Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Kualitatif Jurnalistik
pada semester V tahun akademik 2015/2016
Disusun oleh:
210110130163
Aufa Sabila
210110130210
210110130110
Shafa Nurnafisa
210110130099
Jurnalistik A
B. Teks
Dalam teori bahasa, apa yang dinamakan teks tidak lebih dari himpunan huruf yang
membentuk kata dan kalimat yang dirangkai dengan sistem tanda yang disepakati
oleh masyarakat, sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna
yang dikandungnya.
Ricoeur mengajukan suatu definisi yang mengatakan bahwa teks adalah
wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Teks juga bisa
diartikan sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim
kepada seorang penerima, melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu
(Budiman, 1999b:115-116). Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini,
bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, drama,
secara pengertian umum adalah teks.
Dalam dunia jurnalistik, teks berarti sebuah karya jurnalistik. Teks dalam
jurnalistik pun tidak terbatas pada karya jurnalistik tertulis seperti berita ataupun
feature. Namun, teks dalam jurnalistik bisa juga berupa dokumenter, berita televisi,
bahkan sekadar sebuah karikatur. Dalam pengertian yang lebih ketat, teks dikatakan
teks hanya ketika sebuah gagasan secara sadar dan sengaja dituliskan (dibentuk) oleh
pengarangnya, bukan sekadar transkripsi dari sebuah wacana (Sobur, 2004:54).
C. Bahasa
Bahasa memegang peran penting dalam wacana, terlebih lagi sebuah teks. Bahasa
adalah perangkat paling ampuh untuk menyampaikan makna dalam sebuah wacana
maupun teks. Menurut Halliday, bahasa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi ideasional: untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas
hubungan di antara anggota masyarakat.
2) Fungsi interpersonal: untuk menyampaikan informasi di antara anggota
masyarakat.
D. Analisis Wacana
Stubbs (1983:1) menjelaskan, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti
atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Selain itu, Katromiharjo (1999) mengungkapkan, analisis wacana
merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit
bahasa yang lebih besar daripada kalimat.
Menurut Syamsuddin (1992) analisis wacana memiliki ciri dan sifat sebagai
berikut:
Elemen kekuasaan dalam Analisis Wacana Kritis, setiap wacana yang muncul
dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai ilmu yang
alamiah, wajar, dan netral. Akan tetapi, merupakan bentuk pertarungan kekuasaan.
Kekuasan di sini adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan
masyarakat seperti kekuasaan laki-laki, kulit putih dan hitam, dan lain-lain.
5. Ideologi
Ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan
untuk
memproduksi legitimasi dominasi. Dengan membuat kesadaran kepada khalayak
bahwa legitimasi tersebut taken for granted, sehingga apa yang ditampilkan
kelompok yang dominan yang mempersuasi dan mengkonsumsikan pada khalayak
produksi kekuasaan dan dominan yang mereka miliki sehingga tampak absah dan
benar.
H. Framing
G.J. Aditjondro memaparkan, framing sebagai metode penyajian realitas, dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan
secara halus dengan memberikan sorota terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan
menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan
foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
Dalam framing, media melakukan pembedahan kontruksi pada berita dalam
dua hal yang ada, pertama dari adanya penyeleksian dan penonjolan.
Framing sebuah tulisan di media massa dikonstruksikan oleh berbagai realitas,
diantaranya adalah realitas politik. Terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan para
pekerja massa dalam mengkonstruksikan realitas politik tersebut, yang berujung pada
pembentukan makna atau citra mengenai kekuatan politik. Tindakan tersebut yaitu:
1. Memilih kata (simbol) politik. Setiap media akan memperlihatkan simbol
dalam pemberitaan yang dituliskan, seperti pemilihan diksi, gambar, suara,
ataupun video.
2. Melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik, seperti contohnya
pengambilan sudut pandang (angle).
3. Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik, seperti
contohnya menempatkan posisi pemberitaan (seperti headline, kolom,
artikel, editorial, dan sebagainya)
Adapun fungsi Framing sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi Masalah
b.
c.
d.
dan
Suara
Penelitian ini lebih bersifat deskriptif mengenai penggunaan bahasa sebagai representasi
sikap media massa terhadap masalah konflik Syiah-Sunni. Penelitian yang dilakukan Dadang
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Fowler. Sumber
data yang peneliti gunakan adalah pemberitaan konflik Syiah-Sunni di Sampang dalam
Majalah Tempo dan Suara Hidayatullah. Kasus Syiah-Sunni diberitakan oleh Majalah
Tempo dengan sudut pandang serangan laknat, sedangkat dalam Suara Hidayatullah
menyajikan pertentangan substansi pemahaman agama. Dalam penggunaan kosakata
pemberitaan, Majalah Tempo lebih sering menyebutkan memaksakan keyakinan,
pembersihan Syiah, serangan laknat, intoleransi, sedangkan Suara Hidayatullah lebih sering
menggunakan kosakata seperti sesat, menyesatkan, syirik, dan kafir. Kosakata yang dipakai
kedua media tersebut dalam memperlihatkan kecenderungan media memihak dalam
permberitaan, seperti Majalah Tempo yang lebih mendukung Syiah, dan Suara Hidayatullah
yang lebih mendukung Sunni.
Simpulan
Analisis Wacana Kritis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi
penjelasan dari sebuah teks (realits sosial) yang mau atau sedang dikaji seseorang atau
kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh
apa yang diinginkannya. Ia sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di
antara peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, serta struktur sosial yang
membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan ideologidapat memproduksi dan
mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak berimbang antara kelas sosial serta kelompok
mayoritas dan minoritas.
Metode Analisis Wacana Kritis berfokus pada sifat alami kontekstualisasi ideologi.
Ideologi berpengaruh pada pemakaian bahasa yang digunakan dalam konstruksi wacana,
termasuk pengelompokan dan penafsiran situasi sosial. Proses Analisis Wacana Kritis juga
dilakukan dengan analisis data.
Daftar Pustaka
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Merode, dan Penerapannya pada Wacana Media.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana sebuah kajian bahasa dalam pemakaian. Malang:
Bayumedia Publishing.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.