Anda di halaman 1dari 5

1.

Dengan merujuk KBBI edisi terbaru, temukan definisi dari kata-kata berikut: a)
suntingan, b) menyunting, c) penyuntingan, d) bahasa selingkung, dan e) naskah!

Jawaban:
a) Suntingan, ialah  sesuatu yang dipakai sebagai sunting atau sesuatu yang
disuntingkan; hasil menyunting atau mengedit.
b) Menyunting, ialah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa; merencanakan dan
mengarahkan penerbitan; menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan
cara memotong-motong dan memasang kembali.
c) Penyuntingan, ialah proses, cara, perbuatan menyunting atau menyuntingkan
d) Bahasa selingkung, ialah bahasa sekitar atau bahasa yang digunakan terbatas
pada satu lingkungan: gaya.
e) Naskah, ialah karangan yang masih ditulis dengan tangan; karangan yang belum
diterbitkan, bahan berita yang siap untuk diset, rancangan.
2. Kehadiran editor pada masa lalu tidak banyak dipikirkan, tetapi sekarang sudah menjadi
kebutuhan di dalam dunia penerbitan. Menurut pendapat Anda, apa yang menyebabkan
perubahan perhatian yang begitu cepat itu?

Jawaban:

Di era yang dewasa ini, telah banyak penerbitan yang berdiri di Indonesia. Mulai dari
penerbitan kecil, hingga penerbit yang namanya sudah tersohor di daratan Nusantara.
Mulai dari Kompas Gramedia, Mizan, hingga penerbit Erlangga. Bersamaan dengan
munculnya banyak penerbit baru dan bersamaan dengan semakin suburnya dunia
perbukuan di Tanah Air, orang pun mulai merasakan perlunya diselenggarakan
pelatihan penyuntingan. Hal ini seiring pula dengan semakin banyaknya orang yang
bekerja di dunia sunting-menyunting ( Eneste, 2009: 1). Memang dunia penerbitan
menjadi lahan subur dalam menciptakan lapangan kerja, namun perlu usaha yang keras
agar penerbit tersebut bisa berkembang dengan baik. Salah satu usahanya ialah
meningkatkan kualitas apa yang diterbitkannya.

Dalam proses penerbitan, sebuah barang cetak harus memenuhi syarat dalam
pembuatannya. Contoh, sebuah buku fiksi yang akan dipasarkan, sebelum masuk dalam
bagian layout ia harus masuk dulu dalam proses penyuntingan bahasa. Hal ini perlu
agar naskah yang ditulis enak dan mudah dibaca oleh konsumen.

Setelah masuk dalam proses penyuntingan, barulah naskah siap untuk masuk dalam
penempatan-penempatan pada halaman-halaman buku yang siap dicetak. Setelah
penempatan teks pada halaman selesai, naskah tadi siap dicetak untuk dijual dipasaran.
3. Menurut Anda, kompetensi apa sajakah yang mutlak harus dimiliki oleh seorang
penyunting naskah? Apakah penguasaan segala hal bahasa Anda anggap menjadi
syarat mutlak?

Jawaban:

Berikut ini menurut saya merupakan kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh
seorang penyunting naskah, dan segala hal pada baha saya rasa merupakan syarat
mutlak untuk menjadi seorang penyunting yang baik.

1. Menguasai Ejaan

Seseorang yang ingin menjadi penyunting naskah pada satu penerbitan, harus
menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Dia harus paham benar
penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-
tanda baca (titik, koma, dan lain-lain)

Syarat ini tentu dapat dimaklumi, mengingat penyuntingan naskah selalu berurusan
dengan soal-soal itu. Bagaimana mungkin seorang penyunting naskah dapat
membetulkan atau memperbaiki ejaan naskah orang lain, kalau si penyunting naskah
tidak paham seluk-beluk ejaan bahasa Indonesia?

2. Menguasai Tata Bahasa

Seperti halnya ejaan, seorang penyunting naskah pun dituntut untuk menguasai
bahasa Indonesia dalam arti luas. Bukan berarti dia perlu menghafal semua arti kata
yang terdapat dalam kamus, misalnya. Akan tetapi, seorang penyunting naskah harus
tahu mana kalimat yang baik dan benar, dan mana kalimat yang salah dan tidak benar.

Menguasai bahasa Indonesia tentu tidak lain dan tidak bukan adalah menguasai tata
bahasa Indonesia. Jadi, seorang penyunting naskah harus mengerti susunan kalimat
bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah,
pilihan kata yang pas, dan sebagainya.

3. Bersahabat dengan Kamus

Seorang penyunting naskah atau ahli bahasa sekalipun, tidak mungkin menguasai
semua kata yang ada dalam satu bahasa tertentu. Belum lagi kalau kita berbicara
mengenai bahasa asing. Oleh karena itu, seorang penyunting naskah perlu akrab
dengan kamus. Entah itu kamus satu bahasa maupun kamus dua bahasa. Dalam hal
ini, tentu termasuk pula kamus istilah, leksikon, dan ensiklopedia.
Dengan kata lain, seorang yang enggan atau malas membuka kamus, sebetulnya
tidak cocok menjadi penyunting naskah. Mengapa? Karena seorang penyunting
naskah tidak pernah bisa lepas dari segala macam kamus, termasuk leksikon dan
ensiklopedia.

4. Memiliki Kepekaan Bahasa

Karena selalu berhubungan dengan ejaan, tata bahasa, dan kamus, seorang
penyunting naskah pun dituntut untuk memiliki kepekaan bahasa. Dia harus tahu
mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu
dihindari dan mana kata yang sebaiknya dipakai; harus tahu kapan kalimat atau kata
tertentu digunakan atau dihindari.

5. Memiliki Pengetahuan Luas

Seorang penyunting naskah pun dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas.
Artinya, dia harus banyak membaca buku, membaca majalah dan koran, dan
menyerap informasi melalui media audio-visual. Dengan demikian, si penyunting
naskah tidak ketinggalan informasi.

6. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran

Seorang penyunting naskah dituntut pula untuk bekerja dengan teliti dan sabar.
Meskipun sudah capek bekerja, seorang penyunting naskah dituntut untuk tetap teliti
dan sabar dalam menyunting naskah. Kalau tidak, penyunting naskah bisa terjebak
pada hal-hal yang merugikan penerbit di kemudian hari. Misalnya, karena ada kalimat
yang lolos dan lupa disunting.

Jadi, meskipun mengantuk, seorang penyunting naskah harus tetap teliti


menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis
naskah. Dia harus memeriksa apakah kalimat, kata, dan istilah itu layak cetak atau
tidak, berbau SARA atau tidak, berbau pornografi atau tidak, dan sebagainya.

7. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi

Seorang penyunting naskah tentu harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang
perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal
ini, seorang penyunting naskah harus peka terhadap hal-hal yang berbau SARA (suku,
agama, ras, dan antargolongan). Kalau tidak peka, penerbit bisa rugi di kemudian hari.
Mengapa? Karena buku yang diterbitkan bisa dilarang beredar oleh pihak yang
berwenang, atau penerbitnya dituntut oleh pihak tertentu ke pengadilan.
Di samping itu, seorang penyunting naskah pun harus peka terhadap hal-hal yang
berbau pornografi. Dalam hal ini, seorang penyunting naskah harus
mempertimbangkan apakah kalimat tertentu layak cetak atau tidak, dan apakah
gambar/ilustrasi tertentu layak siar atau tidak. Seperti halnya persoalan SARA, hal-
hal yang berbau pornografi pun dapat mengakibatkan sebuah buku dilarang beredar.
Jika ini terjadi, tentu penerbit akan mengalami kerugian. Kejaksaan Agung RI
memunyai kriteria buku yang dilarang beredar di Indonesia dari dahulu hingga
sekarang.

8. Memiliki Keluwesan

Seorang penyunting naskah haruslah dapat bersikap dan berlaku luwes (supel). Hal
ini penting karena seorang penyunting naskah sering berhubungan dengan orang lain.
Minimal, seorang penyunting naskah berhubungan dengan penulis/pengarang
naskah. Dalam berhubungan dengan pihak luar, seorang penyunting naskah bertindak
sebagai duta atau wakil penerbit. Oleh karena itu, penyunting naskah harus menjaga
citra dan nama baik penerbit.

Dalam berhubungan dengan penulis naskah, penyunting naskah tentu harus


bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Dalam hal ini,
sebaiknya penyunting naskah tidak menggurui. Apalagi kalau penulisnya seorang
pakar atau berkedudukan tinggi. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok
menjadi penyunting naskah.

9. Memiliki Kemampuan Menulis

Seorang penyunting naskah juga perlu memiliki kemampuan menulis, minimal


mampu menyusun tulisan yang elementer. Mengapa? Karena dalam pekerjaannya
sehari-hari, seorang penyunting naskah pada suatu saat harus menulis surat/surel
kepada penulis atau calon penulis naskah, menulis ringkasan isi buku (sinopsis), atau
menulis biografi singkat (biodata) penulis.

10. Menguasai Bidang Tertentu

Alangkah baiknya kalau seorang penyunting naskah menguasai salah satu bidang
keilmuan tertentu. Misalnya, ilmu bahasa, ilmu sastra, biologi, matematika, geologi,
jurnalistik, ilmu pendidikan, filsafat, teknologi, dan pertanian. Hal ini tentu akan
membantu penyunting naskah dalam tugasnya sehari-hari.

11. Menguasai Bahasa Asing

Seorang penyunting naskah pun perlu menguasai bahasa asing yang paling banyak
digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris. Mengapa? Karena dalam
menyunting naskah, seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-
istilah bahasa Inggris atau istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Di samping
itu, perlu pula diketahui bahwa buku terjemahan yang paling banyak diterjemahkan
di Indonesia adalah buku-buku yang berasal dari bahasa Inggris.

12. Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah

Seorang penyunting naskah perlu menguasai dan memahami Kode Etik


Penyuntingan Naskah. Dengan kata lain, penyunting naskah harus tahu mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam penyuntingan naskah.

Jika penyunting naskah tidak memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah, ada
kemungkinan dia akan salah langkah atau salah sunting. Hal ini bisa berakibat buruk
di kemudian hari.

4. Dalam refleksi Anda, mampukah Anda menjadi penyunting naskah di dalam lembaga
penerbitan? Kompetensi apa saja yang dalam hemat Anda masih harus ditambah!'

Jawaban:

Untuk saat ini saya belum mampu menjadi penyunting naskah dalam lembaga
penerbitan, sebab banyak hal yang belum mampu saya kuasai dalam proses menyunting
salah satunya bersahabat dengan kamus. Saya masih sangat kurang dalam hal tersebut,
padahal itu merupakan salah satu kompetensi menyunting yang mutlak harus dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai