Anda di halaman 1dari 7

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Analisis Wacana

Oleh

Kelompok 2

Afifah Hanum (1610722001)

Anita Elisabet Purba (1610722025)

Wardah Septi Weri (1610722047)

Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas

Padang

2019
KEUTUHAN STRUKTUR WACANA

Afifah Hanum (1610722001)


Anita Elisabet Purba (1610722025)
Wardah Septi Weri (1610722047)

Pendahuluan
Analisis wacana adalah suatu kajian linguistik yang mempelajari atau menganalisis
bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan terhadap para
pengguna sebagai suatu elemen masyarakat. Wacana yang baik adalah wacana yang harus
memperhatikan hubungan antarkalimat. Wacana dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
wacana lisan dan wacana tulis. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki
kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan
susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan, maupun tertulis.
Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis, penyampaian isi atau informasi disampaikan
secara tertulis. Ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dapat dipahami dan diinterprestasikan
oleh pembaca. Kohesi dan koherensi berperan dalam membentuk keutuhan dan kepaduan
wacana baik wacana lisan maupun wacana tulis. Untuk itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai kohesi dan koherensi sebagai bagian dari keutuhan struktur wacana.

Pembahasan
Tarigan (2009:92) berpendapat bahwa, seperti halnya bahasa, wacana juga mempunya
bentuk (form) dan makna (meaning) . Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan
faktor penting untuk menentukan tingkat keterbacaan suatu wacana. Untuk itu, berikut akan
dijelaskan mengenai keutuhan struktur wacana, yangmana terdapat kohesi dan koherensi.
1. Kohesi
Kohesi menurut Halliday (dalam Oktavianus 2006:53) adalah hubungan
semantis yang ada dalam suatu teks. Kohesi akan muncul apabila interpretasi suatu
unsur dalam suatu teks atau wacana tergantung pada unsur lain dalam teks atau
wacana tersebut. Menurut Tarigan (2009:96), Kohesi merupakan organisasi sintaksis
dan merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan.
Sedangkan menurut Mulyana (2005:26) kohesi diartikan sebagai kepaduan
bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Dapat disimpulkan
bahwa kohesi merupakan hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana baik dalam
skala gramatikal maupun dalam skala leksikal tertentu, artinya, kohesi merupakan
aspek formal bahasa dalam wacana. Halliday dan Hasan (dalam Oktavianus 2006:53)
membagi alat-alat kohesi menjadi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
A. Kohesi Gramatikal
Menurut Oktavianus (2006:54), kohesi gramatikal merupakan kohesi yang
melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Penanda kohesi gramatikal terdiri
dari referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi .
 Referensi
Referensi menurut Ogden dan Richard (dalam Oktavianus 2006:53)
merupakan hubungan antara simbol dan benda yang diacu. Hubungan
referensi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu endofora dan eksofora.
Referensi endofora adalah apabila unsur-unsur yang diacu keberadaannya
terdapat di dalam teks (intratekstual). Sedangkan referensi eksofora adalah
pengacuan terhadap unsur-unsur yang terdapat di luar bahasa (ekstrateksual),
yaitu pada konteks situasi. Sebagai contoh pada ujaran “Itu matahari”. Kata
itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu benda yang
berpijar yang menerangi alam ini.
Referensi endofora juga terbagi menjadi dua macam, yakni referensi
anafora dan katafora. Referensi anafora mengacu pada unsur yang telah
disebutkan lebih dahulu (sebelumnya) atau referensi ke belakang, contohnya
terdapat pada ujaran berikut :
“Teman-teman, kita harus segera menyelesaikan tugas analisis wacana
ini.”
Pada ujaran di atas, kata “kita” mengacu pada kata teman-teman dan diri si
pengujar.
Sedangkan referensi katafora adalah hubungan referensi yang mengacu
kepada unsur yang disebutkan kemudian. Contohnya: “Berilah mereka
makanan! Anak-anak itu tampaknya sangat lapar”. Dari ujaran tersebut, dapat
kita simpulkan bahwa kata “mereka” mengacu pada kata “anak-anak itu”.

 Substitusi
Menurut Oktavianus (2006:56) substitusi adalah penggantian suatu
unsur dengan unsur lainnya. Menurut Kridalaksana (dalam Oktavianus
2006:56), substitusi dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur pembeda atau
menjelaskan suatu struktur tertentu. Dengan demikian, substitusi adalah proses
dan hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih
besar untuk memperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu.
Contoh :
“Kemarin, Riri menikah dengan pujaan hatinya. Sebagai perempuan
tentunya suatu hari nanti Anita juga menginginkan hal yang sama”
Pada wacana di atas, frasa menginginkan hal yang sama adalah pengganti
menikah dengan pujaan hatinya.

 Elipsis
Menurut Kridalaksana (dalam Oktavianus 2006:57), Elipsis adalah
penghilangkan sebagian unsur dalam suatu ujaran. Bagian yang dihilangkan
dapat diidentifikasi melalui konteks bahasa maupun konteks non bahasa.
Sedangkan menurut Mulyana (2005:28), Elipsis atau penghilangan/pelesapan
adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Bentuk
atau unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan dari ujudnya dari konteks
bahasa atau konteks luar bahasa.

 Konjungsi
Konjungsi adalah unsur yang menghubungkan kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat dan bahkan
paragraf dengan paragraf (Okavianus, 2006:59).
Konjungsi terbagi atas konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif,
konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, dan konjungsi antarparagraf
(Moeliono dalam Oktavianus 2006:59)

B. Kohesi Leksikal
Bentuk kohesi leksikal yang sering ditemukan adalah repetisi, sinonim,
antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi. Repetisi adalah pemunculan bentuk
yang sama yang mengacu ke makna yang sama dalam suatu wacana. Repetisi dalam
wacana berfungsi sebagai unsur penegas, penciptaan gaya bahasa, dan pengungkapan
perasaan emosi. Makna repetisi dalam sebuah wacana tergantung pada konteks.
Contoh :
Maaf? Kau minta maaf Hayati? Setelah segenap daun kehidupanku kau regas,
segenap pucuk pengharapanku kau patahkan. Kau minta maaf? (TKV,195)

Pada tataran leksikon, sinonim dapat dikatakan sebagai persamaan arti tetapi
bentuknya berbeda. Pola persinoniman setiap bahasa dalam membangun sebuuah teks
menarik untuk dicermati. Di samping itu, kekayaan budaya dan intensitas kontak
dengan bahasa lainnya menentukan warna persinoniman dalam suatu bahasa.
Contoh :
Pola persinoniman bahasa Minangkabau dalam membangun hubungan antar unsur
untuk mengkontruksikan sebuah teks.
Pandai-pandai jo masyarakat
Tau-tau manenggang raso
Usah pamaha takuik rugi.
(DR-BG, 1983)

Atonim adalah perlawanan kata. Suatu wacana yang dinamis juga sering
menempatkan kohesi leksikal secara fleksibel dan variatif dengan mempertentangkan
makna yang berlawanan.

Contoh :

Mustahil dia akan dapat menerima cinta saya, karena dia langit dan saya ini
bumi, bangsanya tinggi dan saya hidup dari padanya tempat buat lekat hati
Zainab. (DLK, 17)

Hiponim adalah hubungan kata-kata yang bersifat generik ke kata-kata yang


lebih spesifik. Hiponim sangat umum sekali dipakai dalam wacan, selain itu hiponim
juga membentuk medan makna, sehingga ia dapat digunakan untuk membangun suatu
wacana yang memiliki variasi bentuk leksikal.

Contoh:
Penggunaan hiponim dalam suatu wacana
Kalaulah bukan harimau, binatang itu saya kejar sampai dapat.

Kolokasi adalah persandingan kata. Contoh kolokasi adalah buku, koran,


majalah dan media massa. Kata-kata tersebut dianggap berkolokasi karena semuanya
merupakan satu unit yaitu bahan bacaan.

Contoh:
Untuk meningkatkan prestasi belajar saya, ibu harus membelikan buku, koran
dan bacaan-bacaan lainnya yang berupa media masa.

2. Koherensi
Dalam kamus Webster (Oktavianus,2006:25) Koherensi dibagi atas dua bagian
yaitu, kohesi dan koneksi. Kohesi diartikan sebagai suatu perbuatan atau keadaan
menghubungkan atau mempertalikan suatu unsur dengan unsur lainnya sehingga
teebentuk sebuah wacana yang kepaduan unsur-unsurnya tertata sedemikian rupa
sehingga pesan atau makna tersampaikan mudah dipahami.
Contoh:
Apapun yang dibelinya, Joni tetap tidak melupakan ibunya
Pada ujaran diatas -nya memiliki ikatan dengan Joni. Penggunaan kata ganti
selain membangun kekoherensian ujaran juga menghindari pengulangan unsur yang
sama. Koneksi adalah hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu
sama lain dan ketergantungan itu harus rapi. Dalam Oktavinus (2006:66) Tarigan
mengemukakan koherensi dalam suatu wacana dapat dibangun dengan
mengembangkan sebuah wacana melalui uraian yang bersifat aditif, rentetan,
penggunaan kata ganti, reletisi, sinonim, deskripsi dari yang umum, yang khusus,
komparasi, pengontrasan, pemberian.
Pengembangan wacana dapat dilakukan melalui penambahan unsur-unsur
yang dianggap dapat memperluas suatu wacana. Pemarkah hubungan aditif adalah
dan, juga lagi, pula. Hubungan yang menyatakan rentetan dimarkahi oleh pertana,
kedua, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya.
Contoh:
Hidup dan mati adalah dua kenyataan yang tak bisa dielakkan oleh makhluk
hidup

Kesimpulan

Pada pembahasan di atas, telah dibahas keutuhan struktur wacana yaitu adanya
kohesi dan koherensi. Kohesi merupakan hubungan antarkalimat di dalam sebuah
wacana baik dalam skala gramatikal maupun dalam skala leksikal tertentu. Kohesi
terbagi pula menjadi dua yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Penanda kohesi
gramatikal terdiri dari referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan kohesi
leksikal yang sering ditemukan adalah repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi,
dan ekuivalensi, sedangkan koherensi dibagi atas dua bagian yaitu, kohesi dan
koneksi.

Daftar Pustaka :

Mulyana. 2005. Kajian Wacana (Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip analisis
Wacana).Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.


Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press.

Keterangan :

Tempat diskusi : Perpustakaan UNAND

Tanggal : Kamis, 12 September 2019 pukul 11.00 s.d. selesai

Anda mungkin juga menyukai