Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga saat ini Perkembangan karya sastra cukup dinamis. Hal tersebut terlihat dari
semakin banyaknya karya sastra yang lahir dari para kreatornya. Karya sastra merupakan
suatu objek yang cukup menarik untuk dikaji. Banyak hal yang bisa diungkapkan dari karya
sastra tersebut. Terkadang banyak hal yang sengaja disembunyikan sang kreator di dalam
karyanya terhadap pembacanya, sehingga perlu pengkajian yang mendalam untuk
mengungkapkannya. Kajian sastra adalah sebuah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan
hubungan antar unsur dalam sebuah karya sastra yang bertolak dari pendekatan, teori, dan
cara kerja tertentu (Aminudin 1995:39). Maka itu, secara sederhana dapat dikatakan bahwa
kegiatan mengkaji karya sastra adalah sebuah kegiatan yang akan melibatkan teori dan cara
kerja tertentu disertai dengan menggunakan sebuah pendekatan tertentu.

Dalam materi ini penulis akan mengulas tentang Kajian Struktural Semiotik terhadap
cerpen “Gerhana” Karya Muhammad Ali. Pada dasarnya penulis hanya ingin mengenal dan
memahami inti persoalan maupun jalan cerita dari cerpen yang berjudul “Gerhana” Karya
Muhammad Ali ini, cerita ini menggambarkan tentang mencintai atau menyayangi sesuatu
secara berlebihan yang akibatnya membawa bencana pada diri sendiri. Jadi penulis ingin
menganalisis unsur cerpen ini untuk mengetahui lebih dulu jlan ceritanya, sehingga bisa
dipahami secara jelas dan ringkas apa yang dimaksud dalam cerpen “Gerhana” Karya
Muhammad Ali ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sinopsis cerpen gerhana?
2. Apa saja struktural semiotika cerpen gerhana?
3. Bagaimana analisis cerpen gerhana?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sinopsis cerpen gerhana.
2. Untuk mengetahui struktural semiotika gerhana.
3. Untuk mengetahui analisis cerpen gerhana.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera pada makalah
ini dikelompokkan menjadi beberapa bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pembahasan sinopsis cerpen gerhana, structural semiotika cerpen gerhana,
analaisis isi cerpen gerhana.
BAB III KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan pembahasan diatas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis Cerpen

Pada suatu pagi, pohon pepaya milik Sali dalam keadaan roboh membelintang
ditanah. Banyak buah pepaya yang sudah ranum, lumat berlepotan di timpa batang papaya. Sali
merasa linglung dan sedih melihat pohon pepayanya itu tumbang dengan banyaknya
getah yang meleleh menetes-netes ke tanah. Datanglah seorang tetangga dari sebelah rumah Sali
yang ikut menyaksikan musibah itu. Sali memulai pembicaraan dengan menunjukkan
pohon pepayanya yang roboh dengan bekas bacokan. Tetangganya hanya diam dan
menganggukkan kepalanya, mendengarkan c e r i t a S a l i ya n g k e l i h a t a n s a n g a t s e d i h
k a r e n a k e h i l a n g a n s e b a t a n g p o h o n p e p a ya . L a l u tetangganya menyarankan
Sali untuk melapor dulu pada Pak Lurah. Kem udian Sali segera pergi ke kelurahan
pada saat itu juga, dengan langkah yang agak cepat meskipun ia belum sarapan. Ketika sampai
di kelurahan ia segera bertemu Pak Lurah dan segera menyampaikan masalahnya
tentang pohon pepayanya. Tetapi, Pak Lurah malah menceritakan kejadian yang m e n i m p a
D u l a h d a n B i d i n . H a n ya k a r n a m a s a l a h d u a k i l o b e r a s , s e o r a n g k e h i l a n g a n
nyawanya dan yang lain meringkuk dalam penjara. Merasa masalahnya dianggap ringan oleh
Pak Lurah, Sali memutuskan untuk pergi ke kecamatan karena ia bersikeras untuk mengusut
tuntas masalahnya itu. Setibanya di kecamatan ia tidak bertemu Pak Camat, tetapi ia diterima
oleh beberapa juru tulis muda.

Salih segera menyampaikan masalahnya kepada juru tulis muda t e r s e b u t . T e t a p i , i a


malah mendapat penghinaa n dari juru tulis muda tersebut tentang
m a s a l a h n ya i t u . A k h i r n ya S a l i m e m u t u s k a n u n t u k p e r g i k e k a n t o r p o l i s i
d e s a . Setibanya di sana, ia langsung masuk ke dalam kantor dan melaporkan segala kejadian
yang terjadi di halaman rumahnya. Tetapi polisi desa itu malah memaki-makinya dan
memarahinya karena ia menyampaikan masalah yang seharusnya tidak perlu dilaporkan.
Kemudian Sali pulang ke rumahnya, namun setibanya di pekarangan rumah, Sali
langsung roboh ke tanah tak sadarkan diri. Keluarganya segera mengangkat Sali ke
dalam rumah dan dibaringkan di atas bale-bale di kamarnya. Banyak dukun

3
kampung yang telah d i d a t a n g k a n k e r u m a h u n t u k m e n ya d a r k a n S a l i . H i n g g a
a k h i r n ya p a d a t e n g a h m a l a m t e r d e n g a r s u a r a p e k i k a n i s t r i S a l i ya n g
m e m b u a t s e m u a w a r g a m e n j a d i p e n a s a r a n d a n mengunjungi rumah Sali Ternyata,
Sali telah meninggal dunia setelah pingsan cukup lama. Akhirnya istri Sali pun
mengungkapkan bahwa dialah orang yang telah menebang pohon pepaya itu semalam,
karena anak-anak memanjati pohon pepaya tersebut

2.2 Struktural Semiotika

Menurut (Eco, 1979 : 6) Semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang bentangan luas, objek, peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Menurut (Dwi Susanto, 216 : 19) Semiotika diartikan sebagai satu studi yang
mempelajari mengenai tanda. Semiotika berasal dari bahasa ingris dan semiology brasal dari
dari bahasa prancis. Semiotika memiliki sejarah dan perkembangan yang pesat. Teori-teori
yang dilahirkan cukup beragam, dari persoalan makna tekstualitas hingga makna yang
berhubungan dengan konstektual.

Struktural Semiotika yang Terdapat di dalam Cerpen Gerhana Yaitu:

1. Alur
Alur yaitu rangkaian peristiwa yang menjalin sebuah cerita dan membentuk suatu
kesatuan sebab akibat.

Alur suatu cerita dibagi atas beberapa macam:


a) Alur maju
Bagian alur disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan atau pengantar, dilanjutkan
dengan tahap penampilan masalah, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.
b) Alur mundur
Alur ini disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian, lalu disusul dengan tahap-
tahap yang lain, yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang mendahului.
c) Alur gabungan
Alur ini merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Maksudnya, susunan
penyajian urutan peristiwa diawali dengan puncak ketegangan, lalu dilanjutkan dengan
perkenalan, dan diakhiri dengan penyelesaian.

4
Alur yang digunakan dalam cerpen ‘Gerhana’ yaitu alur maju. Karena pada cerpen ini
dimulai dengan pemunculan masalah, lalu menuju tahap konflik, dan pada akhirnya tahap
penyelesaian masalah.

Tahap penyituasian:
1) Pada suatu pagi pohon pepaya milik Sali dalam keadaan roboh membelintang di
tanah.
2) Banyak buah pepaya yang lumat berlepotan di timpa batang pepaya yang gemuk itu.
3) Sali merasa linglung dan sedih melihat pohon pepayanya itu tumbang dengan
banyaknya getah yang meleleh menetes-netes ke tanah.
4) Datanglah seorang tetangga dari sebelah rumah Sali yang ikut menyaksikan musibah
itu.
5) Sali memulai pembicaraan dengan menunjukkan pohon pepayanya yang roboh
dengan bekas bacokan.
6) Tetangganya hanya diam saja mendengar cerita Sali yang kelihatannya sangat
bersedih kehilangan sebatang pohon pepaya.

Tahap pemunculan konflik:


7) Kemudian Sali segera pergi ke kelurahan pada pagi itu dengan langkah yang agak
cepat meskipun ia menyadari bahwa perutnya dari tadi terus berbunyi ingin meminta
makan.
8) Ketika sampai di kelurahan ia segera bertema Pak Lurah dan segera menyampaikan
masalahnya tentang pohon pepaya tersebut.
9) Tetapi Pak Lurah malah menyuruhnya pulang kembali kerumahnya dan menyuruhnya
untuk melupakan kejadian itu dan jangan dibesar-besarkan lagi.

Tahap peningkatan konflik:


10) Tetapi Sali tetap bersikeras untuk mengusut tuntas masalah itu, kemudian Sali
langsung meninggalkan kelurahan dan dengan cepat menuju ke kecamatan.
11) Setibanya di kecamatan ia langsung bertemu Pak Camat dan ia segera menyampaikan
masalahnya.

5
12) Tetapi ia malah mendapat olokan dari juru tulis-juru tulis di kantor camat tersebut
tentang masalahnya itu.
13) Akhirnya Sali memutuskan untuk pergi ke kantor polisi desa.
14) Setibanya disana ia langsung masuk kedalam kantor dan melaporkan segala kejadian
yang terjadi di halaman rumahnya.
15) Tetapi polisi desa itu malah memaki-makinya dan memarahinya karena ia
menyampaikan masalah yang seharusnya tidak perlu dilaporkan.

Tahap klimaks:
16) Kemudian dengan sedih Sali pulang kembali ke rumahnya, namun setibanya di
pekarangan rumahnya Sali langsung roboh ke tanah tak sadarkan diri.
17) Keluarganya segera mengangkat Sali kedalam rumah dan di baringkan diatas bale-
bale di kamarnya.
18) Banyak dukun kampung yang telah didatangkan kerumah untuk menyadarkan Sali.
19) Hingga akhirnya pada tengah malam terdengar suara pekikan istri Sali yang membuat
semua warga menjadi penasaran dan mengunjungi rumah Sali.
20) Ternyata alangkah terkejutnya para warga yang mengetahui bahwa Sali telah
meninggal dunia setelah pingsan cukup lama.
Tahap penyelesaian:
21) Akhirnya istri Sali pun mengungkapkan bahwa dialah orang yang telah menebang
pohon pepaya itu semalam, karena banyak anak-anak yang memanjatinya.

2. Tokoh dan Penokohan


Tokoh yaitu seseorang yang menjadi pelaku cerita, pelaku cerita disebut dengan
aktor atau aktris.
Dalam cerita terdapat 3 jenis tokoh:
a) Tokoh protagonis
Tokoh utama yang baik dan mendukung jalannya suatu cerita.
b) Tokoh antagonis
Tokoh yang jahat dan menentang tokoh utama.

6
c) Tokoh tritagonis
Tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rantai cerita.

Tokoh dan penokohan yang terdapat pada cerpen ‘Gerhana’ yaitu:

1. Sali: keras kepala, suka melebih-lebihkan, tetap pada pendiriannya, tak mau kalah, tak
mudah putus asa.
2. Tetangga: peduli, baik.
3. Pak Lurah: mudah tersinggung, tegas, bijaksana.
4. Juru tulis: usil, suka bercanda.
5. Polisi desa: tegas, pemarah.
6. Istri Sali: tidak bertanggung jawab, abil keputusan sendiri.

3. Latar

Latar disebut juga dengan setting yaitu latar belakang peristiwa atau kejadian yang
terjadi dalam cerita atau karya sastra.

Latar terbagi atas 3:


a) Latar tempat
Berkaitan dengan tempat, seperti desa, kota, laut, dan rumah.
b) Latar waktu
Berkaitan dengan waktu, seperti pagi hari, siang hari, dan jam.
c) Latar suasana
Berkaitan dengan suasana atau keadaan peristiwa dalam karya sastra, seperti suasana
sedih, suasana gembira, suasana takut, dan perang.

Latar yang terdapat pada cerita ‘Gerhana’ yaitu:

a. Latar tempat

Pekarangan rumah Sali. Karena kebanyakan tokoh utama berperan di pekarangan


rumah dan banyak kejadian penting yang terjadi di tempat tersebut.

7
b. Latar waktu

Pagi hari. Karena di dalam cerita lebih banyak menggunakan waktu pada pagi hari
sebagai puncak masalahnya.

c. Latar suasana

Sedih, karena pada akhir dari cerita ini tokoh utama meninggal karena tidak dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Gaya Bahasa

Majas yaitu gaya bahasa yang menimbulkan konotasi tertentu.

Majas terbagi atas 4 yaitu:

1. Majas perbandingan: Metafora, personifikasi, perumpamaan/simile, alegori.


2. Majas sindiran: Sinisme, ironi, sarkasme.
3. Majas pertentangan: Litotes, hiperbola, paradox, antitesis, anakhronisme, kontra
diksioiterminis.
4. Majas penegasan: Pleonasme, tautologi, repetisi, klimaks, antiklimaks.

1) Metafora yaitu majas yang membandingkan 2 benda yang berbeda.


Contoh: Raja siang, dewi malam
2) Personifiksi yaitu majas yang menganggap benda mati seolah-olah hidup seperti
manusia.
Contoh: Nyiur melambai-lambai
3) Simile yaitu majas membandingkan 2 benda yang hakikatnya beda tapi dianggap
sama.
Contoh: mukamu seumpama tong sampah.
4) Alegori yaitu majas yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, beberapa
perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan.
Contoh: Hidup kita diumpamakan dengan bahtera yang terkatung-katung di
tengah laut.

8
5) Ironi yaitu majas sindiran yang sifatnya halus.
Contoh: Baik sungguh kelakuanmu, kakak sendiri kau maki.
6) Sinisme yaitu majas sindiran yang agak kasar atau agak pedas.
Contoh: Ilmu yang kamu miliki sudah selangit, untuk apa minta nasihatku.
7) Sarkasme yaitu majas sindiran yang sifatnya kasar.
Contoh: Dasar pembangkang, mau diapakan lagi kau.
8) Litotes yaitu majas yang menyatakan hal yang berlawanan, memperkecil arti atau
Memperluas keadaan.
Contoh: Hasil tesnya tidak mengecewakan.
9) Hiperbola yaitu majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlebih-
lebihan atau membesarkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh: Suaranya membelah bumi.
10) Paradox yaitu majas ini terlihat seolah-olah ada pertentangan memang kalau
dilihat sepintas lalu terlihat ada pertentangan tetapi jika diteliti lebih seksama
ternyata tidak, karena objek yang dikemukakan berlainan.
Contoh: Dengan kelemahannya kaum wanita menundukkan kaum pria.
11) Antitesis yaitu majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang
berlainan arti.
Contoh: Hidup matinya, susah senangnya serahkanlah kepadaku.
12) Konta diksioterminis yaitu majas ini memperlihatkan sesuatu yang bertentangan
dengan apa yang dikatakan semula, apa yang sudah dikatakan disangkal lagi oleh
ucapan kemudian.
Contoh: Semuanya sudah hadir di rapat ini, kecuali si Burhan.
13) Anakhronisme yaitu majas ini menunjukkan bahwa dalam uraian ada sesuatu yang
tak sesuai dengan sejarah sesuatu yang disebutkan dalam cerita belum ada pada
masa itu. Pengarang tidak teliti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Contoh: Dalam karangannya Julius Cesar Sakespeare menuliskan “Jam berbunyi
tiga kali” hal itu bertentangan dengan yang sebenarnya karena pada saat itu belum
ada jam.

9
14) Pleonasme yaitu majas yang berupa pemakaian kata (sebagai keterangan) yang
berupa penegasan kata yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh: Kapal ibu sedang mengarungi samudra luas.
15) Tautologi yaitu majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sepatah kata
dalam kalimat atau menggunakan pengertian yang sama dua kali.
Contoh: Pertahanannya sungguh kuat.
16) Repetisi yaitu majas yang berupa ulangan maksud/pikiran.
Contoh: Serasa bermimpi, serasa berangan.
17) Klimaks yaitu majas yang menyebutkan sifat atau hal yang maknanya makin
mengeras/meningkat intensitasnya. Urutan gagasan yang berjenjang baik.
Contoh: jangankan hartaku, ragaku, jiwaku pun kupertahankan untuk
kemerdekaan bangsa dan Negara.
18) Antiklimaks yaitu majas berupa urutan gagasan yang berjenjang turun.
Contoh: Gedung-gedung, rumah-rumah, gubuk-gubuk, semunya ludes dimakan si
jago merah.
Majas yang digunakan dalam cerpen ‘Gerhana’ yaitu hiperbola. Karena penulis
menggunakan kata-kata yang berlebih-lebihan hampir di setiap paragraph dan banyak
sekali percakapan antar tokoh yang berlebih-lebihan.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang yaitu kedudukan pengarang dalam cerita.

Biasanya dalam cerpen sudut pandang yang digunakan ada 2:

a. Sudut pandang orang ke-1

Penulis berada dalam cerita sebagai tokoh utama yang mengalami konflik. Ditandai
dengan kata saya, aku.

b. Sudut pandang orang ke-3

Penulis tidak berada dalam cerita, tetapi sedang menceritakan orang lain sebagai dirinya.
Ditandai dengan ia, dia, beliau,nama orang.

10
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ‘Gerhana’ yaitu sudut pandang orang
ke-3. Karena di dalam cerpen penulis menggunakan nama orang sebagai tokoh utamanya
dan penulis sedang menceritakan orang lain.

2.3 Analisis isi

Cerpen Gerhana menceritakan tentang seorang bapak yang berjuang mengungkap siapa
yang telah menebang dan membacok pohon pepayanya. Ia berjuang untuk terus mencari
tahu, meskipun telah banayk orang yang menertawai dan memarahinya. Sampai-sampai ia
melapor dari kantor kelurahan, ke kantor kecamatan, hingga akhirnya ke kantor polisi desa.
Tetapi semua tidak ada hasilnya, karena pada akhirnya dia menjadi kecapean dan putus asa.
Hingga ia pingsan dihalaman rumahnya dan telah ditemukan meninggal setelah sekian lama
pingsan.

Cerpen Muhammad Ali sangat memberi kesan dan amanat yang snagat luar biasa. Bahwa
kita jangan selalu memaksakan kehendak diri sendiri dan juga kita jangan suka melebihkan
suatu permasalahan yang kecil menjadi besar. Sehingga suatu masalah akan mudah
terselesaikan tanpa terjadi suatu hal menyedihkan yang tidak kita inginkan. Muhammad Ali
menerbitkan cerpen Gerhana pada tahun 2008 tepatnya di Jakarta. gaya pengarangnya
menggunakan bahasa daerah, memberikan unsur yang jenaka pada cerpennya, dan
menggunakan kata-kata yang tidak memberikan arti langsung di dalamnya.

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu
menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi yang dilakukan salah
satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah pene;itian ini dapat
bermanfaat untuk kita ke depannya.

12

Anda mungkin juga menyukai