0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
292 tayangan12 halaman
Teks tersebut membahas pentingnya aspek gramatikal dalam stilistika, termasuk struktur frase, klausa, dan kalimat. Teks tersebut juga menjelaskan langkah-langkah kajian stilistika terhadap unsur gramatikal, seperti mengidentifikasi struktur, mendeskripsikan hasil temuan, dan menjelaskan fungsi struktur dalam menciptakan keindahan teks.
Teks tersebut membahas pentingnya aspek gramatikal dalam stilistika, termasuk struktur frase, klausa, dan kalimat. Teks tersebut juga menjelaskan langkah-langkah kajian stilistika terhadap unsur gramatikal, seperti mengidentifikasi struktur, mendeskripsikan hasil temuan, dan menjelaskan fungsi struktur dalam menciptakan keindahan teks.
Teks tersebut membahas pentingnya aspek gramatikal dalam stilistika, termasuk struktur frase, klausa, dan kalimat. Teks tersebut juga menjelaskan langkah-langkah kajian stilistika terhadap unsur gramatikal, seperti mengidentifikasi struktur, mendeskripsikan hasil temuan, dan menjelaskan fungsi struktur dalam menciptakan keindahan teks.
DESSY KUSUMAWATI M. AINUR ROOFIQI M ISA DAUD WIBISONO GRAMATIKAL
Aspek gramatikal yang dimaksud dalam
unsur stile ini adalah struktur sintaksis yang di dalamnya terdapat unsur frase, klausa dan kalimat. Struktur sintaksis tidak lain adalah susunan kata yang sesuai pada sistem kaidah suatu bahasa. Sebuah kata pasti memiliki makna referensial, namun baru ditemukan makna sebenarnya setelah berada dalam struktur kalimat dapat dibentuk dan dikomunikasikan. 1. Pentingnya Aspek Gramatikal
Tujuan komunikasi bahasa adalah untuk menyampaikan
informasi kepada pihak lain. Dalam hal ini meliputi aspek ide, gagasan, informasi atau muatan makna yang dikemas dalam bahasa secara konkret. Wujud struktur gramatikal sendiri ada frase, klausa, dan yang sudah utuh adalah kalimat. Melalui kalimat inilah satuan makna dari sebuah pokok pikiran.
Hubungan Sintagmatik adalah kata-kata yang berhubungan
dan berurutan secara linier. Misalnya dalam kalimat saya menulis artikel, kalimat tersebutmemiliki hubungan sintagmatik dalam pola SPO (Subjek-Predikat-Objek). Sedangkan hubungan paradigmatik adalah kata-kata pendukung kalimat dapat digantikan oleh bentuk- bentuk kesejajarannya yang dipandang lebih tepat. Masih dalam contoh yang sama, saya merupakan kata benda dan hidup (animate) karena berfungsi sebagai subjek dalam kalimat, maka saya dapat digantikan dengan kata adik, Budi atau Ani. Secara teoritis, jumlah kata yang berhubungan secara sintagmatik dalam sebuah kalimat tidak terbatas, dapat berapa saja sehingga mungkin panjang sekali. Secara formal memang tidak ada batas berapa jumlah kata yang seharusnya dalam sebuah kalimat. Akan tetapi sebuah kalimat yang terdiri atas banyak sekali kata sehingga panjang dan biasanya menjadi lebih sulit dipahami, karena sering mengandung sejumlah gagasan sekaligus. Jika kosakata yang dipakai itu sederhana dan didukung oleh struktur sintaksis yang juga sederhana, itu merupakan jaminan bahwa komunikasi bahasa akan lancar. Artinya pembaca akan mudah memahami muatan makna teks bacaan yang dibacanya. Dalam sudut pandang ini, struktur sintaksis menjadi penting karena dapat dipandang sebagai salah satu faktor penentu kelancaran komunikasi. Pemanfaatan aspek stile yang berwujud struktur sintaksis sering dikreasikan sedemikian rupa agar penuturan menjadi menarik, tidak monoton, dan tidak membosankan, sehingga muatan makna yang disampaikan mudah dipahami. Dalam menulis, pengarang mempunyai kebebasan kreativitas dalam hal membuat dan menyiasati bahasa melalui semua aspek pendukungnya. Dan inilah stile.
Makna kata kebebasan mengkreasikan unsur
struktur dalam penulisan sastra tentu tidak sama dengan penulisan karya ilmiah, itulah suatu hal yang mesti dipahami oleh orang yang mengerti cara berbahasa, cara berstile atau cara mengkreasikan stile. Kebebasan penulis ini terkait dengan bagaimana karakteristik tiap ragam bahasa yang akan ditulis atau sedang ditulis. Aspek struktur sintaksis banyak dijumpai dalam berbagai teks untuk meraih efek keindahan, khusunya lewat pendayaan sarana retorika yang didalamnya terdapat penyiasatan struktur (figure of speech) dan kohesi sehingga penuturan menjadi indah. Ada juga kreasi penyiasatan struktur dengan permainan makna yang disebut dengan istilah permajasan atau figure of the thought. Untuk mencapai efek keindahan struktur itu, pengarang memiliki kebebasan penuh dalam menulis teks-teks sastra hingga sering terjadi berbagai bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk penyimpangan struktur kalimat. Diantaranya berupa,
a. pembalikan, ini sepi terus ada. Dan menanti (Hampa, Chairil
Anwar) b. pemendekan, Ku mau tak seorang kan merayu (Aku Chairil Anwar) c. pengulangan, Di perjudian di peralatan/Hanyalah satu jagoan/Arkidam, Jante Arkidam (Jante Arkidan, Ajip Rosidi) d. penghilangan unsur-unsur tertentu, kalau ku habis-habis kata (Kepada Pelukis Affandi, Chairil Anwar) e. dan lain-lain.
Penyimpangan-penyimpangan ini bertujuan untuk
mendapatkan efek estetis tertentu, yang kemudian dikenal dengan sebutan pengedepanan, foregrounding. Yaitu suatu hal yang dianggap sebagai salah satu ciri bahasa sastra Untuk menentukan penyimpangan atau tidaknya kadang-kadang tidak mudah dilakukan atau paling tidak orang bisa berbeda pendapat. Penentuan penyimpangan tidak hanya dapat diukur dari aturan yang baku dalam bahasa Indonesia, berupa kalimat baku atau tata bahasa baku. Misalnya sebuah kalimat yang terlalu panjang, menggunakan banyak kata sambung, seperti dan atau yang lain atau tanda lain (keduanya dikenal sebagai bergaya polisindenton dan asindenton), secara struktur mungkin sulit ditentukan wujud penyimpangan sebab kalimat tersebut bergramatikal. Penyimpangan struktur yang jelas melanggar aturan tampaknya akan lebih mudah dikenali dan disepakati. 2. Sampel Kajian Gramatikal Kehadiran unsur gramatikal dalam sebuah teks sastra, dapat sedikit, agak banyak atau banyak sekali bergantung pada teks yang dikajinya. Kajian terhadap aspek struktur kebahasaan dan kesastraan dapat dilakukan dengan penyampelan yang biasanya menggunakan teknik purposif (purposive sampling). Artinya pengambilan sampel dilakukan lewat pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Secara umum tujuan kajian stilistika adalah untuk
menjelaskan fungsi-fungsi keindahan teks yang secara konkret yang juga didukung oleh berbagai unsur stile. Tiap unsur stile yang jumlahnya relatif banyak dapat disamnpel. Untuk itu, harus ditunjukkan apa dasar pertimbangan penyampelan itu. Tahap penyampelan pertama, ketika ada sebuah teks yang panjang, namun jika itu dalam satu judul yang terdiri dari beberapa bab, maka stile yang terdapat dalam teks tersebut tidak berbeda. Berdasarkan keadaan itu, kajian dilakukan hanya dengan mengambil satu-dua bab, tetapi hasilnya sudah dapat mewakili stile karya itu secara keseluruhan.
Tahap kedua. Kemudian dicermati untuk ditentukan
karakteristik struktur yang tampak menonjol sehingga memengaruhi dan mewarnai stile secara keseluruhan. Isitilah mewarnai dalam konteks stilistika dimaknai sebagai memiliki kualitas keindahan dan mempunyai peran penting dalam mencapai efek keindahan. Dalam kajian aspek gramatikal difokuskan pada karakteristik struktur yang dominan mewarnai keindahan stile secara keseluruhan, baik berupa sudut pandang, penyimpangan, bentuk narasi dan dialog atau yang lain. 3. Langkah Kajian Stilistika Unsur Gramatikal
Untuk mengkaji unsur gramatikal dalam stilistika, dapat
menggunakan langkah-langkah yang dimodifikasi dari Leech & Short (2007), sebagai berikut:
a. Tujuan kajian stilistika adalah untuk mengapresiasi
keindahan teks-teks sastra. Dalam pembahasan kali ini, memfokuskan pada unsur striktur siungntaksis dengan mengambil karakteristik yang dominan mewarnai keindahan stile secara keseluruhan. b. Mengidentifikasi struktur dalam teks-teks sastra yang ditentukan, seperti rata-rata jumlah kata per kalimat, jenis struktur aktif pasif, sempurna dan tidak sempurna, langsunng tidak langsung, bentuk penyimpangan, variasi struktur atau yang lain. Langkah ini adalah langkah pengumpulan data. c. Mendeskripsikan hasil telaah dari data di tahap kedua pada aspek struktur sintaksis. Kemudian data dirangkum dalam bentuk tabel atau cukup deskripsi verbal bergantung pada keadaan data. Dari rangkuman data tersebut, akan menunjukkan intensitas pemakaian bentuk secara kuantitatif dan itu akan membantu menjelaskan fungsi keindahan yang didukungnya.
d. Menjelaskan dan menafsirkan peran dan fungsi
bentuk struktur yang dijadikan fokus kajian yang sebagaimana terlihat pada penyajian data dalam mewarnai atau membangkitkan efek keindahan. Intinya adalah ketepatan penggunaan berbagai aspek struktur dalam keseluruhan wacana sehingga bahasannya menjadi indah. Langkah ini harus dilakukan karena hal inilah sebenarnya yang menjadi identitas kajian stilistika.