gambar 4. 48 ............................................................................. 116
Gambar 4. 49 ............................................................................. 117
Gambar 4. 50 ............................................................................. 117
Gambar 4. 51 ............................................................................. 118
Gambar 4. 52 ............................................................................. 119
Gambar 4. 53 ............................................................................. 121
Gambar 4. 54 ............................................................................. 121
Gambar 4. 55 ............................................................................. 122
Gambar 4. 56 ............................................................................. 123
Gambar 4. 57 ............................................................................. 124
Gambar 4. 58 ............................................................................. 124
Gambar 4. 59 ............................................................................. 124
Gambar 4. 60 ............................................................................. 126
Gambar 4. 61 ............................................................................. 126
Gambar 4. 62 ............................................................................. 126

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, cara berkomunikasi semakin berkembang
seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi.
Penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan tidak
dibatasi waktu. Termasuk pesan lewat media massa.
sekarang, pesan yang disampaikan tidak hanya berupa
informasi dan berita, ada banyak yang dilakukan media untuk
menyampaikan pesan, bisa teks naratif, novel fiksi, iklan dan
film.
Film merupakan produk dari media massa yang
menjadi salah satu fungsi dari komunikasi massa. Dapat
disimpulkan jika sejak dahulu media massa sudah memiliki
peran penting untuk masyarakat dalam menerima atau
mengelola informasi, begitu pula dunia perfilman yang
semakin berkembang dari waktu ke waktu. Dibandingkan
dengan media massa lainnya, film menjadi media hiburan
yang memiliki tempat sendiri bagi penikmat bahkan pecinta
film, tidak hanya menyuguhkan alur cerita menarik, namun
film memiliki peran cukup penting untuk menyalurkan pesan-
pesan yang ada dalam film.1
Film dapat mempengaruhi khalayak atau penontonnya
karena kemampuan dan kekuatannya dalam menjangkau

1
Maulana Aziz dan Nugroho Catur, Nasionalisme Dalam Narasi
Cerita Film Analisis Narasi Tzvetan Todorov Pada Film Habibie dan Ainun,
Jurnal: Universitas Telkom. ProTVF. Vol. 2, Nomor 1, Maret 2018, hal 37-49.

1
2

segmen sosial. isi pesan dari sebuah film dapat


mempengaruhi dan membentuk sebuah masyarakat dari apa
yang diceritakan dalam film tersebut namun tidak bisa
berlaku sebaliknya.2 Jika demikian maka pesan dalam film
dapat diamati melalui adegan dan dialog atau percakapan
yang seluruhnya memiliki makna-makna tersendiri yang
nantinya akan dipahami oleh banyak perspektif masing-
masing penonton, hal inilah yang menjadikan uniknya suatu
film karena berbeda dengan media massa lainnya.
Selain menjadi media hiburan, film sudah banyak
dijadikan sebagai sebuah pendidikan, kritik sosial,
penerangan, dan membuka diskusi-diskusi baru oleh para
penikmat dan pembuat film. Film bisa menjadi media
komunikasi di mana pesan yang tersirat di dalam isi cerita
tersebut akan sampai kepada komunikannya dan
menghasilkan sebuah efek.
Seperti halnya film komedi, sebagai salah satu genre
film yang paling banyak diproduksi, film komedi telah
menjadi bagian penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
Seiring perkembangannya, perfilman Indonesia telah
melahirkan tokoh maupun kelompok peran komedi yang
menghiasi layar lebar Indonesia. Sebut saja tokoh karismatik
Benyamin Sueb, Kadir dan Doyok, serta Warkop DKI; Dono,
asino, dan Indro. Adapun dari masing-masing tokoh utama
dalam film komedi Indonesia ini dilekatkan dengan berbagai

2
Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan Aplikasi,
(Bandung : PT Remaja Rosadakarya, 2014), hal 127.
3

tema dan pendekatan cerita komedi yang beragam. Menurut


salah satu portal perfilman Internasional (filmsite.org),
pendekatan cerita komedi dapat dibagi dalam 5 kategori utama
yaitu, slapstick, deadpan, verbal comedy, screwball, dan
black/dark comedy.3
Film komedi adalah film yang sengaja dibuat untuk
membuat penonton tertawa. Komedi adalah drama ringan-hati,
dibuat untuk menghibur dan memprovokasi kenikmatan
lelucon. Jenis film komedi umumnya melebih-lebihkan situasi,
bahasa, akting, dan karakter. Film komedi juga bisa
mengurangi segala kelemahan, rasa frustasi dalam diri, dan
melarikan diri sesaat dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya
dalam film komedi selalu happy ending, meskipun dari elemen
humor memiliki sisi serius atau pesimis.
Kharisma Starvision Plus atau yang lebih dikenal
dengan Starvision, merupakan salah satu perusahaan rumah
produksi di Indonesia yang diperkenalkan kepada publik pada
10 Oktober 1995. Starvision sudah lama dikenal sebagai salah
satu penghasil film komedi terbaik, baik dari segi kualitas
maupun masuk dalam berbagai penghargaan. Saat ini,
Starvision Plus telah memproduksi lebih dari 50 sinetron dan
lebih dari 100 film layar lebar dalam berbagai genre.
Beberapa film komedi terbaik garapan Starvision adalah Cek
Toko Sebelah, Susah Sinyal, Yowis Ben, Shy Shy Cat, Sweet
20, Imperfect: Karier, Cinta, Timbangan.

3
http://www.filmsite.org/filmgenres.html, diakses pada 8
September 2020.
4

Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan adalah film


bergenre komedi percintaan yang diproduksi oleh Starvision
dan disutradarai oleh Ernest Prakasa. Film ini membedah isu
soal body shamming atau mengejek bentuk tubuh dan
mencintai diri sendiri yang disampaikan melalui sebuah
komedi. Film ini merupakan adaptasi dari buku karya istri
Ernest Prakasa, Meira Anastasia, berjudul Imperfect: A
Journey to Self-Acceptance. Buku yang sangat laris ini
menarik Ernest Prakasa untuk menjadikannya film dengan
meng-highlight kisah yang dekat dengan realita, yang berhasil
menyampaikan isu berat menjadi ringan dan hangat. Pesan
dalam buku tersebut diadaptasi ke layar lebar, diracik, hingga
menjadi sebuah cerita utuh mengenai penerimaan diri
terhadap hal yang dipunyai, misalnya terkait bentuk badan
dan sebagainya.
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan berkisah
tentang Rara (Jessica Milla) yang tak peduli dengan ejekan
orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang tidak proporsional
untuk ukuran seorang perempuan seusianya. Sebab dia sudah
mendengarkan hal ini sejak kecil dan menjadi terbiasa. Rara
pun sangat beruntung karena memiliki pacar seperti Dika
(Reza Rahadian) yang mencintai dan menerima apa adanya.
Dika menganggap Rara adalah sosok yang sempurna karena
memiliki hati yang baik dan lembut. Keadaan berubah ketika
bos Rara (Dion Wiyoko) memintanya untuk memperbaiki
penampilan jika ingin menduduki posisi manajer di
kantornya. Bagi Rara ini adalah kesempatan besar, dia pun
5

bertekad untuk menjadi perempuan kurus dan cantik seperti


gambaran iklan di televisi. Namun ada harga yang harus
dibayar, Rara kehilangan orang-orang yang mencintainya.
Sebab pada akhirnya, dia juga memiliki sikap yang sama
dengan mereka yang pernah mengejeknya. Sosok rara yang
kurang sempurna diciptakan menjadi potret keseharian para
perempuan yang seringkali merasa insecure dan belum tahu
cara memulai untuk mencintai diri sendiri.
Film berdurasi 113 menit yang tayang serentak di
bioskop Indonesia pada tanggal 19 Desember 2019, pada
bulan Februari menurut data akhir dalam instagram
@imperfect_theseries ini sudah berhasil ditonton 2.662.356
oleh jutaan pasang mata penonton setianya. Dilansir dari
idntime.com bahwa Sutradara film Imperfect: Karier, Cinta
dan Timbangan, Ernest Prakasa menyebutkan bahwa ini
adalah salah satu film terbaik yang pernah dibuat sepanjang
kariernya. Film ini merupakan film ke-5 Ernest Prakasa yang
dirilis pada tahun 2019. Ernest sudah terjun di dunia
penyutradaraan sejak 5 tahun lalu dan film terakhir sebelum
Imperfect adalah Milly dan Mamet yang tayang pada tahun
2018. Penghargaan yang telah di raih dalam film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan, seperti dilansir Jawapos.com,
film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan menyabet
banyak penghargaan salah satunya Piala Maya 2020 sebagai
Penulisan Skenario Adaptasi Terpilih dan Tata Rias Wajah
dan Rambut Terpilih.
6

Dalam film ini memiliki alur cerita yang


sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian manusia
bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai
perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada
keluarga dan lingkungan sekitar. Ernest tidak menempatkan
para karakter berada di protagonis atau antagonis, namun
Ernest menjanjikan cerita dan penokohan yang kompleks
sehingga tokoh antagonis atau protagonis pun dalam sudut
pandang tertentu terlihat menarik. Meskipun terjadi
argumentasi yang singkat namun penonton mendapatkan
pesan moral dalam film ini terutama mengenai konsep diri
yang dapat terjadi oleh penyebab apapun. Namun dengan
adanya pesan yang mendalam namun cukup ringan untuk
dicerna oleh penontonnya, tidak dipungkiri film ini mampu
membuat penontonnya berdecap kagum, terharu bahkan
walau terkesan hanya film komedi, namun mampu membuat
penonton tertarik akan tokoh dalam film yang menjadi isu
sangat dekat dengan dunia nyata.
Penokohan Rara dalam film Imperfect: Karier, Cinta
dan Timbangan diciptakan menjadi potret keseharian para
wanita yang sering tidak percaya diri dan belum tahu cara
menyayangi diri sendiri. Tokoh Rara juga mempresentasikan
perilaku sebagian wanita dalam menggunakan media sosial
yang dalam hal ini membandingkan dirinya dengan orang lain
yang terlihat sempurna. Disetiap adegan-adegan di film ini
memperlihatkan secara singkat bagaimana proses perubahan
konsep diri dan cara berkomunikasi seorang yang tertekan
7

dan takut akan segala hal, namun harus bertahan akan


keadaan yang terbentuk dalam gambar untuk menemukan
konsep diri dalam film ini.
Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena
adanya interaksi dengan lingkungan disekitarnya, konsep diri
positif pada akhirnya akan membentuk harga diri yang kuat.
Oleh karenanya, orang dengan konsep diri positif akan lebih
tepat memberikan nilai keberartian dirinya.4
Sedangkan orang yang harga diri rendah
menyebabkan kurang percaya diri, sehingga tidak efektif
dalam pergaulan sosial. Sebelum seseorang bertindak, ia akan
terlebih dahulu membayangkan dirinya pada posisi orang lain
dan mencoba untuk memahami apa yang diharapkan oleh
orang lain terhadap dirinya, atau bagaimana pandangan orang
lain terhadap dirinya. Bila ia semakin mampu menyerasikan
diri dengan harapan-harapan orang lain, maka interaksi
menjadi mungkin dan semakin terbentuklah identitas dirinya.
Inilah yang dinamakan dengan konsep diri. Interaksi yang
terjadi tersebut dilatar belakangi oleh motivasi yang dapat
berupa keinginan-keinginan dan harapan-harapan tertentu
yang dipercaya juga memiliki makna-makna tertentu.
Konsep diri juga merupakan sebuah bentuk penting
dalam karakter setiap orang, tidak hanya itu konsep diri juga
dibutuhkan dan ditemukan pada sebuah tokoh yang menjadi
pemeran dalam sebuah film.

4
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosadakarya, 1994), hal 99.
8

Seperti sebuah film yang menjadi alat presentasi dan


distribusi dari dunia hiburan kepada khalayak lewat
komunikasi media massa, dalam sebuah film tentunya
terdapat tokoh utama yang menjadi sosok penting dalam film
tersebut dan menjadi sorotan para penonton atau audien.5
Satu pesan lain yang ingin disampaikan dari film
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan adalah mengajarkan
kita untuk lebih bersyukur dan sadar dengan potensi yang kita
miliki. Film ini juga menekankan agar melihat sesuatu dengan
cara lain. Bahwa sempurna itu bukan soal fisik yang ideal,
tetapi hal lain yang berguna untuk orang lain. Karena hal
terpenting yang harus diingat adalah satu-satunya orang yang
bertanggung jawab untuk mencintai dan merawat tubuh kita
adalah diri kita sendiri.
Allah mempertegas untuk selalu bersyukur atas
nikmat yang diberikan-Nya dalam Surah Luqman ayat 12:

‫لِل َو َمن َي ۡش ُك ۡر فَإنَ َما َي ۡش ُك ُر‬ ۡ ‫َولَقَ ۡد َءات َ ۡينَا لُ ۡق َٰ َمنَ ۡٱلح ۡك َمةَ أَن‬
ِۚ َ ‫ٱش ُك ۡر‬
. ٞ‫ي َحميد‬ َ ‫لن َۡفس ۖهۦ َو َمن َك َف َر َفإ َن‬
ٌّ ‫ٱلِلَ غَن‬
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah.
Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

5
Denis McQuail, Mass Communication and Culture, (London : Sage
Publications, 2009)
9

Oleh karena itu, lebih jauh peneliti bermaksud untuk


melakukan penelitian dengan mengkaji film ini dalam narasi
sebagai konsep diri, yang dalam kasus ini dimuat dalam film
Indonesia yaitu Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, film
bergenre drama komedi ini disutradari oleh Ernest Prakasa.
Yang kemudian akan ditulis dalam skripsi berjudul: Analisis
Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta
dan Timbangan.

B. Identifikasi Masalah
Pada tahun 2019 Ernest Prakasa membuat karya film
yang menceritakan tentang Rara yang tak peduli dengan
ejekan orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang tidak
proporsional untuk ukuran seorang perempuan seusianya.
Cerita dengan kasus atau permasalahan seperti itu banyak
sekali dialami oleh masyarakat Indonesia. Film dengan judul
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan ini ingin
memperlihatkan bagaimana cara masyarakat mengajarkan
kita untuk lebih bersyukur dan sadar dengan potensi yang kita
miliki. Melalui film ini juga menekankan agar melihat sesuatu
dengan cara lain. Bahwa sempurna itu bukan soal fisik yang
ideal, tetapi hal lain yang berguna untuk orang lain. Karena
hal terpenting yang harus diingat adalah satu-satunya orang
yang bertanggung jawab untuk mencintai dan merawat tubuh
kita adalah diri kita sendiri.
10

C. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada narasi film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan karya Ernest Prakasa
dengan menggunakan analisis naratif Tzvetan model
Todorov. Penulis membatasi pada setiap narasi adegan dan
teks dialog yang berhubungan dengan konsep diri yang
ditampilkan dalam alur cerita awal, tengah dan akhir pada
film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana narasi pada alur cerita di awal, tengah, dan
akhir dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan?
b. Bagaimana konsep diri dalam film Imperfect: Karier,
Cinta dan Timbangan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapi dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan narasi pada alur cerita di
awal, tengah, dan akhir dalam film Imperfect: Karier,
Cinta dan Timbangan.
b. Untuk menganalisis unsur konsep diri pada film
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.
11

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta wawasan mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam agar mengetahui
narasi dalam cerita film Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan sebagai bentuk konsep diri. Hasil
penelitian ini diharapakan dapat menjadi referensi
maupun penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan deskripsi dalam membaca makna-makna
yang terkandung dalam sebuah film melalui analisis
narasi pada pesan konsep diri, serta menambah
pengetahuan dalam dunia perfilman atau
sinematografi dan sebagai skripsi yang menjadi salah
satu syarat kelulusan dari jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah konstruktivisme. Menurut Weber, paradigma
konstrukivisme melihat bentuk kehidupan di masyarakat
tidak hanya dari bentuk penilaian objektif, namun juga dari
tindakan perorangan yang timbul karena alasan subjektif.
12

Selain itu ia juga melihat bahwa setiap individu akan


memberikan pengaruh pada masyarakat sekitarnya, dengan
tindakan sosial yang dilakukan individu tersebut harus
berdasarkan rasionalitas dan tindakan sosial harus
dipelajari melalui penafsiran dan pemahaman.6
Paradigma konstruktivisme ini memandang realitas
sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas sosial
yang terbentuk dari hasil konstruksi.7 Sehingga paradigm
ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil
pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil
konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan
manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan
bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan
bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga
hasil konstruksi oleh pemikiran.8
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
karena memungkinkan penulis untuk menginerpretasikan
dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik (utuh)
dengan menggunakan kata-kata tanpa harus bergantung
pada sebuah angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan

6
Onong Uchana Efendy, Ilmu Tori, dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 72.
7
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hal. 43.
8
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung: Rosdakarya, 2012), hal. 140.
13

dan Taylor yang mengemukakan pendekatan kualitatif


merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).
Jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.9
3. Metode Penelitian
Metodologi riset kualitatif ini menggunakan
metode analisis narasi yaitu studi tentang struktur pesan
atau telah mengenai aneka fungsi Bahasa
(pragmatic).10 Analisis naratif juga dapat digunakan
untuk mengkaji struktur cerita dari narasi fiksi (seperti
novel dan film).11 Naratif merupakan representasi dari
peristiwa-peristiwa, sehingga dipilih sebagai metode
penelitian karena analisis naratif ini melihat teks berita
sebuah cerita, yang di dalam cerita ada plot, adegan,
tokoh, dan karakter. Selain itu analisis ini membantu
penulis untuk memahami bagaimana pengetahuan,
makna, dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam

9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 4.
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001)
11
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam
Analisis Teks Berita Media, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013),
hal. 9.
14

masyarakat. Secara umum teknik analisis datanya


menggunakan alur yang lazim digunakan dalam
metode penelitian kualitatif, yaitu mengidentifikasi
objek yang diteliti untuk dipaparkan, dianalisis, dan
kemudian ditafsirkan maknanya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sutradara dan
penulis naskah film “Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan”, sedangkan objek penelitiannya adalah
narasi dan dialog dari adegan dalam film tersebut yang
memiliki keterkaitan dengan konsep diri yang
disampaikan dalam film “Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan”.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
menurut Sugiyono, bila dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara,
angket dan dokumentasi.12 Namun dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan

12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 209.
15

metode pertama yang digunakan dalam penelitian


ini, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
dalam fenomena-fenomena yang diselidiki pada
setiap adegan film. Di sini penulis
mengklasifikasikan adegan dan dialog yang
mengandung unsur konsep diri pada film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan. Setelah itu, penulis
mengutip dan kemudian mencatat dialog ataupun
paragraf yang mengandung pesan pada film ini.13
b. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi
yang terjadi antara dua orang, dalam hal ini
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berlandaskan atas tujuan tertentu.14 Dalam hal ini
wawancara sebagai suatu alat pengumpulan
informasi yang langsung tentang beberapa jenis
data. Penulis menggunakan teknik wawancara
terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu
penulis persiapkan, kemudian dijawab oleh pemberi
sumber data dengan jelas dan terbuka, dengan
menggunakan alat panduan wawancara yaitu
recorder. Narasumber yang diwawancarai yaitu

13
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006). Cet. Ke-1
14
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 180.
16

sutradara dan penulis naskah skenario dialog film


Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang
mengumpulkan dan menggunakan catatan arsip
berupa data yang diperoleh dari video film
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan. yang
secara legal terdapat di platform penyedia layanan
video, Netflix. Video tersebut kemudian dipilih
adegan mana yang merupakan alur awal, tengah,
dan akhir yang mempunyai keterkaitan dengan
rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian.

F. Teknik Analisis Data


Analisa data dalam penelitian ini dengan cara
mengumpulkan data-data yang terkait, kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan model analisis yang
digunakan oleh Tzvetan Todorov dengan membedah film
tersebut menjadi tiga alur. Alur pertama yaitu, alur awal
yang berisikan tentang pendahuluan dalam pengenalan
cerita. Alur kedua yaitu, alur tengah yang berisikan tentang
perkembangan konflik. Alur ketiga yaitu alur akhir yang
berisikan tentang penyelesaian masalah. Setelah itu,
pengkajian pada film “Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan.” akan dikaitakan dengan konsep diri.
17

G. Tinjauan Pustaka
Judul
Persamaan Perbedaan Temuan
Skripsi
Analisis 1. Metode 1. Subjek Ditemukan
Naratif Metode yang Subjek dalam bahwa terdapat
Peran digunakan penelitian ini berbagai peran
Bapak adalah metode adalah film bapak yang
dalam Film analisis Sabtu selama ini
Sabtu naratif. bersama tidak diketahui
Bersama Bapak. banyak orang,
Bapak oleh 2.Teori yaitu
Rusnawati Teori yang 2. Objek memberikan
Sani digunakan Objek nafkah yang
adalah teori penelitiannya halal untuk
Analisis adalah narasi keluarga,
Naratif Model dan adegan memberikan
Tzvetan yang pengasuhan
Todorov. memiliki (Hadhanah),
keterkaitan memberikan
terhadap motivasi,
peran bapak memberikan
dalam film nama yang
Sabtu baik
Bersama (Tasmiyah),
Bapak. dan
memberikan
ibu yang baik
untuk
anak-anaknya.
18

Analisis 1. Metode 1. Subjek Ditemukan


Naratif Metode yang Subjek dalam bahwa sebagian
Film digunakan penelitian ini besar cerita yang
dengan adalah metode adalah Film disajikan dalam
Berita Arie analisis dengan Berita film Arie
Hanggara naratif. Arie Hanggara itu
(Studi Hanggara. tidak bertolak
Komparasi 2. Teori belakang dengan
Teori Teori yang 2. Objek pemberitaan
Tzvetan digunakan Objek yang ada. Secara
Todorov) adalah teori penelitiannya Narasi, alur awal
oleh Analisis adalah narasi dimulai dengan
Mila Naratif Model dan dialog penyebab
Mawardianti Tzvetan yang cerainya Tino
Todorov. disertakan dan Dahlia
dengan hingga
screenshot bersatunya Tino
dari adegan dan Santi,
visual dalam adanya
film tersebut kekerasan
yang dengan alasan
memiliki mendidik dan
keterkaitan mendisiplinkan.
antara studi Alur tengah
komparasi menarasikan
dalam berita keseharian Arie
Arie dengan
Hanggara hukuman fisik
dan non-fisik
19

dari Tino dan


Santi, juga
terungkapnya
kematian Arie
dalam
rekonstruksi dan
persidangan.
Dan alur akhir
dihukumnya
Tino dan Santi
dengan vonis
yang lebih
ringan dari
tuntutan JPU.
Analisis 1. Metode 1. Subjek Ditemukan
Narasi Film Metode yang Subjek dalam bahwa dalam
99 Cahaya digunakan penelitian ini film 99 cahaya
di Langit adalah metode adalah film di Langit Eropa
Eropa oleh analisis 99 Cahaya di sangat jelas
Atik Sukriati naratif. Langit Eropa. menggambarka
Rahmah n bagaimana
2. Teori umat Islam di
2. Objek
Teori yang tengah wajah
Objek
digunakan minusnya mesti
penelitiannya
adalah teori tampil sebagai
adalah
Analisis agen yang
potongan
Naratif Model damai, agen
adegan visual
Tzvetan yang penuh
ataupun
Todorov. senyum, saling
20

narasi dialog membantu


dalam film 99 untuk sesama,
Cahaya di dan dengan
Langit Eropa yang berbeda
yang keyakinan.
berkaitan
dengan
komunikasi
antarbudaya
yang ingin
disampaikan
di dalam film
99 Cahaya di
Langit Eropa.

Tabel 1. 1
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibuat untuk mempermudah
pemahaman mengenai penelitian ini. Sistematika penulisan
dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab, yaitu
latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21

Bab ini berisikan landasan teori untuk


menganalisis penelitian, dengan beberapa sub-bab
yang menjelaskan definisi film, analisis naratif dan
analisis naratif model Tzvetan Todorov, konsep
diri, serta dakwah dzatiyah.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan secara umum film Liam dan
Laila guna memberikan informasi tentang subjek
penelitian yang terbagi menjadi beberapa sub-bab
yang akan menjelaskan latar belakang pembuatan
film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan,
sinopsis film, produksi film, sutradara dan penulis
naskah film, serta tokoh pemeran film.
BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN
Bab ini memaparkan data yang telah diperoleh
melalui beberapa teknik pengumpulan data, dan
terbagi menjadi beberapa sub-bab yang akan
menjelaskan konsep diri dalam film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan, pandangan penulis,
naskah mengenai konsep diri, dan pembagian
narasi naskah film menjadi tiga, yaitu bagian awal,
tengah, akhir.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini menganalisis bagian narasi film Liam dan
Laila menggunakan teori analisis naratif model
Tzvetan Todorov dan konsep diri, bab ini terbagi
menjadi beberapa sub-bab yang akan memaparkan
22

bagian awal narasi naskah film yang berisi


keseimbangan, bagian tengah narasi nakah film
yang berisi konflik, dan bagian akhir narasi naskah
film yang berisi keseimbangan serta konsep diri
dalam film.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan penelitian dan
sekaligus menjadi penutup penelitian yang
berisikan saran-saran yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Film
1. Pengertian Film
Film merupakan salah satu media komunikasi massa
yang merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Komunikasi massa
merupakan komunikasi yang disalurkan dengan pemancar-
pemancar yang sifatnya audio dan visual dalam bentuk
film.15
Film merupakan salah satu dari berbagai jenis
program yang ada di televisi. Film merupakan medium
komunikasi yang efektif dalam menyampaikan berbagai
bentuk komunikasi. Pada program televisi pun, film
mempunyai tempat khusus pada televisi karena
penayangannya tidak selalu sering dan menarik banyak
perhatian audience.
Secara umum film dipandang sebagai media
tersendiri, film merupakan sarana pengungkapan daya
cipta dari beberapa cabang seni sekaligus, dan produknya
bisa diterima dan diminati layaknya karya seni.
Sedangkan dalam pengertian sempit adalah penyajian
gambar lewat layar lebar dan dalam pengertian luasnya

15
R.M Soenarto. Program Televisi, Dari penyusunan sampai
Pengaruh siaran, FFTV,IKJ. Jakarta. 2007 hal 65

23
24

bisa juga termasuk yang disiarkan di televise.16


Film juga memiliki peranan penting dalam
memantapkan ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai
media komunikasi massa, karena film merupakan salah satu
sarana yang efektif dalam mengorbankan semangat
pengabdian dan perjuangan bangsa, memperkokoh
persatuan dan kesatuan, mempertebal kepribadian bangsa
serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.17
2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu media komunikasi
massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa
karena merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara masal, dalam arti
berjumblah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya
heterogen dan anonim, dan menyimpulkan efek
tertentu.18
Film merupakan teks-struktur linguistik yang
kompleks dan kode-kode visual yang disusun
memproduksi makna-makna khusus. Film bukan hanya
sekedar koleksi atas gambaran atau stereotype. Film-film
membentuk makna melalui susunan tanda-tanda visual

16
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1998 hal 138
17
Undang-Undang Republik Indonsia No 8 tentang perfilman, bab 2
dasar, arah tujuan, pasal 4-7 tahun 1992
18
Nawiroh Vera, M.Si., Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor
Ghalia Indonesia. 2014 Hal 91
25

dan verbal. Struktur tekstual inilah yang harus kita


periksa karena disinilah makna dihasilkan. Singkatnya
film-film melahirkan ideologi. Ideologi bisa didefinisikan
sebagai sistem penggambaran sebuah cara pandang
terhadap dunia yang terlihat menjadi universal atau
natural tetapi sebenarnya merupakan struktur kekuatan
tertentu yang membentuk masyarakat kita.19
Film adalah media komunikasi yang bersifat
audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada
sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat
tertentu.20 Pesan film pada komunikasi massa dapat
berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut.
Akan tetapi umumnya sebuah film dapat mencankup
berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan
informasi. Pesan dalam film menggunakan mekanisme
lambing-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa
isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi
yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya,
karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan
suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film
mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika
menonton film penonton seakan-akan dapat menembus
ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan

19
Sarah Gamble, Pengantar memahami Feminisme dan
Postfeminisme, Jalasutra: Yogyakarta. 2010. Hal 20
20
Ardianto,Elvinaro dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, Bandung.Simbiosan Reatama Media. 2007 Hal 136
26

bahkan dapat mempengaruhi audience. Di massa seperti


ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara
pendekannya berbeda-beda, semua film dapat dikatakan
mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang
terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain
itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan
public terbatas maupun public yang seluas-luasnya.
Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam
dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non
cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi
dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi
berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh
actor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat
komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga
tiket tertentu atau di putar di televisi dengan dukungan
sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang
mengambil kenyataan sebagai subjeknya, yaitu merekam
kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan. Dalam
perkembangannya, film crita dan non cerita saling
mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang
memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing.
Film cerita agar tetap diminatai penonton harus
tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya cerita
harus lebih baik, penggarapannya yang professional
dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih
hingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik
tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang
27

menjadi aktor/aktris di film tersebut. Dalam pembuatan


film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses
teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita
yang digarap, sedangkan proses teknis berupa
keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide,
gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.
3. Unsur-Unsur Film
Unsur pembentuk film dapat dibagi menjadi
dua, yaitu unsur naratif dan sinematik. Dalam
pembentukan film, kedua unsur ini saling berkaitan.
Unsur naratif merupakan materi atau bahan cerita yang
akan diolah, sedangkan unsur sinematik merupakan
cara-cara yang dilakukan untuk mengolah materi cerita
atau teknis pembentuk film. Unsur sinematik ini terbagi
menjadi empat elemen pokok, yitu mise-en-scene,
sinematografi, editing, dan suara.21
a. Unsur Naratif
Unsur ini merupakan unsur dasar yang
dibutuhkan dalam pembentukan film. Unsur naratif
berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.
Di dalam cerita pasti memiliki elemen-elemen
seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan
masih banyak elemen lainnya. Elemen tersebut
saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk
sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan

21
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian
Pustaka, 2008), hal. 1-2
28

tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat


oleh sebuah aturan yaitu hukum kasualitas (sebab-
akibat). Kausalitas ini bersama dengan unsur ruang
dan waktu merupakan elemen-elemen pokok
pembentik naratif.22
b. Unsur Sinematik
Unsur ini merupakan unsur pembentuk film
yang menentukan bagaimana materi akan diolah
menjadi sebuah cerita. Dalam film, unsur sinematik
sering diistilahkan dengan gaya sinematik, yaitu
aspek- aspek teknik pembentukan film. Aspek-
aspek teknis dalam produksi memiliki empat
elemen pokok, pertama mise-en-scene yang
memuat segala hal yang berada di depan kamera,
seperti latar (setting), tata cahaya, kostum, make up,
serta pegerakan pemain. Kedua, sinematografi yang
merupakan bagaimana perlakuan terhadap kamera
dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek
yang diambil. Ketiga, editing yang merupakan
transisi sebuah gambar ke gambar lainnya.
Keempat, suara merupakan elemen yang memuat
semua hal dalam film yang mampu kita tangkap
dengan indera pendengaran kita. Sama halnya
dengan unsur naratif, seluruh elemen pokok dalam
unsur sinematik ini saling berkaitan satu sama lain
untuk membentuk unsur sinematik secara
22
Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 2
29

keseluruhan.
Keberhasilan seseorang dalam memahami
sebuah film secara utuh sangat dipengaruhi oleh
pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif
serta aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur
tersebut memiliki norma serta batasan yang bisa
diukur. Jika kita anggap sebuah film buruk, bisa
jadi bukan karena film tersebut buruk, namun
karena kita sendiri yang belum memahaminya
secara utuh.23
4. Jenis dan Klasifikasi Film
a. Jenis Film
Secara umum, pembagian jenis film
didasarkan atas cara bertuturnya, yaitu naratif
(cerita) seperti film fiksi, dan non-naratif (non-
cerita) seperti film dokumenter dan film
eksperimental. Berikut penjelasan jenis-jenis film
berdasarkan cara bertuturnya:24
1) Film Dokumenter, adalah film yang penyajian
faktanya berhubungan dengan orang-orang,
tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film
dokumenter dapat digunakan untuk berbagai
macam maksud dan tujuan seperti informasi
atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan,
sosial, politik (propaganda), dan lain-lain.

23
Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 3.
24
Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 4-8.
30

2) Film Fiksi, adalah film yang mennggunakan


cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh
alur (plot), dan memiliki konsep pengadegan
yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita
film juga terkait hokum kasualitas. Cerita fiksi
sering diangkat dari kejadian nyata dengan
beberapa cuplikan rekaman gambar dari
peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).
3) Film Eksperimental, adalah film yang
berstruktur namun tidak beralur. Film ini tidak
bercerita tentang apapun (anti-naratif) dan
semua adegan menentang logika sebab-akibat
(anti rasionalitas).
b. Klasifikasi Film
Menurut Himawan Pratista, metode yang
paling mudah dan sering digunakan untuk
mengklasifikasikan film adalah berdasarkan genre,
yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang
memiliki karakter atau pola yang sama sebagai
berikut:25
1) Drama, ini merupakan tema yang
mengetengahkan aspek-aspek human interest,
sehingga yang dituju adalah perasaan penonton
untuk dapat meresapi setiap kejadian yang
menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema
ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang
25
Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 10.
31

kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di


sekitar keluarga, maka disebut dengan drama
keluarga.
2) Action, pada istilah ini action seringkali
berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar,
dan tembak- menembak. Sehingga, tema ini
bisa dikatakan sebagai film yang berisi
“pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang
dilakukan oleh peran protagonis dengan
antagonis.
3) Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa
dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam
lawakan biasanya yang berperan adalah para
pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan
oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa
saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan
sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum
bahkan tertawa terbahak- bahak.Biasanya juga,
film yang berkaitan dengan komedi ini
merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial
atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.
4) Horor, film ini menawarkan suasana yang
menakutkan, menyeramkan, dan membuat
penontonnya merinding. Suasana horor dalam
film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special
effect, atau bisa langsung diperankan oleh
tokoh-tokoh dalam film tersebut.
32

5) Tragedi, pada tema ini, tragedi menitikberatkan


pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan
akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan,
perampokan atau bencana alam dan lainnya,
bisa disebut dengan tragedi.
6) Drama Action, tema ini merupakan gabungan
dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada
tema drama action ini biasanya menyuguhkan
suasana drama dan juga adegan-adegan berupa
“petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat
dilihat dengan cara melihat alur cerita film.
Biasanya film dimulai dengan suasana drama,
lalu setelah itu alur meluncur dengan
menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa
pertengkaran- pertengkaran
7) Komedi Tragis, suasana komedi biasanya
ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian
menyusul dengan adegan-adegan yang tragis.
Suasana yang dibangun memang getir, sehingga
penonton terbawa dengan emosinya dalam
suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam
suasana komedi.
8) Komedi Horor, sama seperti komedi tragis,
suasana komedi horor juga merupakan
gabungan antara tema komedi dan horor.
Biasanya film dengan tema ini menampilkan
film horor yang berkembang, kemudian
33

diplesetkan menjadi komedi.


9) Parodi, merupakan duplikasi dari tema film
tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika
film parodi ditayangkan, para penonton akan
melihat satu adegan film tersebut dengan
tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat
demikian tidak sekedar karena film yang
ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang
ditonton pernah mucul di film-film sebelumnya.
Tentunya para penikmat film parodi akan
paham kalau sering menonton film, sebab
parodi selalu mengulang adegan film yang lain
dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi
itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada,
kemudian dikomedikan.
5. Film sebagai Media Penyampai Nilai
Cerita yang disuguhkan di dalam layar tidak
hanya berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tetapi juga
bisa berasal dari imajinasi para pembuat cerita.26 Selain
itu dimensi waktu dalam film pun tidak terbatas, cerita
yang disampaikan bisa berasal dari kisah masa lalu,
masa sekarang atau gambaran mengenai masa depan.
Film dapat menyatukan spektrum kepekaan manusia,
mulai dari yang paling lembut, kekjam, sampai

26
Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer
dalam Sinema Indonesia, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), hal. 13.
34

memuakkan. Film yang baik juga dapat menimbulkan


ilusi kejadian filemis yang berlangsung dalam batas
waktu lebih lama dari waktu menonton film tersebut.
Bahwa dalam kejadian itu ada permulaan,
pengembangan, dan akhir, serta mempunyai jangka
waktu tertentu.27
Sebagai media komunikasi, film digunakan
sebagai bentuk penyampaian pesan moral maupun
kritik sosial melalui visualisasi gambar ataupun cerita
yang dinarasikan narrator. Cerita yang dibuat juga
berdasarkan pada masa lalu, kejadian pada masa
sekarang ataupun penggambaran masa depan, dengan
kata lain film digunakan sebagai media yang
merefleksikan realitas atau bahkan membentuk sebuah
realitas. Karena bersifat audio visual, film memiliki
kekuatan dan kemampuan yang mampu menjangkau
banyak segmen sosial yang menjadikan film sebagai
alat komunikasi yang lebih berpotensi untuk
memengaruhi khalayaknya dibandingkan dengan media
massa lainnya.28 Hal ini membuat para ahli film
memiliki potensi untuk memengaruhi bagaimana suatu
pandangan dimasyarakat dengan muatan pesan di
dalamnya dapat terbentuk. Hal ini didasarkan atas
argument bahwa film merupakan potret dari realitas di

27
D. A, Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRRESS,
2005), hal. 4.
28
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), hal. 127.
35

masyarakat. Film merekam realitas yang tumbuh dan


berkembang di masyarakat dan kemudian
memproyeksikannya ke dalam layar.29
Karakteristik film sebagai media massa juga
mampu membentuk semacam kesepakatan publik
secara visual, hal ini dikarenakan film selalu berkaitan
dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan
selera pubik, atau dapat dikatakan film merangkum
pluralitas nilai yang ada dalam masyarakat.30 Film
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ril
manusia sebagai media informasi yang di dalamnya
terdapat pesan nilai-nilai yang dapat diambil oleh
masyarakat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Film sebagai media massa dapat digunakan
sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-
pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-
pesan keagamaan atau pesan moral.31 Dengan demikian
film dapat dijadikan alternatif sebagai media yang
dapat menyampaikan nilai-nilai sesuai dengan
kehidupan masyarakat. Dengan film, kita dapat
memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas
tertentu yang sudah terseleksi, sehingga pada gilirannya
akan membentuk sikap dan perilaku khalayak yang

29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal. 15.
30
Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer
dalam Sinema Indonesia, hal 13.
31
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung:
Benang Merah Press, 2004), hal. 95.
36

menyaksikan.
Menurut Burhan Bungin, fungsi utama
komunikasi massa salah satuny adalah social learning,
yaitu media massa bertugas memberikan pendidikan
sosial atau pencerahan-pencerahan kepada seluruh
masyarakat di mana komunikasi massa itu
berlangsung.32 Hal ini juga selaras dengan teori belajar
sosial menurut Badura yaitu, kita belajar bukan saja
dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan dan
peneladanan (modeling). Dalam teori ini ada empat
tahap proses belajar sosial, yaitu proses perhatian,
pengingatan, reproduksi, motoris, dan motivational.33
Sebagai contoh, ketika menonton film, orang akan
melihat tindakkan tokoh atau adegan pemain, melalui
mengamatan penonton film diberi rangsangan,
kemudian hasil pengamatan disimpan dalam pikiran
dan akan kembali lagi ketika seseorang melakukan
tindakkan sama seperti apa yang pernah mereka amati,
lalu barulah setelah itu sampailah pada proses
reproduksi motoris yang menghadirkan kembali
perilaku dan tindakan dalam keidupan sesuai dengan
apa yang pernah diamatinya, namun proses motivasi

32
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008),
hal. 80
33
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remadja
Karya, 2001) hal. 240.
37

juga mempengaruhi kondisi personal manusia.34


Dengan menggunakan metode belajar sosial ini,
penyampaian pesan moral atau dakwah yang dilakukan
oleh film akan lebih efektif. Karena film mempunyai
kelebihan bermain pada sisi emosional, ia mempunyai
pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi
pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya
piker aktif dan penonton bersifat yang pasif. Hal ini
tentunya dikarenakan sajian film adalah sajian yang
siap dinikmati.

B. Analisis Naratif
1. Definisi Analisis Naratif
Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya
“membuat tahu”. Dengan demikian, narasi berkaitan
dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.
Pada dasarnya sebuah narasi adalah cerita, cerita yang
didasarkan pada suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam
kejadian itu ada tokoh, dan tokoh ini mengalami atau
menghadapi suatu atau serangkaian konflik atau
pertikaian. Kejadian, tokoh, konflik ini merupakan unsur
pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan bisa
disebut plot atau alur, maka dengan demikian narasi
adalah cerita berdasarkan alur.35

34
Asep S. Muhtadi, dkk., Dakwah Kontemporer, (Bandung: Pusdai
Press, 2000) hal. 97.
35
Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan
Aplikasi, hal 5.
38

Analisis naratif kerap digunakan untuk


membongkar maksud ideologis sebuah karya, yang
bermanfaat untuk menjelajahi teks-teks media dan
menemukan ideologi dibalik struktur cerita tersebut,
biasanya teks yang menjadi analisis naratif adalah film
dan program televisi. Menggunakan analisis naratif berarti
menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai
dengan karakteristik di atas. Teks dilihat sebagai
rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa,
bagian dari peristiwa yang akan dipilih dan dibuang.
Menurut Braston dan Stafford, teori narasi
mencoba memahami tanda dan hubungan yang mengatur
bagaimana cerita dibentuk secara berurutan. Hal ini
memungkinkan khalayak untuk terlibat dan masuk
kedalam cerita tersebut.36 Teori narasi terdiri atas empat,
yaitu:
a. Narasi menurut Tzvetan Todorov, suatu cerita
memiliki alur awal, tengah, dan akhir.
b. Narasi menurut Vladimir Propp, suatu cerita memiliki
klasifikasi karakter tokoh.
c. Narasi menurut Levis Strauss, suatu cerita memiliki
sifat-sifat oposisi.
d. Narasi menurut Joseph Campbell,
membahas hubungan narasi dengan mitos.

Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s, (London and
36

New York: Routledge, 2003), hal. 32.


39

Keempat narasi tersebut menjelaskan bahwa pesan


yang disampaikan dalam sebuah cerita narasi merupakan
sebuah cara bagaimana cerita yang disampaikan melalui
media yang dapat dimengerti banyak orang. Penggunaan
analisis narasi memiliki beberapa kelebihan yaitu
pertama, memiliki sebuah pengetahuan, makna dan nilai
yang diproduksi yang disebarkan dalam masyarakat.
Dalam sebuah cerita akan mudah di mengerti bahkan
menarik sekalipun tergantung pada pembawaan cerita,
yang sulit ditebak atau sebaliknya. Kedua, kelebihan
penggunaan analisis narasi terlihat kepada pembaca atau
penonton bagaimana situasi sosial yang akan diceritakan
dalam pandangan tertentu sehingga membantu kita
mengetahui kekuatan serta nilai sosial yang dominan
dalam masyarakat. Ketiga, sebuah narasi memungkinkan
seseorang menyelidiki hal-hal yang tersembunyi yang
terdapat dalam cerita. Peristiwa dalam bentuk cerita
sebenarnya ada nilai-nilai ideologi yang ingin di tonjolkan
oleh pembuat cerita. Keempat, adalah bagaimana sebuah
narasi bisa merefleksikan kontunitas dan perubahan
komunikasi.37
Dengan begitu penggunanan teori narasi atau bisa
disebut dengan fakta ini berisikan mengenai rekaan atau
sebuah cerita fiksi, yang hanya di reka-reka atau

37
Maulana Aziz dan Nugroho Catur, Nasionalisme Dalam Narasi
Cerita Film Analisis Narasi Tzvetan Todorov Pada Film Habibie dan Ainun,
hal. 37-49.
40

dikhayalkan pengarangnya saja. Biasanya ditampilkan


dalam biografi, kisah-kisah, dan lainnya yang masih
banyak ditemukan di media massa. Namun sepertinya
banyak peminat yang lebih dominan adalah cerita fiksi,
seperti novel, cerita pendek, hingga cerita bergambar
seperti film. Unsur naratif dalam film berkaitan dengan
aspek cerita yang memiliki unsur tokoh, lokasi, masalah,
waktu dan lainnya yang akan membentuk sebuah
kronologis peristiwa yang memiliki tujuan. Selain
sinematografi, narasi merupakan satu hal yang penting
dalam film karena narasi merupakan pembentuk cerita
dalam film tersebut. Maka dengan demikian penelitian ini
menggunakan teori dasar yang digunakan peneliti adalah
struktur naratif Tzvetan Todorov.
2. Teori Narasi Tzvetan Todorov
Tzvetan Todorov merupakan ahli sastra dan
budaya yang berasal dari Bulgaria. Todorov
mengembangkan narratologie pada tahun 1969. Dalam
perkembangannya, naratologi menjadi transteksual
prinsip-prinsip semiotik, dengan mengembangkan basis
unit-unit struktural seperti adanya tempat, karakter hingga
kejadian.Yang kemudian disusun, di kombinasikan,
diubah, dan di transformasikan ke dalam teks-teks
spesifik bernama naratif.38 Dengan begitu Todorov
melihat teks mempunyai susunan atau struktur tertentu.

38
Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan
Aplikasi, hal. 1.
41

Dan tanpa di sadari bahwasanya seorang penulis telah


menyusun teks-teks kedalam tahapan atau struktur
tersebut.
Dalam teorinya Todorov menganggap bahwa
narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai
urutan kronologis, motif dan plot, dan hubungan sebab
akibat dari suatu peristiwa.39 Struktur narasi Todorov
terdapat 3 bagian yaitu awal (equilibrium), tengah
(gangguan), dan akhir (equilibrium). Narasi biasanya
dimulai dari adanya keseimbangan pada awal alur ada
interaksi situasi dasar yang kemudian terganggu oleh
adanya konflik dan diakhiri dengan upaya untuk
menghentikan gangguan tersebut sehingga keseimbangan
(equilibrium) ini tercipta kembali agar berakhir dengan
bahagia. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari
perbuatan dramatis dalam rentang laju naratif skematis
alur dapat digambarkan sebagai berikut:

Ekuilibrium  Gangguan  Ekuilibrium


(Keseimbangan) (Kekacauan) (Keseimbangan)

Gambar 2. 1
Naratif harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu
rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang
penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu di
mana dalam waktu ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu

39
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam
Analisis Teks Berita Media, hal. 46.
42

awal atau pendahuluan, bagian tengah atau


perkembangan, dan bagian akhir atau peleraian.40
Rinciannya sebagai berikut:
a. Alur Cerita Awal
Pada bagian awal atau pendahuluan ini
menyajikan situasi dasar yang memungkinkan pembaca
atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya.
Bagian ini menentukan daya tarik dan selera penonton
untuk melanjutkan bagian-bagian selanjutnya, maka
sudah seharusnya peneliti meneliti secara sungguh-
sungguh dengan seni yang ada. Bagian awal menjadi
bagian seni tersendiri untuk menjaring minat dan
perhatian penonton atupun pembaca.
Narasi bagian alur awal cerita atau pendahuluan
merupakan bagian keseimbangan atau keteraturan.
Cerita dibuat dengan situasi yang masih stabil, aman,
dan tentram. Semua aktivitas masih berjalan dengan
lancar dan tertib, sehingga akan membawa penonton
ataupun pembaca pada ketenangan terlebih dahulu.
Cerita pada bagian pendahuluan ini merupakan awal
dari sebuah kisah yang akan mengantarkan penontonnya
kepada adegan selanjutnya. Pada alur awal cerita,
penulis dituntut untuk dapat menarik perhatian pembaca
atau penontonnya agar mereka tetap fokus pada
bacaannya atau tontonannya tersebut. Cerita yang awali

40
Yohandi, Analisis Narasi Toleransi Beragama Dalam Film 99
Cahaya Di Langit Eropa, Universitas Ibrahimy Situbondo, hal. 312.
43

dengan keseimbangan dapat dikatakan sebagai cerita


yang paling baik menurut Todorov.
b. Alur Cerita Tengah
Bagian kedua dalam struktur narasi yaitu adanya
distruption atau gangguan. Keseimbangan atau
keteraturan akan berubah menjadi kacau dan rusak,
keharmonisan memudar dan hilang secara perlahan serta
hubungan yang baik menjadi buruk dan seterusnya.41
Bagian perkembangan atau pertengahan berarti
bagian yang telah memasuki tahap konkritisasi. Bagian
tubuh karangan telah melepaskan dirinya dari situasi
umum atau situasi awal menuju suatu permasalahan
yang lebih terlihat lagi. Konkritisasi berarti semua unsur
narasi diuraikan dengan lebih detail dan rinci. Pertikaian
antar tokoh, perbenturan kepentingan yang
menimbulkan konflik baik terbuka ataupun tertutup
hingga permasalahan tersebut tampak semakin runcing
dan semakin rumit. Konflik atau gangguan hanya dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal
pada bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas.
Semua yang terjadi dalam bagian perkembangan hanya
kausalitas atau sebab-akibat dari masa lalu. Inilah yang
membuat penulis cerita penting untuk membuat bagian
awal dengan sangat baik agar penonton dapat masuk
dan memahami konflik yang ada. Pada dasarnya, bagian

41
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam
Analisis Teks Berita Media, hal. 47.
44

perkembangan ini dapat dibagi lagi atas beberapa tahap


yang lebih kecil, tergantung dari sifat dan besarnya
narasi. Pada awal perkembangan gangguan masih belum
terlalu dalam dan tidak disadari. Setelah pertikaian
timbul, kekacauanpun berada pada puncaknya.42
Kesimpulannya adalah bagian tengah atau
perkembangan merupakan bagian yang akan muncul
konflik didalamnya. Konflik semakin lama akan
semakin membesar seiring tokoh menyadari hal
tersebut. Cerita akan dibuat dengan ketegangan dan
gangguan-gangguan yang dapat membuat penontonnya
lebih tertarik lagi untuk menonton dan mengetahui
kelanjutannya. Pada bagian tengah ini akan ada adegan
yang menghancurkan keteraturan, keharmonisan yang
telah penulis dibuat pada awal cerita. Oleh karena itu,
bagian ini disebut juga bagian perkembangan yaitu
bagian lanjutan dari apa yang telah tercipta di awal
cerita.
c. Alur Cerita Akhir
Akhir dalam suatu cerita bukanlah menjadi titik
pertanda berakhirnya suatu cerita atau tindakan. Lebih
tepatnya merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau
kekuatan yang ada dalam situasi yang tercipta untuk
menemukan pemecahanya.

42
Gory Kerafs, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1997), hal. 154.
45

Dalam sebuah film seringkali penonton


menganggap bagian akhir cerita sebagai titik dimana
dalam suatu cerita dapat memiliki makna yang bulat dan
penuh. Bagian ini merupakan titik dimana para
penonton atau pembaca tertarik melihat dan
menyimpulkan seluruh makna yang ada. Dengan kata
lain, pada bagian akhir atau penutup merupakan titik
dimana penonton sebelumnya merasa penasaran
kemudian terlegakan.
Kesimpulannya adalah bagian akhir merupakan
bagian dari berakhirnya sebuah narasi. Bagian ini terdiri
dari keseimbangan, kedamaian, keteraturan yang telah
didapat kembali setelah sebelumnya mengalami
kekacauan. Meskipun harus mematikan karakter sang
tokoh atau bahkan tokoh utama, hal tersebut merupakan
peleraian yang di pilih oleh narator sebagai akhir dari
sebuah narasinya. Keseimbangan baru telah tercipta dari
peleraian yang ada dalam tahap ketiga ini atau bagian
akhir. Kehadiran tokoh yang dapat menyelamatkan dan
meyelesaikan segala permasalahan akan dihadirkan
pada bagian ini. Oleh karena itu, tahap ini sebut sebagai
keputusan akhir dari sebuat cerita.
Peneliti menganggap bahwa skematis alur yang
diungkapkan oleh Tzvetan Todorov merupakan skema
yang cocok untuk menggambarkan alur cerita yang ada
dalam film cc Hari ini yang mana film ini termasuk
dalam film komedi dan di dalam alurnya memiliki
46

beragam kriteria makna, makna-makna yang dimaksud


mengikuti karakteristik-karakteristik yang sudah
ditentukan dalam sebuah komunikasi keluarga dan
kemudian disesuaikan dengan teori Todorov yakni pada
alur awal, tengah dan akhir cerita.

C. Konsep Diri
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap
dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia
sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan dia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Perasaan individu bahwa dia tidak mempunyai
kemampuan yang dia miliki. Padahal segala keberhasilan
banyak bergantung kepada cara individu memandang seluruh
tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan.
Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam
Psikologi Komunikasi, bahwa “konsep diri bukan hanya
sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kamu
tentang diri kamu”. Jadi, konsep diri meliputi apa yang kamu
pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda.43

43
Jalaludin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosadakarya, 1994), hal 104.
47

Dalam Psikologi sosial konsep diri memiliki dua


komponen, yaitu: “Komponen kognitif disebut citra diri (self
image) dan komponen efektif disebut harga diri (self esteem).
Keduanya, menurut William D. Brooks dan Philip Emmert
(1976:45), berpengaruh besar pada pola komunikasi
interpersonal. Namun sebelum melihat bagaimana pengaruh
konsep diri terhadap prilaku komunikasi terlebih dahulu harus
diteliti faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsep diri,
karena setiap orang berprilaku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Jika konsep dirinya positif maka
orang tersebut akan berprilaku positif dan sebaliknya jika
konsep dirinya negatif maka perilakunya akan negatif pula.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai
keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan
pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri
yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi,
pendapat, penilaian, atau evaluasi dari orang lain mengenai
dirinya.individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau
ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai diriya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana dia dihadapkan
orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan
maupun orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung
individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri
sendiri itu meliputi watak dirinya atau tidak, dirinya termasuk
48

orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Konsep


diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku,
artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil,
maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan
membuat individu menuju kesuksesan.
1. Komponen Konsep Diri
Terdapat lima komponen konsep diri, yaitu
gambaran diri, yaitu gambaran diri (body image), ideal
diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self
role), dan identitas diri (self identity).44
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap
tubuhnya,baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi :
performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi
dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Hal-hal
penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut
:45
a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada
usia remaja.
b. Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda
pertumbuhan kelamin sekunder (mamae. menstruasi,
perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi
gambaran diri.
c. Cara individu memandang diri berdampak penting
terhadap aspek psikologis.

44
Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC,2004. Hal 33.
45
Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan. Hal.37
49

d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan


menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman
dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan
harga diri.
e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap
gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam
kehidupan.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang
perilakunya, disesuaikan dengan standar pribadi yang
terkait dengan cita-cita, harapan, keinginan, tipe orang
yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Hal-
hal yang terkait dengan ideal diri :46
a. Perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak.
b. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi
terhadap orang tua, guru, dan teman.
c. Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang
penting dalam memberi tuntunan dan harapan.
d. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi
berdasarkan norma keluarga dan sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan.
b. Faktor Culture dibandingkan dengan standar orang
lain.
c. Hasrat melebihi orang lain.
d. Hasrat untuk berhasil.
e. Hasrat menghindari kegagalan.
46
Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan. Hal.38
50

f. Adanya Perasaan cemas dan rendah diri.


Dalam menetapkan ideal diri hendaknya tidak
terlalu tinggi, masih tinggi dari kemampuan individu, dan
masih dapat dicapai. Harga diri adalah penilaian individu
terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis
seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan
ideal diri. harga diri dapat diperoleh melalui orang lain
dan diri sendiri.
Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi,
dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang
lain. Harga diri rendah apabila :47
a. Kehilangan kasih sayang atau cinta-kasih dari orang
lain.
b. Kehilangan penghargaan dari orang lain.
c. Hubungan interpersonal yang buruk.
Individu akan merasa berhasil atau hidupnya
bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau atau
merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu
mengontrol dirinya.
Individu yang berhasil dalam mencapai cita-cita
akan menumbuhkan perasaan harga diri yang tinggi atau
sebaliknya. Akan tetapi, pada umumnya individu
memiliki tendensi negatif terhadaporang lain, walaupun
isi hatinya mengakui keunggulan orang lain.

47
Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan. Hal.39
51

Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan


aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya
di masyarakat.
Setiap individu disibukan oleh berbagai macam
peran yang terkait dengan posisinya pada setiap saat,
selama ia masih hidup, misalnya peran anak, istri.
2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan dia sadar akan keberadaan dirinya.
Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Dan banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya:
a. Orang lain
Gabriel Marcel dalam buku Jalaludin rahmat
yang mencoba menjawab misteri keberadaan, The
Mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain
dalam memahami diri, “The fact is that we can
understand ourselves by starting from the other, or
from other, and only by starting from them”. Kita
mengenal diri dengan mengenal orang lain lebih
dahulu. Bahwa kita diterima orang lain, dihormati dan
disenangi karena keadaan diri kita, kita akan
cenderung bersikap menghormati dan menerima diri
kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan
52

kita, menyalahkan kita dan menolak kita, maka kita


akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh
yang sama terhadap diri. Ada yang paling
berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat
dengan diri kita, seperti orang tua, saudara-saudara
dan orang yang tinggal satu rumah (significant
others).
Richard Dewey dan W.J Humber dalam buku
Jalaludin Rakhmat menamainya affective others orang
lain yang dengan mereka mempunyai ikatan
emosional. Dari merekalah secara perlahan
membentuk konsep diri senyuman, pujian,
penghargaan dan pelukan menyebabkan penilaian diri
secara positif. Ejekan cemoohan dan hardikan
membuat penilaian diri secara negatif.
Dalam perkembangan, singnificant others
meliputi semua orang yang memepengaruhi prilaku,
pikiran dan perasaan. Mereka mengarahkan tindakan,
membentuk pikiran dan menyentuh secara emosional.
Orang-orang tersebut boleh jadi masih hidup atau
sudah meninggal. Mungkin didalam significant others
terdapat orang-orang terkenal seperti bintang idola,
pahlawan kemerdekaan, tokoh sejarah atau orang yang
dijintai secara diam-diam. Ketika kita tumbuh dewasa,
53

kita mencoba menghimpun penilaian semua orang


yang pernah berhubungan dengan kita.48
b. Kelompok Rujukan
Setiap kelompok mempunyai norma-norma
tertentu. Ada kelompok yang secara emosional
mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri seseorang, dengan kelompok rujukan.
Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan
prilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
Konsep diri merupakan dasar dari prilaku
seseorang, oleh sebab itu konsep diri memegang
peranan penting dalam menentukan keberhasilan dari
individu. Dengan adanya konsep diri yang positif,
maka individu dapat melihat kekurangan dan
kelebihan yang ada pada dirinya, mempunyai harga
diri yang sesuai serta memiliki identitas diri yang jelas
sehingga individu akan peka terhadap dirinya dan
lingkungannya. Tingkah laku tidak dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman lalu dan saat ini, tetapi
makna-makna pribadi pada masing-masing individu
ikut mempengaruhi.
Makna pribadi dapat diartikan sifat-sifat yang
dimiliki individu, dimana sifat pribadi ini merupakan
satu faktor yang diturunkan. Salah satu satu faktor

48
Jalaludin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosadakarya, 1994), hal 101.
54

yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah


lingkungan. Pnghargaan lingkungan akan sangat
berpengaruh terhadap konsep diri individu, karena
individu akan merasa dihargai, dipertimbangkan dan
dibutuhkan keberadaannya. Bentuk konkret dari
penghargaan lingkungan terhadap diri yaitu
diberikannya status.49
3. Karakteristik Konsep Diri
Menurut William D.brooks dalam bukunya
Jalaludin Rachmat bahwa dalam menilai dirinya
seorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai
negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang
mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang
mempunyai konsep diri yang negatif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep
diri yang positif adalah:
a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi
masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri
sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari
masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti
ada jalan keluarnya.
b. Merasa setara dengan orang lain. Dia selalu
merendahkan diri, tidak sombong, mencela atau

49
Jalaludin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosadakarya, 1994), hal 104.
55

meremehkan siapapun. Selalu menghargai orang


lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Dia menerima
pujian tanpa rasa malu, tanpa menghilangkan rasa
merendah diri, jadi meskipun dia menerima pujian
dia tidak membanggakan dirinya apa lagi
meremehkan orang lain.
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan dan keinginan serta prilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Dia peka terhadap perasaan orang lain sehingga
akan menghargai perasaan orang lain meskipun
kadang tidak disetujui oleh masyarakat.
e. Mampu memerbaiki karena dia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek keperibadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Dia mampu
mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah peneriamaan
diri. Kualitas ini lebih mengarah kerendahan hati dan
kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan
orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri
negatif adalah :
a. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan
kritik yang diterimanya dan mudah marah atau
56

naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang


mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat
mengendalikan emosinya, sehingga kritikan
dianggap suatu hal yang salah. Bagi orang seperti
ini koreksi sering dipresepsi sebagai usaha untuk
menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi
orang yang memiliki konsep diri negatif
cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan
bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
logika yang keliru.
b. Cenderung bersikap hiperkritis. Dia selalu
mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan
siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada kelebihan orang lain. Serta selalu merasa
terpuruk berlebihan akibat hal-hal yang
ditakutinya.
c. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun dia
mungkin berpura-pura menghindari pujian, dia
tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada
waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,
segala macam embel-embel yang menjunjung
harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan
dengan kesenangannya terhadap pujian,
merekapun bersikap hiperkritis terhadap orang
lain.
57

d. Cenderung merasa tidak disayangi orang lain. Dia


merasa tidak diperhatikan, karena itulah dia
bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga
tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu merasa rendah diri
atau bahkan berprilaku yang tidak disenangi,
misalnya membenci, mencela, atau bahakan yang
melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi
(bermusuhan).
e. Bersikap pesimis terhadap kompetensi. Hal ini
terungkap dalam keengganannya untuk bersaing
dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia
akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya. Dan tidak
percaya terhadap kemampuan diri.
Individu yang memiliki konsep diri negatif
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa- apa, tidak kompeten,
gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan
kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini
akan cenderung bersikap pesimistik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Dia
tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun
lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki
konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum
berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan
58

menyalahkan diri sendiri maupun mennyalahkan


orang lain.
Individu yang memiliki konsep diri positif
akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu
bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap
kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang
sebagai akhir dari segalanya, namaun dijadikan
sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk
melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep
diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri
dan melihat hal-hal positif yang dpat dilakukannya
demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Dengan melihat uraian dia atas maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, konsep diri positif dan
konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki
ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik
konsep diri positif dan karakteristik konsep diri yang
negatif.

D. Konsep Diri dalam Dakwah Dzatiyah


Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri
melalui pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan
mitra dakwah melatih dirinya menjadi manusia yang sehat
jasmani sebagai makhluk basyariah. Mereka menjadi
manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah.
Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi
59

kemanusiaan, dan potensi-potensi kejiwaan. Pendekatan


komunikasi intrapribadi ini menjelaskan dakwah dzatiyah.
Kata dzatiyah ini mengikuti definisi tarbiyah dzatiyah.
Dakwah dzatiyah ini, mengajak diri sendiri untuk mengenal
diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di humi, mengenal
Allah yang berkesinambungan dan hubungan komunikasi
terjadi hubungan interaktif antara hamba dan pencipta-Nya.50
ۖ َٰٓ
‫ل في ۡٱۡل َ ۡرض خَليفَة قَالُ َٰٓوا‬ٞ ‫َوإ ۡذ قَا َل َرب َُّك ل ۡل َم َٰلَئ َكة إني َجاع‬
َ ُ‫أَت َ ۡج َع ُل في َها َمن ي ُۡفسد ُ في َها َو َي ۡسفكُ ٱلد َما َٰٓ َء َون َۡح ُن ن‬
َ ‫سب ُ ُح ب َح ۡمد‬
َ‫س لَ ۖ َك قَا َل إن َٰٓي أ َ ۡعلَ ُم َما ََل ت َعۡ َل ُمون‬
ُ ‫َونُقَد‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui".
Dari sini tampak sudah bahwa Islam memiliki
konsep yang jelas tentang konsep diri (penciptaan)
manusia, yakni ada tujuan dibalik setiap penciptaan.
Sedangkan konsep falsafah Barat menganut paham
eksistensialisme, yakni manusia ada (diciptakan) kemudian

50
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta:
Amzah, 2012). hal, 17.
60

baru manusia itu menentukan sendiri tujuan dia ada.


Sehingga mereka menganggap bahwa hidup ini adalah
sebuah tragedi, mereka tidak tahu untuk apa mereka
diciptakan dan kemana meraka akan pergi, yang bisa
mereka lakukan hanyalah membuat asusmsi-asumsi dan
berharap-harap. Dari sini dapat dilihat jika cara pandangan
hidup (worldview) adalah sesuatu yang amat penting,
karena dari situ akan menentukan arah dan tindakan dalam
hidup manusia.51
Manusia adalah kesatuan antara jiwa dan raga.
Keduanya tidak bisa dipisahkan dan memiliki kebutuhan.
Sehingga jelas bahwa manusia membutuhkan yang bersifat
jasmani seperti makan, tidur, olah raga, dan juga
membutuhkan asupan ruhani seperi menuntut ilmu,
berdzikir, dan sebagainya.
Dakwah dzatiyah meliputi semua komponen
komunikasi dakwah dan proses komunikasi dakwahnya
yaitu komunikator, pesan, saluran, dan mitra dakwahnya.
Peristiwa dakwah mencakup dimensi komunikasi manusia,
bagaimana seseorang berada dalam tiga dimensi
komunikasi yaitu, tingkat komunikasi, konteks komunikasi
dan saluran komunikasi. Tingkat komunikasi terdiri dari
individu, keluarga, sahabat, kelompok, komunitas dan
organisasi tingkat lokal, nasional dan internasional.

51
Rita Setyaningsih, Psikologi Komunikasi Suatu Pengantar
dan Perspektif Islam, (Jawa Timur: Unida Gontor Press, 2012). hal,
135.
61

Konteks komunikasinya adalah perdagangan, politik,


pendidikan, dan penyuluhan. Saluran komunikasi
menggunakan media cetak dan media elektronik, baik
langsung maupun tidak langsung.
Pendekatan konsep diri dalam dakwah dzatiyah,
meliputi sensasi, persepsi, memori, dan cara berpikir yang
Islami sehingga konsep diri sebagai keseluruhan (totalitas)
dari pemahaman yang dimiliki seseorang terhadap dirinya,
sikap tentang dirinya, dan keseluruhan gambaran diri.
Dakwah Dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi,
menjaga memori dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan
mitra dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak
seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani,
rohani dan kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi
bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim.
Seorang pendakwah harus mampu memperhatikan faktor
personal dan juga faktor lingkungan dalam menjalankan
dakwahnya. Dalam berdakwah para da‟i juga harus
mempunyai kecerdasan yang baik dalam menyampaikan
pesan dakwahnya.52 Adapun kecerdasan menurut psikologi
Islam dalam dimensi manusia adalah kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs.

52
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, hal, 83.
62

E. Kerangka Konsep

Film Imperfect: Karier,


Cinta Dan Timbangan

Narasi Narasi
Dakwah Dzatiyah Konsep Diri

(Psikologi Komunikasi dan (Psikologi Komunikasi,


Tabligh, oleh Armawati oleh Jalaluddin Rakhmat)
Arbi)

Analisis Naratif 1. Konsep Diri


Model Tzvetan Positif
Todorov 2. Konsep Diri
1. Alur Awal Negatif
2. Alur Tengah
3. Alur Akhir
(Psikologi
(Analisis Naratif: Komunikasi, oleh
Dasar-dasar dan Jalaluddin Rakhmat)
Penerapannya dalam
Analisis Teks Berita
Media, oleh Eriyanto)
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Latar Belakang Pembuatan Film Imperfect


Melalui film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan
yang merupakan adaptasi dari buku sang co-sutradara, Meira
Anastasia yang berisi yang berisi keresahan akan ‘budaya’
yang sudah mengakar di Indonesia berkaitan dengan bullying
dan body shaming yang dialaminya sendiri, Lewat film ini
Ernest mencoba memberikan kritik dan studi sosial secara
gamblang. Hasilnya berbagai kritik mampu disampaikan
dengan lugas, tajam dan menohok, beriringan dengan pesan
dan pelajaran yang juga ditampilkan dengan cermat dan
mengena.53
“Imperfect adalah sebuah film tentang perjuangan
seorang perempuan bernama Rara yang sejak kecil
mengalami body shaming mulai dari keluarga, dari temen-
temen. Merasa bahwa keadaan tidak menyenangkan bagi
dirinya. Sampai kemudian titik nya adalah di kantornya dia
memiliki sebuah kesempatan yang lenyap dari genggamannya
karena menurut bosnya penampilannya kurang oke, makanya
ia berusaha untuk mengubahnya”54

53
https://movieden.net/review-film-imperfect-karier-cinta-timbangan-
2019-drama-komedi-yang-sempurna-untuk-belajar-mencintai-diri-sendiri/
diakses pada diakses pada 16 Desember 2019 pukul 13.06.
54
EXCLUSIVE INTERVIEW - Film Imperfect : Karier, Cinta &
Timbangan Produksi StarvisionPlus Brilio News pada 18 Desember 2019

63
64

Hidup dengan standar yang diciptakan orang lain


adalah isu yang paling ditonjolkan dalam film ini dan
memang sangat relevan dengan kehidupan. Body shaming
sering menjadi sebuah lelucon dalam pergaulan bahkan di
lingkungan keluarga.
Ernest dan istrinya, Meira Anastasia, yang juga
menulis skenario untuk Imperfect mampu membawa isu body
shaming ini dengan gaya yang ringan, penuh celotehan dan
tawa. Isu yang sensitif pun hadir dan membentuk sudut
pandang baru bagi yang menyaksikannya. Bagi Meira
Anastasia, Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan adalah
bentuk kritik bagi isu body shaming. Menurut Meira,
melontarkan komentar negatif tentang bentuk atau ukuran
tubuh seseorang di dunia nyata maupun media sosial adalah
salah.
" Paling sering orang-orang komentar soal rambut.
Ada lagi yang komentar soal alis. Tanya kenapa aku tidak
sulam alis. Sekarang dengan hadirnya media sosial,
seseorang begitu gampang membandingkan hidupnya dengan
hidup orang lain. Padahal, lebih baik fokus mencari
kebahagiaan di dalam diri, bukan karena komentar terhadap
fisik dan penampilan,”55
Naskah yang juga ditulis oleh Ernest Prakasa dan Meira
Anastasia terasa padat dan padu dalam meramu plot utama
tentang Rara yang dihadapkan pada dilema dengan insecurity

55
EXCLUSIVE INTERVIEW - Film Imperfect : Karier, Cinta &
Timbangan Produksi StarvisionPlus Brilio News pada 18 Desember 2019
65

atau perasaan minder dengan tubuhnya, terhadap adiknya,


teman kantornya yang cantik, bahkan minder terhadap Dika,
pacarnya yang tampan. Plot utama ini mempengaruhi
kehidupan Rara di pekerjaan, keluarga dan hubungan
cintanya dengan Dika, dan semua bagian itu dibagi adil dalam
naskah yang terbilang padat dan cerdas ini.
Dalam film ini memiliki alur cerita yang
sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian manusia
bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai
perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada
keluarga dan lingkungan sekitar. Ernest tidak menempatkan
para karakter berada di protagonis atau antagonis, namun
Ernest menjanjikan cerita dan penokohan yang kompleks
sehingga tokoh antagonis atau protagonis pun dalam sudut
pandang tertentu terlihat menarik.
66

B. Sinopsis Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan

Gambar 3. 1
Film ini menceritakan bagaimana Rara seorang
perempuan yang pintar namun memiliki tubuh yang kurang
memadai standar kecantikan. Adanya standar kecantikan
seperti yang pada umumnya harus kurus dan putih membuat
Rara kesusahan dalam pekerjaannya dan kehidupannya
sehari-hari. Rara sejak kecil selalu dibanding-bandingkan
dengan adiknya yang cantik dan memiliki tubuh kurus serta
kulit yang putih. Selain itu Rara dikantor walaupun termasuk
senior yang cerdas, dia selalu dibanding-bandingkan dan
diejek oleh karyawan lainnya.
Ternyata dibalik kesempurnaan adiknya maupun
rekan kerjanya yang sering dipuji penampilannya, mereka
67

memiliki keresahan lainnya yang artinya mereka juga tetap


memiliki masalah walaupun mereka cantik.
Melihat sisi lain kehidupan Rara, dia masih bisa
berbahagia karena disayangi apa adanya oleh banyak orang
termasuk pacar, teman, dan adiknya. Suatu saat dia yang
hampir dipilih menjadi pemimpin di perusahaannya terhalang
oleh penampilannya yang kurang mencerminkan perusahaan.
Maka dari itu dia mulai berusaha memperbaiki
penampilannya hingga dia mendapatkan posisi tersebut. Tapi
ketika dia mendapatkan posisi tersebut, hubungannya antara
dia dengan teman serta pacarnya rusak akibat sifatnya yang
ikut berubah. Akhirnya Rara menyadari bahwa tidak harus
sempurna untuk bahagia.
Dengan mengangkat sebuah keresahan banyak kaum
perempuan ini, tim produksi mempersiapkan segalanya
dengan penuh pertimbangan mulai dari pemilihan pemain,
penokohan, karakter, set serta bagian utama yang mau
diangkat yaitu transformasi dari peran utama. Demi totalitas
keberhasilan film, peran utama yaitu Jesica Milla rela
menaikkan berat badannya hingga 10kg untuk
memperlihatkan secara jelas transformasinya seperti cerita
yang ada.
Bagaimana alur cerita yang ditampilkan benar-benar
dekat dengan keseharian kita membuat penonton juga lebih
dapat mendalami film dan juga dapat mengambil pesan yang
diberikan oleh film bagaimana tagline utama yang dipakai
yaitu "mengubah insecure jadi bersyukur".
68

C. Tim Produksi Film Imperfect: Karer, Cinta &


Timbangan
Produser : Chand Parwez Servia
Fiaz Servia
Eksekutif Produser : Reza Servia
Riza
Mithu Nisar
Raza Servia
Sutradara : Ernest Prakasa
Ko Sutradara : Meira Anastasia
Ide Cerita : Meira Anastasia
Penulis Skenario : Ernest Prakasa
Meira Anastasia
Ko Produser : Dian Vania Pramudita
Desain Produksi : Tepan Kobain
Desain Artistik : Angga Prasetyo
Eko Widar
Sinematografi : Anggi Frisca I.C.S
Penyunting Gambar : Syamsurrijal
Penata Musik : Ifa Fachir
Penata Warna : P Nu
Penata Videografis : Capluk
Perekam Suara : Anhar Moha
Penata Busana : Andhika Dharmapermana
Penata Rias : Talia Subandrio
Konsultan Komedi : Muhadkly Acho
Manajer Produksi : Sri Cahyani
69

Asisten Produksi : Vania Parapat


Manajer Paska Produksi : Adit Hadi Suryadi
Penata Cahaya : Harsono
Penata Clap : Axl Gelex
Operator Kamera : Rivan Hanggarai
Penata Grip : Sardiwa
Produksi : PT. Kharisma Starvision Plus-
Pemain : Jessica Mila sebagai Rara
Reza Rahadian sebagai Dika
Yasmin Napper sebagai Lulu
Boy William sebagai George
Dion Wiyoko sebagai Kelvin
Shareefa Daanish sebagai Fey
Clara Bernadeth sebagai Marsha
Karina Nadila sebagai Irene
Devina Aureel sebagai Wiwid
Ernest Prakasa sebagai Teddy
Karina Suwandi sebagai Debby
Dewi Irawan sebagai Ratih
Kiki Narendra sebagai Hendro
Kiky Saputri sebagai Neti
ZsaZsa Utari sebagai Maria
Aci Resti sebagai Prita
Neneng Wulandari sebagai Endah
Diah Permatasari sebagai Nora
Wanda Hamidah sebagai Magda
Olga Lydia sebagai Monik
70

Uus sebagai Ali


Tutie Kirana sebagai Melinda
Asri Welas sebagai Siska
Sky Tierra Solana sebagai Vina
M. Fairel Khalif. R sebagai Gugun
M. Yusuf Ozkan sebagai Edo

D. Sutradara dan Penulis Naskah Film Imperfect: Karer,


Cinta & Timbangan

Gambar 3. 2
Ernest Prakasa
Ernest Prakasa adalah pelawak tunggal atau komika,
penulis, aktor, presenter, dan sutradara asal Indonesia. Pria
berdarah Tionghoa-Indonesia ini lahir di Jakarta pada 29
Januari 1982. Ernest mengawali kariernya sebagai komika
dengan mengikuti ajang Stand Up Comedy Indonesia dan
mendapat peringkat 3 pada ajang tersebut pada 2011.56
Ernest pun sukses menjadi komika terkenal dan
menekuni profesinya tersebut bersama dengan komika
lainnya yang lebih senior seperti Raditya Dika, Pandji
56
https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Prakasa diakses pada
10 Juni 2019, pukul 02.48.
71

Pragiwaksono, dan lainnya. Jauh sebelum sukses menjadi


komika, Ernest sudah nyaris 6 tahun menekuni dunia musik.
Ia mengawali karier musik dengan bergabung dengan
Universal Music, kemudian melanjutkan kiprahnya dengan
Sony Music. Ernest merupakan ketua pertama sekaligus
perintis komunitas komika yang bernama Stand Up Indo
hingga Juni 2013.
Selain itu, Ernest juga sudah beberapa kali
mengadakan tur Stand Up Comedy keliling Indonesia. Ernest
mengadakan tur stand up comedy pertama kali pada tahun
2012 yang diberi nama Tour Merem Melek. Ia melakukan
tour di 11 kota yakni Bandung, Semarang, Solo, Denpasar,
Malang, Surabaya, Makassar, Kendari, Samarinda,
Palangkaraya dan ditutup di Gedung Kesenian Jakarta pada
tanggal 10 Juli 2012.
Ernest juga sudah malang melintang di dunia
perfilman, ia sudah membintangi dan menyutradarai berbagai
film sejak 2013. Setelah sukses wara-wiri di sejumlah
panggung Stand Up Comedy di berbagai acara, Ernest lalu
merambah industri perfilman Tanah Air. Ernest pun
membintangi sejumlah film sebagai aktor dan melebarkan
sayapnya menjadi penulis serta sutradara dengan debutnya
dalam film Ngenest yang berhasil meraih 800.000 penonton.
Tidak hanya itu, film tersebut juga masuk ke dalam beberapa
nominasi dan berhasil memenangi sejumlah penghargaan.
Salah satunya adalah sebagai Penulis Skenario Adaptasi
Terpilih di ajang Piala Maya. Kini, Ernest menekuni
72

aktivitasnya sebagai seorang penulis dan sutradara hingga


produser film. Terhitung sudah lebih dari lima film yang
menjadi karyanya. Terkini, Ernest menulis skenario dan
menyutradarai film Imperfect yang dirilis pada 19 Desember
2019 lalu.
Ernest sudah terjun di dunia penyutradaraan sejak 5
tahun lalu dan film terakhir sebelum Imperfect adalah Milly
dan Mamet yang tayang pada tahun 2018. Film yang telah di
garap Ernest Prakasa yaitu, Ngenest The Movie, Cek Toko
Sebelah, Susah Sinyal, Milly dan Mamet, dan Imperfect:
Karier Cinta & Timbangan.

E. Tokoh Pemeran Film Imperfect: Karier Cinta &


Timbangan

Gambar 3. 3
Jessica Mila sebagai Rara
Pemilik nama lengkap Jessica Mila Agnesia ini
merupakan salah satu bintang berbakat tanah air. Ia berkiprah
di dunia sinetron sejak usia 10 tahun. Namanya semakin
melambung setelah berperan sebagai Nayla dalam sinetron
73

Ganteng-ganteng Serigala (GGS) saat usianya menginjak 22


tahun. Wanita kelahiran Kota Langsa, Aceh pada 3 Agustus
1992 ini memiliki darah campuran. Ibunya keturunan
Belanda-Manado, sedangkan sang ayah asli Solo. Putri
bungsu dari 4 bersaudara ini memulai debut pertama di dunia
sinetron dengan membintangi Cinta SMU tahun 2002.
Beberapa diantaranya masuk ke dalam nominasi-nominasi
bergengsi dan beberapa diantaranya memenangkan
penghargaan, yaitu Aktris Utama Paling Ngetop (sinetron)
Ganteng Ganteng Serigala 2014, Aktris Utama Paling Ngetop
(sinetron) Ganteng Ganteng Serigala Returns 2015, Pemeran
Utama Wanita Terpuji Film Bioskop (film) Imperfect: Karier,
Cinta & Timbangan 2020.57
Jessica Mila ditunjuk sebagai pemeran utama bernama
Rara di film Imperfect. Demi melakoni perannya, aktris 27
tahun itu rela menaikkan bobot tubuhnya hingga 10 kilogram.
Selain itu, Mila juga sedikit kesulitan menggali rasa insecure
ketika memainkan karakter Rara. Baginya, untuk melebur
menjadi Rara tidaklah mudah.

57
https://id.wikipedia.org/wiki/Jessica_Mila diakses pada 29
November 2020, pukul 01.44.
74

Gambar 3. 4
Reza Rahadian sebagai Dika
Reza Rahadian Matulessy, lahir di Bogor, 5 Maret 1987
umur 33 tahun. Reza Rahadian adalah seorang aktor
berkebangsaan Indonesia yang mengawali karier sebagai
model dan menjadi terkenal setelah perannya dalam
Perempuan Berkalung Sorban. Ia belajar akting saat di
sekolah menengah atas dan membuat debut filmnya pada
tahun 2004. Sejak menerima Piala Citra pertamanya pada
tahun 2009, ia telah berakting di lebih dari 50 film. Mulai dari
komedi, laga, horor, roman, drama, hingga biopik. Sejauh ini,
Reza telah dua belas kali masuk nominasi Festival Film
Indonesia dan empat kali memenangkannya, tiga di antaranya
dalam kategori Pemeran Utama Pria Terbaik.58
Dika adalah seseorang yang cukup temperamental, yang
selalu berusaha menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi baik di keluarga maupun diluar keluarga. Seseorang

58
https://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian diakses pada
pada 27 Oktober 2020, pukul 04.29.
75

yang sangat sayang kepada Rara dan menerima apa adanya


yang tidak melihat dari fisik atau apapun dari seorang Rara.

Gambar 3. 5
Yasmin Napper sebagai Lulu
Yasmin Safira Napper itu dia nama lahir serta nama asli
dari aktris dan model yang lebih dikenal populer dengan
nama Yasmin Napper. Yasmin Napper merupakan aktris dan
model kelahiran 22 November 2003. Kemahiran dalam
berakting sudah tidak perlu diragukan lagi, karena sudah
banyak judul film, sinetron, ftv, dan iklan yang dibintanginya.
Selain itu ia juga aktif dalam dunia teater.59

Yasmin Napper memerankan karakter sebagai Lulu,


adik Jessica Mila yang memainkan karakter sebagai Rara.
Lulu diceritakan menjadi anak yang selalu dibanggakan
ibunya karena memiliki kulit putih, rambut lurus, tubuh
langsing hingga bisa disebut sebagai body goals. Ini
berbanding terbalik dengan sang kakak, Rara yang kerap

59
https://id.wikipedia.org/wiki/Yasmin_Napper diakses pada
24 November 2020, pukul 03.59.
76

diejek karena bertubuh gemuk, memiliki kulit hitam, serta


rambut keriting.

Gambar 3. 6
Boy William sebagai George
William Hartanto atau lebih dikenal dengan nama Boy
William lahir di Jakarta, 17 Oktober 1991 umur 29 tahun
merupakan seorang aktor, VJ, rapper dan penyanyi berdarah
Tionghoa-Indonesia. Dia pertama kali memulai karier saat
memenangkan pemilihan model Starteen pada tahun 2009
lalu beralih menjadi VJ MTV Indonesia. Boy didaulat sebagai
pembawa acara untuk ajang pencarian bakat Rising Star
Indonesia sebanyak tiga musim dan The Next Boy/Girl Band
sebanyak dua musim sebelum menjadi pembawa acara
Indonesian Idol musim kesebelas.60
Boy William memerankan tokoh George, sosok pria
sosialita dalam film Imperfect. George merepresentasikan
sosok pria yang angkuh. Pendalaman karakter George tidak
begitu sulit bagi pemilik acara Nebeng Boy ini karena gaya

60
https://id.wikipedia.org/wiki/Boy_William pada 22
November 2020, pukul 08.50.
77

hidup bermedia sosial sudah menjamur, termasuk dalam


dirinya.

Gambar 3. 7
Dion Wiyoko sebagai Kelvin
Dion Wiyoko dikenal sebagai seorang aktor, model
video klip, sekaligus bintang sinetron tanah air. Namanya
mulai dikenal lewat perannya sebagai Lukman di film
Serigala Terakhir yang tayang tahun 2009 silam. Pria
kelahiran Surabaya pada 3 Mei 1984 ini adalah putra dari
pasangan Faisal Hidayatullah dan Ritawati Alihamzah. Dion
mengawali kariernya sebagai model di beberapa majalah
seperti Aneka Yess, Femina, Kawanku, dan Cosmo Girl.
Selain menjadi model, Dion juga menjajal kemampuan
aktingnya dengan membintangi sinetron dan FTV.61
Dion Wiyoko memerankan seorang bos dari Rara
dalam film Imperfect: Karier, CInta&Timbangan, yang
meminta Rara untuk memperbaiki penampilan jika ingin
menduduki posisi manajer di kantornya. Namun ada harga
yang harus dibayar, Rara kehilangan orang-orang yang

61
https://id.wikipedia.org/wiki/Dion_Wiyoko diakses pada
15 November 2020, pukul 08.22.
78

mencintainya. Sebab pada akhirnya, dia juga memiliki sikap


yang sama dengan mereka yang pernah mengejeknya.

Gambar 3. 8
Shareefa Daanish sebagai Fey
Shareefa Daanish Sumartono lahir di St Mary's
Hospital, London, Paddington, Inggris/Britania Raya, 21 Juni
1982 umur 38 tahun adalah aktris dan presenter
berkebangsaan Indonesia. Ia lahir pada tanggal dan rumah
sakit yang bersamaan dengan Pangeran William, Adipati
Cambridge. Ayahnya, Sumartono mempunyai darah
campuran Jawa-Sunda-Tionghoa. Sedangkan ibunya, Siti
Nurhayati, berdarah Sunda, Palembang, serta Arab-
Indonesia.62
Shareefa Daanish yang berperan sebagai Fey disebut
sebagai sahabat Rara yang justru menjadi scene stealer.
Mungkin dia tak punya problem berat badan, karena dia
bertubuh tinggi dan langsing. Tapi Fey, demikian nama
tokohnya, slebor, doyan makan, berjalan seperti anak muda

62
https://id.wikipedia.org/wiki/Shareefa_Daanish diakses
pada 21 November 2020, pukul 05.17.
79

bergajulan. Dirinya sangat cuek dan seolah sengaja


menentang norma kecantikan yang berlangsung di kantor
perusahaan kosmetik tersebut. Akibatnya tentu saja para
‘mean girls’ memasukkan Fey ke dalam golongan Rara, yaitu
golongan tak enak secara visual.
Sebetulnya banyak orang lebih bersikap seperti Fey,
tak peduli dengan mulut nyinyir orang dan percaya diri
dengan tindakan dan penampilannya. Tapi tak semua orang
bisa seperti Fey. Rara adalah tokoh yang harus diberi
pengertian melalui berbagai nasihat dalam hidupnya untuk
percaya diri bahwa dia cantik dan tak perlu menyiksa diri
dengan diet yang bikin pingsan.

Gambar 3. 9
Clara Bernadeth sebagai Marsha
Clara Josephine Bernadeth atau dikenal sebagai Clara
Bernadeth lahir di Jakarta, 30 Agustus 1994; umur 26 tahun,
adalah seorang aktris berkebangsaan Indonesia. Kariernya
berkembang lewat serial Cinta dan Rahasia yang ditayangkan
80

di NET. sebelum kemudian merambah ke layar lebar. Di


serial itu Clara beradu akting dengan Dikta Wicaksono dan
Taskya Namya. Sebelumnya ia sempat menjadi model video
klip Rizky Febian yang berjudul "Penantian Berharga". 63
Clara Bernadeth berperan sebagai Marsha, seorang
tokoh antagonis. Ia jadi sosok perfeksionis dalam hal fisik. Ia
memiliki segalanya, kecantikan dan popularitas di mata para
pria. Oleh sebab itu ia selalu membuli tokoh utama bernama
Rara yang diperankan Jessica Mila. Rara yang kerap diejek
karena bertubuh gemuk, memiliki kulit hitam, serta rambut
keriting.

63
https://id.wikipedia.org/wiki/Clara_Bernadeth diakses 16
November 2019, pukul 13.10.
BAB IV
DATA DAN HASIL TEMUAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan data


yang terdapat dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan
menggunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov untuk
menganalisis seperti apa alur cerita film Imperfect: Karier, Cinta
dan Timbangan. Dalam model analisis naratif ini, film terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu alur awal, tengah, dan akhir yang
semuanya saling berhubungan dan saling melengkapi. Penulis
memilih untuk fokus pada konsep diri yang ada dalam film
Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

A. Data dan Hasil Temuan dari Alur Awal, Tengah, dan


Akhir dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan
1. Alur Awal

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 1
00.05 – 00.40
Dialog
Monik: “Oh, so cute. Lucu banget. Putih banget, seperti

81
82

gula kapas.”
Nora: “Iya, benar.”
Monik: “Untung yang ini seperti mamanya ya.” (melihat
Lulu) “Eh, Mas. Sorry Gak maksud.” (melihat Hendro)
Hendro: “Tidak apa-apa. Sudah biasa.” “Tak usah dengar
teman ibumu, ya? Senyum. (berbicara dengan Rara)”
Tabel 4. 1

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 2
01.09 – 01.23
Dialog
Debby: “Kak, ga kebanyakan?”
Hendro: “Ma..”
Debby: “Ini kan untuk kebaikan dia juga, mas.”
Hendro: “ Dia masih masa pertumbuhan. Sudahlah..”
Tabel 4. 2
83

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 3
02.42 – 03.20
Hendro meninggal karena kecelakaan
Tabel 4. 3

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 4
04.35 – 05.00
Dialog
84

Monik: “Rara! Kamu sepertinya gemukan? Tidak apa-


apa. Segar.”
Magda: “Kamu punya pacar?”
Rara: “Ada, tante.”
Monik: “Ada loh.”
Debby: “Ra, tante Magda” (menunjuk Monik)
Magda: “Hai, Ra”
Rara: “Halo, tante.”
Magda: “Kamu masih kerja di mana? Em.. Make up lokal
ya?”
Rara: “Ya..”
Debby: “Iya, betul. Bagian riset, tapi masih staf. Belum
manajer.” (Omongan Rara dipotong).
Tabel 4. 4

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 5
16.40 – 17.06
Dialog
85

Sheila: “Setelah delapan tahun yang menyenangkan


bersama Malathi, saya harus sampaikan bahwa hari ini
adalah hari terakhir saya. Bukan begitu, Kelvin? Terima
kasih dan sukses untuk teman-teman semuanya.”
Tabel 4. 5

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 6
18.47 – 19.08
Dialog
Rara: “Fey”
Fey: “Hm?”
Rara: “Mbak Sheila kenapa ya? Tiba-tiba banget.”
Fey: “Mungkin rezeki lo.”
Rara: “Gue udah betah di riset.”
Fey: “Cie sok-sokan gak mau naik jabatan. Padahal gue
tahu dalam hati lo deg-degan, kan?”
Rara: “apaan sih enggak, biasa aja.”
Tabel 4. 6
86

2. Alur Tengah

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 7
27.39 - 28.06
Dialog
Kelvin: “Karena sudah tidak ada Sheila, jadi, nanti
langsung komunikasi denganku.”
Rara: “Oke, mas. Hm.. Kalau boleh tahu siapa yang
menggantikan Mbak Sheila, mas?”
Kelvin: “Begini, Ra. Kita sama-sama tahu kamu yang
paling mampu. Tapi masalahnya di industri kita ini, isi
kepala saja tidak cukup. Penampilan juga penting. Karena
kita harus mewakili merek Malathi saat ketemu media,
investor, macam-macam. Aku akan mengajukan Marsha
ke ibuku. Ya, dia memang belum sesenior kamu, tapi bisa
dibimbing. Duh, bisakah kalian berdua bergabung saja?
Isi kepalanya kamu, luarnya dia!”
Tabel 4. 7
87

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 8
34.39 – 36.45
Dialog
Lulu: “Serius sekali. Kalau makan coklat biasanya banyak
pikiran.”
Debby: “Kalau ada masalah, dicari solusinya Kalau
seperti ini, bukannya makin benar, malah makin gemuk.”
Lulu: “Kakak kenapa? Bertengkar dengan Dika?”
Rara: “Bukan, masalah kantor. Sudah, Lu.”
Lulu: “Iya, coba cerita dahulu ke Lulu. Siapa tahu nanti
Lulu bisa kasih saran.”
Rara: “Ini masalah orang jelek, Lu! Kamu tidak akan
mengerti!”
Rara: (menghela napas) “Atasanku berhenti. Seharusnya
aku yang gantikan. Tapi yang terpilih malah yang lebih
cantik. Lebih keren.”
Debby: “Selama ini, pasti kamu piker mama yang jahat
sama kamu. Orang-orang di luar sana bisa lebih jahat,
Kak. Mama menyuruh kamu jaga makan, rawat badan, itu
semua untuk kamu. Bukan untuk Mama. Ini buktinya,
88

bukan? Sebetulnya, secara kemampuan, kamu yang paling


layak. Tapi jadi kalah bersaing. Lagi pula memangnya
kamu tidak mau lebih disayang oleh Dika? Meskipun dia
bilang dia suka sama kamu apa adanya, tapi kalau
penampilan kamu lebih baik, masa dia tidak senang?
Benar, bukan, Lu?
Tabel 4. 8

Gambar 4. 9
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 10
37.15 – 37.30
Dialog
89

Kelvin: “Kamu yakin?”


Rara: “Ya, kalau Mas mau kasih saya waktu.”
Kelvin: “Satu bulan. Satu bulan kamu berhasil berubah
aku kasih kepercayaan ini ke kamu.”
Rara: “Terima kasih, Mas.”
Kelvin: “Ya.”
Tabel 4. 9

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 11
42.07 – 42.58
Dialog
90

Dika: “Kenapa bisa begitu, Bu?”


Ratih: “Ya, bagaimana, ya? Memang biaya berobat Bapak
dahulu pinjamnya dari dia. Ya, tapi pinjamannya sudah
lunas. Bunganya yang belum lunas.”
Dika: “Bukannya waktu Bapak meninggal, bunganya
sudah diikhlaskan?”
Ratih: “Bukan diikhlaskan. Lebih tepatnya, dia tidak tega
menagihnya. Bulan depan, dia butuh duitnya.”
Dika: “Berapa, Bu?”
Ratih: “Tidak, Bang. Ibu tidak mau kamu jadi kepikiran.
Nanti Ibu bisa...”
Dika: “Berapa, Bu?”
Ratih: “Empat puluh juta.”
Dika: “Ya, sudah. Tenang. Ibu tidak usah stres. Nanti biar
Abang yang cari uang. Tidak usah dipikirkan.”
Tabel 4. 10

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 12
91

Gambar 4. 13

Gambar 4. 14

Gambar 4. 15
55.10 – 56.10
Rara berusaha menurunkan berat badannya.
Tabel 4. 11
92

Gambar 4. 16
Visualisasi 56.20 – 56.32
Durasi

Gambar 4. 17
56.33 – 56.50
Dialog
Kelvin: “Selamat untuk semua, sudah siap?”
Rara: “Ya, siap, Mas.”
Kelvin: “Karena jujur saja, tugasmu berat. Penjualan kita
turun terus. Jadi, coba kamu evaluasi kampanye kita
setahun terakhir. Coba pikirkan strategi apa yang bisa kita
lakukan untuk ke depannya, terutama di daring.”
Tabel 4. 12
93

Gambar 4. 18
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 19
1.05.04 – 1.06.15
Dialog
Marsha: “Ra, sini! Duduk bersama kita saja.”
Rara: “Ayo.”
Fey: “Yakin?”
Rara: “Ya, lagi pula, susah cari meja. Penuh.”
Marsha: “Fey, tarik kursi saja.”
Rara: “Itu Fey, ada kursi kosong.”
Marsha: “Ya, ampun. Sepatunya lucu sekali, Ra.”
Rara: “Thanks. Ternyata tidak seribet itu, ya, kalau sudah
biasa.”
Irene: “Iya, bukan? Tuh Fey, dengar? Kamu tidak mau
94

coba pakai hak tinggi?”


Wiwid: “Coba dahulu sja, Fey. Rasanya lebih...
bermartabat.”
Rara: “Iya, Fey. Bagus juga untuk postur.”
Fey: “Oke, uh.. Aku di situ.”
Tabel 4. 13

Gambar 4. 20
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 21
1.16.34 – 1.17.58
Dialog
Dika: “Kalau sudah selesai mencatat, jangan lupa PR-nya
dikerjakan. Sampai ketemu minggu depan.”
Anak-anak: “Terimakasih, Kak.”
Dika: “Sama-sama.”
95

Edo: “Terima kasih, Kak Dika.”


Rara telat sampai di sekolah.
Rara: “Sorry. Macet sekali.”
Dika: “Maka dari itu, aku bilang bersama-sama saja.
Bagaimana kamu mengajarkan nilai-nilai baik untuk
anak-anak? Salah satunya tepat waktu.”
Rara: “Ya, Dik. Aku tahu. Maka dari itu, aku minta maaf.
Sudah, ya. Kalau akhir pekan seperti ini maunya senang-
senang sama kamu. Aku lelah sekali di kantor.”
Tabel 4. 14

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 22
1.19.08 – 1.19.27
Dialog
96

Kelvin: “Aku tahu kamu masih baru, Ra. Tapi aku


berharap banyak dari kamu.”
Rara: “Ya, Mas. Maaf.”
Kelvin: “Aku hampir memilih Marsha untuk gantikan
Sheila, tapi kamu minta kesempatan. Sekarang yakinkan
aku kalau aku tidak salah mengambil keputusan. Fokus!
Cek ulang! Masa angkanya hanya segitu!
Rara: “Ya, nanti akan saya cek lagi, Mas.”
Tabel 4. 15

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 23
1.22.13 – 1.22.51
Dialog
Rara: “Tolong kasih aku kesempatan untuk menjelaskan.”
Dika: “Kamu tahu, tidak, Ibu menyiapkan ini seperti apa?
Dia masak sendiri, belanja sendiri. Anak-anak tidur.
Menunggu kamu saja!”
Rara: “Ya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku tahu
kamu juga lagi bantu Ibu untuk bayar utang. Aku akan
ganti semuanya. Apa lagi, Dik? Aku sudah bilang
semuanya aku bayar.”
97

Dika: “Tidak semua orang yang lagi butuh uang jadi


kehilangan harga diri, Ra.”
Tabel 4. 16

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 24
1.23.18 – 1.23.51
Dialog
98

Fey: “Ra! Rara!”


Rara: “Ya, Fey?”
Fey: “Dika cerita tadi malam. Kenapa kamu tega?”
Rara: “Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”
Fey: “Soal kamu minum anggur bersama Marsha? Aku
mengerti. Aku lihat di Instagram dia.”
Rara: “Ya, lalu? Kamu kesal tidak diajak?”
Fey: “Kamu itu kenapa?”
Rara: “Kenapa apanya?”
Fey: “Serius, aku tanya. Kamu itu mengejar apa?”
Rara: “Mengejar hal-hal yang selama ini tidak bisa aku
dapatkan. Salah?”
Fey: “Kamu boleh mengejar apa pun yang kamu mau!
Tapi ingat, Ra. Kamu juga bisa kehilangan semua yang
kamu miliki.”
Tabel 4. 17

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 25
1.24.24 – 1.23.51
Dialog
Kelvin: “Berarti kalau dibandingkan dengan
99

kuartal sebelumnya kita ada penurunan 21%. Ini gawat!


Kalau seperti ini terus, kita bisa bubar.”
Marsha: “Kampanye kita sudah maksimal. Tapi kalau
penjualan kita tetap jelek.. Jangan-jangan, dari awal kita
sudah salah strategi.”
Rara: “Maksudnya?”
Marsha: “Aku tidak bilang riset kita salah. Hanya saja kita
perlu memikirkan semua kemungkinan.”
Rara: “Kalau riset kita salah seharusnya aku tidak duduk
di sini sekarang.”
Marsha: “Mungkin memang seharusnya kamu tidak
duduk di situ.”
Kelvin: “Rara pernah cerita, dia dahulu merasa tidak
aman. Mau jadi pusat perhatian, tapi dia tidak bisa. Tentu.
Siapa yang tertarik pada Rara yang dahulu, bukan? Tapi
lihat Rara sekarang. Kata kuncinya adalah "rasa tidak
aman". Kita harus buat semua perempuan merasa tidak
aman. Selalu merasa ada yang kurang, selalu merasa tidak
cukup menarik. Dengan demikian, mereka butuh
perubahan. Perubahan menjadi lebih cantik. Dengan
Malathi.”
Lalu kemudian Rara pingsan.
Tabel 4. 18
100

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 26
1.27.17 – 1.28.26
Dialog
101

Rara: “Wow.”
Lulu: “Eh... Hai, Kak. Kenapa tidak bilang Kakak mau
datang ke sini?”
Rara: “Sedang apa kamu?”
Dika: “Kelihatannya sedang apa?”
Rara: “Ini adikku sendiri, Dika.”
Dika: “Ya, aku tahu ini adik kamu. Lalu kenapa?
Masalahnya apa?”
Lulu: “Kak, tadi aku sama Kak Dika itu cuma mau...”
Rara: (memotong omongan Lulu) “Tidak usah ikut
campur! Panjat saja tangga sosial itu bersama pacar kamu
yang terkenal itu!”
Dika: “Hei, Lulu tidak salah.”
Rara: “Lulu anak yang paling cantik, baik. Paling
sempurna! Iya, bukan, Lu?”
Dika: “Kamu ini kenapa?”
Rara: “Kamu tidak mengerti!”
Dika: “Ya, sangat tidak mengerti!”
Rara: “Tidak pernah mengerti rasanya menjadi aku!
Selalu dibandingkan, selalu merasa kurang! Sekarang, aku
seperti ini. Sepertinya masih saja salah. Kenapa? Kamu
tidak percaya diri karena aku lebih sukses? Hm?”
Dika: “Kata-kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut
Rara yang dahulu.”
Rara: "Rara yang dahulu apa?”
Dika: “Yang menyalahkan kamu siapa?”
102

Rara: “Iya, kamu tidak menyalahkan aku.”


Dika: “Aku tidak pernah menyalahkan apa-apa!”
Rara: “Iya, tapi kamu juga tidak pernah menghargai
usahaku! Sampai jadi seperti ini, aku susah payah, Dik!”
Dika: “Sungguh, aku tidak kenal kamu.”
Tabel 4. 19

Gambar 4. 27
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 28
1.28.37 – 1.30.29
Dialog
Dika bertengkar dengan Ali sampai babak belur dan
kameranya rusak.
Ratih: “Abang itu yang sabar. Ibu itu takut kalau kamu
kenapa-kenapa. Kalau kamu tidak ada, lalu rumah ini
103

bagaimana? Masa Ibu kasih ke Neti? Nanti dijadikan


salon.”
Dika: “Ibu ini bicara apa?”
Ratih: “Sudah lama kamu tidak kelepasan seperti ini.
Biasanya ada Rara yang menenangkan.”
Dika: “Justru ini gara-gara Rara, Bu.”
Ratih: “Maksudnya?”
Dika: “Ya, sekarang Rara sudah berubah. Dia lebih
cantik, lebih kurus.”
Ratih: “Lalu, salahnya di mana?”
Dika: “Sekarang, dia lebih mementingkan penampilan
luar. Dandanannya, bajunya, rambutnya. Sementara
bagiku, Rara yang dahulu itu sudah sempurna.”
Ratih: “Kamu jangan egois.”
Dika: “Lho? Egois?”
Ratih: “Ya, mungkin sekarang dia sedang mencari jati
dirinya. Kamu dampingi. Apa pun hasilnya nanti, itu
hidup dia. Bukan hidup kamu. Kamu masih sayang Rara?
Jangan menyerah.”
Tabel 4. 20

Visualisasi
Durasi
104

Gambar 4. 29

Gambar 4. 30
1.31.29 – 1.32.44
Dialog
Debby: “Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa Lulu
menangis saat pulang? Rara, sudah makan cokelatnya.
Nanti diet kamu bagaimana?”
Rara: “Mama itu lebih peduli sama diet daripada perasaan
aku?”
Debby: “Sabar, Kak. Kamu kenapa?”
Rara: “Tanya saja anak kesayangan Mama yang lebih
cantik, lebih kurus, dan centil itu.”
Lulu: “Siapa yang kecentilan?”
Rara: “Kamu tidak usah mengelak. Sudah jelas-jelas!”
Lulu: “Jelas? Yang jelas itu Kak Dika itu terlalu baik buat
Kakak! Kakak itu tidak layak untuk Kak Dika!”
Rara: “Kamu tahu apa soal layak dan tidak layak? Kamu
sudah jadi anak emas sejak lahir!”
Debby: “Kakak!”
Lulu: “Jangan salahkan aku! Salahkan Mama!”
105

Debby: “Cukup! Mama sayang kalian berdua.”


Rara: “Tidak, Ma! Yang sayang aku hanya Papa! Dari
kita masih kecil, semua orang sudah tahu kalau Mama
hanya bangga sama Lulu! Aku yang hitam, gemuk ini
cuma jadi anak tiri! Aku tidak memilih lahir seperti ini,
Ma! Mama yang melahirkan aku!”
Tabel 4. 21
3. Alur Akhir

Gambar 4. 31
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 32
1.31.29 – 1.32.44
Dialog
Debby: “Ya. Waktu kamu lahir berat kamu empat
kilogram. Dan itu kejadian yang mengubah hidup Mama
106

selamanya, Ra. Karier Mama sebagai model berantakan.


Ini yang Mama maksud Perempuan itu sangat dinilai dari
penampilannya. Itulah kenapa Kenapa Mama minta kamu
berubah. Mama sayang sama kamu, Kak. Maafkan Mama.
Mungkin cara Mama salah. Maafkan.”
Rara: “Aku rindu Papa. Papa mungkin bangga melihat
kita seperti ini.”
Debby: “Terima kasih, Ra. Mama jadi bisa belajar untuk
menerima ini. Papa pasti senang.”
Rara: “Dan Papa pasti senang kalau Mama berhenti
membahas paha aku.”
Debby: “Aduh.” (tertawa kecil).
Rara: “Pipiku juga, Ma.”
Debby: “Oke.”
Mereka bertiga tertawa dan berbaikan.
Tabel 4. 22

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 33
1.36.20 – 1.37.00
Dialog
Rara: “Pagi.”
107

Fey: “Pagi. Wow.”


Rara: “Ini buat kamu, tanpa kacang. Fey, enak sekali.”
Fey: “Kamu kerasukan, Ra?”
Rara: “Ya. Kemarin-kemarin. Sekarang sudah waras
lagi.”
Fey: “Dalam rangka apa ini?”
Rara: “Dalam rangka permintaan maaf. Dan mau minta
tolong.”
Fey: “Hmm. Sogokan.”
Rara: “Kumohon. Bantu aku. Ikut aku, ya, sekarang.”
Tabel 4. 23

Visualisasi Gambar 4. 34
Durasi

Gambar 4. 35
108

Gambar 4. 36
1.36.20 – 1.37.00
Dialog
109

Rara: “Maafkan aku.”


Dika: “Karena?”
Rara: “Karena.. aku menyebalkan? Dan karena aku sudah
mengacaukan sesi foto kamu dengan Lulu.”
Dika: “Memang menyebalkan. Bagaimana, ya? Maafkan,
tidak?”
Rara: “Maafkan saja.”
Dika: “Aku maafkan.”
Rara: “Ayo. Sekarang, kamu ikut aku.”
Dika: “Ini sungguhan?”
Rara: “Sungguh.”
Dika: “Oke.”
Rara: “Kamu terbentur apa?”
Dika: “Terbentur.. restu ibu kamu. Jiaelah.”
Rara: “Sini.”
Dika: “Apa ini? Kenapa ada ini?”
Rara: “Sebentar.”
Dika: “Aku buka? Kamera Bapak? Kamu mau aku potret
pakai ini? Hasilnya sudah tidak sempurna.”
Rara: “Kamu yang mengajari aku cara mencintai
ketidaksempurnaan. Sekarang.. kalau jadi tidak sempurna
itu tidak apa-apa.kamu tunjukkan ke semua orang”
Debby, Lulu, Teddy, Neti, Endah, Maria, Prita:
“Kejutan!”
Tabel 4. 24
110

Gambar 4. 37

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 38

Gambar 4. 39
111

Gambar 4. 40
1.43.12 – 1.45.47
Dialog
Rara: “Jadi perempuan memang tidak mudah. Banyak
sekali ekspektasi yang membebani. Standar kecantikan
yang sering kali tidak masuk akal. Cantik itu langsing.
Cantik itu putih. Padahal, perempuan sangat beragam.
Ketika perusahaan ini berdiri Ibu Melinda memilih nama
Malathi bukan tanpa alasan. Malathi diambil dari bahasa
Sansekerta yang artinya "teman yang baik". Dan itulah
cita-cita kami untuk perempuan Indonesia. Teman yang
baik tidak menghakimi. Teman yang baik tidak
menyudutkan. Dan teman yang baik membantu kita
mengenal siapa kita sesungguhnya. Dan ini dia wajah
baru dari Malathi.”
Marsha: “Ra. Kamu keren, Ra. Kali ini, aku serius.
Selamat.”
Rara: “Terima kasih. Ya, sudah. Aku ke sana dahulu.”
Irene: “Selamat, Ra.”
Rara: “Thank you.”
112

Fey: “Wow, Bu Manajer. Di depan tadi, saat kamu


memberi ceramah, karena terharu, aku hampir menitikkan
air mata. Tapi aku malu kalau sampai menangis.”
Tabel 4. 25

Gambar 4. 41

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 42

Gambar 4. 43
1.48.25 – 1.49.45
113

Dialog
Dika: “Bangkit kembali berkat terobosan berani.”
Rara: “Siapa yang foto?”
Dika: “Rendang, Tante. Semoga semuanya suka.”
Debby: “Semuanya? Ini buat Tante sendiri. Untuk apa
bagi-bagi?”
Rara: “Ingat paha, Ma.”
Lulu: “Aku tidak ikutan!”
Debby: “Ternyata tidak enak diperlakukan seperti itu.”
Rara: “Dik, Mas Kelvin ajak rapat untuk kampanye
Malathi yang baru.”
Dika: “Bagaimana? Jadwal padat. Sibuk. Sepertinya
sudah butuh manajer. Iya, tidak, Tante?”
Debby: “Hah? Boleh. Tapi komisi Tante besar.”
Dika: “Ide buruk. Kalau begitu, tidak jadi. Biar sendiri
saja, Tante. Tidak apa.”
Nora, Magda, dan Monik datang.
Monik: “Rara, kamu kenapa gemuk lagi?”
Nora, Magda, dan Monik: “Kamu stres? Kamu dipecat?
Hamil?”
Debby: “Sist!”
Monik: “Aku tahu. Kamu sudah tidak olahraga lagi?”
Rara: “Masih, Tante. Tapi olahraga agar sehat, Tante.
Bukan agar kurus.”
Magda: “Tapi kamu lebih cantik saat kurus, Ra.”
Rara: “Ternyata, cantik juga belum tentu bahagia, Tante.”
Tabel 4. 26
114

Gambar 4. 44

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 45

Gambar 4. 46
1.49.49 – 1.45.47
Dialog
115

Monolog
Rara: “Dahulu, setiap mau naik timbangan aku takut.
Takut kalau angka yang muncul akan membuatku merasa
tidak berarti. Tapi sekarang aku belajar kalau timbangan
itu cuma menunjukkan angka, bukan nilai. Aku belajar
untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Karena
sesungguhnya, kita tidak perlu sempurna untuk bisa
bahagia.”
Tabel 4. 27

B. Data dan Hasil Temuan dari Konsep Diri dalam Film


Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan
1. Konsep Diri Negatif

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 47
11. 39 – 11.59
Dialog
116

Rara: “Mereka cantik-cantik.”


Dika: “Aduh, mulai!”
Rara: “Memang benar. Langsing, putih.”
Dika: “Ya, tidak apa-apa.”
Rara: “Kenapa kamu tidak malu bawa aku?”
Dika: “Sebenarnya malu. Tapi mau bagaimana lagi?”
Rara: “Aku serius.”
Tabel 4. 28

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 48
24.43
Dialog
Lulu mendapatkan komentar negatif tentang dirinya di
unggahan Instagramnya.
Tabel 4. 29

Visualisasi
Durasi
117

Gambar 4. 49
25.27 – 25.34
Dialog
Lulu: “Ma, muka aku lagi bulat, ya?”
Debby: “Lumayan.”
Tabel 4. 30

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 50
1.22.13 – 1.22.51
Dialog
Rara: “Tolong kasih aku kesempatan untuk menjelaskan.”
Dika: “Kamu tahu, tidak, Ibu menyiapkan ini seperti apa?
Dia masak sendiri, belanja sendiri. Anak-anak tidur.
Menunggu kamu saja!”
Rara: “Ya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku tahu
kamu juga lagi bantu Ibu untuk bayar utang. Aku akan
ganti semuanya. Apa lagi, Dik? Aku sudah bilang
semuanya aku bayar.”
Dika: “Tidak semua orang yang lagi butuh uang jadi
kehilangan harga diri, Ra.”
Tabel 4. 31
118

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 51
1.23.18 – 1.23.51
Dialog
Fey: “Ra! Rara!”
Rara: “Ya, Fey?”
Fey: “Dika cerita tadi malam. Kenapa kamu tega?”
Rara: “Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”
Fey: “Soal kamu minum anggur bersama Marsha? Aku
mengerti. Aku lihat di Instagram dia.”
Rara: “Ya, lalu? Kamu kesal tidak diajak?”
Fey: “Kamu itu kenapa?”
Rara: “Kenapa apanya?”
Fey: “Serius, aku tanya. Kamu itu mengejar apa?”
Rara: “Mengejar hal-hal yang selama ini tidak bisa aku
dapatkan. Salah?”
Fey: “Kamu boleh mengejar apa pun yang kamu mau!
Tapi ingat, Ra. Kamu juga bisa kehilangan semua yang
kamu miliki.”
Tabel 4. 32
119

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 52
1.27.17 – 1.28.26
Dialog
120

Rara: “Wow.”
Lulu: “Eh... Hai, Kak. Kenapa tidak bilang Kakak mau
datang ke sini?”
Rara: “Sedang apa kamu?”
Dika: “Kelihatannya sedang apa?”
Rara: “Ini adikku sendiri, Dika.”
Dika: “Ya, aku tahu ini adik kamu. Lalu kenapa?
Masalahnya apa?”
Lulu: “Kak, tadi aku sama Kak Dika itu cuma mau...”
Rara: (memotong omongan Lulu) “Tidak usah ikut
campur! Panjat saja tangga sosial itu bersama pacar kamu
yang terkenal itu!”
Dika: “Hei, Lulu tidak salah.” Rara: “Lulu anak yang
paling cantik, baik. Paling sempurna! Iya, bukan, Lu?”
Dika: “Kamu ini kenapa?”
Rara: “Kamu tidak mengerti!”
Dika: “Ya, sangat tidak mengerti!”
Rara: “Tidak pernah mengerti rasanya menjadi aku!
Selalu dibandingkan, selalu merasa kurang! Sekarang, aku
seperti ini. Sepertinya masih saja salah. Kenapa? Kamu
tidak percaya diri karena aku lebih sukses? Hm?”
Dika: “Kata-kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut
Rara yang dahulu.”
Rara: "Rara yang dahulu apa?”
Dika: “Yang menyalahkan kamu siapa?”
Rara: “Iya, kamu tidak menyalahkan aku.”
121

Dika: “Aku tidak pernah menyalahkan apa-apa!”


Rara: “Iya, tapi kamu juga tidak pernah menghargai
usahaku! Sampai jadi seperti ini, aku susah payah, Dik!”
Dika: “Sungguh, aku tidak kenal kamu.”
Tabel 4. 33

Gambar 4. 53
Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 54
1.31.29 – 1.32.44
Dialog
Debby: “Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa Lulu
menangis saat pulang? Rara, sudah makan cokelatnya.
Nanti diet kamu bagaimana?”
Rara: “Mama itu lebih peduli sama diet daripada perasaan
aku?”
122

Debby: “Sabar, Kak. Kamu kenapa?”


Rara: “Tanya saja anak kesayangan Mama yang lebih
cantik, lebih kurus, dan centil itu.”
Lulu: “Siapa yang kecentilan?”
Rara: “Kamu tidak usah mengelak. Sudah jelas-jelas!”
Lulu: “Jelas? Yang jelas itu Kak Dika itu terlalu baik buat
Kakak! Kakak itu tidak layak untuk Kak Dika!”
Rara: “Kamu tahu apa soal layak dan tidak layak? Kamu
sudah jadi anak emas sejak lahir!”
Debby: “Kakak!”
Lulu: “Jangan salahkan aku! Salahkan Mama!”
Debby: “Cukup! Mama sayang kalian berdua.”
Rara: “Tidak, Ma! Yang sayang aku hanya Papa! Dari
kita masih kecil, semua orang sudah tahu kalau Mama
hanya bangga sama Lulu! Aku yang hitam, gemuk ini
cuma jadi anak tiri! Aku tidak memilih lahir seperti ini,
Ma! Mama yang melahirkan aku!”
Tabel 4. 34
2. Konsep Diri Positif

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 55
1.36.20 – 1.37.00
123

Dialog
Rara: “Pagi.”
Fey: “Pagi. Wow.”
Rara: “Ini buat kamu, tanpa kacang. Fey, enak sekali.”
Fey: “Kamu kerasukan, Ra?”
Rara: “Ya. Kemarin-kemarin. Sekarang sudah waras lagi.”
Fey: “Dalam rangka apa ini?”
Rara: “Dalam rangka permintaan maaf. Dan mau minta
tolong.”
Fey: “Hmm. Sogokan.”
Rara: “Kumohon. Bantu aku. Ikut aku, ya, sekarang.”
Tabel 4. 35

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 56
1.42.49 – 1.43.00
Dialog
George: “Pipi! Pipi kamu! Ya, ampun!”
Lulu: “Hai, semua. Aku Lulu. Mantannya George. Dah!”
Tabel 4. 36
124

Gambar 4. 57

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 58

Gambar 4. 59
1.48.25 – 1.49.45
Dialog
Dika: “Bangkit kembali berkat terobosan berani.”
Rara: “Siapa yang foto?”
Dika: “Rendang, Tante. Semoga semuanya suka.”
125

Debby: “Semuanya? Ini buat Tante sendiri. Untuk apa


bagi-bagi?”
Rara: “Ingat paha, Ma.”
Lulu: “Aku tidak ikutan!”
Debby: “Ternyata tidak enak diperlakukan seperti itu.”
Rara: “Dik, Mas Kelvin ajak rapat untuk kampanye
Malathi yang baru.”
Dika: “Bagaimana? Jadwal padat. Sibuk. Sepertinya
sudah butuh manajer. Iya, tidak, Tante?”
Debby: “Hah? Boleh. Tapi komisi Tante besar.”
Dika: “Ide buruk. Kalau begitu, tidak jadi. Biar sendiri
saja, Tante. Tidak apa.”
Nora, Magda, dan Monik datang.
Monik: “Rara, kamu kenapa gemuk lagi?”
Nora, Magda, dan Monik: “Kamu stres? Kamu dipecat?
Hamil?”
Debby: “Sist!”
Monik: “Aku tahu. Kamu sudah tidak olahraga lagi?”
Rara: “Masih, Tante. Tapi olahraga agar sehat, Tante.
Bukan agar kurus.”
Magda: “Tapi kamu lebih cantik saat kurus, Ra.”
Rara: “Ternyata, cantik juga belum tentu bahagia, Tante.”
Tabel 4. 37
126

Gambar 4. 60

Visualisasi
Durasi

Gambar 4. 61

Gambar 4. 62
1.49.49 – 1.45.47
Dialog
127

Monolog
Rara: “Dahulu, setiap mau naik timbangan aku takut.
Takut kalau angka yang muncul akan membuatku merasa
tidak berarti. Tapi sekarang aku belajar kalau timbangan
itu cuma menunjukkan angka, bukan nilai. Aku belajar
untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Karena
sesungguhnya, kita tidak perlu sempurna untuk bisa
bahagia.”
Tabel 4. 38
BAB V
ANALISIS DATA

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan temuan data yang


terdapat dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan
menggunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov untuk
menganalisis seperti apa alur dan bagaimana konsep diri yang ada
dalam film. Berikut adalah hasil analisis temuan yang berkaitan
dengan teori di atas:
A. Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan
1. Alur Awal
Film ini dibuka dengan adegan di ruang tamu, di
mana terdapat sebuah keluarga yang baru saja memiliki
bayi dan sedang dijenguk oleh teman-teman dari ibu bayi
tersebut. Keluarga tersebut memiliki dua anak, sang
kakak, Rara terlahir dengan gen gemuk dan kulit sawo
matang warisan sang ayah (Hendro), sedangkan adiknya,
Lulu mengikuti gen ibu mereka (Debby) yang merupakan
mantan peragawati. Menurut teman-teman Debby (Nora,
Magda, dan Manik), beruntung Lulu memiliki paras yang
cantic seperti ibunya. Mendengar ucapan tersebut, Rara
yang memiliki paras seperti ayahnya pun sedih, lalu
Hendropun menasihati Rara untuk tidak mendengarkan
perkataan teman-teman ibunya.

128
129

Rara dan Lulu pun tumbuh dengan nasihat dari


ibunya agar bentuk badan mereka bagus sepertinya.
Namun ayahnya sangat tidak setuju dengan keinginan
ibunya yang seperti itu, ayahnya selalu membebaskan
Rara dan Lulu untuk makan sesuai keinginan mereka.
Kemudian saat ayah mereka meninggal, Rara dan Lulu
pun tumbuh dengan aturan menjaga bentuk badan dari
ibunya.
Sampai saat sudah dewasa, Rarapun tidak pernah
mempermasalahkan bentuk tubuhnya yang seperti itu.
Namun ia sering mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dari lingkungan sekitar dan tempatnya
bekerja. Di samping permasalahan yang ia hadapi, ia
memiliki kekasih (Dika) yang mencintainya tulus bukan
karena fisik, namun karena rasa nyaman dan kepribadian
Rara yang baik, ia juga memiliki sahabat di kantornya
bernama Fey. Selain itu Rara juga mengajar anak-anak
yang tidak mampu sekolah yang hidupnya di kelilingi
oleh tumpukan sampah. Berbeda dengan Rara, nasib
percintaan Lulu dengan kekasihnnya (George) justru
berbanding terbalik, George berpacaran dengan Lulu
hanya sekedar untuk menaikkan followers di
Instagramnya saja.
Lingkungan pekerjaannya dipenuhi oleh wanita
cantik yang memiliki badan ideal. Hal tersebut lama
kelamaan membuat Rara merasa tidak percaya diri dengan
bentuk tubuhnya. Posisi awal Rara di kantor adalah
130

sebagai staf bagian riset di sebuah perkantoran


perkantoran kosmetik bernama “Malathi”. Kemudian
Rara mendapatkan kesempatan untuk menaikkan
jabatannya, karena ada seorang manajer marketing yang
keluar.

2. Alur Tengah
Jabatan manajer marketing yang kosong tersebut
diinginkan oleh Rara dan juga teman sekantornya yaitu
Marsha. Hal tersebut membuat bos mereka, yaitu Kelvin
bimbang. Kelvin bimbang karena menurutnya, yang
diperlukan untuk menjadi seorang manajer marketing
bukan hanya isi kepala, namun penampilan juga. Rara pun
sedih mendengar penjelasan dari bosnya, karena ia merasa
tidak adil bila persyaratannya seperti itu. Selain karena ia
tidak percaya diri, banyak teman-temannya yang tidak
mendukungnya atau bahkan mengejeknya karena
permasalahan berat badannya dan bentuk tubuhnya yang
menurut mereka tidak pantas menduduki posisi yang lebih
di kantornya.
Setelah merasa sangat tertekan dan selalu
dicemooh oleh rekan kerja dan lingkungan sekitarnya,
kemudia ia mulai mendengarkan saran ibunya untuk
merubah pola makan dan lebih bisa merawat diri supaya
ia mendapatkan bentuk badan yang ideal. Rara pun
menghadap bosnya dan memintanya memberi kesempatan
untuk memperbaiki penampilannya agar ia dapat mengisi
131

jabatan manajer marketing yang kosong tersebut, dan


akhirnya ia diberi waktu satu bulan untuk berpenampilan
menarik.
Pada alur tengah ini adegan-adegan berfokus pada
proses yang dilalui Rara untuk menurunkan berat
badannya. Rara mulai bekerja keras untuk menurunkan
berat badan agar memiliki tubuh yang ideal dengan cara
berolah raga, dan minum jus buah dan sayur secara rutin
setiap harinya. Akhirnya usahanya untuk menurunkan
berat badan selama satu bulan penuh tidak sia-sia karena
Rara berhasil menjadi seorang wanita pada umumnya
yang cantik dan mempunyai penampilan yang menarik
serta dilirik banyak orang seperti rekan kerjanya di kantor.
Setelah Rara mendapatkan tubuh yang ideal dan
jabatan manajer marketing, konflik Rara dengan orang-
orang terdekatnya justru berdatangan. Hal tersebut dapat
terjadi karena sikap Rara terhadap teman dekatnya di
kantor dan terhadap kekasihnya sendiripun menjadi
berbeda jauh dan berubah drastis, karena menurut
kekasihnya sendiri yaitu Dika, ia merasakan bahwa Rara
yang sekarang tidak apa adanya dan tidak seperti yang
dulu, sampai-sampai pola hidupnya pun berubah. Rara
sebenarnya menyadari bahwa hubungannya dengan Dika
maupun dengan Fey sedikit renggang, tetapi ia masih
tetap acuh akan keadaan tersebut. Dika pun sempat
merasa kecewa dengan sikap Rara yang berubah.
132

Sampai akhirnya terjadi kesalahpahaman antara


Rara dengan adiknya, Lulu yang sedang melakukan
pemotretan untuk lomba yang diikuti Dika, dan jika
menang hadiahnya akan ia gunakan untuk melunasi
hutang ibunya. Karena kesalahpahaman tersebut, Rara
dan Lulu menangis di kamar masing-masing sesampainya
di rumah. Melihat Lulu menangis, membuat ibu mereka
menanyakan apa yang terjadi dengan mereka berdua
kepada Rara. Rara pun marah saat ditanya oleh ibunya,
mendengar Rara marah, Lulu pun ikut marah kepada Rara
karena menyalahkannya. Ibu merekapun ikut marah
melihat Rara dan Lulu bertengkar.
Alur tengah ini diakhiri dengan pertengkaran yang
besar antara Rara, Lulu dan ibunya yang disebabkan oleh
kesalahpahaman antara Rara, Lulu, dan Dika. Setelah
bertengkar, ibu mereka menceritakan alasannya selama ini
meminta Rara dan Lulu untuk menjaga bentuk tubuh. Ada
perasaan bersalah dari ibu Rara dan Lulu karena sudah
memperlakukan mereka berdua seperti itu hanya karena
pada dunianya dulu sebagai peragawati, penampilanlah
yang diutamakan.

3. Alur Akhir
Konflik dari film ini ialah perubahan yang terjadi
pada Rara yang tidak hanya ke bentuk fisik. Namun,
perangainya pun berubah. Dika, Fey, Lulu, dan ibunya
terkena dampak perubahan Rara. Pada alur akhir film ini
133

menceritakan bahwa karier Rara di kantor memang naik,


tapi dia tidak menyadari kalau perubahan dia bisa
membuatnya kehilangan semua yang sudah dia punya.
Setelah pertengkaran yang besar antara Rara, Lulu
dan ibunya yang disebabkan oleh kesalahpahaman antara
Rara, Lulu, dan Dika, mereka jadi lebih mengerti
bagaimana perasaan mereka masing-masing. Ibunya
mengerti kalau Rara dan Lulu tertekan karena dituntut
untuk bertubuh ideal dan berpenampilan menarik, pun
Rara dan Lulu mengerti mengapa ibu mereka menuntut
mereka untuk bertubuh ideal dan berpenampilan menarik.
Upaya penyelesaian masalah pada alur akhir ini
dilakukan oleh Rara sendiri pada keesokan harinya setelah
Rara dan keluarganya berbaikan, Rara menyiapkan
kejutan untuk meminta maaf kepada Dika sekaligus
membantu Dika untuk memotret Lulu, Fey, Neti, Maria,
Prita, dan Endah. Kemudian hasil foto yang diambil oleh
Dika akhirnya dipajang saat acara kantor Rara. Semua
yang hadir mengapresiasi ide Rara yang ditampilkan pada
acara tersebut.
Film ini memiliki akhir yang bahagia (happy
ending). Setelah adanya upaya penyelesaian masalah dan
alur cerita menuju keseimbangan kembali. Di penghujung
cerita, Rara kembali menjadi Rara yang apa adanya tanpa
memikirkan bentuk tubuh, penampilan, dan perlakuan
yang tidak menyenangkan dari orang lain.
134

B. Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan


Timbangan
1. Konsep Diri Negatif
Dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan, terdapat tokoh Rara sang pemeran utama, dan
adiknya, Lulu. Rara sering dihadapkan dengan perlakuan
yang tidak menyenangkan dari lingkungan sekitarnya
tentang bentuk tubuhnya, ia sering kali mendapat ejekan
mengenai bentuk tubuhnya yang dianggap tidak
proporsional bagi wanita seusianya. Hal tersebut pada
awalnya tidak dipedulikan oleh Rara karena ia sudah
terbiasa mendengarnya sejak kecil. Namun lama
kelamaan hal tersebut mulai membuatnya terganggu.
Dalam film ini dapat dilihat pada adegan saat Rara selesai
menemani Dika memotret, ia merasa minder melihat
teman-teman kerja Dika.
Selain itu, Lulu juga mengalami hal serupa dengan
Rara. Memiliki tubuh yang proposional, wajah yang
cantik, dan menjadi seorang influencer tidak membuatnya
terhindar dari ejekan mengenai bentuk wajahnya. Pujian
tentang dirinya memang banyak terucap dari para
pengikutnya, tetapi komentar buruk tentang dirinya pun
juga ada. Beberapa komentar mengenai pipi Lulu yang
besar cukup mengganggu pikirannya, seperti yang
terdapat pada adegan saat Lulu sedang melihat komentar
pada video iklan produk yang ia buat.
135

Dari adegan-adegan tersebut dapat dilihat bahwa


konsep diri Rara dan Lulu pada alur awal ini masuk dalam
karateristik konsep diri negatif, karena individu yang
memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat
apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik,
tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Hal tersebut sesuai dengan adegan yang disebutkan di
atas, di saat Rara dan Lulu memandang dirinya masing-
masing bahwa mereka tidak menarik, dan tidak disukai.
Kemudian pada alur tengah, Rara pun masih
memiliki konsep diri yang negatif, hal tersebut dapat
dilihat dari adegan-adegan saat Rara sudah berhasi
berubah mengikuti standar orang lain seusianya. Salah
satunya terdapat pada adegan di sekolah Lentera saat ia
ulang tahun, Rara mulai menolak kritik yang dilontarkan
Dika hingga mereka bertengkar. Kemudian pada adegan
di lorong antara Rara dan Fey, di sana pun terlihat Rara
yang juga menolak masukan dari sahabatnya sendiri,
bahkan merekapun juga sampai bertengkar. Bahkan Rara
juga merasa dikhianati Lulu pada adegan saat Lulu sedang
membatu Dika untuk pemotretan.
Beberapa adegan tersebut menunjukkan
pemahaman Rara tentang dirinya masuk dalam tanda-
tanda konsep diri negatif, yaitu cenderung merasa tidak
disayangi orang lain. Dia merasa tidak diperhatikan,
karena itulah dia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
136

sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan


keakraban persahabatan, berarti individu merasa rendah
diri atau bahkan berprilaku yang tidak disenangi,
misalnya membenci, mencela, atau bahakan yang
melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
2. Konsep Diri Positif
Setelah mengalami banyak konflik dan perubahan,
di alur akhir, Rara dan Lulu pun bisa mengatasi
masalahnya masing-masing. Dapat dilihat pada adegan
saat Rara dan Feyduduk bersama di kantor, di situ Rara
meminta maaf kepada Fey atas kesalahannya tidak mau
mendengarkan saran dari Fey padahal itu untuk
kebaikannya juga. Hal tersebut menunjukkan pemahaman
Rara tentang dirinya sudah masuk dalam tanda-tanda
konsep diri positif, karena ia berubah menjadi lebih baik
agar diterima di lingkungannya.
Kemudian Rara juga menunjukkan pemahaman
Rara tentang dirinya sudah masuk dalam tanda-tanda
konsep diri positif dengan tanda-tanda lain seperti pada
adegan, saat Rara berhasil membuat Malathi bangkit
dengan terobosan barunya. Di situ ia yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah, ia mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari
masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada
jalan keluarnya, dan terbukti pada adegan ini, Malathi
dapat maju kembali berkat kerja keras Rara.
137

Setelah berhasil mengatasi masalah dan juga


memperbaiki hubungannya dengan orang-orang terdekat,
Rara pun akhirnya bisa menerima dirinya yang apa
adanya dengan baik.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan
menceritakan bagaimana kehidupan Rara seorang perempuan
yang pintar namun memiliki tubuh yang kurang proposional
sesuai standar kecantikan pada umumnya, kesusahan dalam
pekerjaannya dan kehidupannya sehari-hari. Dari analisis
yang telah dilakukan, secara garis besar film ini memiliki alur
cerita yang sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian
manusia bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai
perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada
keluarga dan lingkungan sekitar. Secara rinci, film ini
menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
Film ini terbagi menjadi tiga alur, di mana alur awal
dari film ini berupa pengenalan karakter. Rara sejak kecil
selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya yang cantik dan
memiliki tubuh kurus serta kulit yang putih. Selain itu Rara
dikantor walaupun termasuk senior yang cerdas, dia selalu
dibanding-bandingkan dan diejek oleh karyawan lainnya.
Kemudian di alur berikutnya, yaitu alur tengah, mulai muncul
permasalahan, yaitu saat Rara yang hampir dipilih menjadi
pemimpin di perusahaannya terhalang oleh penampilannya
yang kurang mencerminkan perusahaan. Maka dari itu dia
mulai berusaha memperbaiki penampilannya hingga dia
mendapatkan posisi tersebut. Tapi ketika dia mendapatkan

138
139

posisi tersebut, hubungannya antara dia dengan teman serta


pacarnya rusak akibat sifatnya yang ikut berubah. Akhirnya
Rara menyadari bahwa tidak harus sempurna untuk bahagia.
Konsep diri yang terdapat dalam film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan, dibagi ke dalam tiga alur. Dari
adegan-adegan yang terdapat dalam film ini menujukkan
bahwa konsep diri negatif yang kemudian berubah menjadi
positif yang terdapat di diri Rara disebabkan oleh orang lain
dan kelompok rujukan.

B. Saran
Sebenarnya cerita di film ini mempunya arti yang
sangat besar. Namun, karena memang banyak menyajikan
komedi, untuk beberapa momen sentuhan isu yang
diceritakan jadi seperti tenggelam begitu saja dan pesannya
tidak terlalu tersampaikan dengan sempurna. Selain itu, 4
perempuan yang tinggal di kost Dika, sebagian perkataan
mereka kurang baik untuk didengar atau memakai bahasa
yang kotor atau jorok, meski film ini disajikan untuk umur 13
tahun keatas dan mengundang gelak tawa penonton tapi tetap
saja tidak etis untuk didengar.
Secara umum film Imperfect: Karier, Cinta dan
Timbangan ini adalah upaya untuk mengajarkan kita selalu
mensyukuri segala nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada
kita. Jangan hiraukan perkataan orang yang ada di sekitar,
tetap fokus kepada diri sendiri dan buktikan kepada mereka
bahwa kita mampu melakukan segala sesuatu hal dengan
140

kondisi tubuh yang tidak ideal atau bahkan tidak sempurna


menurut pandangan mereka di luar sana bahkan mungkin
yang ada di sekitar kita. Film ini sudah memenuhi kriteria
yang baik untuk sebuah film, ada unsur hiburan, edukasi, dan
juga informasi. Tanpa harus menyudutkan suatu pihak, film
ini bisa dijadikan contoh bagi yang ingin membuat film.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arbi, Armawati. 2012. Psikologi Komunikasi dan Tabligh.
Jakarta: Amzah.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi
Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosan
Reatama Media.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan
Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya.
Braston, Gill dan Roy Stafford. 2003. The Media Student’s.
London and New York: Routledge.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori,
Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
D. A, Peransi. 2005. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ
PRRESS.
Drs. Sunaryo, M.Kes. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Efendy, Onong Uchana. 2007. Ilmu Tori, dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk
Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

141
142

Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan


dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Gamble, Sarah. 2010. Pengantar memahami Feminisme dan
Postfeminisme. Jalasutra: Yogyakarta.
Irawanto, Budi. Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni
Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Jumroni. 2006. Metode-Metode Penelitian Komunikasi Cet.
Ke-1. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Kerafs, Gory. 1997. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kusnawan, Aep. 2004. Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Bandung: Benang Merah Press.
McQuail, Denis. 2009. Mass Communication and Culture.
London: Sage Publications.
Moleong, Lexy J.. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhtadi, Asep S., dkk., 2000. Dakwah Kontemporer.
Bandung: Pusdai Press.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta:
Homerian Pustaka.
Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung :
PT Remaja Rosadakarya.
143

Setyaningsih, Rita. 2012. Psikologi Komunikasi Suatu


Pengantar dan Perspektif Islam. Jawa Timur: Unida
Gontor Press.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media-Suatu Pengantar
Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2014. Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis,
dan Aplikasi. Bandung : PT Remaja Rosadakarya.
Soenarto, R.M.. 2007. Program Televisi, dari Penyusunan
sampai Pengaruh Siaran. FFTV,IKJ. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tentang Perfilman,
BAB 2 Dasar, Arah Tujuan, Pasal 4-7 tahun 1992.
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi.
Bogor Ghalia Indonesia.
Yohandi. Analisis Narasi Toleransi Beragama Dalam Film
99 Cahaya Di Langit Eropa. Universitas Ibrahimy
Situbondo.
B. Jurnal

Aziz, Maulana dan Nugroho Catur. 2018. “Nasionalisme


Dalam Narasi Cerita Film Analisis Narasi Tzvetan
Todorov Pada Film Habibie dan Ainun”, Jurnal:
Universitas Telkom. ProTVF. Vol. 2, Nomor 1.
144

C. Website
EXCLUSIVE INTERVIEW - Film Imperfect : Karier, Cinta
& Timbangan Produksi StarvisionPlus Brilio News
pada 5 November 2020
http://www.filmsite.org/filmgenres.html, diakses pada 8
September 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Boy_William pada 22
November 2020, pukul 08.50.
https://id.wikipedia.org/wiki/Clara_Bernadeth diakses 16
November 2019, pukul 13.10.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dion_Wiyoko diakses pada 15
November 2020, pukul 08.22.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Prakasa diakses pada 21
November 2020, pukul 02.48.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jessica_Mila diakses pada 29
November 2020, pukul 01.44.
https://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian diakses pada
pada 27 Oktober 2020, pukul 04.29.
https://id.wikipedia.org/wiki/Shareefa_Daanish diakses pada
21 November 2020, pukul 05.17.
https://id.wikipedia.org/wiki/Yasmin_Napper diakses pada 24
November 2020, pukul 03.59.
LAMPIRAN

Nama : Meira Anastasia


Jabatan : Penulis, dan Ko Sutradara
Hari, Tanggal : Rabu, 11 November 2020

Penulis: Apa perbedaan yang dibuat dari novel dan film ini?
Meira: Kalau di buku kan ceritanya aku sudah menikah, punya
anak, tapi kalau di sini (film) Rara masih pacaran, jadi kita bikin
se-related mungkin sama penonton. Bagaimana caranya untuk
membuktikan diri, bagaimana carnya untuk mempertahankan
hubungan percintaannya, dan bagaimana caranya untuk berteman
dengan timbangan.
Penulis: Film Imperfect: Karier, Cinta, dan Timbangan bercerita
tentang apa?
Meira: Pokoknya tentang penerimaan diri, dan juga tentang body
positivity, tentang body shaming juga, di mana seorang karakter
Rara yang diperankan oleh Jessica Mila, jadi adasesuatu yang
terjadi dengan kariernya yang berpengaruh dengan percintaannya
dan juga disepanjang film ini dia ada struggle dengan imbangan,
itu yang menjadi struggle hampir semua perempuan juga gitu
kalau mau naik timbangan udah khawatir duluan. Nah itu kenapa
kita kasih sub judulnya Imperfect itu Karier, Cinta, dan
Timbangan.
Penulis: Apakah ada perbedaan pendapat dengan Ernset selaku
sutradara saat produksi?

145
146

Meira: Film ini menjadi lebih berat karena ini sebenarnya


ceritanya dari buku aku, tapi yang eksekusi itu Ernest,. Jadi
berantemnya tuh lebih ke menurut aku gini, tapi menurut dia
nggak udah cukup, misalnya. Jadi kayak, oke, tapi kadang-kadang
dia mikir lagi, terus dia akan diskusi lagi. Jadi dari nulis, dari pre-
production ada hal yang memang aku request. Jadi ya berantem,
tapi diberanteminnya kalau pas lagi persiapan, yang memang
seharusnya di situ tempat kita berantem.
Penulis: Ada rasa kapok untuk berkolaborasi membuat film lagi?
Meira: Kita kan udah pernah, sebelum ini kan Milly dan Mamet,
sama tuh nulis bareng, dan aku udah mulai ikut co-directing tapi
masih lite lah. Di sini tuh gila banget, sampai di rumah tuh masih
kenceng. Jadi kayaknya mungkin nextnya dia mengexplore
sesuatu yang lebih santai, dan aku juga ngerasa kayaknya aku
nggak terlalu related deh sama cerita kamu nextnya gitu.

Anda mungkin juga menyukai