A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. Hakikat Bahasa
Dari awal kajian kita sudah membahas bahwa objek kajian dalam linguistik adalah
bahasa. Maka muncul pertanyaan dalam benak kita, apa sebenarnya hakikat bahasa itu??
Apakah bahasa hanya bersifat sebagai alat komunikasi atau bekerjasama atau
mengekspresikan diri??
Mari kita lihat pada pemaparan tentang hakikat bahasa dari beberapa ahli bahasa
berikut ini:
Dari sini dapat saya jelaskan bahwa bahasa dapat digunakan untuk bekerja sama
dalam artian dengan bahasa kita dapat bekerja sama dengan orang lain.
Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat dilihat pada saat kita berkomunikasi
dengan orang lain, baik dengan bahasa lisan maupun tulisan, maka untuk dapat
berkomunikasi atau menyampaikan ide/gagasan kepada orang lain kita akan
menggunakan media bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan hal tersebut. Sebagai
ilustrasi, saya memberikan contoh sebagai berikut:
Ali adalah mahasiswa program studi Sastra Indonesia semester 1, ia juga termasuk
anggota HIMA Sasindo. Pada saat rapat HIMA, Ali memberikan pendapatnya
dengan menggunakan bahasa. Dari sini bisa saya gambarkan bahwa bahasa bisa
berfungsi sebagai alat komunikasi.
Bahasa sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dapat saya jelaskan bahwa
dengan adanya bahasa, manusia dapat memahami dirinya sendiri. Misalnya, jika dia
seseorang yang pembawaannya kalem, biasanya dia akan menggunakan bahasa yang
sopan dan pelan dalam berbicara.
Sekilas kita sudah bisa memahami apa hakikat dari bahasa itu sendiri. Lalu muncul
pertanyaan baru, apa lagi yang terkait dengan pengertian bahasa yang lain??
Masalah lain yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah, bilamana sebuah
tuturan disebut bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya
dianggap sebagai varian (ragam)dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai
dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan
patokan politis.
Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa yang berbeda,
kalau anggota-anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti.
Sebagai contoh, dalam buku Abdul Chaer disebutkan bahwa seorang penduduk asli
dari lereng Gunung Slamet Jawa Tengah tidak akan mengerti tuturan penduduk asli yang
datang dari lereng Gunung Galunggung Jawa Barat, karena bahasa yang digunakan di
lereng Gunung Slamet dan di lereng Gunung Galunggung sangat berbeda, baik kosa
katanya maupun sistem fonologinya. Sebaliknya kalau penduduk dari lereng Gunung
Slamet tadi berjumpa dengan seorang penduduk dari tepi Bengawan Solo, baik di Jawa
Tengah maupun Jawa Timur, dia akan dengan mudah dapat berkomunikasi.
Mengapa hal ini bisa terjadi?? Mengapa orang yang tinggal di lereng Gunung
Slamet, Jawa Tengah lebih bisa memahami ujaran dari masyarakat tutur yang tinggal di
tepi Bengawan Solo?? Mengapa demikian?. Kita dapat membayangkan bahwa orang
yang tinggal di lereng Gunung Slamet tinggal di wilayah yang sama yang menggunakan
bahasa Jawa, perbedannya hanya dialek saja yang berbeda. Sedangkan jika kita lihat
bahasa orang yang berasal dari lereng Gunung Galunggung Jawa Barat berbeda dengan
orang di lereng Gunung Slamet karena perbedaan wilayah. Kita lihat bahwa orang dari
lereng Gunung Galunggung dari Jawa Barat yang tentunya menggunakan bahasa
Indonesia.
Secara politis, kita bisa lihat bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang
keduanya berasal dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu; dan juga jelas penutur
bahasa Indonesia akan dengan mudah memahami bahasa Indonesia. Apakah bahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia merupakan dua buah bahasa yang berbeda, atau hanya
dua buah dialek dan sebuah bahasa yang sama?? Secara linguistik, bahasa Indonesia dan
bahasa Malaysia sebenarnya hanya dua buah dialek dari bahasa yang sama yaitu bahasa
Melayu. Tetapi secara politis, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah dua buah
bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasionaI bangsa Indonesia dan
bahasa Malaysia adalah bahasa nasional bangsa Malaysia.
Pateda (2011:6) mengatakan bahwa tanpa adanya bahasa orang tidak akan dapat
menjalankan amanah kehidupannya dengan sempurna. Bahasa adalah alat yang ampuh
untuk menghubungkan dunia seseorang dengan dunia di luar dari kita, dunia seseorang
dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya bahkan dunia seseorang dengan
Tuhannya. Dari pemaparan Pateda ini dapat saya simpulkan bahwa hakikat bahasa
adalah alat yang digunakan oleh manusia sebagai penghubung, baik antara manusia
dengan lingkungannya, manusia dengan alam, dan dunia kita dengan Tuhannya. Saya
bisa memberikan contoh hakikat bahasa yang digunakan sebagai penghubung manusia
dengan lingkungannya, misalnya pada saat kita berbicara dengan orang yang ada di
sekitar kita. Pada saat bertemu, kita saling bertegur sapa dengan menggunakan bahasa.
Hakikat bahasa sebagai penghubung manusia dengan alamnya, dapat kita lihat
interaksi kita dengan alam. Meskipun alam tidak bisa berbicara dengan menggunakan
bahasa seperti manusia, namun tingkah laku kita dengan memahami apa yang ada di
alam bisa diartikan sebagai suatu aktivitas berbahasa sebagai alat penghubung. Misalnya,
pada saat kita melihat tanaman yang layu di taman, lalu kita mengatakan bahwa
“tanaman ini butuh air”, tanpa tanaman itu berkata bahwa ia membutuhkan air, manusia
bisa memahami dan memberikan air pada tanaman tersebut.
Hakikat bahasa sebagai alat penghubung dengan Tuhannya kiranya bisa kita lihat
pada saat manusia berdoa kepada Tuhannya. Meskipun secara kasat mata kita tidak
melihat Tuhan kita, tetapi kita yakin dan percaya bahwa melalui bahasa yang kita
ucapkan dalam doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan kita, maka Tuhan bisa
mendengar dan mengabulkan doa tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat saya simpulkan bahwa hakikat bahasa adalah
sebagai alat komunikasi yang bisa dipakai oleh masyarakat tertentu untuk bekerja sama
atau mengekspresikan dirinya.
2. Fungsi Bahasa
Setelah kita membahas tentang apa itu bahasa dan juga hakikat bahasa itu sendiri,
lalu muncul pertanyaan berikutnya. Apa sebenarnya fungsi dari bahasa itu sendiri??
Menurut Pateda (2011:11),dengan bahasa kita mengetahui apa yang terjadi di tempat
lain, dan kita mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau. Begitu juga dengan
bahasa, orang dapat menyampaikan apa yang dirasanya kepada orang lain
berbicara mendengar
menulis membaca
Tetapi setiap hari seseorang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara.
Perhatikan orang-orang di pelabuhan atau petani di sawah. Tiap hari mereka hanya
berbicara dalam arti menghubungkan dunia mereka dengan dunia lingkungannya. Bagi
mereka bahasa semata-mata berfungsi sebagai alat komunikasi. Artinya, dengan bahasa
mereka dapat berhubungan dengan orang lain. Kalau dilihat, fungsi komunikasi itulah
yang terpenting dari bahasa mengingat banyak sekali rakyat di seluruh dunia yang masih
buta huruf.Hubungan dengan orang lain dapat berupa menanyakan, menyatakan,
mengharapkan, menyuruh, meminta dan sebagainya.
Bahasa dapat digunakan untuk berhubungan dengan orang lain bisa digunakan untuk
menanyakan. Sebagai contoh, pada saat pertama kali bertemu, kemudian ada seorang
penutur yang mengatakan, “Hai, apa kabar?”. Ini adalah fungsi bahasa yang berfungsi
untuk menanyakan sesuatu. Untuk menanyakan sesuatu, maka kalimat tanya digunakan
untuk menanyakan sesuatu. Dengan adanya bahasa, maka orang tersebut ingin
menanyakan bagaimana kabar orang yang diajak berbicara.
Dalam hubungannya dengan orang lain, bahasa bisa berfungsi untuk mengharapkan.
Kalimat pengharapan biasa digunakan untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu yang
diharapkan oleh pembicara kepada orang lain. Contoh, “Saya berharap kamu bisa datang
ke acara pernikahan kami.” Dari kalimat yang diungkapkan seperti itu, dapat dilihat
bahwa pembicara berharap agar lawan bicara mau datang ke acara pernikahan mereka.
Bahasa dapat digunakan untuk menyuruh orang lain. Biasanya bahasa seperti ini bisa
kita jumpai pada saat kita meminta orang lain untuk melakukan sesuatu. Untuk
menyuruh orang lain, biasanya menggunakan kalimat perintah. Contoh, “Bukakan pintu
itu!”. Kalimat tersebut diujarkan dengan menggunakan kalimat perintah. Fungsi dari
kalimat perintah tersebut adalah pembicara menyuruh orang lain untuk membukakan
pintu untuk si pembicara. Untuk menyuruh orang lain, kita bisa juga menggunakan
bahasa yang lebih halus dalam bentuk permintaan. Seperti pada kalimat berikut,
“Bersediakah jika Engkau membukakan pintu untuk saya?”. Kalimat perintah dengan
menggunakan kalimat tanya ini terkesan lebih halus dan bisa berfungsi untuk meminta
orang lain untuk melakukan sesuatu.
Selain itu, dengan bahasa kita dapat mencatat apa yang telah terjadi dan kita dapat
pula menyatakan apa yang akan terjadi. Pendek kata dengan bahasa, kita dapat
mewariskan kebudayaan kita kepada orang setelah kita. Dengan demikian, kita dapat
berkata bahwa bahasa berfungsi sebagai alat kebudayaan. Misalnya, kebudayaan pada
masa lampau hanya dapat kita pelajari jika ada bukti tertulis atau bukti lisan dari orang-
orang yang menjadi saksi atau pelaku sejarah. Bukti-bukti tersebut diujarkan atau
dituliskan dalam bentuk bahasa sehingga bahasa bisa dikatakan sebagai alat kebudayaan.
Dewasa ini dengan majunya teknologi, kita dapat menyimpan suara-suara yang telah
kita ucapkan dalam pita-pita kaset yang sewaktu-waktu dapat kita dengarkan kembali.
Kita telah melihat orang dapat menggunakan bahasa meskipun mereka tidak berhadapan
(telepon, interlokal, radio, dan sebagainya).
Menurut Soeparno (2002: 5) fungsi umum bahasa sebagai alat komunikasi sosial.
Komunikasi diperlukan antaranggota masyarakat, untuk keperluan hal tersebut
dipergunakan wahana yang dinamakan bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat
masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut.
Mengacu pada pandangan di atas dapat disimpulkan fungsi umum dari bahasa adalah
diperlukan wahana yang namanya bahasa. Sedangkan pelakunya adalah antaranggota
masyarakat.
Ada ahli bahasa lain yang menyebutkan tentang fungsi bahasa sebagai berikut.
Dilihat dari sudut penuturnya, maka bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya,
si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya
mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu
menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga mendapat menduga
apakah si penutur sedih, marah, atau gembira.
Dilihat dari segi pendengarnya atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif,
yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai yang dimau
pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat
yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.
Dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa di sini berfungsi
fatik, yaitu fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan persaan bersahabat,
atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola
tetap, seperti pada saat berjumpa, pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan
keluarga. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya disertai dengan unsur paralinguistik,
seperti senyuman, gelengan kepala, gerak-gerik tangan, air muka, dan kedipan mata.
Ungkapan-ungkapan tersebut yang disertai unsur paralinguistik tidak mempunyai arti,
dalam arti memberikan informasi, tatapi membangun kontak sosial antara partisipan di
dalam petuturan itu.
Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial,di sini bahasa itu
berfungsi sebagai alat untuk untuk membicarakan objek atau peristiwa yang berada di
sekeliling penutur yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial inilah yang
melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran,
untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
Ungkapan-ungkapan seperti “Ibu dosen itu cantik sekali”, atau “Gedung perpustakaan itu
baru di bangun” adalah contoh fungsi bahasa yang berfungsi referensial.
Dilihat segi kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual atau
metalingualistik, yakni bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.
Memang tampaknya agak aneh; biasanya bahasa itu digunakan untuk membicarakan
masalah lain, seperti masalah politik, ekonomi, atau pertanian. Tetapi dalam fungsinya di
sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat
dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah atau aturan-aturan
bahasa dijelaskan dengan bahasa. juga dalam kamus monolingual, bahasa itu digunakan
menjelaskan arti bahasa (dalam hal ini kata) itu sendiri.
Dilihat dari segi amanat (message) yang akan disampaikan maka bahasa itu
berfungsi imaginatife, sesungguhnya, bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang cuma imaginasi
(khayalan, rekaan) saja. Fungsi imaginatif ini biasanya ini biasanya berupa karya seni
(pusi, cerita, dongeng, lelucon) yang digunakan untuk kesenagan penutur, maupun para
pendengarnya.
(5) Fungsi integratif memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat
yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota dari suatu
masyarakat.
(6) Fungsi instrumental ialah penggunaan bahasa untuk tujuan mendapat keuntungan
material, memperoleh pekerjaan, meraih ilmu, dan sebagainya.
(7) Fungsi kultural ialah penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai
suatu sistem nilai dan cara hidup, atau kebudayaan, sesuatu masyarakat.
(8) Fungsi penalaran memberi banyak tekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat
berpikir dan mengerti serta menciptakan konsep-konsep, dengan pendek untuk
bernalar.
Sedangkan menurut Halliday 1973 (dalam Tarigan, 2009 : 6-8) mengemukakan
tujuh fungsi bahasa dalam bukunya yang berjudul Expplorations in the Functions
Language yaitu : (1) Fungsi instrumental, (2) fungsi regulasi, (3) fungsi pemerian, (4)
fungsi interaksi, (5) fungsi perorangan, (6) fungsi heuristik, dan (7) fungsi imajinatif.
(1) Fungsi ekspresi termasuk pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel,
sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dalam bahasa. Tingkah laku, gerak-gerik,
dan mimik juga berperan dalam pengungkapan ekspresi;
(2) fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada
orang lain;
(3) fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal,
perkara, dan keadaan;
(4) fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau
mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu secara baik-baik;
(5) fungsi entertaimen adalah pengggunaan bahasa dengan maksud untuk
menghibur, menyenangkan atau memuaskan perasaan batin.
Dari pemaparan di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa fungsi bahasa sangat
bervariasi tergantung bagaimana pengguna bahasa berkomunikasi dengan bahasa tertentu
untuk tujuan tertentu juga.
3. Isi Bahasa
Bahasa yang berwujud bunyi itu, apa saja isinya? Menurut G.A. Miller (1974: 8)
dalam Pateda (2011:6) bahasa yang berwujud bunyi berisi:
a. Phonological information, informasi yang bersifat fonologis, bunyi yang taat
makna.
4. Sifat Bahasa
Chaer (2012:33-59) mengatakan bahwa hakikat bahasa pada umumnya tidak dapat
dipisahkan dari sifat dan ciri bahasa itu sendiri, yaitu :
sintaksis
frase
kata
morfologi
morfem
fonem
fonologi
fon
Gambar 2.1. Hirarki subsistem bahasa
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa jika diurutkan dari tataran
yang terendah sampai tataran yang tertinggi, dalam hal ini yang menyangkut ketiga
subsistem struktural di atas adalah tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat,
dan wacana. Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi; tataran morfem
dan kata masuk dalam bidang kajian morfologi; tataran frase, klausa, kalimat, dan
wacana masuk dalam bidang kajian sintaksis.
Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia terrnasuk
bunyi bahasa. Bunyi teriak, bersin, batuk-batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk
bunyi bahasa, meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena semuanya itu
tidak termasuk ke dalam sistem bunyi bahasa.
Oleh karena itu, lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran,
maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya, lambang
bahasa yang berwujud bunyi (kuda): lambang ini mengacu pada konsep “sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”.
Archibal A. Hill (1958: 3-9) menyebutkan lima sifat pada bahasa yang berwujud
bunyi. Kelima sifat itu, ialah:
a. Bahasa merupakan seperangkat bunyi. Bunyi itu bersistem dan dikeluarkan oleh
alat bicara manusia,
c. Bahasa itu bersistem. Tiap bahasa di dunia ini mempunyai sistem sendiri.
Sistem bahasa Indonesia berbeda dengan sistem bahasa Inggris dan bahasa lain
di dunia ini,
d. Bahasa adalah seperangkat lambang. Memang bunyi yang dihasilkan oleh alat
bicara manusia itu berwujud lambang. Misalnya, bunyi kuda lambangnya adalah
/k, u, d, a / kalau kita suarakan dan berwujud kuda kalau kita tuliskan dalam
bahasa Indonesia (sebab dalam bahasa Inggris akan ditulis horse). Lambang-
lambang itu kita mengerti maknanya apabila lambang tersebut berada dalam
kawasan bahasa yang kita pahami.
5. Proses Bahasa
Telah berulang-ulang dikatakan bahwa bahasa yang berwujud bunyi itu dihasilkan
oleh alat bicara manusia. Untuk sampai dimengerti orang lain, bahasa tersebut melalui
suatu proses. Menurut William G. Moulton, ada sebelas tahap yang berbeda dalam
seluruh proses bahasa. Seperti yang terdapat di bawah ini:
Proses ini berlangsung dengan cepat sehingga dalam waktu singkat manusia dapat
berkomunikasi dengan cepat. Begitu bunyi dikeluarkan dari alat bicara seseorang, bunyi
segera merambat ke telinga pendengar, maka bunyi tadi diproses dengan cepat sehingga
pendengar segera mereaksi terhadap segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara.
Jadi, apa yang dikemukakan oleh pembicara merupakan stimulus bagi pendengar.
Berdasarkan stimulus itu, pendengar membuat reaksi atau respon.
Proses ini oleh Bloomfield (1933 : 26) dalam Pateda (2011:8) digambarkan sebagai
berikut:
S R S R
s = stimulus
r = respons
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pada saat kita berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa, maka pada saat pertama kali berbicara, ia memberikan stimulus
atau rangsangan bagi pendengarnya untuk bisa merespon apa yang ia sampaikan
sehingga terjalinlah proses komunikasi.
Audition Phonation
C S C S
C = Concept
Apa yang terjadi pada A dan B berlangsung dengan cepat. Kaset konsep dengan
segala beban maknanya yang terdapat dalam simpul-simpul otak, baik yang terdapat
pada A maupun yang terdapat pada B siap untuk dikeluarkan dan siap untuk menafsirkan
lambang-lambang bunyi itu.
Dilihat dan segi neurophysiology apa yang berhubungan dengan bahasa diatur di
dalam hemisfir kiri di tempat daerah Broca, Wernicke dan konteks superior. Ketika
daerah penting yang ada pada otak manusia dipusatkan dalam suatu sistem yang disebut
sistem sentersefalik (Centercephalic system) yang Ietaknya diperkirakan di tengah-
tengah di antara daerah Broca, Werncke dan konteks superior. Semua rangsangan
termasuk yang lewat telinga dan mata yang masuk ke otak diperiksa dulu oleh sistem
sentersefalik yang kemudian dikirim ke bagian-bagian yang dipilih untuk
menanggapinya.
Daerah yang khusus mengontrol ujaran disebut daerah Broca. Broca (yang dikutip
oleh Soenjono Dardjowidjojo: 1982:5) dalam Pateda (2011:10) mengatakan bahwa dasar
ujaran bergantung pada empat faktor yakni:
a. sebuah ide
b. hubungan konvensional antara ide dan kata
c. cara penggandengan gerak artikulasi dengan kata
d. penggunaan alat-alat artikulasi.
Keempat unsur di atas ini harus ada sebab kalau tidak, akan terjadi keanehan-
keanehan tertentu. Misalnya, kalau tak terpenuhi faktor keempat, orang tak dapat
berbicara meskipun ia mengerti apa yang dibicarakan.
Seperti telah dikatakan di atas, apa yang diuraikan ini berlangsung dengan cepat.
Dalam praktiknya kita tidak menunggu terlalu lama sebuah lambang dikeluarkan dan
tidak terlalu lama pula memberi reaksi.
6. Bentuk Bahasa
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari setiap orang yang berhubungan
dengan bahasa hanya melaksanakan empat kegiatan, yaitu: .
a. Berbicara
b. Menyimak
c. Membaca
d. Menulis
Dari empat kegiatan tersebut, kita dapat membagi bentuk bahasa itu atas dua bagian
yang besar, yakni
a. Bahasa lisan
b. Bahasa tulis
Kalau kita mengatakan bahasa lisan, maka kita dapat membayangkan seseorang
sedang berbicara dan orang lain mendengar. Dan kalau kita mengatakan ada bahasa tulis,
maka dalam bayangan kita ada orang menulis dan tulisannya dibaca orang lain. Apabila
kedua bentuk bahasa ini kita hubungkan dengan linguistik, maka yang terpenting bagi
linguistik ialah bahasa lisan.
Bahasa tulis dianggap sebagai objek sekunder. Ini tidak mengherankan karena dari
sebuah kalimat yang tertulis, terlalu sulit diterka apa yang tersirat dalam tulisan itu.
Seandainya kita membaca kalimat; SekaIi berarti sudah itu mati, kita tidak tahu persis
apa yang dimaksud dengan kalimat ini. Namun, kalau kalimat ini dilisankan apalagi kita
berhadapan dengan orang yang mengucapkan kalimat itu, kita masih dapat meminta
penjelasan, apa yang dimaksudkannya dengan kalimat tersebut.
Jadi, bagi seorang linguis bahasa lisanlah yang terpenting. Ini bukan berarti bahwa
bahasa tulis tak dapat dipergunakan. Bahasa tulis dapat melengkapi apa yang kita peroleh
dari bahasa lisan. Bahkan kalau kita mengadakan penelitian tentang suatu bahasa yang
tidak mempunyai penuturnya lagi, maka bahasa tulislah yang diambil sebagai data.
Bahasa lisan dianggap sempurna karena orang yang sedang berbicara dapat
menambahkan unsur-unsur suprasegmental pada ucapannya sehingga apa yang
diucapkannya lebih jelas. Lain daripada itu, seorang pembicara dapat menambah
kejelasan isi pembicaraannya dengan bantuan gerakan anggota badannya. Perhatikan saja
orang yang sedang marah, orang yang berpidato. Kita melihat orang itu sering
mengacungkan tangan, berbicara keras tetapi tiba-tiba lambat, dan sebagainya. Hal
mengacungkan tangan seperti itu tentu tak dapat kita lukiskan dalam tulisan. Itulah
sebabnya bahasa lisan dianggap sebagai bentuk bahasa sempurna.
C. LATIHAN
Kerjakan soal-soal latihan berikut ini dengan teliti dan cermat!
1. Objek kajian linguistik adalah bahasa. Menurut Anda, Apa itu bahasa?
2. Setiap manusia memiliki tata cara yang berbeda-beda tergantung wilayahnya
masing-masing yang biasa kita kenal sebagai dialek. Menurut Anda, Apa itu dialek?
Beri contohnya!
3. Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda pada saat berbicara yang khusus
dimiliki oleh individu tersebut yang dikenal dengan istilah idiolek. Apa yang Anda
ketahui tentang idiolek? berikan contohnya!
4. Apa yang Anda ketahui tentang bahasa bersifat arbiter?berikan contohnya!
5. Dalam kelas kata, misalnya dari kelas kata yang satu berubah menjadi kelas kata
yang lain. Contoh, dari kata tulis sebagai kata kerja kemudian ditambahkan akhiran
–an menjadi tulisan sehingga kelas katanya berubah menjadi kata benda sehingga
bisa dikatakan bahwa bahasa bersifat produktif. Jelaskan pengertian bahwa bahasa
itu bersifat produktif!
6. Bahasa secara umum berfungsi sebagai alat komunikasi dan semua bahasa di dunia
memiliki sistem bahasa meskipun berbeda-beda di setiap negaranya. Menurut Anda,
mengapa bahasa itu bisa dikatakan bersifat universal. Jelaskan dan beri contoh!
D. DAFTAR PUSTAKA