Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tata Bahasa Fungsional

Tata bahasa fungsional atau lebih dikenal dengan systemic functional

grammar adalah teori penggunaan bahasa yang menitik beratkan analisis bahasa

pada penyampaian informasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

sebagaimana yang dijelaskan Halliday dalam bukunya yang berjudul An

Introductional to Functional Grammar (1985:xiii), Functional grammar is one

that construes all the units of a language its clause, phrases and so on as

organic configurations of function. Berdasarkan teori diketahui bahwa Halliday

bahasa fungsional adalah sistem yang menafsirkan semua unit bahasa, klausanya,

frasanya dan unit bahasa lainya sebagai suatu konfigurasi fungsi yang organis.

Pendapat Halliday ini dibenarkan oleh pendapat linguis-linguis lain yang

kemudian mengembangkan teorinya, salah satudi antaranya adalah Bloor &

Bloor dengan mengemukakan teori berikut For Halliday, language is a system

of meaning. That is to say that, when people use language, their language acts

are the expression of meaning. (Bloor & Bloor 1995:1). Bahasa merupakan

sebuah sistem makna, oleh karena itu, ketika orang menggunakan bahasa dalam

ujaran maupun tulisan, bahasa tersebut menunjukkan makna yang terkandung

dalam informasi yang disampaikannya.

7
8

Ada perbedaan yang mendasar antaratata bahasa formal, istilah tata

bahasa formal ini penulis pinjam dari Gerot and Wignell untuk mengistilahkan

tata bahasa tradisional. Menurut teori Gerot dan Wignell set a clear distinction

between formal and functional grammar as illustrated in the clauses formal or

traditional grammar would analyze a clause. (Gerot and Wignell 1994:6).

Menurut Gerot and Wignell perbedaan antara tata bahasa fungsional dari tata

bahasa formal ialah tata bahasa fungsional lebih fokus pada fungsi, sedangkan tata

bahasa formal fokus pada bentuk atau grammatical structures terhadap hubungan

suatu kata dengan kata yang lain tanpa memerhatikan makna dan penggunaan

makna pada suatu konteks yang berbeda.

Mengacu pada pemikiran para linguis tersebut, secara umum

perbedaannya terletak pada cara pandang bahasa. Tata bahasa formal lebih fokus

pada aspek sintagmatis dan para linguis yang beraliran formal ini cenderung

mendefinisikan bahasa sebagai kumpulan aturan. Di lain pihak para linguis yang

beraliran tata bahasa fungsional memandang bahasa fokus pada pragmatik yakni

sebagai alat interaksi sosial atau alat komunikasi sosial. Dengan demikian, mereka lebih

memandang bahasa pada fungsinya bukan pada bentuknya sebagai layaknya kelompok

formalis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang paling utama

dalam tata bahasa formal adalah: how is this sentence structure?, bukan pada

What is this sentence function? apabila disimak lebih jauh tata bahasa

fungsional berfokus pada fungsi dari struktur tiap konstituen dan mengandung

makna pada tiap konteksnya fokus dari tata bahasa ini tepatnya adalah sebuah
9

bentuk tujuan komunikatif tertentu dalam sebuah konteks tertentu. Tata bahasa

fungsional biasanya dimulai dengan pertanyaan: how are the meanings of this text

realized? (Eky Syaifatul Azkiyah 2005:5).

Selanjutnya Gerot and Wignell memberikan teori fungsional sebagai

berikutFunctional grammar, on the other hand, labels elements of the clauses in

terms of the function each is playing in that rather than by word class. (Gerot

and Wignell 1994:6). Menurut teori Gerot and Wignell tata bahasa fungsional di

sisi lain, melabeli elemen klausa pada fungsinya bukan pada kategori kelas kata.

Perhatikan tabel contoh berikut.

Time flies like an arrow

Noun Verb Prepotional phrase

Tabel contoh di atas adalah analisis berdasarkan tata bahasa formal,Time

masuk kedalam kategorinoun,fliesmasuk kedalam kategoriverb, danlike an

arrowsebagai prepotional phrase. Analisis yang dilakukan hanya mencakup kelas

kata tanpa membahas makna secara mendalam.

Adapun contoh berikut adalah analisis yang dicontohkan oleh Gerot and

Wignell berdasarkan analisis tata bahasa fungsional. Perhatikan tabel contoh

berikut.

Time flies like an arrow

Participants Process Circumstance


10

Actor Material Manner

Gerot and Wignell tidak menganalisis hanya berdasarkan kelas kata

melainkan berdasarkan komponen yang saling berhubungan yaitu participant,

process, dan circumstance yang kemudian lebih dikenal dengan istilah

transitivity.

Gerot and Wignell menganalisis klausa lebih pada fungsinya. Time

misalnya diistilahkan sebagai participant, dalam hal ini adalah actor yang diambil

dari fungsinya yakni yang melakukan act atau melakukan kegiatan

dibandingkan dengan sekedar mengatakan bahwa time adalah noun begitupun

dengan elemen lain yang terdapat dalam klausa tersebut. Flies adalah verba yang

menunjukkan process dan like an arrow diistilahkan sebagai circumstance,

yakni sesuatu yang menunjukkan situasi dan kondisi. Dengan demikian masing-

masing elemen yang terdapat pada klausa tersebut menggambarkan fungsi dan

menyiratkan maknanya, tidak hanya sekedar menyebutkan nama atau kategorinya

saja.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa

pada prinsipnya tata bahasa fungsional lebih memandang bahasa sebagai sumber

untuk memaknai atau memahami ketimbang sebagai sistem aturan.

2.2 Metafunctional Language


11

Telah disebutkan terdahulu tata bahasa fungsional adalah suatu teori yang

memandang bahasa dari aspek fungsinya sebagai alat berinteraksi sosial, lebih lanjut

kemudian Halliday menyebutkan bahwa bahasa memiliki tiga metafungsi.Ketiga

metafungsi bahasa ini adalah: metafungsi ideasional, metafungsi interpersonal,

dan metafungsi tekstual. Metafungsi ideasional berkaitan dengan bagaimana

bahasa digunakan untuk merepresentasikan pengalaman, atau untuk

mengorganisasikan, memahami dan mengekspresikan persepsi tentang dunia dan

kesadaran kita. Metafungsi interpersonal berkenaan dengan penggunaan bahasa

untuk men-set up dan mempertahankan interaksi antara pengguna bahasa. Selain

itu, metafungsi tekstual berkaitan dengan bagaimana bahasa beroperasi untuk

menciptakan wacana yang utuh, berkesinambungan, kohesif dan koheren

(Halliday, 1975; Christie & Unsworth, 2000; Bloor & Bloor, 1995).

Selanjutnya Halliday juga menambahkan a clause in english is the

simultaneous realization of ideational, interpersonal, and textual meanings.

(Halliday 1984:42). Menurut Halliday sebuah klausa di dalam Bahasa Inggris

merupakan realisasi menyeluruh dari komponen ideasional, intepersonal, dan

tekstual. Berikut adalah penjelasan tentang ketiga komponen tersebut.

2.2.1 Ideational Meaning

Ideational meaning adalah klausa yang mengekspresikan makna dari

suatu kalimat seperti teori yang dijelaskan Halliday dan Mattiessen berikut ini

Ideational meaning or clause as representation. Representational meaning

means what the clause is about. (Halliday and Mattiessen, 1994:309). Menurut
12

Halliday dan Mattiessen ideational meaning adalah klausa sebagai

representasi,makna representasional berarti tentang apa klausa tersebut. Gerot and

Wignell, kemudian menambahkan ideational meaning adalah makna tentang

suatu phenomena atau benda baik hidup maupun tidak, abstrak atau kongkrit,

ataupun tentang suatu kejadian (apa yang dilakukan benda itu atau menjadi apa

benda tersebut) dan mempunyai arti apa klausa itu.

Lebih jauh kemudian Halliday dan Hasan menjelaskan The field of

discourse refers to what is happening, to the nature of the social actionthat is

taking place: what is it that the participants are engaged in, in which the

language figures as some essential component.(Halliday and Hasan 1985:12).

Halliday dan Hasan menjelaskan bahwa ideational meaning adalah suatu latar

discourse yang mengacu pada hal-halyang sedang terjadi, pada lingkungan

dimana kejadiaan ini berlangsung: berfungsi sebagai apakah participant, di dalam

unsur bahasa dalam menemukan suatu komponen esensial.

Lebih lanjut Halliday juga menambahkan teori berikut the ideatioinal

function is the content and to communicate information. (Halliday 2007: 183).

Menurut Halliday ideational function adalah isi dan fungsinya untuk

menyampaikan informasi yang terkandung. Sebelumnya Halliday menjelaskan it

is in ideational function that the text-produces unbodies in language their

experience of the phenomena of the real world. (Halliday 1973:106). Menurut

Halliday di dalam ideational function menghasilkan teks yangberhubungan

dengan pengalaman di dunia nyata. Kedua pendapat ini terangkum dalam

pendapat Hanh Thu Nguyen pada tahun 2012 dalam International Journal of
13

English Linguistics ideational meaning (the clause of representation) sources for

the expression of content in language that it was our experience of the real

world including the experience of our inner world. Pada kutipan ini Hanh Thu

Nguyen menegaskan bahwa ideatiaonal meaningmemandang klausa sebagai

representasei atau sebagai perwakilan, sumber ekspresi dari isi di dalam bahasa

adalah pengalaman kita di dunia nyata.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa ideational meaning mengacu

pada pengalaman seseorang. Halliday dan Hasan (1976,1989) membagi ideational

meaning ini kedalam dua komponen yaitu experential meaning dan logical

meaning.

Experential yang dimaksud di sini, menurut Halliday meliputi patterns of

experience, berikut pendapat Halliday experential meaning conveys pattern of

experience rather than reality itself. (Halliday 1968:209). Menurut Halliday

experential meaning menyampaikan pattern of experience daripada kenyataan

itu sendiri. Kemudian Halliday menjelaskan this meaning is brought about (and

actualized) by a range of lexico-grammatical devices which are here called

texture-such as transitivity, modality, transformation. Menurut Halliday makna

ini adalah membawa tentang (dan diaktualisasikan) oleh sebuah range dari

perangkat lexico-grammatical yang di sini dikenal texture-such sebagai

tranistivity, modality, transformation.


14

Dari paparan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa ideasional adalah

fungsi yang digunakan untuk mengatakan atau menginterpretasikan pengalaman

melalui transitivity. Transitivity ini akan dipaparkan lebih lanjut pada butir 2.3.

Contoh:

We supervise the planting and inspect the harvest. And we buy only the

pick of the crop.

We Buy only the pict of the crop

Particapant Process Circumstance

Actor Material goal

Pada tabel contoh ideational meaning di atas klausa we buy only the pict

of the crop adalah inti kalimat karena kalimat ini merupakan ide paragrafnya, dan

klausa ini memiliki makna pokok tentang paragraf tersebut. Komponen dari

klausa adalah We berfungsi sebagai actor dan buy berfungsi sebagai process dan

only the pict of the crop berfungsi sebagai goal.

Dari penjelasan dan contoh ideational meaning ini penulis menyimpulkan

bahwa ideatioanal meaning adalah makna inti dari suatu phenomena berbentuk

tulisan, dijelaskan oleh suatu klausa sebagai intinya dan dijelasakan dengan

menggunakan sistem transitivitas.

2.2.2 Interpersonal Meaning


15

Interpersonal meaning disebut juga klausa pertukaran dan dijelaskan oleh

mood structure. seperti teori Halliday dan Mattiessen berikut Interpersonal

meaning or clause as exchange. It is expressed by mood structures. It deals with

what the clause is doing as a verbal process between speaker/writer and

audience. (Halliday and Mattiessen, 1994:309). Menurut Halliday dan Mattissen

Interpersonal meaning adalah klausa pertukaran, ini diekspresikan oleh struktur

mood. Ini juga berpengaruh dengan apa yang klausa lakukan sebagai suatu proses

verbal antara penutur/penulis dan penonton. Selain mood makna in juga

dipengaruhi oleh tenor.Adapun menururt Gerot and Wignell Interpersonal

meaning is meaning which expresses a speakers attitudes and judgments.

Berdasarkan teori Gerot and Wignell Interpersonal Meaning adalah makna yang

mengekspresikan tingkah laku dan penilaian penutur.

Contoh:

We supervise the planting and inspect the harvest.

Dianalisa dari contoh di atas Interpersonal Meaning dari kalimat tersebut

adalah We memiliki sifat pengawas yang ketat terhadap hasil panin dan sangat

teliti dalam memilih dan memilah keseluruhan hasil paninnya tersebut.

2.2.3 Tekstual Meaning

Textual meaning adalah ekspresi hubungan antara bahasa dan

lingkunganya termasuk dua lingkungan verbal yang tertulis maupun terucap.

Menurut teori Lock textual meaning has to do with the ways in which a stretch of

language is organized in relation to its context. (Lock 1996:10) menurut Lock


16

textual meaning dapat dijelaskan dengan berbagai jalan dalam penekan suatu

bahasa teorganisasi dan berkaitan dengan konteksnya. Sedangkan menurut

Halliday and Mattienssen mengatakan theme structure mengungkapkan organisasi

pesan. Ini belajar bagaimana klausa berkaitan dengan wacana sekitarnya, dan

konteks situasi. Makna tekstualnya dipengaruhi oleh modus wacana yang

memiliki fungsi psychological.

Conntoh:

We supervise the planting and inspect the harvest. And we buy only the

pick of the crop. Our experienced buyers look for lack of blemish, minimum

numbers of eyes, pure white meaty interiors with firm frying consistency.

Dari contoh paragraf di atas textual meaning dapat dijelaskan bahwa

makna tekstualnya berada pada paragraf tersebut atau tertulis seperti pada kalimat

we supervise the planting and inspect the harvest. And we buy only the pick of

the crop. karena kalimat ini menjadi inti keseluruhan dari paragraf tersebutyang

inti kalimatnya tertulis pada di dalamnya.

2.3Transitivity

Ada berbagai teori tentang transitivity yang diberikan oleh para linguis

salah satunya adalah teori Eggins transitivity is structure of english structure.

(Eggins 2004:57). Menurut Eggins transitivity adalah struktur dari struktur Bahasa

Inggris. Lalu menurut Fabb, N. dalam bukunya yang berjudul Linguistics and
17

Literature tata bahasa tradisional membagi verba menjadi dua yaitu transitif the

action of the verb process to the object dan intransitif verb does not affect any

other person and things. Adapun menurut Systemic Functional Grammar

Transitivity is not only a feature of the verbal group but that of the entire

clause. Yaitu bahwa Transitivity bukan hanya sebuah komponen grup verbal

tetapi adalah keseluruhan klausa. Halliday sendiri mendefinisikan transitivity

sebagai the grammar of the clause as a structural unit for expressing a

particular range of ideational meaning. (Halliday 1981:134). Martin dan kawan-

kawan menambahkanTransitivity system is the overall grammatical resources for

construing goings on. (Martin, Mattiessen, Painter, 1997:100). Menurut Martin

dan kawan-kawan sistem transitivitas adalah sumber keseluruhan tata bahasa

untuk menafsirkan kejadian.

Adapun Suzanne menganalisis dengan sistem transitivitas berarti

menganalisis tiga komponen, yaitu:

Process: process ini diungkapkan oleh verbal group.

Particpant: participant dalam process diungkapkan oleh nominal group.

Circumstances: circumstances dapat diungkapkan oleh adverbial group dan

prepotional phrase.

Dalam kaitanya dengan transitivity, klausa didefinisikan oleh Halliday

dengan a clause is the product of three somultaneous realization of ideational,

interpersonal, and textual meanings. Berdasarkan definisi ini dapat dikatakan

bahwa klausa berkaitan erat dengan dengan ideasional.


18

2.4. Process

Process berhubungan erat dengan verba, karena semua process adalah verba

yang berada pada sebuah klausa dengan kata lain sebuah klausa pasti memiliki

verba yang merangkap sebagai process, dijelaskan oleh Gerot and Wignell

Process is related by verb. Traditionally verbs have been defined as doing

words.(Gerot and Wignell 1994:54). Menurut teori Gerot and Wignell Process

sangat terkait dengan verba, secara tradisional verba biasa didefinisikan sebagai

doing words. Dengan kata lain verba dapat diartikan sebagai kata yang merujuk

kepada sebuah aksi.Process diwujudkan oleh kelompok verbal dalamklausa

Halliday menjelaskan ada tujuh tipe process, tipe-tipe tersebut adalah:

1. Material process (proses material): doing (bodily, physically, materially)

2. Behaviouralprocess (proses perilaku): behaving (physiologically and

physchologically)

3. Mental process (proses penginderaan): sensing (emotionally, intelectually,

sensorily)

4. Verbal process (proses verbal): saying (lingually, signalling)

5. Relational process (proses relational): being (equal to, or some attribute

of)

6. Existentional process (proses existential): existing (there exists)

7. Meteorological process (proses meteorological): weathering.


19

Berikut adalah uraian tentang tipe-tipe tersebut dan sesuai dengan bahasan

penulis dalam tugas akhir ini, penulis akan membahas lima proses dari ketujuh

proses di atas.

2.4.1Material Process (Proses Material)

Material process adalah sebuah proses yang terdapat dalam bagian sistem

transitivitas yang menjelaskan suatu proses melakukan suatu aktivitas. Menurut

teori Halliday Material process are process of doing (verba action).

(Halliday:103). Halliday menjelaskan material process adalah suatu proses

melakukan (doing). Tujuan dari process ini disebut atau dikenal sebagai

goaldanparticipant dari process ini disebut actor melalui sebuah process of doing.

dan Halliday menambahkan teori material process ke dalam buku lain seperti

berikut material processes are not necessarily concrete, physical events; they

maybe abstract doings and happenings. Halliday (2004:196). Berdasarkan teori

Halliday material process tidak harus diwujudkan sebagai sesuatu yang kongkrit,

fisik, tetapi bisa juga terhadap sesuatu yang abstrak dan suatu kejadian.

Contoh:

Tabel 1

The major has resigned

Actor Pr: material Goal


20

Contoh pada tabel satu di atas adalah material process yang abstrak atau

bukan benda kongkrit. Hal ini dapat dilihat dari prase the majoryang secara

konkrit atau secara fisik tidak menunjukkan aksi, hasilnya tidak berupa benda

kongkrit, dan proses ini disebut process of happening.

Lebih lanjut Halliday dan Mattissen (1994:184), membagi material

process kedalam dua tipe process yaitu tipe process kreatif dan transformatif:

1. Tipe kreatif adalah suatu tipe material process yang hasil dari proses

tersebut berupa munculnya keberadaan suatu actor atau goal. Seperti teori

Halliday berikut where the outcome is the coming into existence of the

Actor or theGoal (Halliday and Mattissen, 1994:184).

Contoh:

Tabel 2

They build an apartment

Actor Pr: Material Goal

Dari tabel dua material process tipe kreatif they build an apartment.

Keseluruhan klausa menggambarkan process of doing, they berfungsi sebagai

actor yaitu yang melakukan sesuatu, sedangkan an apartment adalah hasil dari

apa yang dilakukan actor. Dalam hal ini hasil tersebut disebut dengan istilah goal.

Material process-nya diekspresikan oleh kata build. Hasil proses tersebut

sebelumnya tidak ada kemudian menjadi ada, misalnya contoh berikut.


21

a. I made a cup of coffee

a cup of coffe adalah hasil process yang sebelumnya tidak ada

2. Tipe transformatif adalah suatu tipe material processyang hasilprocess-nya

adalah perubahan dari beberapa aspek yang sudahada dari Actor atau Goal.

Seperti disebutkan oleh Halliday berikut where the outcome is the change of

some aspect of an already existing Actor or Goal. (Halliday dan Mattiessen,

1994:185).

Contoh:

Tabel 3

I fried an egg

Actor Pr: Material Goal

Dari contoh tabel tiga di atas dapat dianalisis sebagai berikut I berfungsi

sebagai actor, fried mengeskpresikan process material dan an egg adalah Goal.

Pada material process tipe transformatif ini terjadi suatu perubahan pada Goal di

dalam hal ini an egg. Setelah mengalami proses an eggyang sebelumnya masih

utuh atau belum dimasak mengalami perubahan setelah dimasak, hasil dari proses

yang mengalami perubahan dari bentuk asalnya disebut material process tipe

transformatif.
22

Dari penjelasan kedua tipe dapat dipahami bahwa proses material

mempunyai dua participant yaitu actor dan goal. Goal tersebut biasanya entitas

seperti pada contoh dua dan tiga yaitu an apartment dan an egg.

Menurut Gerot dan Wignell (1994:64), actor adalah entitas yang

melakukan sesuatu. Adapun yang membutuhkan ruang lingkup atau domain dari

proses disebut range. Perhatikan tabel contoh berikut.

Contoh:

Tabel 4

She droped a curtsy

Actor Pr: Material Range

Pada contoh tabel empat, she adalah actor yaitu yang melakukan proses

sedangkan a curtsy adalah range, karena curtsymempunyai makna cara

menghormat dengan membungkukan badan. Sheberfungsi sebagaiactor,

dropberfungsi sebagaiprocess material, dan a curtsyberfungsi sebagai oleh range.

Dengan demikian, goal dan rangemungkin tidak mudah dibedakan namun

dengan melihat hasil proses dapat dibedakan bahwa goal adalah entitas dan range

bukan entitas perhatikan contoh berikut.

Contoh

10. a. We wrote a report.


23

10. b. We read a report.

A report pada contoh 10. a. adalah goal karena hasil dari proses adalah

entitas yaitu report, contoh 10. b. a report bukan goal melainkan range karena

hasil dari proses bukan berupa entitas.

2.4.2 Mental Process(Proses Penginderaan)

Process ini adalah tipe process yang berbeda dengan material process

karena mental process melibatkan pshyco-moving tidak hanya act of doing yang

dilakukan oleh fisik seperti pada material process. Menurut teori Gerot and

Wignell Mental processes are ones of sensing: feeling, thingking, perceiving.

Menurut teori Gerot and Wignell mental process adalah suatu aksi sensing:

merasakan, berpikir, dan mempersepsikan.

Ada tiga tipe mental process yaitu affective or reactive (feeling), cognitive

(thinking), and perceptive (perceiving through the five senses).

1. Perceptive (tanggap): mengamati melalui pancaindera, misalnya: seeing,

listening.

2. Cognitive (kognitif): proses berpikir seperti thinking, believing, knowing,

andundersatnding.

3. Affective or reactive (merasakan): merasakan sesuatu berdasarkan

perasaan yang dialami seperti wondering, wanting.


24

Pada mental process terdapat dua participants yaitu senser dan receiver,

yang melakukan kegiatan dengan panca indera dan phenomenon.

Contoh:

Tabel 5

He heard a faint sound

Senser Mental: perceptive Phenomenon

Pada contoh tabel lima verba heard berkaitan dengan panca indera,

dalam hal ini telinga, dengan demikian, he heard a faint sound termasuk kedalam

mental process perceptive. He pada klausa he heard a faint sound adalah senser,

a faint sound adalah participant atau phenomenon.

2.4.3 Behavioural Process(Proses Perilaku)

Behavioural process adalah sebuah process yang melibatkan unsur

psikologis dari si actor-nya dalam process ini biasa disebut behaver seperti yang

dijelaskan Gerot and Wignell berikut Behavioural process is process of

physiological and psychological behaver likebreathing, dreaming, snoring,

smiling, hiccupping, looking, watching, listening, andpondering. (Gerot and

Wignell, 1994: 60). Menurut teori Gerot dan Wignell mengungkapkan bahwa

behavioural process adalah prosesfisiologis dan psikologis sepertibreathing,

dreaming, snoring, smiling, hiccuping, looking, watching, listening,dan


25

pondering.Paticipant disebut behaver yang biasanya makhluk sadar. Klausa ini

hanya mempunyai satu participant yang dikenal dengan istilah behaver.

Contoh:

Tabel 6

He snores loudly

Behaver Pr: Behavioural Circumstance: Manner

Contoh:

Tabel 7

He heaved a great sigh

Behaver Pr: Behavioural Range

2.4.4 Verbal Process(Proses Verbal)

Verbal process adalah process of saying yang participant-nya disebut sayer,

yang berbicara dan receiver.Receiver adalah seseorang yang kepada siapa tuturan

tersebut dialamatkan. yang biasanya digunakan pada tipe proses ini, proses

melakukan kegiatan verbal atau mengutarakan suatu ujaran seperti teori Gerot and

Wignell berikut Verbal process is process of saying or more accurately, of

symbolically signaling. This is realized by two distinct clauses: the projecting


26

clause that encodes a signal source (sayer) and a signaling (verbal process) and

the other (projected) clause realizing what was said. Here, the projected clause

and the projecting clause are analyzed in their own right. (Gerot and

Wignel,1994:62). Berdasarkan teori Gerot and Wignell verbal process adalah

proses berkata atau tepatnya sebagai pertanda simbolis.Hal ini dijelaskan oleh dua

klausa yang berbeda: klausa memproyeksikan bahwa mengkodekan sumber

(sayer) dan memberi tanda (verbal process) dan yang lain (projected) klausa

menyadari apa yang dijelaskan.

Participant who does the act of saying is called Sayer. (Gerot and

Wignell 1994:62) menurut teori Gerot danWignellparticipant adalah seseorang

yang melakukan saying disebut sayer. penerima adalah satu untuk siapa

verbalisasi tersebut dialamatkan. Targetsalah satu ditindaklanjuti secara verbal

(menghina, memuji, dll). verbiageadalah istilah verbalisasi sendiri dan

mempunyai tingkatan.

Contoh:

Tabel 8

Dian said I dont like running

Sayer Pr: Verbal

Sayer Pr: Mental: Affect Phenomenon

Contoh:
27

Tabel 9

Jhon Told Jenny a rude joke

Sayer Verbal Receiver Verbiage

Contoh:

Tabel 10

Keating Slurred Howard

Sayer Verbal Target

Contoh:

Tabel 11

The sign says No Smoking

Sayer Pr: Verbal

Pr: Material

Dalam tata bahasa fungsional, material process,mental process, behavioural

process, dan verbal process dikategorikan ke dalam non-relationalprocess yaitu

doing process.

2.4.5 Relational Process(Proses Relasional)


28

Jika pada material process adalah proses melakukan sesuatu, dan mental

process adalah proses merasakan sedangkan relational process dapat dikatakan

sebagai proses menjadi termasuk juga mempunyai. Menurut Butt and friends

state the main characteristic of relational processes is that they relate a

participant to its identity or description. (Butt and friends 1996:49). Menurut

teori Butt dkk., karakteristik utama dari relasional proses adalah adanya hubungan

antara participant dengan identitas atau deskripsinya itu sendiri. Pada esensinya,

relasional menyatakan sesuatu dan oleh karena itu mungkin berhubungan dengan

sebuah participant ke deskripsi contohnya: seem, become, look, appear, remain,

have, feel, etc.

Ada dua mode dalam relational process yaitu: attributive dan identifying.

Pada Attributive mode, suatu entitas mempunyai suatu kualitas dianggap atau

dihubungkan dengan ini. Dengan kata lain di dalam mengidentifikasi mode suatu

entitas mempunyai suatu identitas yang berhubungan dengan ini.

Halliday (2004:219-220) mengidentifikasi empat karakteristik attributive

clauseyang dibedakan sebagai berikut

1. Nominal group berfungsi sebagai atrribut menafsirkan suatu kedekatan

antara benda dan biasanya terbatas.

2. Verba merealisasikan process sebagai suatu kelas ascriptive: become,

turn, grow, get, remain, seem, sound, look, smell, etc.

3. Intererrogative probe untuk sebagian klausa adalah what?, atau what

....like?

4. Klausa ini tdak dapat dibalik (no reversible) karena bukan bentuk pasif.
29

Contoh: Sarah is wise.

Relational

Two modes attributive/identifying

Attributive 2 participants identified, idea

3 possibles classifications

- internsive (intersive)

- circumstanstial

-possesive (possesion)

Attributive of Carrier Attribute

Quality (internsive) Jhon Is/looks Great

Circumstance Prof. Halliday Was In the lecture

(circumstantial) The celebrations Last Theatre all day

Possesion The computer Is/belong Ahmads/to Ahmad

(possesive) Ahmad Has A computer

Tabel identifying

Identification by Identified Process Identifiers

Token-value David Is The hacker

(internsive) Played Hamlet


30

Circumstance Yesterday Was The twentieth

(circumstancial) His sold Takes up The entire box

Possesion The piano Is Peters

Peter Owns The piano

2.4.6 Existential Process (Eksistensial Proses)

Existential process ialah tipe proses yang diawali dengan kata there

pada posisi subject these process are processes of existing with a there and be

verb with no represential function (Halliday 1976:159). Kata there dan verba

be menjadi ciri dari existential process.

Contoh:

There is a new book

Halliday kemudian menyebut there is dengan istilah existential, kemudian

entity-nya disebut Existent. Existential process sering kali disertai circumstance.

Theres a new book on the table

Pada Existential clause ada tiga petunjuk tipe process tetapi tidak

berfungsi sebagai location circumstance atau tidak juga sebagai mewakili

participant. Halliday (2004: 257) mengatakan the word there in such clauses has

no representational function Menurut teori Halliday kata there dalam


31

suatuklausa tertentu tidak memiliki fungsi representational. These represent that

something exists or happens. Gerot and Wignell (1994:72) sedangkan menurut

teori Gerot and Wignell existential process adalah mewakili sesuatu yang ada dan

terjadi.

Contoh:

Tabel 12

There s a book on the table

Existential Existent Circ: place

2.5. Participants

Participant adalah sebuah entitas (actor) yang melakukan sebuah tindakan

(process) pada sebuah klausa seperti yang dijelaskan oleh Gerot and Wignell

berikutParticipant is the term used therefer in general to entities involved in

process. (Gerot and Wignell 1994:54). Berdasarkan teori Gerot ang

WignellParticipant adalah istilah yang digunakan secara umum merujuk kepada

sebuah entitas yang brerkaitan dengan process.

Hal ini diwujudkan dalam kelompok nominal klausa Ini. Ada tiga pengertian

dari participants yaitu:

1. receiver: kepada seseorang verbalisasi ditujukan.

2. target: one acted upon verbally (insulted, complimented).


32

3. verbiage/range: nama dari verbalisasi itu sendiri.

2.6. Circumstances

Circumstance adalah latar terbentuknyasebuah process, latar ini bisa jadi

sebuah tempat ataupun suatu keadaan seperti dijelaskan oleh Gerot and Wignell

berikut Circumstances essentially encode the background against which the

process takes place. Among other things, they may locate the process in time or

space : suggest how the process occurs, or after information about the cause of

the process. (Gerot and Wignell 1994:54). Berdasarkan penjelasan Gerot and

Wignel Circumstance adalah latar belakang sebuah latar dimana process diambil,

dengan kata lain menempatkan process pada suatu waktu atau tempat.

Circumstances juga bisa dijawab dengan beberapa pertanyaan seperti when,

where, why, how, how many and as what.

Dalam sistem transitivity, Participants dan Circumstances adalah unsuryang

harus ada dalam sebuah proses. Ada enam tipe proses diidentifikasi oleh Halliday

(1985). Kemudian, Gerot dan Wignell menambahkan satu proses yaitu proses

meteorologi.

Anda mungkin juga menyukai