Anda di halaman 1dari 9

Sawerigading, Vol. 16, No.

1, April 2010: 136—143

SAWERIGADING
Volume 16 No. 1, April 2010 Halaman 136—143

ANALISIS STRUKTURALISME DINAMIK


DALAM PUISI “LET ME NOT TO THE MARRIAGE OF TRUE
MINDS” KARYA WILLIAM SHAKESPEARE
(Dynamic Structuralim Analysis of the poem “Let Me Not to The Marriage of True
Minds” by William Shakespeare)

Besse Darmawati
Balai Bahasa Ujung Pandang
Jalan Sultan Alauddin, Tala Salapang Km 7 Makassar 90221
Telepon (0411) 882401, Fax. (0411) 882403
Pos-el: e-mail: darmawatibesse@yahoo.com
Diterima: 5 Desember2009: Disetujui: 3 Maret 2010

Abstract
The objective of this research was to analyze the poem of “Let Me Not to the Marriage
of True Minds” by William Shakespeare through Dynamic Structuralism Approach.
The design of this research was descriptive qualitative. Techniques of collecting data
in this research were through two main ways, reading comprehension and notation
technique. Technique of data analysis in this research was reading and putting the
data from the poem through the notation technique, then analyze them till the end in
getting theme or messages of the poem by using the dynamic structuralism approach.
As the result, the poem shows love which focuses on true love to interweave a love to
be loved.

Key words: poetry, love, dynamic structuralism

Abstrak
Tujuan dari pada tulisan ini adalah untuk menganalisis puisi yang berjudul“Let Me Not
to the Marriage of True Minds” karya William Shakespeare melalui pendekatan struk-
turalisme dinamik. Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah melalui dua teknik utama yaitu membaca dan mencatat. Teknik
analisis data yang ditempuh adalah membaca puisi dan mencatat hal-hal penting yang
berkenaan dengan kepentingan analisis, kemudian menganalisis data tersebut dari awal
hingga akhir dengan menemukan tema dan amanat dari puisi tersebut melalui pendeka-
tan strukturalisme dinamik. Hasilnya, puisi tersebut bertemakan cinta dengan
mengedepankan cinta sejati dalam menjalin hubungan cinta kasih dengan sang pujaan
hati

Kata kunci: puisi, cinta, strukturalisme dinamik

136
Besse Darmawati: Analisis Strukturalisme Dinamik….

1. Pendahuluan puisi dengan karya sastra yang lain adalah


Puisi pada hakikatnya melibatkan bentuk yang utuh. Dari segi bentuk,
tiga unsur penting, yaitu fungsi estetik, penulis belum pernah menemukan puisi
kepadatan dan ekspresi yang tidak yang ditulis sepotong-sepotong atau secara
langsung. Secara estetik, puisi merupakan bertahap. Dalam puisi, tidak dikenal puisi
salah satu bentuk karya sastra yang bersambung, tetapi pada jenis karya sastra
memiliki fungsi estetik paling baik dan lain, misalnya novel, terkadang ditemukan
dominan. Karena fungsi estetiknya paling cerita bersambung dalam novel. Puisi pada
baik dan dominan, sudah jelas bahwa puisi umumnya tercipta secara utuh dan
itu memiliki keindahan atau bersifat puitis. lengkap. Setiap kali puisi tercipta,
Puisi sebagai karya estetik memiliki arti pengarang langsung menciptakan
dan makna yang begitu indah. Keindahan karyannya secara utuh dan lengkap
puisi dapat diperoleh dari aktivitas meskipun terkadang diakhiri dengan tanda
pemadatan, yakni mengemukakan sesuatu tanya, tetapi bukan berarti bahwa puisi
secara garis besarnya saja, sehingga puisi tersebut bersambung atau tidak selesai.
memiliki esensi dan menjadi ekspresi Oleh sebab itu, puisi mudah dicerna dan
esensi. Kemudian, ekspresi yang dicermati oleh pembaca sekaligus dalam
disampaikan melalui kiasan merupakan waktu yang sama.
ekspresi tidak langsung. Ketaklangsungan Akan tetapi, para pecinta puisi
ekspresi dalam puisi disebabkan oleh yang ingin mengetahui lebih jauh tentang
penggantian arti, penyimpangan arti dan arti sebuah puisi yang dibacanya, tentu
penciptaan arti (Pradopo, 2002: 315--318) saja mereka merasakan bahwa tidaklah
Berdasarkan ketiga unsur tersebut cukup jika hanya sekadar membaca puisi
di atas yang saling melengkapi, puisi pada semata, melainkan harus mengkajinya
akhirnya menjadi suatu karya sastra yang lebih mendalam. Salah satu langkah yang
paling banyak diminati oleh khalayak dari dapat dilakukan untuk mengkaji puisi
berbagai kalangan, baik itu anak-anak, secara lebih mendalam adalah melakukan
remaja, dewasa maupun orang tua. Puisi analisis terhadap puisi yang ingin
kini banyak digemari karena bentuknya diketahui lebih mendalam pula. Ada
yang singkat dan praktis. Karena beberapa cara yang dapat ditempuh oleh
bentuknya yang singkat dan praktis, maka para pecinta sastra untuk menganalisis
puisi mudah dibaca dan tidak sebuah karya sastra, terlebih lagi dalam
membutuhkan terlalu banyak waktu untuk menganalisis karya sastra jenis puisi,
membacanya. Bahkan, puisi mudah diingat misalnya menganalisis sebuah karya sastra
dan mudah dihafal karena bentuknya yang dari sudut pandang strukturalnya,
singkat. Berbeda halnya dengan karya sosiologinya, historisnya, hubungannya
sastra lain yang bentuknya lebih panjang, dengan pengarang atau pembaca, dan lain-
misalnya novel, yang membutuhkan lain.
banyak waktu untuk membacanya dan Dari berbagai sudut pandang
sangat tidak memungkinkan untuk analisis yang dapat ditempuh untuk
menghafalnya. Mungkin yang dapat menganalisis sebuah karya sastra, penulis
diingat dari sebuah novel hanyalah cerita memandang perlu untuk menganalisis
secara garis besarnya saja, tetapi kata demi puisi secara strukturalnya terlebih dahulu,
kata dalam novel tersebut mustahil dapat kemudian menghubungkannya dengan
dihafalkan. realitas yang ada dewasa ini. Oleh sebab
Hal lain yang membedakan antara itu, pada tulisan ini, penulis hendak

137
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 136—143

memperkenalkan sebuah puisi Inggris ketat, sedangkan puisi disebut sebagai


yang tak kalah pentingnya untuk dianalisis karangan terikat berarti bahwa puisi itu
sebagaimana halnya dengan puisi-puisi terikat oleh aturan-aturan ketat. Hal ini
Indonesia yang termashur. Puisi tersebut tampak pada puisi lama yang harus
berjudul“Let Me Not to The Marriage of mengikuti aturan-aturan yang tidak boleh
True Minds” karya William Shakespeare. dilanggar, seperti aturan bait, baris, jumlah
Puisi tersebut akan dianalisis dengan kata, dan pola sajak, terutama sajak
terlebih dahulu mengenal puisi secara terakhir. Namun dalam perkembangannya,
strukturalnya melalui pendekatan puisi mengalami banyak perubahan. Hal
strukturalisme dinamik. ini terjadi karena para penyair dewasa ini
Berkenaan dengan latar belakang protes dan berusaha melepaskan diri dari
yang telah dipaparkan, penulis dapat aturan-aturan yang ketat itu, sehingga
merumuskan pokok masalah yang menjadi lahirlah apa yang disebut dengan sajak
prioritas analisis dalam tulisan ini, yaitu bebas.
bagaimanakah analisis stukturalisme Akan tetapi, pengertian puisi
dinamik terhadap puisi “Let Me Not to The secara umum tertuang dalam Kamus Besar
Marriage of True Minds” karya William Bahasa Indonesia atau KBBI (2008), puisi
Shakespeare? adalah ragam sastra yang bahasanya terikat
Berdasarkan latar belakang dan oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
masalah yang telah dikemukakan, maka larik dan bait. Puisi adalah gubahan dalam
tulisan ini bertujuan untuk bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata
mendeskripsikan hasil analisis secara cermat sehingga mempertajam
strukturalisme dinamik terhadap puisi “Let kesadaran orang akan pengalaman dan
Me Not to The Marriage of True Minds” membangkitkan tanggapan khusus lewat
karya William Shakespeare. penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Puisi adalah sajak. Dengan demikian, puisi
2. Kerangka Teori merupakan imajinasi pengarang dalam
2. 1 Puisi menuangkan pikiran dan perasaannya
Secara etimologis, istilah puisi sehingga membentuk sebuah karya yang
berasal dari bahasa Yunani, yakni poeima dapat berterima oleh pembacanya.
yang berarti “membuat” atau poeisis yang 2.2 Strukturalisme Dinamik
berarti “pembuatan”, kemudian dalam Berbicara tentang kajian sastra,
bahasa Inggris disebut poem atau poetry. kita dihadapkan dengan sejumlah konsep
Dengan demikian, puisi dapat diartikan kajian yang bertujuan untuk menganalisis
sebagai kegiatan membuat atau perbuatan karya sastra. Untuk memahami makna
karena pada dasarnya seseorang yang terkandung dalam sebuah karya
menciptakan dunia tersendiri melalui puisi. sastra, dipandang perlu untuk melakukan
Puisi bisa saja berisi pesan atau suasana- analisis terhadap karya sastra itu sendiri.
suasana tertentu, baik fisik maupun Salah satu hal yang paling prinsip dalam
batiniah (Aminuddin: 2000:34) kajian sastra adalah menganalisis karya
Berbeda halnya dengan sastra secara strukturalnya, kemudian biasa
pengertian puisi menurut Pradopo (2002: dikenal dengan istilah strukturalisme. Di
306) yang membedakan karya sastra jenis dalam pengkajian sastra modern,
prosa dan puisi. Menurutnya, prosa disebut menganalisis sebuah karya sastra secara
sebagai karangan bebas berarti bahwa struktural itu bermacam-macam, yaitu
prosa itu tidak terikat oleh aturan-aturan strukturalisme klasik, strukturalisme

138
Besse Darmawati: Analisis Strukturalisme Dinamik….

formal, strukturalisme genetik, atau kini merancang kerja kritik yang


strukturalisme dinamik. menganalisis sastra dengan memanfaatkan
Salah satu konsep yang kita bahas teori kebahasaan mutakhir. Gambaran
dalam tulisan ini adalah menganalisis tersebut menunjukkan bahwa
karya sastra melalui pendekatan strukturalisme sebagai suatu pandangan
strukturalisme dinamik. Menurut Sayuti dan metode memiliki fleksibilitas yang
(2002:85), strukturalisme dinamik tinggi, dapat menyesuaikan diri, sehingga
merupakan suatu pandangan yang tumbuh lahir pandangan strukturalisme dinamik
akibat sutu proses yang relatif panjang, sebagai kelanjutan dari strukturalisme
sehingga pemahaman terhadap latar klasik.
historisnya menjadi sesuatu yang penting. Pengkajian sastra berdasarkan
Strukturalisme berpandangan bahwa untuk strukturalisme dinamik merupakan
menanggapi karya sastra secara objektif pengkajian strukturalisme dalam rangka
haruslah berdasarkan pada teks karya semiotik, yang memperhatikan karya
sastra tersebut. Pengkajian terhadap sastra sastra sebagai sistem tanda (Pradopo,
hendaknya diarahkan pada bagian-bagian 2002). Sebagai tanda, karya sastra
karya sastra dalam menyangga secara mempunyai dua fungsi, yaitu (a) bersifat
keseluruhan, dan sebaliknya keseluruhan otonom, artinya tidak menunjuk di luar
itu terdiri dari bagian-bagian. Pandangan dirinya; dan (b) bersifat informasional,
ini merupakan reaksi terhadap pandangan artinya menyampaikan pikiran, perasaan
mimisis dan romantik yang menekankan dan gagasan. Kedua sifat tersebut saling
karya sastra sebagai tiruan objek-objek di bergayutan, sehingga karya sastra selalu
luarnya. Oleh karena itu, sebuah karya dinamis.
sastra yang ingin dikaji hendaknya Pernyataan di atas secara jelas
menekankan aspek ekspresivitas sastra, memberikan pemahaman bahwa jika ingin
yaitu mempertimbangkan biografi mengkaji sebuah karya sastra dengan
pengarang dan sejarah kelahiran suatu menerapkan pendekatan strukturalisme
karya sastra. dinamik, ada dua hal yang perlu
Di sisi lain, muncul pula paham diperhatikan, yaitu (a) karya sastra sebagai
pragmatisme yang menekankan isi dan sebuah struktur berdasarkan unsur-unsur
fungsi sebuah karya sastra dalam relasi atau elemen-elemen yang membentuknya;
kehidupan sosialnya. Namun, paham ini dan (b) karya sastra berkaitan dengan
pun mendapat reaksi keras oleh kaum pengarang, realitas dan pembacanya.
formalis. Para formalis Amerika yang Kedua hal tersebut memiliki kaitan erat
bergabung dalam mazhab kritik baru antara yang satu dengan yang lainnya. Di
menekankan bahwa karya sastra dianalisis suatu sisi, pengarang melalui kata-katanya
sebagai suatu objek yang mandiri, yang sebagai pembawa makna ke dalam struktur
bebas dari ikatan dunia luar atau dari karya sastra, dan di sisi lain, pembaca
sejarah kemasyarakatan dan sejarah sastra. sebagai penafsir atas makna-makna
Paham ini pun tidak berlangsung lama. tersebut. Keduanya bersumber pada
Menurut catatan Sukada (1993: 6) konvensi budaya yang telah berkembang
sesungguhnya sejak zaman Aristoteles, dan berlangsung dalam realitas.
para kritikus menekankan pentingnya
struktur, meskipun terwujud dengan cara-
cara yang berbeda dalam mengkaji karya
sastra. Namun demikian, kritik strukturalis

139
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 136—143

3. Metode Penelitian b. Identifikasi, yaitu menentukan satu puisi


3.1 Jenis Penelitian yang menarik dan layak untuk dianalisis
Penelitian ini merupakan c. Membaca, yaitu membaca teks puisi
penelitian deskriptif kualitatif dengan sambil menghayatinya hingga beberapa
memaparkan analisis strukturalisme kali.
dinamik terhadap puisi yang berjudul “Let d. Mencatat, yaitu mencatat hal-hal yang
Me Not to The Marriage of True Minds” dianggap penting sebagai bahan untuk
karya William Shakespeare. menganalisis puisi “Let Me Not to The
3.2 Data dan Sumber Data Marriage of True Minds” karya William
Dalam penelitian ini, sebuah puisi Shakespeare melalui pendekatan
yang berjudul “Let Me Not to The strukturalisme dinamik.
Marriage of True Minds” karya William
Shakespeare merupakan data inti yang 4. Pembahasan
akan dianalisis oleh penulis. Puisi ini 4.1 Teks puisi
bersumber dari buku yang berjudul Sound
and Sense: An Introduction to Poetry, LET ME NOT TO THE MARRIAGE OF TRUE
Third Edition, oleh Laurence Perrine, MINDS
halaman 342. Buku ini telah diterbitkan Let me not to the marriage of true minds
oleh Harcourt, Brace & World, Inc. di Admit impediments. Love is not love
Which alters when it alteration finds
New York pada tahun 1969.
Or bends with the remover to remove.
Di samping data inti, puisi
O no! it is an ever-fixed mark
tersebut didukung oleh data sekunder That looks on tempests and is never shaken;
berupa buku-buku bahasa dan sastra yang It is a star to every wandering bark,
relevan dengan masalah yang akan Whose worth’s unknown, although his height
dibahas. Ditambah lagi dengan hasil-hasil be taken.
penelitian terdahulu yang membahas Love’s not Time’s fool, though rosy lips and
tentang puisi atau karya tulis ilmiah yang cheeks
membahas tentang analisis puisi dengan Within his bending sickle’s compass come;
menggunakan berbagai jenis metode atau Love alters not with his brief hours and weeks,
pendekatan. But bears it out even to the edge of the doom.
If this be error and upon me proved,
3.3 Teknik Pengumpulan Data
I never writ, nor no man ever loved
Penelitian ini adalah penelitian
pustaka (library research), sehingga studi William Shakespeare (1564-1616)
pustaka tidak luput dari tulisan ini. Teknik
pengumpulan data yang ditempuh oleh 4.2 Analisis Puisi Melalui Pendekatan
penulis adalah teknik membaca dan Strukturalisme Dinamik
mencatat hal-hal yang dianggap perlu Secara struktural, puisi “Let Me
untuk kepentingan analisis. Not to the Marriage of True Minds”
3.4 Teknik Analisis Data dikemukakan oleh Me “aku” bahwa aku
Berdasarkan tujuan yang hendak tidak menikah secara nyata. Me di dalam
dicapai, maka dalam tulisan ini penulis puisi ini menunjukkan seorang lelaki yang
menempuh teknik analisis data sebagai tidak akan menikah karena tidak
berikut. mendapatkan tambatan hatinya.
a. Inventarisasi, yaitu mengumpulkan Pada baris ke-1, puisi ini diawali
beberapa puisi yang dianggap menarik dengan pernyataan yang sama bahwa aku
menurut penulis.

140
Besse Darmawati: Analisis Strukturalisme Dinamik….

tidak akan menikah secara nyata karena sampai menemui ajalnya, yang biasa
berbagai rintangan dalam menjalin cinta dikenal dengan istilah cinta mati.
kasih (baris ke-2), sehingga dikatakan Dua baris terakhir yang ditulis
bahwa cinta itu bukan cinta. Kemudian berbeda dengan sebelumnya, sajaknya
pada baris ke-3 dan ke-4, rintangan dalam menunjukkan simpulan dari puisi secara
menjalin cinta kasih dengan pujaan hati keseluruhan bahwa jika ini adalah sebuah
dipertegas lagi dengan ungkapan bahwa kesalahan, maka akan menjadi bukti pada
cinta akan berubah jika menemukan dirinya (baris ke-13). Kemudian, Me “aku”
perubahan dan cinta akan berpindah jika dalam puisi berubah menjadi I “saya”.
ada yang memindahkannya. Dengan Dalam hal ini, pengarang melibatkan
demikian, jelas bahwa bait-1 ini dirinya dalam dunia puisi yang
mengawali puisi dengan cinta tak diciptakannya dengan menyatakan bahwa
berkesampaian karena terlalu banyak aral saya tidak pernah menulis dan tak seorang
yang melintang dalam menjalin cinta kasih pun yang mencintai (baris ke-14). Karena
terhadap sang pujaan hati. pengarang tidak memiliki objek yang
Pada bait berikutnya, tepatnya sesungguhnya, maka cinta pengarang tidak
baris ke-5 diakui oleh aku bahwa rintangan akan terwujud.
-rintangan itu merupakan tanda atau Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
petunjuk bagi orang yang belum bahwa secara keseluruhan pengarang
mendapatkan pujaan hatinya. Namun, cinta melibatkan dan menggambarkan dirinya
itu bukan cinta telah menjadi sebuah dalam persajakan atas puisi yang
prahara bagi si aku bahwa cintanya tak diciptakannya. Pada puisi tersebut tidak
akan goyah (baris ke-6). Cinta adalah jelas siapa yang mencintai dan yang
bintang bagi setiap pengembara (baris ke- dicintai sehingga tidak mungkin terjadi
7) yang sangat tinggi nilainya, tetapi tidak perkawinan secara nyata. Karena cinta
dapat diperjualbelikan (baris ke-8). yang tidak nyata, maka tidak akan
Dengan demikian, bait ke-2 ini semakin menikah secara nyata pula. Akan tetapi,
memperjelas keadaan si aku yang belum pengarang menggambarkan bagaimana
mendapatkan pujaan hatinya. Ia pentingnya sebuah cinta sejati dalam
menekankan tulusnya cinta yang tak akan menjalin sebuah hubungan dengan
pernah goyah dan memandang cinta itu seseorang sebagai tambatan hati.
sebagai bintang yang sangat berharga, Pengarang pun menegaskan betapa
namun tak dapat diperjualbelikan atau pentingnya mempertahankan cinta sejati
dipindahtangankan. itu karena cinta sejati sangat berharga bagi
Pada bait ke-3, ditegaskan bahwa manusia dan tidak dapat diperjualbelikan
cinta sejati adalah cinta yang tak kepada sesama manusia. Cinta adalah
memandang kecantikan/ketampanan milik pribadi seseorang yang tidak
seseorang (baris ke-9). Cinta sejati adalah mungkin dimiliki oleh orang lain
cinta yang berada dalam lingkup batas meskipun cinta pengarang dalam puisinya
kewajaran (baris ke-10). Cinta tak akan tak akan pernah berkesampaian karena apa
berubah walau ditelan masa (baris ke-11). yang digambarkan oleh pengarang
Cinta tetap ada hingga ajal tiba (baris ke- hanyalah angan-angan belaka. Hal ini
12). Dengan demikian, bait ke-3 ini dipertegas pada dua baris terakhir yang
menunjukkan betapa tingginya cinta si aku menyatakan bahwa I never writ, “aku
dan betapa tulusnya perasaan si aku, (pengarang) tidak pernah menulis”,
sehingga harus mempertahankan cintanya sehingga tidak jelas keberadaan antara

141
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 136—143

siapa yang mencintai dan siapa yang menjalin hubungan yang lebih serius dan
dicintai. Dengan demikian, cinta dalam bermakna; dan (3) keyakinan terhadap
puisi hanyalah khayalan belaka yang tak cinta tak akan goyah hingga akhir hayat.
kunjung tiba.
Meskipun cinta pengarang tidak 5. Penutup
terwujud, namun pengarang telah memberi Dalam ruang lingkup kesusas-
semangat kepada segenap pembacanya traan, pendekatan strukturalisme dinamik
agar senantiasa menjaga dan penting untuk diterapkan dalam mengana-
mempertahankan cinta sejatinya manakala lisis sebuah puisi, baik puisi klasik
menjalin hubungan cinta kasih dengan maupun puisi modern dengan mengede-
orang yang dicintainya. Dengan keyakinan pankan analisis strukturalismenya. Puisi
yang tinggi terhadap cinta sejati yang “Let Me Not to the Marriage of True
dimiliki, seseorang dapat memeroleh Minds” telah dianalisis berdasarkan
kepuasan dan ketenangan hidup yang pendekatan strukturalisme dinamik,
belum tentu dapat dimiliki oleh orang lain. sehingga pemahaman terhadap kandungan
Mencintai seseorang tidaklah memandang puisi tersebut dapat diperoleh dengan baik.
harta dan kecantikan, namun keikhlasan Secara garis besarnya, puisi “Let
dan ketulusan menjadi akar dari sebuah Me Not to the Marriage of True Minds”
cinta sejati. Cinta sejati adalah cinta yang merupakan puisi cinta yang menggam-
sesungguhnya yang tak dapat dibuat-buat, barkan betapa pentingnya keyakinan
tetapi tercipta dengan sendirinya sebagai dalam menjalani hidup ini, begitu pula
milik individu. halnya dengan cinta sejati dalam menjalin
4.3 Tema hubungan kasih dengan pujaan hati. Dalam
Setelah menganalisis puisi “Let puisi ini, kita ditekankan agar memperta-
Me Not to the Marriage of True Minds” hankan cinta sejati kita terhadap apa dan
karya William Shakespeare, penulis dapat siapa yang kita cintai. Cinta tak akan
merumuskan tema puisi tersebut sebagai goyah walau ajal datang menjemput, itulah
sebuah puisi cinta yang mengedepankan cinta sejati.
keyakinan terhadap kekuatan cinta sejati Setelah menganalis puisi “Let Me
yang tertuang dalam puisi sebagai true Not to the Marriage of True Minds” karya
love “cinta yang sesungguhnya” sebagai William Shakespeare melalui pendekatan
kekuatan fundamental manusia dalam strukturalisme dinamik, penulis mengha-
menjalin hubungan cinta kasih dengan rapkan adanya kesinambungan terhadap
sang pujaan hati. Cinta sejati adalah cinta analisis karya sastra seperti ini, mengingat
yang sesungguhnya, cinta yang sebenar- eksistensi puisi sangat popular sebagai
benarnya. bagian dari sastra. Bahkan, puisi telah
4.4 Amanat berkembang dinamis dan menempati
Setelah menganalisis puisi posisi tertinggi jika dibandingkan dengan
tersebut, lahirlah beberapa amanat bahwa karya sastra lain yang memberi peluang
(1) cinta yang sesungghnya adalah cinta besar untuk menganalisisnya. Di samping
yang jelas subjek dan objeknya, sehingga itu, sumbang saran dan kritik yang sifatnya
dalam menjalin hubungan kasih, tampak membangun sangat penulis harapkan demi
jelas antara yang mencintai dan yang kesempurnaan analisis pada masa-masa
dicintai.; (2) cinta sejati itu penting dalam mendatang.
menjalin kasih dengan sang pujaan hati
karena cinta sejati merupakan basis dalam

142
Besse Darmawati: Analisis Strukturalisme Dinamik….

DAFTAR PUSTAKA Sastra Indonesia dan Daerah,


Fakultas Bahasa dan Seni,
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Universitas Negeri Makassar.
Sastra. Jakarta: Sinar Baru Sayuti, Suminto A. 1994. Strukturalisme
Algesindo Dinamik dalam Pengkajian Sastra
Adri. 2007. Kajian Semiotik Terhadap Puisi dalam Teori Penelitian Sastra.
Husni Djamaluddin dalam Yogyakarta: Masyarakat Poetika
Karyanya “Bulan Luka Parah”. Indonesia, IKIP Muhammadiyah
Tesis. Makassar: Universitas Negeri Yogyakarta.
Makassar. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa
Luxemburg, Jan van. 1991. Tentang Sastra. Indonesia (KBBI) Edisi 1V. Online
Jakarta: Intermasa. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
Luxemburg, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra
Sastra. Terjemahan D. Hartoko. Indonesia; Masalah Sistematika
Jakarta: Gramedia. Analisis Struktur Fiksi. Bandung:
Angkasa
Perrine, Laurence. 1969. Sound and Sense: An
Introduction to Poetry (Third Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami
Edition). New York: Harcourt, Kesusatraan. Bandung: Alumni.
Brace & World, Inc. Waluyo. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Jakarta: Erlangga.
Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada Wellek, Rene & Austin Warren. 1990. Teori
University Press. Kesusastraan (Terjemahan). Jakarta:
………….. 2001. Metodologi Penelitian Gramedia.
Sastra. Yogyakarta: Hanindita.
Rapi Tang, Muhammad. 2005. Bahan Ajar
Teori Sastra yang Relevan.
Makassar: Jurusan Bahasa dan

143
���������������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������������

Anda mungkin juga menyukai