Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANALISIS WACANA

PENGERTIAN DAN CAKUPAN ANALISIS WACANA KRITIS

Dosen Pengampu :

Dra. Sri Wahyuni, M. Ed

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Nama Anggota :

1. Davinna Tiara Meljo (2110722031)


2. Imata Zhyca (2110721007)
3. Rainizar (2110721015)

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023

1
A. Pengertian Analisis Wacana Kritis (AWK)

Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian)
untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang
dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai
tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah
konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang
terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor.
Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang
diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.

Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang menggunakan


simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam
sistem kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan
komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, eksis- tensinya
ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya konteks peristiwa yang
berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya,
dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-
kepentingan, dan lain-lain. Jadi analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini
adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang
mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri
pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga
bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat
diketahui. Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam
pembentukan subjek dan berbagai tindakan representasi.

Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana tidak dipahami semata-


mata sebagai objek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks.
Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis
wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang di pakai
untuk tujuan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Analisis wacana kritis dalam
lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di
sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya.
Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana kritis adalah praktik pemakaian
bahasa,, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari
penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka
aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana kritis.

Analisis wacana (atau yang juga disebut analisis wacana kritis) adalah
pendekatan yang relatif baru dari sistematika pengetahuan yang timbul dari tradisi
teori sosial dan analisis linguistik yang kritis. Hal ini dikemukakan oleh Barker and
Galasinski 2001; Fairclough 1995; Gavey 1997; Gray 1999 Hinshaw, Feetham and
Shaver 1999; McNay 1992; Phillips and Hardy 2002; Phillips and Jorgensen 2002;
Titscher, Meyer, Wodak and Vetter 2000; Wodak and Meyer 2001; Wood and Kroger
2000).

Analisis wacana kritis mengkaji tentang upaya kekuatan sosial, pelecehan,


dominasi, dan ketimpangan yang direproduksi dan dipertahankan melalui teks yang
pembahasannya dihubungkan dengan konteks sosial dan politik analisis wacana kritis
mungkin dilakukan dengan cara berbeda, tetapi sama semua variasi prosedur

2
mempunyai beberapa tujuan dan asumsi. Penerapan beberapa disiplin sejauh ini sudah
mencegah perspektif tunggal tetapi perspektif seperti itu mungkin tidak perlu, analisis
wacana kritis berbeda dari tradisi lain seperti semiotik dan etnometodologi dalam
menekankan analisis terhadap kekuasaan yang tidak terpisahkan dari hubungan sosial.
Analisis wacana kritis sudah ditegaskan sebagai kelompok gagasan atau motif berfikir
yang bisa dikenali dalam teks dan komunikasi verbal, dan juga bisa ditemukan dalam
struktur sosial yang lebih luas.

Analisis wacana kritis menyediakan wawasan ke dalam bentuk pengetahuan


dalam konteks yang spesifik. Selain itu, analisis wacana kritis menghasilkan klaim
interpretif dengan memandang pada efek kekuasaan dari wacana dalam kelompok-
kelompok orang, tanpa klaim yang dapat digeneralisasikan pada konteks lain. Dasar
teoretis untuk analisis wacana kritis didasarkan pada beberapa perkembangan sejarah
dalam filsafat, ilmu pengetahuan, dan teori sosial. Sebagai suatu pendekatan pada
analisis yang sistematik dalam pembentukan pengetahuan (wacana), analisis wacana
kritis mengambil bagian di beberapa tradisi pemikiran barat. Tradisi ini banyak
dipengaruhi perkembangan analisis wacana Foucaultian, Pengaruh teoretis yang
utama atas metode ini adalah teori sosial yang kritis kontra-fondasionalisme,
posmoderusme, dan fomunisme.

Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak semata mata dipahami sebagai
studi bahasa. Pada akhirnya, memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa
dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam analisis wacana kritis
berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang
dianalisis oleh analisis wacana kritis bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi
juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa
dipakai untuk tujuan tertentu termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.

Menurut Fairclough dan Wodak (1997) analisis wacana kritis melihat


pemakaian bahasa baik tuturan maupun tulisan yang merupakan bentuk dari praktik
sosial. Menggunakan wacana sebagai prak tik sosial menyebabkan sebuah hubungan
dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur
sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi.
Wacana ini dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak
imbang antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan
minoritas melalui perbedaan representasi dalam posisi sosial yang ditampilkan.
Keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang
sebagai suatu Common Sense, suatu kewajiban atau alamiah, dan memang seperti itu
ke- nyataannya (van Djik, 1997: 258).

Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana
bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam
masyarakat. Perlu kita ketahui bahwa bahasa merupakan salah satu akar persoalan
secara keseluruhan, maka pengkajian aspek linguistik terhadap bahasa adalah penting.
Dalam analisis wacana kritis stuktur linguistik digunakan untuk (1) menyistemasikan,
mentransformasikan, dan mengaburkan analisis realitas, (2) mengatur ide dan perilaku
orang lain, serta (3) menggolong-golongkan masyarakat. Untuk merealisasikan
tujuan-tujuan di atas, teks analisis wacana kritis menggunakan unsur kosakata,
gramatika, dan struktur tekstual sebagai bahan analisisnya.

3
Teun van Dijk (1998) mengemukakan bahwa analisis wacana kritis digunakan
untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, gender, kelas
sosial, hegemoni, dan lain-lain." Selanjutnya Fairclough dan Wodak (1997: 271-280)
meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran analisis wacana kritis sebagai berikut :

1) Membahas masalah-masalah sosial


2) Mengungkap bahwa relasi Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau
masyarakat dan kebudayaannya merupakan tanda-tanda. Artinya, semiotika
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dengan kata lain, semiotika mempelajari relasi
di antara komponen konungen tanda, serta relasi antara komponen-komponen tersebut
dengan masyarakat penggunanya. Mengamati suatu naskah untuk menemukan apa
medan wacana yang ada di sana dan siapa yang menjadi pelibat wacananya, serta
bagaimana sarana wacananya. Kemudian menafsirkannya sesuai perspektif teori yang
dipergunakan dalam penelitian yang sedang dilakukan.

B. Karakteristik Analisis Wacana Kritis


Dalam analisis wacana kritis (critical discourse analysis), teks bukanlah
sesuatu yang bermakna nyata dan menjelaskan sesuatu secara apa adanya. Kebiasaan
pribadi dan status sosial pembuat teks akan tergambar pada isi teks. Analisis wacana
kritis bukan hanya membahas bahasa dalam suatu teks, melainkan juga
menghubungkannya dengan konteks. Konteks di sini maksudnya adalah bahasa yang
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu agar tujuan yang diinginkan
tercapai.
Wacana mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks sosial. Menurut
Fairclough (1989) wacana adalah bentuk “praktik sosial” yang berimplikasi adanya
dialektika antara bahasa dan kondisi sosial. Linguistik bersifat sosial, maksudnya
linguistik tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungan sosialnya. Sementara
fenomena sosial juga memiliki sifat linguistik karena aktivitas berbahasa dalam
konteks sosial tidak hanya menjadi wujud ekspresi atau refleksi dari proses dan
praktik sosial, namun juga merupakan bagian dari proses dan praktik sosial tersebut.
Analisis wacana kritis ingin menyingkap bahasa yang digunakan untuk melihat
ketidakadilan kekuasaan yang ada di dalam masyarakat. Adapun karakteristik penting
dari analisis wacana kritis menurut Van Dijk yang dikutip Fauzan (2014) berupa
tindakan,konteks, histori, kekuasaan, dan ideologi.
(1) Tindakan
Karakter utama dalam analisis wacana kritis yaitu wacana sebagai sebuah
tindakan.Artinya, saat berwacana, seseorang akan mengungkap maksudnya lewat
bahasa dengan tujuan untuk memberitahukan,memerintah, mempengaruhi,
membujuk,dan mengikuti apa yang menjadi keinginannya. Saat seseorang membuat
tulisan yang sifatnya menguraikan, dia akan mendeskripsikan wacana tersebut dengan
detail sehingga yang membaca akan mendapatkan keterangan yang jelas akan objek
yang dideskripsikan.

4
(2) Konteks

Analisis wacana kritis selain mempelajari bahasa (teks) itu sendiri, unsur di
luar bahasa pun (konteks) harus dipelajari. Menurut Sobur yang dikutip Fauzan
(2014) wacana terdiri atas teks dan konteks. Teks bukan hanya kata-kata yang tercetak
di lembar kertas, melainkan juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik,
gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Konteks merupakan semua situasi dan hal
yang berada di luar teks, seperti partisipan dalam bahasa, situasi saat teks diproduksi,
fungsi yang dimaksudkan, dan lain sebagainya. Titik perhatian analisis wacana ialah
menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses
komunikasi. Berdasarkan penjelasan di atas, wacana dapat dibentuk berdasarkan
onteks dan dapat ditafsirkan dalam kondisi dan situasi tertentu.

(3) Historis

Selain aspek tindakan dan konteks, adalah aspek historis yang perlu
diperhitungkan karena wacana tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan aspek ini.
Misalnya, untuk memahami makna puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
danmengungkapkan makna apa yang ingin disampaikan yaitu dengan cara
mengungkapkan kapan puisi tersebut diciptakan.
(4) Kekuasaan
Aspek yang yang tidak kalah penting untuk membedakan antara analisis
wacana dan analisis wacana kritis, adalah aspek kekuasaan. Eriyanto (2001)
mengatakan bahwa wacana yang dibuat dalam bentuk tulisan, ujaran, dan lainnya,
tidak terwujud dengan begitu saja secara natural, tetapi hal itu wujud dari pertarungan
kekuasaan karena aspek kekuasaan merupakan salah satu bentuk keterkaitan wacana
dengan masyarakat.
(5) Ideologi
Dalam analisis wacana kritis, aspek ideologi merupakan kajian utama.
Eriyanto (2001)mengatakan bahwa tulisan, ujaran, dan lainnya adalah wujud dari
ideologi tertentu. Ideologi dibentuk oleh kelompok dominan yang bertujuan untuk
memproduksi ulang da mengesahkan keberadaan kelompok tersebut. Artinya,
kelompok dominan mempengaruhi dan menginformasikan ke khalayak ramai bahwa
keberadaan dan kekuatan mereka sudah sah.

C. Beberapa Pendekatan yang Umum Digunakan Dalam Analisis Wacana Kritis

1. Pendekatan Linguistik Kritis (Critical Linguistic).

Pendekatan linguistik kritis menekankan analisis pada bahasa dalam kaitannya


dengan ideologi. Dalam hal ini, ideologi telaah dari sudut pilihan kata lain, aspek
ideologi iti diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang
dipakai.

2. Pendekatan Perancis (French Discourse Analysis

5
Pendekatan Perancis berasumsi bahwa bahasa adalah medan pertarungan
kekuasaan. Melaluki makna yang diciptakan dalam wacana, berbagai kelompok saling
berupaya menanamkan keyakinannya dan pemahamannya kepada kelompok lain.
Melalui kata dan makna yang diciptakan mereka melakukan pertarungan, termasuk
kekuasaan untuk menentukan dan mengukuhkan posisi dominasi kuasa pada yang
lain. Dalam pendekatan ini bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan
materialisasi bahasa pada ideologo. Keduanya, kata yang digunakan dan maknanya
memposisikan orang dalam kelas tertentu. Bahasa adalah pertarungan wacana melalui
mana suatu kelompok sosial atau kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan dan
pemahamannya. Pendekatan inilah yang digunakan oleh Sara Mills dengan perspektif
feminisme.

3. Pendekatan Kognitis Sosial (Socio Cognitive Approach

Pendekatan ini dikembangkan oleh Teun Van Dijk yang menitikberatkan pada
malah etnis, rasialisme dan pengungsi. Pendekatan ini disebut sebagai kognisi sosial,
karena ia melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana. Oleh
karena itu, menurut pendekatan ini analisis wacana dapat digunakan untuk
mengetahui posisi sosial kelompok-kelompok penguasa/dominan dan kelompok
marjinal.

4. Pendekatan Perubahan Sosial (Sociocultural Change Approach)

Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan


sosial. Wacana di sini dipandang sebagai praktik sosial. Dengan demikian ada
hubungan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial.
Wacana juga melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial tertentu. Pendekatan
perubahan sosial memandang wacana sebagai praktik kekuasaan. Menurut pendekatan
ini wacana mempunyai tiga efek dalam perubahan sosial, yaitu a) memberi andil
dalam mengkonstruksikan identitas sosial dan posisi subjek, b) memberi konstribusi
dalam mengkonstruksi relasi sosial, c) memberi kontribusi dalam mengkruksikan
sistem pengetahuan dan kepercayaan.

5. Pendekatan Wacana Sejarah (Discourse Historical Approaches)

Menurut pendekatan kesejarahan, analisis wacana harus memperhatikan konteks


kesejarahan. Wacana disiji disebut historis karena menurut Wodak, analisis wacana
harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau
komunitas digambarkan. Dalam paradigma kritis, media pandang sebagai dominan
dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalisasi mereka
dengan menguasai dan mengontrol media. Karena media dikuasai oleh kelompok
yang dominan, realitas yang sebenarnya telah terdistorsi dan palsu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Masitoh. 2020. Jurnal Pendekatan Dalam Analisis Wacana Kritis. Universitas


Muhammadiyah Kotabumi. Melalui https://jurnal.umko.ac.id
Prof. Dr. Yoce Aliah Darma. 2009. Analisis Wacana Kritis. CV Yrama Widya; Bandung.

7
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Keterangan Dokumentasi :
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Desember 2023
Pukul : 14.07 wib – 16. 25 wib

8
Lokasi : Gedung E kelas 1.8
Semua Anggota Kelompok 3 Hadir Pada Saat Diskusi dan Pembuatan Makalah

Anda mungkin juga menyukai