Anda di halaman 1dari 11

Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai definis suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak.

Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik. Ada dua macam tipe tujuan interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian. Tujuan ( kedudukan ) wawancara

Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu masalah Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha mengatasi masalah tersebut.

Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengan cara wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada peniliti.

Mengapa menggunakan wawancara ?


Karena ingin melengkapi dan menambahkan data yang telah ada, yang diambil dengan metode lain seperti survey, observasi, studi dokumen dsb Karena ingin mengambil data kualitatif tentang suatu fenomena tertentu. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengambilan data Karena situasi tertentu dalam bidang pengukuran ( assessment ) psikologis ketika alat ukur tidak dapat digunakan karena alasan berikut : 1. Subjek buta huruf 2. Subjek menolak mengerjakan test tertentu 3. Topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia

Kapan menggunakan wawancara?

Pengukuran

psikologis

Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterprestasikan dalam rangka mendapat pemahamanan tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha untuk memecahkan masalah.

Pengumpulan dan komprehensif tentang suatu fenomena yang

data diteliti

Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam Wawancara menjadi bagian dari penelitian survey ketika alat alat ukur lain seperti kuesioner dianggap tidak mampu mengungkap secara lebih mendalam informasi dari responden

Informasi bersifat kualitatif , sangat individual serta variatif sehingga jawaban perlu dieksplorasi melalui suatu wawancara

Similar Posts:

Pengertian Wawancara Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan. Karena kata mewawancarai dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.

Ciri Wawancara Wawancara biasanya adalah suatu pertukaran lisan yang saling berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena (a) para responden memiliki kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis, (b) orang-orang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain, dan (c) pertukaran-pertukaran lisan menawarkan lebih banyak peluangpeluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi jawaban-jawaban dan memberikan feedback. Orang-orang dalam sebuah wawancara berada dalam sebuah hubungan interpersonal. Meskipun demikian, variasi-variasi tertentu dari wawancara bisa mencakup orang-orang dalam kelompokkelompok. Umumnya, peran pewawancara akan dikembangkan dalam hal tiga fungsi utamanya: (1) merencanakan strategi-strategi, (2) melaksanakan atau mengatur wawancara, dan (3) mengukur hasil-hasilnya. Masing-masing dari ketiga hal ini dikembangkan secara lebih lengkap dalam Bab 2 sampai 6.

Tujuan, Aspek dan Hal-hal yang Mempengaruhi Wawancara Orang-orang melakukan wawancara untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan anda. Wawancara adalah suatu bentuk yang khusus dari komunikasi oral dan berhadapan muka dalam suatu hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Keefektifannya bisa dinilai dalam hal tujuan wawancara, teknik-teknik yang digunakan, kerangka waktunya, sudut pandang orang yang melakukan evaluasi, dan reliabilitas dan validitas informasi yang diperoleh. Hal-hal yang mempengaruhi interpretasi pewawancara terhadap pesan-pesan adalah: motivasi, tujuan, persepsi, pola pikir, keahlian bahasa, sikap, dan memori. Hal-hal ini juga mempengaruhi interpretasi yang diwawancarai mengenai isi wawancara. Aspek-aspek wawancara yang dapat direncanakan adalah tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul dalam wawancara. Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.

Wawancara Efektif Kata profesional yang digunakan untuk mewawancarai menyiratkan bahwa ada beragam tingkat kemahiran dalam keahlian-keahlian (skill) yang dibutuhkan untuk mewawancarai secara efektif. Felix Lopez membandingkan pewawancara profesional dengan seorang musisi profesional. Mewawancarai hampir sama dengan bermain piano skill yang cukup bisa diperoleh tanpa membutuhkan latihan formal. Tapi ada dunia yang berbeda dalam keterampilan, dalam hal teknik, dan dalam kemahiran antara seorang amatir yang bermain dengan menggunakan telinga dan seorang pianis konser yang ahli. Pemain yang belajar sendiri secara mekanis pada keyboardnya memainkan melodimelodi tertentu yang melekat pada ingatannya; sang seniman, yang dengan ahli menggabungkan penguasaan teori musik, latihan yang tak terhitung lamanya, dan interpretasi pribadi, menciptakan suatu efek yang secara teknik pas, menyenangkan di telinga para pendengar, dan mengekspresikan perasaan paling mendalam dari sang pianis. Ada banyak situasi-situasi yang berbeda dimana dua orang berinteraksi yang bisa disebut sebagai wawancara. seleksi penilaian konseling disipliner ke luar (exit) penelitian internal negosiasi penelitian publik telepon fokus jurnalistik siaran konferensi pers medis

Salah apabila kita mengidentifikasi bahwa satu jenis wawancara relevan untuk satu jenis pekerjaan saja. Satu miskonsepsi lainnya yang umum terjadi adalah bahwa wawancara hanyalah sebuah percakapan. Meskipun wawancara yang baik mungkin terlihat seperti percakapan, ada beberapa poinpoin penting yang membedakannya dengan percakapan semata. Mewawancarai telah didefinisikan dengan cara-cara yang berbeda. Umumnya, peran pewawancara akan dikembangkan dalam hal tiga fungsi utamanya: (1) merencanakan strategi-strategi, (2) melaksanakan atau mengatur wawancara, dan (3) mengukur hasilhasilnya. Orang-orang melakukan wawancara untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan anda.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Wawancara Oleh karena wawancara pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi antar pribadi yang unik, akan bermanfaat apabila kita mengawali analisis kita dengan sutu model komunikasi yang umum. Komunikasi dalam wawancara sebagai suatu proses timbal balik. Kedua orang dalam sebuah wawancara memberikan kontribusi pada interaksi, dan keefektifan upaya-upaya mereka bergantung pada kerjasama timbal balik. Tak satupun dari keduanya yang memiliki kendali eksklusif atas perilaku komunikasi orang satunya, dan salah satunya sama-sama bisa memilih untuk menghentikan komunikasi. Menciptakan suatu suasana dimana si interviewee bersedia untuk berkomunikasi. Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon, pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback). (Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar) Tentukan feedback menjadi alat penentu arah dari tujuan wawancara. Pesan-pesan dikirimkan ke dua arah, sehingga kedua individu sama-sama berpartisipasi sebagai pengirim dan penerima, dan masing-masing harus mau menerima respon-respon, atau feedback, yang diterima dari orang lainnya. Komunikasi dua arah membutuhkan waktu. Eksperimen dan latihan-latihan telah menunjukkan bahwa upaya dan waktu yang lebih banyak, dan kesediaan untuk menerima feedback berperan besar dalam meningkatkan kemungkinan bahwa orang-orang yang terlibat akan saling memahami satu dengan yang lainnya. Hindari keliru mengasumsikan mereka sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk memberikan rincianrincian penjelas.

Kadangkala harapan untuk mendapatkan feedback tidak pernah diartikulasikan, dan orang-orangpun tidak memberikannya. Sebagai contoh, dulu ada seorang interviewee yang mendengarkan beberapa instruksi dari seorang interviewer. Komentarnya cuma, Ya, pak.

Anda mungkin harus membuat permintaan yang jelas bahwa anda menginginkan feedback dan membangun suatu situasi yang memungkinkan orang yang diwawancarai untuk memberikan feedback tersebut.

Wawancara-wawancara terjadi karena suatu tujuan, dan memfokuskan pada jenis-jenis informasi tertentu. Salah satu karakteristik dari pewawancara yang baik adalah kemampuan untuk mengendalikan interaksi sehingga tujuan wawancara tercapai. Hal ini berarti bahwa tidak semua komentar atau respon relevan. Oleh karenanya, anda mungkin perlu menetapkan batasan-batasan mengenai jenis respon yang tepat.

Tingkatan kendali yang diperlukan dalam suatu wawancara sangatlah bervariasi. Pada wawancarawawancara medis, penelitian, dan bisnis tertentu kendali mungkin cukup mudah untuk dipertahankan dan cukup penting; dalam wawancara-wawancara jurnalistik dan untuk memperoleh informasi, dimana orang yang diwawancarai tidak selalu harus mau bekerja sama dengan anda, kendali mungkin merupakan sesuatu yang hampir mustahil untuk dipertahankan.

Karena feedback adalah dimensi wawancara yang penting, anda perlu melakukan upaya yang sangat penuh kesadaran dan terencana untuk mendapatkan feedback apabila tidak diberikan secara sukarela. Saran-saran berikut adalah teknik-teknik yang sangat bermanfaat guna menghasilkan feedback: (1) meminta feedback; (2) mendengarkan ketika diberikan; (3) melatih orang-orang agar merasa anda mau menerima feedback; dan (4) mempertahankan suasana yang memungkinkan adanya feedback.

Tiap komunikator membutuhkan skill-skill mengirimkan dan menerima yang seimbang. Seringkali ketika orang-orang berpikir tentang komunikasi dalam kaitannya dengan mengirimkan dan menerima, mereka menganggap satu orang sebagai pengirim dan orang lainnya sebagai penerima. Hal ini patut disayangkan karena satu orang kemudian ditandai sebagai pembicara dan orang lainnya sebagai pendengar. Tentu saja, anda memerlukan kecakapan dalam berbahasa agar bisa mengekspresikan pemikiran-pemikiran anda dengan baik. Tapi, sayangnya kebanyakan orang memiliki latihan yang lebih banyak dalam mengemukakan daripada dalam mendengarkan. Oleh karena itu, kami menggaris bawahi mendengarkan sebagai salah satu kunci dari skill-skill mewawancarai dan berkomunikasi.

Masing-masing orang adalah filter komunikasi yang unik; karenanya, selalu siap untuk perbedaanperbedaan. Dalam beberapa hal tiap orang tidak sama dengan tiap-tiap orang lainnya; tidak ada dua orang yang benar-benar serupa. Ini yang membuat komunikasi menjadi begitu menantang; dua orang yang memiliki perbedaan dalam hal-hal yang penting, yang memiliki tujuan-tujuan berbeda, yang menggunakan bahasa secara berbeda, dan yang memiliki gaya-gaya berkomunikasi yang berbeda pula kemudian saling berbagi kesamaan yang mereka miliki.

Salah satu penyebab terbesar dari permasalahan-permasalahan komunikasi adalah bahwa kita menganggap bahwa orang-orang sama seperti diri kita sendiri dan bukannya menyesuaikan diri dengan fakta bahwa mereka mungkin berbeda dalam beberapa hal.

Keefektifan diukur dalam kaitannya dengan sejumlah ukuran-ukuran berbeda. Bagaimana mengukur keefektifan? Anda harus menilai keefektifan anda berdasarkan hasil-hasilnya. Tentu saja ini menyiratkan bahwa anda mampu mengidentifikasi apa tujuan-tujuan anda dengan pasti. Seorang pewawancara profesional secara otomatis mengidentifikasikan sebuah tujuan.

Kadang-kadang, para pewawancara menilai keefektifan dengan teknik-teknik yang telah mereka gunakan.

Memfokuskan pada teknik-teknik, serta belajar bagaimana cara menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengarahkan. Semua wawancara tersusun atas dua dimensi penting yang bisa dianalisa keefektifannya: kandungan isi dan hubungan. Yang cenderung akan lebih difokuskan adalah isi. Hendaknya melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan situasi. Bahkan, sifat-dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak.

Sebuah wawancara bisa saja juga memiliki beberapa tujuan dan, karenanya, hasil-hasil yang bermacam-macam. Guna menilai keefektifan, anda juga harus bertanya dari sudut pandang siapa?. Para komunikator seringkali memiliki tujuan-tujuan berbeda yang tidak dapat disatukan, yang menjadikannya mustahil untuk tercapai semua.

Suatu kriteria yang vital untuk menilai keefektifan adalah konsep validitas. Hal ini mengacu pada tingkatan anda mengamati, menerima, atau mengukur apa yang anda pikir sedang anda amati, terima, atau ukur. Cara lain untuk memandang validitas adalah dengan bertanya, Apakah saya benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai kenyataan?. Kadangkala validitasnya rendah karena orang-orang cenderung untuk berbohong, menipu, atau hanya menjawab sebagian saja. Pada saat yang lain validitas terhambat oleh kekurang memadaian teknik-teknik dan kecenderungankecenderungan terhadap interpretasi-interpretasi yang bias dari informasi-informasi yang sedang diterima. Maka, ini berarti bahwa semua rintangan komunikasi nyata yang ditemukan dalam wawancara bisa menurunkan akurasi dalam mendapatkan atau memberikan informasi dan, karenanya, mengurangi validitas wawancara. Yang agak berhubungan dengan validitas adalah konsep reliabilitas sebagai sebuah faktor dalam menilai keefektifan. Reliabilitas adalah tingkatan sampai sejauh mana anda akan mendapatkan hasil-hasil yang sama apabila anda atau pewawancara lain hendak melakukan wawancara yang sama dengan orang-orang yang sama pula. Apabila dua orang mewawancarai orang yang sama tentang topik yang sama dan tidak mendapatkan informasi yang konsisten, maka berarti ada yang salah, dan hasil-hasil dari kedua pewawancara tersebut akan dipertanyakan. Sekali lagi, ketidaksesuaian mungkin terjadi karena suatu perubahan yang disengaja oleh orang yang diwawancarai atau karena sejumlah ketidak konsistenan atau kekurang memadaian di pihak si pewawancara. Sebagai contoh, Herbert Hyman melaporkan sejumlah penelitian yang mempertanyakan reliabilitas data. Dalam sebuah penelitian, pewawancara kulit hitam dan kulit putih mensurvey sebuah sampel orang-orang kulit hitam dan mendapatkan informasi yang berbeda. Si pewawancara berkulit hitam melaporkan lebih banyak kebencian mengenai diskriminasi dibandingkan si peneliti yang berkulit putih. Kenapa bisa? Kita tidak tahu pasti. Apakah orang-orang kulit hitam tersebut dengan sengaja menahan informasi, atau apakah orang secara perseptual telah dibutakan atau bias? Kita tidak tahu. Akan tetapi, fakta bahwa kedua kelompok tersebut berbeda membuat kita mempertanyakan reliabilitas data. Ada banyak penelitian seperti milik Hyman. Demikian pula, ketika dua orang petugas perekrutan memiliki penilaian yang jauh berbeda mengenai seorang kandidat yang sama, maka reliabilitasnya rendah. Karena jawaban-jawaban interviewee tidak bisa dikendalikan sepenuhnya,

Meskipun wawancara pada dasarnya merupakan pertukaran oral, kuesioner dan resume-resume seringkali digunakan di dalam wawancara sebagai pelengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah fakta bahwa situasi empat-mata memungkinkan pesan-pesan visual dan non-verbal menjadi aspekaspek penting dari wawancara. Hal-hal tersebut jangan sampai diabaikan. Kadang-kadang, pesanpesan visual ini memperkuat pesan-pesan verbal; pada saat-saat lainnya, mungkin malah

bertentangan. Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, Saya merasa nyaman, terima kasih namun pada saat yang sama dia meremas-remas sapu tangannya dan dengan gelisah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

NSTRUMEN PENELITIAN adalah: 1) kualitas instrumen penelitian dan 2) kualitas pengumpulan data. Adapun yang mempengaruhi pada penelitian kuantitatif adalah: (a) Kualitas instrumen: berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan (b) Kualitas pengumpulan data: berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data Sedangkan yang mempengaruhi pada penelitian kualitatif adalah:

Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Dua hal itu

Instrumen penelitian: peneliti itu sendiri

Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif Pada penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan hal-hal diantaranya: a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif. B) Penguasaan maupun logistik Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif

wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademi

Pada penelitian Kualitatif, permasalahan di awal penelitian belum jelas dan pasti, maka instrumen yang paling tepat adalah peneliti itu sendiri. melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:

Setelah masalah sudah mulai jelas, maka dapat dikembangkan sebagai instrumen yang sederhana yang diharapkan dapa

1. 2. 3.

Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain) langsung memberikan data).

Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang

Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan Pengumpulan Data dengan Observasi Macam-macam observasi: (Sanafiah Faisal: 1990)

Observasi Partisipatif, yang terbagi menjadi: Observasi yang Pasif, Observasi yang Moderat, Observasi yang Aktif, dan

Observasi yang Lengkap.

Observasi Terus Terang dan Tersamar Observasi tak Terstruktur Observasi Partisipatif

Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yan (Susan Stainback:1998) Klasifikasi (Sanafiah Faisal:1990) Partisipasi Pasif : Peneliti mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi Moderat :Peneliti ikut observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan. Partisipasi Aktif : Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap Partisipasi Lengkap : Peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber Observasi Terus Terang atau Tersamar

Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber. Observasi tak Berstruktur

Dilakukan dengan tidak Berstruktur karena fokus penelitian belum jelas Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi Manfaat Observasi

Menurut Nasution (1988) Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara. Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi responden. Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti. Obyek observasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Space : Ruang dalam aspek fisiknya Actor : Orang yang terlibat dalam situasi sosial Activity : Seperangkat kegiatan yang dilakukan orang Object : Benda-benda yang terdapat di tempat itu Act : Perbuatan / Tindakan tertentu Event : Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang Time : Urutan Kegiatan Goal : Tujuan yang ingin dicapai Feeling : Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang Tahapan Observasi Observasi Deskriptif :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Peneliti belum menemukan masalah yang diteliti secara jelas Peneliti melakukan penjelajahan umum dengan melakukan deskripsi semua yang dilihat, semua yang didengar, dll. Observasi Terfokus : Observasi dipersempit pada aspek tertentu Observasi Terseleksi : perbedaan dan persamaan antar kategori Pengumpulan Data dengan Wawancara Pengertian : tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu Macam-macam Wawancara

Peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan, sehingga diperoleh data yang lebih rinci, peneliti telah menemukan karakte

Menurut Esterberg (2002) : Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide m

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Wawancara Terstruktur Bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawaban. Wawancara Semi Terstruktur Dilaksanakan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Wawancara tak berstruktur Dilakukan secara bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan.

10. Peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan Langkah-langkah Wawancara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menurut Lincoln & Guba, ada 7 langkah : Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. Mengawali atau membuka wawancara. Melangsungkan alur wawancara. Mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. Menuliskan hasil wawancara. Identifikasi tindak lanjut hasil wawancara. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara

Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan. Pertanyaan tentang pengetahuan. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera. Hal-hal yang Berkenaan dengan Wawancara

Alat-alat wawancara : Buku Catatan

Tape Recorder Camera Mencatat Hasil Wawancara Hasil wawancara harus dicatat. Untuk wawancara yang dilakukan secara. terbuka & tidak berstruktur, peneliti perlu rangkuman yang lebih sistematis. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang lain. Dokumen yang dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Triangulasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber d yang telah ada. Dengan Triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

eknik Pengumpulan Data Studi Kepustakaan


A. Teknik Pengumpulan Data dengan Studi Kepustakaan Bahan pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun softcopy edition, seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain. Bahan pustaka yang berupa soft-copy edition biasanya diperoleh dari sumber-sumber internet yang dapat diakses secara online. Pengumpulan data melalui bahan pustaka menjadi bagian yang penting dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk melakukan kajian pustaka dalam menjawab rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan dalam penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka. Selain itu, pengumpulan data melalui studi

pustaka merupakan wujud bahwa telah banyak laporan penelitian yang dituliskan dalam bentuk buku, jurnal, publikasi dan lain-lain. Sehingga hasil laporan penelitian itu akan menjadi data lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut pula. Hal itu terjadi karena sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Dengan demikian, studi pustaka sangat tergantung pada penulisan hasil laporan atau fenomena yang ada dalam masyarakat diungkapkan melalui teks tertulis. Semakin banyak laporan penelitian maupun printed phenomenons maka semakin kaya pula data yang tersedia dalam studi pustaka. Dengan begitu, penelitian akan mudah dilakukan dalam rentang waktu yang singkat karena data yang diperlukan mudah didapat peneliti. Hal penting dalam teknik ini adalah peneliti harus mencantumkan sumber yang ia dapat dalam bentuk sistem referensi yang terstandardisasi. Sehingga, darimana data itu diperoleh akan jelas dan mudah untuk croscheck ulang. Sumber : http://amalchips.blogspot.com/2009/12/teknik-teknik-pengumpulan-data.html Diposkan oleh Nadya Rachmawati di 21:47

Anda mungkin juga menyukai