Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH STILISTIKA

UNSUR GRAMATIKAL

KELOMPOK 10

DESSY KUSUMAWATI
M. AINUR ROOFIQI
M ISA DAUD WIBISONO
GRAMATIKAL

Aspek gramatikal yang dimaksud dalam


unsur stile ini adalah struktur sintaksis yang di
dalamnya terdapat unsur frase, klausa dan
kalimat. Struktur sintaksis tidak lain adalah
susunan kata yang sesuai pada sistem kaidah
suatu bahasa. Sebuah kata pasti memiliki makna
referensial, namun baru ditemukan makna
sebenarnya setelah berada dalam struktur
kalimat dapat dibentuk dan dikomunikasikan.
1. Pentingnya Aspek Gramatikal

Tujuan komunikasi bahasa adalah untuk menyampaikan


informasi kepada pihak lain. Dalam hal ini meliputi aspek ide, gagasan,
informasi atau muatan makna yang dikemas dalam bahasa secara
konkret. Wujud struktur gramatikal sendiri ada frase, klausa, dan yang
sudah utuh adalah kalimat. Melalui kalimat inilah satuan makna dari
sebuah pokok pikiran.

Hubungan Sintagmatik adalah kata-kata yang berhubungan


dan berurutan secara linier. Misalnya dalam kalimat saya menulis
artikel, kalimat tersebutmemiliki hubungan sintagmatik dalam pola
SPO (Subjek-Predikat-Objek). Sedangkan hubungan paradigmatik
adalah kata-kata pendukung kalimat dapat digantikan oleh bentuk-
bentuk kesejajarannya yang dipandang lebih tepat. Masih dalam
contoh yang sama, saya merupakan kata benda dan hidup (animate)
karena berfungsi sebagai subjek dalam kalimat, maka saya dapat
digantikan dengan kata adik, Budi atau Ani.
Secara teoritis, jumlah kata yang berhubungan
secara sintagmatik dalam sebuah kalimat tidak terbatas,
dapat berapa saja sehingga mungkin panjang sekali.
Secara formal memang tidak ada batas berapa jumlah
kata yang seharusnya dalam sebuah kalimat. Akan tetapi
sebuah kalimat yang terdiri atas banyak sekali kata
sehingga panjang dan biasanya menjadi lebih sulit
dipahami, karena sering mengandung sejumlah gagasan
sekaligus.
Jika kosakata yang dipakai itu sederhana dan
didukung oleh struktur sintaksis yang juga sederhana, itu
merupakan jaminan bahwa komunikasi bahasa akan
lancar. Artinya pembaca akan mudah memahami muatan
makna teks bacaan yang dibacanya. Dalam sudut
pandang ini, struktur sintaksis menjadi penting karena
dapat dipandang sebagai salah satu faktor penentu
kelancaran komunikasi.
Pemanfaatan aspek stile yang berwujud struktur
sintaksis sering dikreasikan sedemikian rupa agar
penuturan menjadi menarik, tidak monoton, dan tidak
membosankan, sehingga muatan makna yang
disampaikan mudah dipahami. Dalam menulis, pengarang
mempunyai kebebasan kreativitas dalam hal membuat
dan menyiasati bahasa melalui semua aspek
pendukungnya. Dan inilah stile.

Makna kata kebebasan mengkreasikan unsur


struktur dalam penulisan sastra tentu tidak sama dengan
penulisan karya ilmiah, itulah suatu hal yang mesti
dipahami oleh orang yang mengerti cara berbahasa, cara
berstile atau cara mengkreasikan stile. Kebebasan penulis
ini terkait dengan bagaimana karakteristik tiap ragam
bahasa yang akan ditulis atau sedang ditulis.
Aspek struktur sintaksis banyak dijumpai
dalam berbagai teks untuk meraih efek
keindahan, khusunya lewat pendayaan sarana
retorika yang didalamnya terdapat penyiasatan
struktur (figure of speech) dan kohesi sehingga
penuturan menjadi indah. Ada juga kreasi
penyiasatan struktur dengan permainan makna
yang disebut dengan istilah permajasan atau
figure of the thought.
Untuk mencapai efek keindahan struktur itu, pengarang
memiliki kebebasan penuh dalam menulis teks-teks sastra hingga
sering terjadi berbagai bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk
penyimpangan struktur kalimat. Diantaranya berupa,

a. pembalikan, ini sepi terus ada. Dan menanti (Hampa, Chairil


Anwar)
b. pemendekan, Ku mau tak seorang kan merayu (Aku Chairil
Anwar)
c. pengulangan, Di perjudian di peralatan/Hanyalah satu
jagoan/Arkidam, Jante Arkidam (Jante Arkidan, Ajip Rosidi)
d. penghilangan unsur-unsur tertentu, kalau ku habis-habis kata
(Kepada Pelukis Affandi, Chairil Anwar)
e. dan lain-lain.

Penyimpangan-penyimpangan ini bertujuan untuk


mendapatkan efek estetis tertentu, yang kemudian dikenal dengan
sebutan pengedepanan, foregrounding. Yaitu suatu hal yang dianggap
sebagai salah satu ciri bahasa sastra
Untuk menentukan penyimpangan atau
tidaknya kadang-kadang tidak mudah dilakukan
atau paling tidak orang bisa berbeda pendapat.
Penentuan penyimpangan tidak hanya dapat diukur
dari aturan yang baku dalam bahasa Indonesia,
berupa kalimat baku atau tata bahasa baku.
Misalnya sebuah kalimat yang terlalu panjang,
menggunakan banyak kata sambung, seperti dan
atau yang lain atau tanda lain (keduanya dikenal
sebagai bergaya polisindenton dan asindenton),
secara struktur mungkin sulit ditentukan wujud
penyimpangan sebab kalimat tersebut
bergramatikal. Penyimpangan struktur yang jelas
melanggar aturan tampaknya akan lebih mudah
dikenali dan disepakati.
2. Sampel Kajian Gramatikal
Kehadiran unsur gramatikal dalam sebuah teks
sastra, dapat sedikit, agak banyak atau banyak sekali
bergantung pada teks yang dikajinya. Kajian terhadap
aspek struktur kebahasaan dan kesastraan dapat
dilakukan dengan penyampelan yang biasanya
menggunakan teknik purposif (purposive sampling).
Artinya pengambilan sampel dilakukan lewat
pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Secara umum tujuan kajian stilistika adalah untuk


menjelaskan fungsi-fungsi keindahan teks yang secara
konkret yang juga didukung oleh berbagai unsur stile.
Tiap unsur stile yang jumlahnya relatif banyak dapat
disamnpel. Untuk itu, harus ditunjukkan apa dasar
pertimbangan penyampelan itu.
Tahap penyampelan pertama, ketika ada sebuah teks
yang panjang, namun jika itu dalam satu judul yang terdiri dari
beberapa bab, maka stile yang terdapat dalam teks tersebut
tidak berbeda. Berdasarkan keadaan itu, kajian dilakukan hanya
dengan mengambil satu-dua bab, tetapi hasilnya sudah dapat
mewakili stile karya itu secara keseluruhan.

Tahap kedua. Kemudian dicermati untuk ditentukan


karakteristik struktur yang tampak menonjol sehingga
memengaruhi dan mewarnai stile secara keseluruhan. Isitilah
mewarnai dalam konteks stilistika dimaknai sebagai memiliki
kualitas keindahan dan mempunyai peran penting dalam
mencapai efek keindahan. Dalam kajian aspek gramatikal
difokuskan pada karakteristik struktur yang dominan mewarnai
keindahan stile secara keseluruhan, baik berupa sudut pandang,
penyimpangan, bentuk narasi dan dialog atau yang lain.
3. Langkah Kajian Stilistika Unsur Gramatikal

Untuk mengkaji unsur gramatikal dalam stilistika, dapat


menggunakan langkah-langkah yang dimodifikasi dari Leech &
Short (2007), sebagai berikut:

a. Tujuan kajian stilistika adalah untuk mengapresiasi


keindahan teks-teks sastra. Dalam pembahasan kali ini,
memfokuskan pada unsur striktur siungntaksis dengan
mengambil karakteristik yang dominan mewarnai
keindahan stile secara keseluruhan.
b. Mengidentifikasi struktur dalam teks-teks sastra yang
ditentukan, seperti rata-rata jumlah kata per kalimat, jenis
struktur aktif pasif, sempurna dan tidak sempurna,
langsunng tidak langsung, bentuk penyimpangan, variasi
struktur atau yang lain. Langkah ini adalah langkah
pengumpulan data.
c. Mendeskripsikan hasil telaah dari data di tahap kedua
pada aspek struktur sintaksis. Kemudian data
dirangkum dalam bentuk tabel atau cukup deskripsi
verbal bergantung pada keadaan data. Dari
rangkuman data tersebut, akan menunjukkan
intensitas pemakaian bentuk secara kuantitatif dan itu
akan membantu menjelaskan fungsi keindahan yang
didukungnya.

d. Menjelaskan dan menafsirkan peran dan fungsi


bentuk struktur yang dijadikan fokus kajian yang
sebagaimana terlihat pada penyajian data dalam
mewarnai atau membangkitkan efek keindahan.
Intinya adalah ketepatan penggunaan berbagai aspek
struktur dalam keseluruhan wacana sehingga
bahasannya menjadi indah. Langkah ini harus
dilakukan karena hal inilah sebenarnya yang menjadi
identitas kajian stilistika.

Anda mungkin juga menyukai