Anda di halaman 1dari 2

Nama : Faz Nafadza Alifyanur Faawa

NIM : 205110707111003
Kelas : Analisis Wacana B

Kajian Wacana Bahasa Indonesia

Pengertian Kajian Wacana


kajian wacana merupakan suatu piranti yang digunakan untuk proses penyelidikan atau
mengkaji satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal. Sebuah wacana mempunyai
dimensi yang luas karena wacana diproduksi oleh masyarakat pemiliknya yang beragam dan
kaya budaya.

1. Kajian Pragmatik
Kajian wacana dengan pendekatan pragmatik bertujuan untuk menggambarkan karakteristik
wacana melalui epistemologi pragmatik. Model Grace dalam Deborah Schiffrin (2007: 269)
digunakan sebagai kerangka pragmatik untuk menganalisis wacana, di mana penutur dan
mitra tutur harus memanfaatkan pengetahuan dunia mereka, termasuk pengetahuan konteks
sosial, untuk memahami makna wacana. Dalam analisis ini, asumsi partisipan terdiri dari
konteks kerja sama, yang membantu menciptakan tahapan pola bicara dan memberikan
kontribusi pada makna. Penting untuk menunjukkan dan memperkuat relevansi antara
maksim-maksim melalui bagian cerita yang terkait dengan konteks, situasi, dan pengetahuan
teks, daripada mencoba menemukan relevansi secara abstrak.

2.      Etnografi Komunikasi
Kajian sosiolinguistik yang terkenal adalah etnografi komunikasi, yang merupakan studi
tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnis, termasuk adat-istiadat,
kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Etnografi komunikasi melibatkan kajian etnografi
dan komunikasi, dan tidak dapat dipisahkan dari satu sama lain. Penelitian harus dilakukan
secara langsung terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat
mengamati pola aktivitas tutur dengan jelas. Konsep etnografi wicara merupakan bagian dari
kajian komunikasi secara keseluruhan, yang perlu dipahami beberapa konsep penting, seperti
struktur dan fungsi dari komunikasi dalam situasi tutur, peristiwa tutur, dan tindak tutur.
Studi etnografi komunikasi penting untuk memahami bagaimana bahasa digunakan dalam
masyarakat atau etnis tertentu.

3. Kajian Analisis Variasi


Kajian Analisis Variasi berfokus pada perubahan dan variasi bahasa yang diukur secara
kuantitatif. Meskipun biasanya analisis ini terbatas pada batasan-batasan sosial dan linguistik
pada variasi yang setara secara semantik, tetapi juga dapat diperluas ke teks. Unit dasar narasi
adalah peristiwa, sedangkan unit dasar daftar adalah kesatuan dan informasi utamanya
bersifat deskriptif. Pendekatan ini mencerminkan kecenderungan variasi dalam wacana yang
menggunakan istilah yang sama seperti pendekatan linguistic secara struktural. "Unit-unit"
dalam pendekatan ini dibagi ke dalam konstituen, sedangkan "informasi" dibagi menjadi
proposional, meskipun proposisi itu sendiri memiliki interpretasi evaluatif. "Struktur" dalam
pendekatan ini merujuk pada aturan sintagmatik dan paradigmatik unit-unit dalam pola-pola
berulang. (Deborah Schiffrin 2007: 426)

4.      Teori Tindak Tutur


Tindak tutur adalah entitas sentral dalam pragmatik dan merupakan dasar bagi analisis topik-
topik pragmatik lainnya. Tindak tutur bersifat psikologis dan dipengaruhi oleh kemampuan
bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur dapat dibentuk menjadi
peristiwa tutur (speech event) yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. Tindak tutur yang
dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (1962: 100-102) dirumuskan sebagai
tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu:
1.      Tindak tutur lokusi, yakni tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata”
atau
tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
2.      Tindak tutur ilokusi, adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat
dengan maksud yang eksplisit.
3.      Tindak tutur perlokusi, adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang
lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non-linguistik dari orang lain itu.

5.      Kajian Sosiolinguistik Interaksional
Kajian Sosiolinguistik Interaksional membahas pandangan Gumperz dan Goffman dalam
mengembangkan masalah sosiolinguistik interaksional. Gumperz fokus pada penempatan
inference, sedangkan Goffman memberikan kerangka kerja sosiologis untuk mendeskripsikan
dan memahami bentuk dan makna dalam konteks sosial dan interpersonal. Sosiolinguistik
interaksional memberikan sebuah ancangan wacana yang berfokus pada peletakan makna
atau penempatan makna. Tujuannya adalah mencari penempatan makna dan bagaimana
makna tersebut memberi kontribusi pada proses dan pemerolehan interaksi.

6.      Kajian Analisis Percakapan


Analisis percakapan (AP) adalah suatu metode analisis wacana yang berbeda dari cabang
sosiologi, karena selain menganalisis aturan sosial, juga mencari cara dan metode yang
digunakan oleh anggota masyarakat untuk menghasilkan makna dari aturan sosial. AP
dipopulerkan oleh Garfinkel dan diterapkan dalam analisis percakapan oleh Sack dan
Jefferson. AP menekankan konteks dan relevansi konteks dalam analisis wacana, dan
memperhatikan masalah aturan sosial dalam konteks sosial dan penggunaannya dalam
percakapan. AP mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari konteks dan
masyarakat penggunanya sehingga perlu dianalisis.

Anda mungkin juga menyukai