Anda di halaman 1dari 3

PERTEMUAN 9

PENDEKATAN OBJEKTIF

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan:
1.1. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali pendekatan objektif

URAIAN MATERI
Menurut Abrams pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah
dari segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas
dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup
dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya. “the objective orientation, ’which on
principle regard the work of art in isolation from all these external points of reference,
analyze it as a self-sufficient entity constituted by its parts in their internal relation, and sets
out to judge it solely by criteria intrinsic to its own mode of being”
Karya sastra harus dilihat sebagai objek yang mandiri dan menonjolkan karya sastra
sebagai struktur verbal yang otonom dengan koherensi intern. Dalam teori ini terjalin secara
jelas antara konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dengan pengkajian karya sastra itu
sendiri, baik secara metaforis maupun secara elektis. Istilah lain dari teori objektif adalah
teori struktural.
Ciri-ciri yang terdapat dalam teori objektif adalah:
1. Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
2. Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya
sastra.
3. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku.
4. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut
berdasarkan kaharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.
5. Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan
unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, point of view.
6. Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur
pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.
Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19 menjadi
salah satu pendekatan yang diperhitungkan selama hampir 3 dekade. Pendekatan objektif
dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi
tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima,
struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Penilaian yang diberikan
dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan kaharmonisan
semua unsur-unsur pembentuknya.
Telaah struktur yang harus dikaitkan dengan fungsi struktur lainnya yang dapat berupa
pararelisme, pertentangan, inverse, dan kesetaraan. Dalam karya yang lebih luas seperti
novel, struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan
unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, point of view. Untuk
mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama
lain.
Penilaian objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak dengan
pendapat pribadi (subjektif). Kriteria utama dalam memberikan penilaian secara objektif itu,
menurut Graham Hough dan Wellek Warren adalah pada adanya :
1. Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi
maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kasatuan yang utuh, selaras, serta padu
dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmony, dan unity.
2. Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat texture serta penataan
unsur-unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya atau pada adanya consonantia dan
klantas.
Dari adanya sejumlah kriteria di atas memang pada dasarnya seseorang dengan mudah
dapat menentukan bahwa sebuah bacaan itu adalah teks sastra. Akan tetapi, satu hal yang
harus diingat, bacaan berupa teks sastra itu tidak selamanya mengandung nilai-nilai sastra.
Ada tiga paham tentang penilaian terhadap karya sastra secara objektif, yaitu paham
relativisme, absolutisme, dan perspektivisme. Penilaian relativisme menyatakan bahwa bila
sebuah karya sastra dianggap bernilai pada suatu waktu dan tempat tertentu, pada waktu dan
tempat yang lain juga harus dianggap bernilai. Penilaian absolutisme menyatakan bahwa
penilaian karya sastra harus didasarkan pada ukuran dogmatis. Sedangkan penilaian
perspektivisme menyatakan bahwa penilaian karya sastra harus dilakukan dari berbagai sudut
pandang sejak karya sastra itu tercipta (terbit) sampai sekarang (Pradopo, 1997: 49-51).
Rene Wellek dan Austin Warren menyebutnya pendekatan intrinsik
Kelemahan: menolak unsur-unsur ekstrinsik dalam karya sastra

LATIHAN/TUGAS
1. Menurut pendekatan objektif, karya sastra bersifat otonom dan koherensi intern,
jelaskanlah maksud pernyataan ini.
2. Mengapa pendekatan objektif sering disamakan dengan pendekatan strukturalisme?
3. Bagaimana sistematika pendekatan objektif dalam mengkaji karya sastra?

Anda mungkin juga menyukai