Anda di halaman 1dari 9

PROPAGANDA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI Oleh: Muhammad Mukhlis A.

Pendahuluan Komunikasi ada dimanan-mana : di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang dimeja makan; dikampus, ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil tentamen; dikantor, ketika kepala seksi membagi-bagi tugas; di mesjid, ketika muballigh berkhotbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat memutuskan nasib bangsa; juga ditaman-taman ketika seorang pecinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70 % waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita1. Berbicara tentang tentang proganda, dalam hal ini yang merupakan salah satu dari tiga perspektif komunikasi internasional yaitu diplomatik, jurnalistik dan propagandistik.2 Perspektik propagandistik ini, bidang komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan. Propaganda memiliki peran penting dalam komunikasi internasional. fakta dilapangan propaganda mengkolaborasikan pesan guna mendapatkan pengaruh secara persuasif. Umumnya digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang terorganisir yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan individu-individu masyarakat yang dipersatukan melalui manipulasi psikologis. Dalam makalah mungil ini akan mencoba membahas tentang propaganda sebagai sarana komunikasi. Dalam makalah ini akan mencoba membahas mengapa propaganda dikatakan sebagai sarana komunikasi.

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. vii Dedy Djamaluddin Malik dkk (ed), Komunikasi Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993) h. v.
2

B. Pembahasan Sebelum membahas lebih lanjut tentang propaganda sebagai media komunikasi ada baiknya secara sekilas kita mencoba memahami apa yang dimaksud dengan propaganda itu sendiri. Propaganda berasal dari bahasa Latin propagare artinya tukang kebun menyemai tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia propaganda adalah penerangan (paham, pendapat, dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu, biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk.4 Nurudin diantaranya:
5

mengutip

berbagai

definisi

propaganda

secara

istilah

1. Dalam Encylopedia International dikatakan propaganda adalah, Suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan. 2. Everymans Encylopedia diungkapkan bahwa propaganda adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu kepercayaan agama atau politik. 3. Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan propagandis. 4. Leonard. W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha sistematia yang dilakukan oleh individu masing-masing berkepentingan untuk mengontrol
Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 9. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 898. 5 Nurudin, Komunikasi.... h. 9-10
4 3

sikap kelompok individu lainnya dengan menggunakan sugesti dan sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut. Melihat berbagai definisi yang telah dikemukakan diatas agaknya penulis lebih cenderung kepada pendapat pertama yang walaupun memberikan definisi propaganda secara umum, akan tetapi memiliki makna yang jelas dan mudah untuk dipahami, jika kita melihat kepada pendapat yang lainnya misalnnya

pendapat ke 2 lebih menekankan kepada seni yang berarti menekankan kepada retorikanya. Dalam perspektif komunikasi internasional propaganda lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain atau masyarakat internasional secara keseluruhan. Upaya propaganda dipicu

sedemikian kuat bukan sekedar untuk mengarahkan opini publik internasional, menalinkan untuk memengaruhi pikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan khalayak (publik) di negara lain, baik negara lawan atau negara kawan.6 Dalam dunia internasional kita ketahui propaganda selalu ada, setiap negara memerlukan propaganda dalam memengaruhi negara lainnya demi kepentingan negaranya. Baik itu negara lawan atau negara kawan, misalnya saja kita lihat bagaimana perkembangan di Timur Tengah. Israel melakukan berbagai propaganda agar negara-negara lainnya tidak mengakui kedaulatan Palestina, walaupun pada akhirnya kita ketahui melalui media massa bahwa sebagian besar negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengakui/menyetujui kemerdekaan terhadap negara Palestina. Begitu juga ketika perang Irak dan Amerika, Amerika mengangkat isu adanya nuklir di Irak, akan tetapi faktanya itu tidak ada, Amerika berhasil mempropaganda negara-negara sahabatnya, seperti Inggris, Itali mereka berhasil memporakporandakan negara Irak dan menurunkan Presiden Irak Saddam Husein dari kekuasaannya. Begitu pula dengan negara Libya akibat propaganda yang dilakukan Amerika berhasil meluluhlantakkan Kekuasaan Muammar Khadafi, begitu pula
Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009) h. 33.
6

ketika mereka melakukan propagandis terhadap kelompok-kelompok yang kontra terhadap Muammar Khadafi. Pada dasarnya propaganda terklasifikasikan kepada tiga bagian, yaitu7: 1) White proganda atau propaganda putih adalah propaganda yang diketahui sumbernya. Propaganda yang dilakukan secara terang-terangan itu dapat diketahui dengan mudah, terutama dari media massa, baik dalam ajang kemiliteran, poitik maupun ekonomi. 2) Black propaganda, propaganda hitam sebagai terjemahan dari black propaganda adalah propaganda yang menunjukkan sumbernya, tetapi bukan sumber sebenarnya. 3) Gray propaganda, yang melancarkan propaganda jenis ini menghindari indentifikasi, baik sebagai sumber yang bersahabat, maupun sebagai sumber yang mempunyai sikap permusuhan. Ada ahli lain yang menganggap propaganda jenis ini tidak lebih dari propaganda hitam atau propaganda terselubung yang kurang mantap. Propaganda Perspektif Islam Melihat berbagai propaganda yang telah dilancarkan oleh Amerika pada negara-negara Timur Tengah maka, pada dasarnya Amerika menggunakan propaganda hitam, yaitu propaganda yang merupakan kebohongan belakang, Amerika sebagai negara maju membutuhkan bahan pokok seperti minyak bumi, sehingga terjadi serangan terhadap Irak dengan dalih adanya nuklir di negara tersebut. Melihat berbagai fenomena di dunia Internasional tentang propaganda, maka umumnya dilapangan yang terjadi seseorang, negara menggunakan propaganda demi kepentingan negaranya dan hanya berupa alasan padahal itu semua tidak benar. Melihat keadaan yang demikian ada baiknya kita melihat propaganda dalam perspektif Islam. Jika kita melihat makna dari propaganda itu maka dapat dilihat dan dipahami bahwasannya propaganda merupakan sebuah komunikasi.

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2011)

h. 164

Sehingga jika kita melihat propaganda dari perspektif Islam maka kita harus melihat melalui etika komunikasi perspektif Islam itu sendiri. prinsip dan tata komunikasi al-Quran juga mengetengahkan etika berkomunikasi dari sejumlah aspek moral dan etika komunikasi, paling tidak terdapat empat prinsip etika komunikasi dalam al-Quran yang meliputi fairness (kejujuran), konstruktif.8 Di antara prinsip dalam etika komunikasi juga sudah dilukiskan dalam alQuran dan hadis hal ini juga disinggung oleh Syukur Kholil dalam buku Antologi Kajian Islam dengan judul pembahasan; Komunikasi dalam Perspektif Islam diantaranya adalah sebagai berikut :9 1. Memulai Pembicaraan dengan Salam. Komunikator sangat dianjurkan untuk memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam, yaitu ucapan Assalamu alaikum. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah Hadisnya: accuracy (ketepatan/ketelitian), tanggungjawab dan kritik

Artinya: Dari Abdullah bin Amr bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, Amal perbuatan apakah di dalam Islam yang baik? Beliau

menjawab: Memberi makan (orang lapar) dan mengucapkan salam kepada orang yang telah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal.10 2. Berbicara dengan Lemah Lembut Komunikator dalam komunikasi Islam ditekankan agar berbicara secara lemah lembut, sekalipun dengan orang yang terang-terangan memusuhinya. Hal ini antara lain ditegaskan dalam Q.S.Thaha,20:34-44.

Maarif Amir, Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam (Jakarta: Logos, 1999), h. 13 Hasan Asari & Amroeni Drajat (ed), Antologi Kajian Islam. (Bandung: CitaPustaka Media, 2004) h. 253 -359. 10 Achmad Sunarto dkk, Tarjamah Shahih Bukhari Jilid I, (Semarang: Asy Syifa, 1992) h. 30 31.
9

3. Menggunakan Perkataan yang Baik. Disamping berbicara dengan lemah lembut, komunikator Islam juga harus menggunakan perkataan yang baik-baik yang dapat menyenangkan hati komunikan. Prinsip ini didasarkan kepada Firman Allah dalam Q.S.al-Isra/17: 53: 4. Menyebut hal-hal yang baik tentang Komunikan. Komunikan akan merasa senang apabila disebut hal-hal yang baik tentang dirinya. Keadaan ini dapat mendorong komunikan untuk melaksanakan pesanpesan komunikasi sesuai dengan yang diharapkan komunikator. 5. Nasehat yang Baik Nasehat yang baik antara lain disebutkan dalam Q.S.an-Nahl/16: 125 6. Adil Berlaku adil dalam berkomunikasi dinyatakan dalam Q.S.AlAnam/6:152. Komunikasi yang adil, akan menempatkan kita (komunikator dan komunikan) untuk tidak menimbulkan keberpihakan. Karena kata adil juga berarti sama dan seimbang dalam memberi balasan. Adapun yang dimaksudkan adil dengan tidak keberpihakan disini adalah tidak mengabaikan status sosial seseorang atau kelompok ketika kita harus menyampaikan sebuah informasi. 7. Menggunakan Bahasa dan Isi Pembicaraan yang Sesuai. Perlu dalam hal ini menyesuaikan bahasa dan isi pembicaraan dengan keadaan komunikan. Adapun dalam hal ini dinyatakan dalam Q.S.An-Nahl/16: 125 Ayat ini mengisyaratkan adanya tiga tingkatan manusia, yaitu kaum intelektual, masyarakat menengah dan masyarakat awam yang harus diajak berkomunikasi sesuai dengan keadaan mereka.

8. Lebih Dahulu Melakukan Apa yang Dikomunikasikan.

Dalam komunikasi Islam, komunikator dituntut untuk melakukan lebih dahulu apa yang disuruhnya untuk dillakukan orang lain. Allah amat membenci orang-orang yang mengkomunikasikan sesuatu pekerjaan yang baik kepada orang lain yang ia sendiri belum melakukannya. Hal ini dikemukakan dalam Q.S.alSaff/61: 2-3 9. Bersikap Jujur. Dalam al-Quran, jujur itu identik dengan amanah, tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui, adil atau tidak memihak, tidak bertentangan antara ucapan dan perbuatan, serta mempertimbangkan kewajaran dan kelayakan suatu informasi untuk disiarkan. Kejujuran dalam berkomunikasi, yakni menyampaikan pesannya secara benar dan berdasarkan fakta dan data tidak memutar balikkannya merupakan hal yang utama untuk diperhatikan bagi seorang muslim. Komunikasi yang tidak jujur (bohong) sangat begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, bahkan dalam pragmentasi sejarah rasul begitu juga dalam tradisi hadis rasul. Disamping itu, seorang komunikator Islam tidak boleh menyampaikan halhal yang tidak diketahui secara pasti kebenarannya, samar-samar, atau kabar angin yang tidak jelas sumbernya. Karena informasi tersebut juga dapat menyesatkan orang lain, dan dapat menimbulkan fitnah serta menghukum orang yang tidak bersalah. 10. Pesan Akurat. Penyampaian informasi yang tidak jelas sumbernya dan valid datanya adalah sangat potensial untuk menimbulkan fitnah. Maka dengan itu al-Quran secara tegas telah mengingatkan kepada kita agar sangat berhati-hati dan tidak terjebak kepada informasi bohong, hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti firman Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49: 6. 11. Bebas dan Tanggung Jawab. Dalam kegiatan komunikasi Islam, komunikator mempunyai kebebasan dalam menerima dan menyampaikan informasi, baik secara lisan, tulisan ataupun

isyarat. Komunikator juga tidak dapat memaksakan kehendaknya agar pesanpesan yang disampaikannya, dapat diterima orang lain (komunikan). Pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai kebenaran sekalipun tidak dapat dipaksakan kepada orang lain, termasuk nilai-nilai agama. Namun kebebasan yang diberikan untuk menerima dan menyebarkan informasi tersebut, harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Dalam arti, informasi yang disampaikan haruslah benar, cara penyampaiannya juga benar serta dapat mewujudkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. 12. Kritik Membangun. Pesan-pesan komunikasi yang bersifat membangun sangat ditekankan dalam komunikasi Islam. Kritik membangun yang disampaikan oleh komunikator ataupun komunikan, dapat menjadi bahan untuk perbaikan pada masa depan, dan dapat menghindari pengulangan kesalahan. Keadaan ini diisyaratkan Q.S. alAsr/103: 1-3.

Penutup Melihat berbagai pengertian dari propaganda yang telah disebutkan diatas makan tidak dapat dipungkiri bahwasannya propaganda merupakan sesuatu yang diperbolehkan dan bukan sesuatu yang dipermasalahkan asalkan sesuai dengan etika-etika komunikasi menurut perspektif Islam.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Amir, Maarif. Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999. Asari, Hasan & Amroeni Drajat (ed). Antologi Kajian Islam. Bandung: CitaPustaka Media, 2004. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: Rosdakarya, 2011. Malik, Dedy Djamaluddin dkk (ed). Komunikasi Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008. Shoelhi, Mohammad. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2009. Sunarto, Achmad dkk. Tarjamah Shahih Bukhari Jilid I. Semarang: Asy Syifa, 1992.

Anda mungkin juga menyukai