Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Nama Anggota :
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
1
A. Pengertian Analisis Wacana Kritis (AWK)
Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian)
untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang
dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai
tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah
konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang
terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor.
Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang
diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.
Analisis wacana (atau yang juga disebut analisis wacana kritis) adalah
pendekatan yang relatif baru dari sistematika pengetahuan yang timbul dari tradisi
teori sosial dan analisis linguistik yang kritis. Hal ini dikemukakan oleh Barker and
Galasinski 2001; Fairclough 1995; Gavey 1997; Gray 1999 Hinshaw, Feetham and
Shaver 1999; McNay 1992; Phillips and Hardy 2002; Phillips and Jorgensen 2002;
Titscher, Meyer, Wodak and Vetter 2000; Wodak and Meyer 2001; Wood and Kroger
2000).
2
mempunyai beberapa tujuan dan asumsi. Penerapan beberapa disiplin sejauh ini sudah
mencegah perspektif tunggal tetapi perspektif seperti itu mungkin tidak perlu, analisis
wacana kritis berbeda dari tradisi lain seperti semiotik dan etnometodologi dalam
menekankan analisis terhadap kekuasaan yang tidak terpisahkan dari hubungan sosial.
Analisis wacana kritis sudah ditegaskan sebagai kelompok gagasan atau motif berfikir
yang bisa dikenali dalam teks dan komunikasi verbal, dan juga bisa ditemukan dalam
struktur sosial yang lebih luas.
Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak semata mata dipahami sebagai
studi bahasa. Pada akhirnya, memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa
dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam analisis wacana kritis
berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang
dianalisis oleh analisis wacana kritis bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi
juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa
dipakai untuk tujuan tertentu termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana
bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam
masyarakat. Perlu kita ketahui bahwa bahasa merupakan salah satu akar persoalan
secara keseluruhan, maka pengkajian aspek linguistik terhadap bahasa adalah penting.
Dalam analisis wacana kritis stuktur linguistik digunakan untuk (1) menyistemasikan,
mentransformasikan, dan mengaburkan analisis realitas, (2) mengatur ide dan perilaku
orang lain, serta (3) menggolong-golongkan masyarakat. Untuk merealisasikan
tujuan-tujuan di atas, teks analisis wacana kritis menggunakan unsur kosakata,
gramatika, dan struktur tekstual sebagai bahan analisisnya.
3
Teun van Dijk (1998) mengemukakan bahwa analisis wacana kritis digunakan
untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, gender, kelas
sosial, hegemoni, dan lain-lain." Selanjutnya Fairclough dan Wodak (1997: 271-280)
meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran analisis wacana kritis sebagai berikut :
4
(2) Konteks
Analisis wacana kritis selain mempelajari bahasa (teks) itu sendiri, unsur di
luar bahasa pun (konteks) harus dipelajari. Menurut Sobur yang dikutip Fauzan
(2014) wacana terdiri atas teks dan konteks. Teks bukan hanya kata-kata yang tercetak
di lembar kertas, melainkan juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik,
gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Konteks merupakan semua situasi dan hal
yang berada di luar teks, seperti partisipan dalam bahasa, situasi saat teks diproduksi,
fungsi yang dimaksudkan, dan lain sebagainya. Titik perhatian analisis wacana ialah
menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses
komunikasi. Berdasarkan penjelasan di atas, wacana dapat dibentuk berdasarkan
onteks dan dapat ditafsirkan dalam kondisi dan situasi tertentu.
(3) Historis
Selain aspek tindakan dan konteks, adalah aspek historis yang perlu
diperhitungkan karena wacana tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan aspek ini.
Misalnya, untuk memahami makna puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
danmengungkapkan makna apa yang ingin disampaikan yaitu dengan cara
mengungkapkan kapan puisi tersebut diciptakan.
(4) Kekuasaan
Aspek yang yang tidak kalah penting untuk membedakan antara analisis
wacana dan analisis wacana kritis, adalah aspek kekuasaan. Eriyanto (2001)
mengatakan bahwa wacana yang dibuat dalam bentuk tulisan, ujaran, dan lainnya,
tidak terwujud dengan begitu saja secara natural, tetapi hal itu wujud dari pertarungan
kekuasaan karena aspek kekuasaan merupakan salah satu bentuk keterkaitan wacana
dengan masyarakat.
(5) Ideologi
Dalam analisis wacana kritis, aspek ideologi merupakan kajian utama.
Eriyanto (2001)mengatakan bahwa tulisan, ujaran, dan lainnya adalah wujud dari
ideologi tertentu. Ideologi dibentuk oleh kelompok dominan yang bertujuan untuk
memproduksi ulang da mengesahkan keberadaan kelompok tersebut. Artinya,
kelompok dominan mempengaruhi dan menginformasikan ke khalayak ramai bahwa
keberadaan dan kekuatan mereka sudah sah.
5
Pendekatan Perancis berasumsi bahwa bahasa adalah medan pertarungan
kekuasaan. Melaluki makna yang diciptakan dalam wacana, berbagai kelompok saling
berupaya menanamkan keyakinannya dan pemahamannya kepada kelompok lain.
Melalui kata dan makna yang diciptakan mereka melakukan pertarungan, termasuk
kekuasaan untuk menentukan dan mengukuhkan posisi dominasi kuasa pada yang
lain. Dalam pendekatan ini bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan
materialisasi bahasa pada ideologo. Keduanya, kata yang digunakan dan maknanya
memposisikan orang dalam kelas tertentu. Bahasa adalah pertarungan wacana melalui
mana suatu kelompok sosial atau kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan dan
pemahamannya. Pendekatan inilah yang digunakan oleh Sara Mills dengan perspektif
feminisme.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Teun Van Dijk yang menitikberatkan pada
malah etnis, rasialisme dan pengungsi. Pendekatan ini disebut sebagai kognisi sosial,
karena ia melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana. Oleh
karena itu, menurut pendekatan ini analisis wacana dapat digunakan untuk
mengetahui posisi sosial kelompok-kelompok penguasa/dominan dan kelompok
marjinal.
6
DAFTAR PUSTAKA
7
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Keterangan Dokumentasi :
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Desember 2023
Pukul : 14.07 wib – 16. 25 wib
8
Lokasi : Gedung E kelas 1.8
Semua Anggota Kelompok 3 Hadir Pada Saat Diskusi dan Pembuatan Makalah