Anda di halaman 1dari 4

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK PIDATO KENEGARAAN

PRESIDEN JOKO WIDODO TAHUN 2022 DALAM RANGKA HUT KE-77


INDONESIA

AYU RISKY
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

Abstract

PENDAHULUAN
Halliday menciptakan Linguistik Fungsional Sistemik pada 1960-an. Menurut
Halliday, bahasa merupakan produk sampingan dari interaksi sosial. Sistem bahasa
menyajikan fungsi bahasa yang paling mendasar dari segi tata bahasa fungsional dan
memiliki makna yang beragam.
Analisis wacana terhubung dengan tata bahasa dan teori sosial dalam linguistik
sistemik fungsional Halliday. Sementara teori sosial digunakan untuk menjelaskan
pentingnya urutan kata, tata bahasa digunakan untuk mengidentifikasi urutan kata atau urutan
kata dalam teks. Konteks situasional dan konteks budaya adalah dua komponen teori sosial
dalam pidato. Dalam wacana, kedua konteks berfungsi sebagai sumber makna. Akibatnya,
wacana dalam Linguistik Sistemik Fungsional berfungsi untuk menjelaskan suatu proses
sosial dalam konteks budaya. (Abdulrahman Almurashi, 2016).
Komponen penting lainnya dari bahasa fungsional Halliday adalah meta-fungsi.
Halliday membagi ketiga kategori ini menjadi fungsi tekstual, fungsi interpersonal, dan
fungsi ideasional. Dia berusaha untuk menunjukkan bahwa bahasa adalah alat untuk interaksi
sosial dengan berargumen bahwa struktur bahasa dan bentuk-bentuk yang membentuknya
ditentukan secara tak terelakkan oleh penggunaan atau tujuan yang mereka layani (Yu, 2017).
Teks pidato kenegaraan presiden Joko Widodo tahun 2022 dalam rangka hut ke-77
indonesia dipilih karena peneliti ingin menganalisis semua elemen dalam wacana tersebut
untuk menemukan konteks budayanya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menemukan
linguistik sistemik fungsional dalam wacana tersebut.

KAJIAN TEORI
a. Linguistik Sistemik Fungsional
Menurut perspektif Linguistik Fungsional Linguistik (LFS), bahasa meliputi
bahasa verbal, manusia, dewasa, dan alam. Menurut perspektif LFS, setiap unit
gramatikal dapat dibagi menjadi empat kategori: klausa, kelompok (kelompok dan
frasa), kata, dan morfem. Istilah Yunani untuk kelompok kata adalah bagian dari
pidato, yang diterjemahkan menjadi "potongan kalimat." Menurut jenis proses
(materi, mental, linguistik, relasional, perilaku/perilaku, dan eksistensial/eksistensial),
klausa dalam LFS diubah. Kriteria semantik dan sintaksis digunakan dalam
pengelompokan proses. Kedua faktor ini membedakan satu jenis proses dari yang
lain. Jenis prosedur mempengaruhi baik jenis pengalaman yang dijelaskan dalam frasa
dan jenis orang yang akan terlibat di dalamnya.
Dalam LFS, klausa adalah unit gramatikal yang terdiri dari tiga bagian utama:
proses, partisipan, dan sirkumstansial. Dalam tata bahasa konvensional, proses setara
dengan kata kerja, partisipan setara dengan subjek atau objek, dan tidak langsung
setara dengan deskripsi. Unit gramatikal disusun dalam tampilan LFS dari atas ke
bawah sebagai berikut: Klausa, kumpulan kata atau frasa, kata, dan morfem terdaftar
dalam urutan itu (Halliday, 2004).
Oleh karena itu, klausa merupakan satuan gramatikal yang menduduki posisi
tertinggi dan ideal. Karena setiap klausa mengandung fungsi ideasional, interpersonal,
dan tekstual, maka klausa dikatakan sebagai unit yang sempurna karena dapat
membawa ketiga metafungsi bahasa yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Selain itu, Halliday (1994) mencatat bahwa grup tersebut berisi 372 "situasi" yang
identik dengan frasa di bawah klausa. Seseorang harus membagi komponen ideasional
dari struktur kelompok menjadi dua kategori: pengalaman dan logis.
Bagian bahasa logis dari komponen ideasional, yang merupakan kumpulan
pengalaman, berfungsi sebagai artikulasi dari beberapa hubungan logis yang sangat
mendasar. Unit kompleks, seperti "klausa kompleks," didefinisikan oleh elemen logis.
Jika ada klausa kompleks, grupnya sama dengan kata rumit—kumpulan kata yang
dibangun menggunakan koneksi logis tertentu. Akibatnya, prosedur seperti itu disebut
sebagai grup (=kelompok kata). Grup nominal, grup verbal, grup kata sifat, dan grup
kata keterangan adalah contoh grup.
b. Metafungsi Ideasional
Makna eksperiensial dan logis membentuk fungsi ideasional. Bahasa
digunakan untuk mengekspresikan realitas fisik-biologis serta bagaimana pengalaman
diinterpretasikan dan direpresentasikan dalam arti pengalaman. Ini menghubungkan
ke transitivitas, yang berkaitan dengan aktor, proses, dan situasi, pada tingkat klausa
fungsi. Klausa kompleks, kelompok kata benda, dan kelompok kata kerja, di sisi lain,
membantu makna logis klausa untuk direalisasikan.
c. Analisis Transitivitas
Menurut Halliday (1994), unit pengalaman yang sempurna dalam penelitian LFS
diwujudkan dalam klausa yang mencakup kata "proses", "peserta", dan
"sirkumstansial". Istilah "proses" mengacu pada tindakan yang terjadi dalam klausa,
yang disebut sebagai kata kerja dalam tata bahasa konvensional dan formal. Partisipan
dalam suatu proses dapat berupa individu atau benda. Circumstantial adalah
pengaturan di mana proses yang melibatkan partisipan berlangsung. Proses, yang
merupakan pusat dari pengalaman, menentukan jumlah dan jenis peserta di tingkat
klausa. Tingkat kemungkinan digunakan dalam prosedur untuk secara tidak langsung
menentukan keadaan (Adisaputra, 2008).
1. Proses Material
Seorang pelaku dikategorikan sebagai Aktor dan Tujuan opsional, dipengaruhi
oleh proses dan keadaan yang memberikan rincian kata kerja dalam hal tempat,
waktu, cara, kondisi, dll, ketika melakukan tindakan kata kerja melakukan atau
terjadi di eksternal dan proses konkret yang disengaja atau spontan dilakukan oleh
benda hidup atau mati. Tindakan yang dilakukan oleh Aktor hidup atau mati
masing-masing disebut sebagai proses Aksi dan Peristiwa. Tergantung pada
apakah suatu tindakan dilakukan secara sadar atau tidak sengaja, tindakan tersebut
dapat dibagi menjadi dua kategori: proses Supervensi dan Niat.
2. Proses Mental
Peserta yang diidentifikasi sebagai Sensor dan Fenomena terlibat dengan
proses mental, internalisasi dan tipe kesadaran, yang dibagi menjadi tiga kategori
kognisi, persepsi, dan afeksi.
3. Proses Relasi
Proses relasional, yang dapat dipecah menjadi kategori intens, atributif,
mengidentifikasi, mendalam, dan posesif, berkaitan dengan proses deskripsi yang
berkaitan dengan hubungan abstrak. Prosedur atribusi ireversibel memberi peserta
yang dikenal sebagai Pengangkut, yang diwakili oleh kata atau frasa nominal,
kualitas atau kata sifat. Dua frase nominal—pemegang Token dan makna Nilai,
referensi, dan status—yang dapat menggunakan kalimat pasif membentuk Proses
Identifikasi yang Dapat Dibalikkan (Halliday, 1985).
4. Proses Verbal
Pikiran dalam kesadaran manusia terkait dengan representasi linguistik mereka
oleh Sayer, penerima yang disebut sebagai Target, dan Verbiage dalam proses
verbal laporan langsung atau tidak langsung yang berada di tepi proses mental dan
relasional.
5. Proses Perilaku
6. Bernapas, batuk, tersenyum, bermimpi, dan menatap adalah contoh perilaku
fisiologis dan psikologis yang terkait dengan proses perilaku yang berdiri di antara
proses fisik dan mental (Haratyan, 2011).
7. Proses Eksistensi
Proses-proses ini terdiri dari berada di sana dan berada tanpa tujuan
representasional. Eksistensi dapat berupa objek, kejadian, atau perbuatan.
d. Metafungsi Interpersonal
Di bawah fungsi interpersonal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan
realitas sosial dan berkenaan dengan interaksi antara penulis dan pembaca. Fungsi ini
di dalam klausa direalisasikan ke dalam sistem mood, struktur mood, dan modalitas.
e. Metafungsi tekstual
Dalam fungsi tekstual ini, bahasa digunakan untuk mengungkapkan realitas
semiotik atau realitas simbol dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam
konteks. Pembaca dapat mengetahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
penulis melalui konstruksi theme dan rheme.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman Almurashi, W. (2016). An Introduction to Halliday’s Systemic Functional


Linguistics. Journal for the Study of English Linguistics, 4(1), 70.
https://doi.org/10.5296/jsel.v4i1.9423
Adisaputra, A. (2008). LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK: ANALISIS TEKS
MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD). JURNAL ILMIAH
BAHASA DAN SASTRA, 1, 10.
Halliday, M.A.K & Matthiessen. (2004). An introduction to Functional Grammar, third
edition. Great Britain: Hodder Education.
Halliday, M.A.K. (1994). An introduction to Functional Grammar, second edition. London:
Edward Arnold
Haratyan, F. (2011). Halliday’s SFL and Social Meaning. 5.
Yu, H. (2017). Interpersonal Meaning of Mood and Modality in English Public Service
Advertising Texts. Proceedings of the 7th International Conference on Education,
Management, Information and Mechanical Engineering (EMIM 2017). 7th
International Conference on Education, Management, Information and Mechanical
Engineering (EMIM 2017), Shenyang, China. https://doi.org/10.2991/emim-
17.2017.48

Anda mungkin juga menyukai