Anda di halaman 1dari 7

TATA BAHASA FUNGSIONAL

Muhammad Asyhari Rahman Nur


Mey Lisawatul Munawaroh
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - Universitas Muhammadiyah
Malang

Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya raya akan teori dan
unsur kajian. Untuk dapat memahami bahasa Indonesia secara mendalam, kita
harus menguasai berbagai teori tersebut. Salah satu unsur kajian teori bahasa
Indonesia adalah Tata Bahasa Fungsional, yang dipelopori oleh M.A.K Halliday.
Dalam ilmu ini, pokok kajian berfokus kepada struktur bahasa yang dipelajari
berdasarkan fungsi unsur-unsur pembentuknya (Saragih, 2016).
Jika bahasa merupakan sistem makna yang memiliki struktur, maka tata
bahasa fungsional menguraikan pembahasan mengenai struktur bahasa
berdasarkan makna. Tata bahasa fungsional mempelajari bagaimana hubungan
unsur-unsur tersebut dapat menghasilkan makna tertentu, karena makna dan
struktur bahasa merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.
Ruang lingkup teori tata bahasa fungsional berfokus pada klausa. Dalam
kajiannya (Halliday, 2014) klausa dibagi tiga hal, yaitu (1) Klausa sebagai pesan
(Clause as message), (2) Klausa sebagai sarana pertukaran (Clause as exchange),
(3) Klausa sebagai sarana representasi (Clause as representation). Ketiga kategori
klausa ini merupakan suatu landasan untuk mengetahui pembentukan makna
sehingga makna tersebut dapat dimengerti. Klausa merupakan salah satu unsur
tataran bahasa selain kata, frasa, kalimat, dan wacana. Salah satu fungsi klausa
adalah bahwa klausa dapat merupakan suatu alat untuk mengungkapkan sekaligus
menggambarkan apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar manusia dan di dalam
diri mereka.
Clause as message (Klausa sebagai pesan)
Klausa dapat merupakan sebuah pesan karena klausa dapat digunakan untuk
melakukan kegiatan komunikasi. Pada fungsi klausa sebagai pesan terdapat istilah
theme (tema) dan rheme (rema). Tema dan rema adalah dua istilah yang mewakili
cara di mana informasi didistribusikan di kalimat. Definisi tema diberikan oleh
Halliday (2004:64), adalah informasi yang berperan sebagai titik keberangkatan
dari sebuah pesan. Informasi yang diberikan adalah informasi yang telah
disebutkan di suatu tempat dalam teks, atau dibagi atau pengetahuan dari konteks
langsung. Tema menyediakan pengaturan untuk sisa kalimat rema.
Rema merupakan sisa dari pesan dalam klausa di mana tema yang
dikembangkan, yang mengatakan, Rema biasanya berisi informasi asing atau baru.
Informasi baru adalah pengetahuan yang penulis mengansumsikan pembaca tidak
tahu, tetapi perlu memiliki dalam rangka mengikuti perkembangan argumen.
Batas antara tema dan rema: tema adalah elemen pertama terjadi dalam klausa;
sisanya adalah klausa rema. Berikut contohnya:

Bapak itu Telah memberi ibuku uang


Ibuku Telah diberi uang oleh bapak itu
Uang Milik bapak itu ia berikan pada ibuku
Tema Rema
Table 1

Clause as exchange (Klausa sebagai sarana pertukaran)

Klausa sebagai sarana pertukaran adalah bahwa klausa merupakan alat untuk
berinteraksi; klausa adalah sebuah sarana untuk bertukar, yaitu untuk memberi
dan meminta. mengenai fungsi ini, Halliday menerangkan bahwa memberi pasti
mengharapkan receiving (menerima) dan meminta pasti mengharapkan giving
(memberi). Dengan kata lain, dalam Clausa as exchange, dibutuhkan suatu hal
untuk ditukar. Disini sistem tata bahasa utama adalah dari suasana hati (mood).
fungsi ini bisa berbentuk pertukaran barang dan jasa atau pertukaran
informasi. Berikut uraiannya.
Peran dalam pertukaran Hal yang dipertukarkan

Barang dan jasa Informasi

Memberi menawarkan pernyataan


Apakah kamu mau uang Dia memberikan uang
ini? kepada saya
Meminta perintah pertanyaan
Berikan saya uang! Apa yang dia berikan
padamu?
Table 2

Clause as representasion (Klausa sebagai sarana representasi)


Klausa sebagai sarana representasi berarti klausa dari sisi fungsinya sebagai
alat untuk merepresentasikan sesuatu, yakni sebagai alat untuk menguraikan
segala hal yang terjadi, baik itu yang terjadi di luar, maupun di dalam tubuh
manusia. Unsur-unsur pembentuk klausa sebagai sarana representasi terdiri dari
proses, partisipan (pelibat), dan keadaan.

Seekor singa mengejar rusa yang sedang hingga ke


minum dalam gua
Pelibat Proses Pelibat Keadaan Keadaan
Table 3

Adapun penjabaran mengenai proses, partisipan, dan keadaan adalah sebagai


berikut:

Proses
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembentukan suatu
Proses. Suatu Proses tidak akan muncul tanpa adanya peran masing-masing
komponen pembentuknya. Halliday menyebutkan bahwa
unsur-unsur Process terdiri dari proses itu sendiri , pelibat (participant), serta
circumstance (keadaan) sebagai unsur opsional. Istilah proses dalam Tata Bahasa
Fungsional memiliki arti tertentu, yang berbeda dari penggunaannya
sehari-hari. Lebih lanjut Halliday menjabarkan bahwa yang dimaksud proses
(process) adalah,
1. Berfungsi untuk menunjukkan segala hal yang terjadi dalam klausa
2. Untuk menunjukkan maksud (hal), maksud tersebut diisyaratkan dalam
kelompok verba yang berperan sebagai proses.

Partisipan (pelibat)
Unsur pelibat adalah unsur sebuah proses yang terdiri dari manusia atau benda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelibat masuk ke dalam kelas kata nomina.
Proses dapat terjadi karena terdapat pelibat tertentu yang memiliki perannya
masing-masing dalam sebuah klausa. Pelibat tersebut kemudian menyatu dengan
proses sehingga menjadi sebuah rangkaian yang menghasilkan sebuah makna.

Keadaan
Unsur lain yang dapat muncul dalam sebuah proses adalah keadaan. Namun
demikian, unsur ini bukan merupakan unsur yang selalu muncul dalam klausa
seperti halnya proses dan pelibat. Keadaan ini berupa unsur opsional; unsur ini
dapat muncul atau tidak sama sekali dalam suatu klausa.
Keadaan dapat diketahui dengan pertanyaan-pertanyaan seperti kapan?, di
mana?, kenapa?, bagaimana?, berapa banyak?, dan sebagai
apa?. Keadaan ini dapat berupa adverb, frasa adverbia, frasa preposisi, dan
klausa bawahan.

Tata Bahasa Fungsional dan Pengajaran Bahasa Indonesia


Tata bahasa fungsional adalah lebih dikenal dengan systemic functional
grammar adalah teori penggunaan bahasa yang menitikberatkan analisis bahasa
pada penyampaian informasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
sebagaimana yang dijelaskan Halliday dalam bukunya yang berjudul An
Introductional to Functional Grammar (1985: xiii).
Karena gagasan mengenai fungsionalitas menempati posisi yang sangat
penting dalam TBF maka aturan dan prinsip-prinsip TBF dirumuskan dalam
terma-terma fungsional. Dalam TBF ada tiga tingkatan fungsi yang menjadi
pokok perhatian, yaitu:

1. Fungsi Semantik (Pelaku [Agent], Pasien [Patient], Penerima [Recipient],


dsb.). Fungsi ini mendefinisikan peranan yang dimainkan oleh peserta dalam
suatu peristiwa atau perbuatan sebagaimana ditunjukkan oleh predikat.

2. Fungsi Sintaktik (Subjek predikat dsb.). Fungsi ini mendefinisikan


bagaimana sudut pandang suatu peristiwa atau perbuatan diwujudkan dalam
ungkapan-ungkapan kebahasaan.

3. Fungsi Pragmatik (Tema dan Ekor , Topik dan Fokus). Fungsi ini
mendefinisikan status informasi konstituen ungkapan-ungkapan kebahasaan
dan menghubungkan ungkapan-ungkapan yang ada dalam diskursus/wacana
yang sedang berlangsung itu dengan status Pengujar (Speaker) dan Penerima
Ujaran(Addressee) dalam interaksi verbal yang sedang berlangsung.

Berikut contoh penerapannya:

Andre Hirata mengarang buku Laskar Pelangi dengan kejujuran

Fungsi Semantik
Andre Hirata/ mengarang/ buku Laskar Pelangi/ dengan kejujuran
Agen + aksi + pasien + instrument

Fungsi Sintaksis
Andre Hirata/ mengarang/ buku Laskar Pelangi/ dengan kejujuran
S P O K
Fungsi Pragmatik
Fungsi pragmatik secara tradisional dinamai subjek psikologis dan predikat
psikologi yang sebelumnya sering diuraikan apa yang diceritakan oleh kalimat,
serta apa yang diceritakan tentang itu. Seperti pada contoh kalimat Andre
Hirata mengarang buku Laskar Pelangi dengan kejujuran yang menjadi tema
adalah Andrea Hirata lalu dilanjutkan rema.
Hubungan tema dan rema banyak bersangkutan dengan sistematika
penggunaan bahasa berupa ketentuan-ketentuan penggunaan bahasa dalam
interaksi sosial. Oleh sebab itulah fungsi tersebut dikatakan fungsi pragmatik.
Kedudukan pragmatik fungsi tema sering bergantung pada konteks dan situasi.

Kesimpulan
1. Tata bahasa fungsional dipelopori oleh M.A.K Halliday seorang ahli
linguistik dari Australia
2. Ruang lingkup uraian tata bahasa fungsional berfokus kepada klausa.
3. Terdapat tiga kategori klausa yaitu Clause as message, Clause as Exchange,
dan Clause as representation.
4. Pada pembelajaran bahasa tata bahasa fungsional dapat dibagi menjadi tiga
yaitu, fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatik.

Daftar Pustaka
Beureum, D. oleh B. (n.d.). Klausa Dalam Tata Bahasa Fungsional. Diambil 11
November 2017, dari
http://cucubawang.blogspot.com/2015/04/klausa-dalam-tata-bahasa-fungsion
al.html

Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction to Functional Grammer, edisi ketiga.


London: Edward Arnold

Saragih, B. (2016). LINGUISTIK FUNGSIONAL: DIMENSI DALAM BAHASA.


BAHAS, 27(3). Diambil dari
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bahas/article/view/5672

Susiati. (n.d.). ALIRAN FUNGSIONAL (FUNGSIONAL GRAMMAR). Diambil


11 November 2017, dari
http://susiatilaulua.blogspot.com/2015/12/aliran-fungsional-fungsional-gram
mar.html

Anda mungkin juga menyukai