Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PENGGUNAAN

SINGKATAN BAHASA INDONESIA


YANG BAIK

Makalah

Ditujukan : Untuk Menyelesaikan Tugas Bahasa Indonesia Untuk


Mengetahui Pengaruh Media Sosial Terhadap Penggunaan
Bahasa Indonesia Yang Baik

Budi, Frans, dkk.

SMA METHODIST-5 MEDAN

KOTA MEDAN

2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk


saling berinteraksi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainya.
Bahasa setiap daerah atau wilayah memiliki bahasa yang berbeda-beda. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek
di dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Indonesia harus dipelajari,
dikembangkan, dan dioptimalkan penggunaannya maupun fungsinya. Melalui
mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan tumbuh sikap bangga dalam
menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik terbagi atas beberapa bagian


seperti penggunaan tanda baca, penggunaan bahasa baku, penggunaan kalimat
efektif, dan berbagai penggunaan bahasa yang benar.

Salah satu cara penggunaan bahasa Indonesia adalah singkatan dan ini
juga menjadi permasalahan dalam berbahasa Indonesia. Singkatan atau abreviasi
secara sederhana merupakan sebuah huruf atau sekumpulan huruf sebagai bentuk
pendek dari sebuah atau beberapa kata. Sebagai contoh: kata sebagai kadang-
kadang disingkat sbg. Penyingkatan bisa dilakukan terhadap sebuah kata ataupun
sebagai terhadap beberapa kata. 

Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasa deologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content” (Kaplan & Haenlein, 2010).
Beberapa contoh media sosial yang sedang berkembang saat ini yaitu Instragam,
Twitter, Line, Facebook, Youtube, dan lain-lain.

Seiring berjalannya waktu kita bahkan bisa melupakan/melepaskan


penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan bila dilihat media sosial sering juga
menunjukkan suatu penulisan yang disingkat-singkat. Padahal sebagai satu
individu dengan yang lain media sosial pastinya banyak dan sering digunakan.
Bisa kita lihat dari sekitar kita mulai dari anak-anak sampai orang dewasapun
menggunakan media sosial, dan disanalah peran penting media sosial selain
penghubung satu individu dengan yang lain yaitu menunjukkan penggunaan
bahasa yang benar dan baku.

B. Identifikasi Masalah

Media sosial merupakan jembatan bagi satu individu dengan


individu lainnya untuk berkomunikasi seperti mengirim pesan. Dalam
media sosial sering kali kita menggunakan singkatan kata untuk
mengirim pesan atau membalas pesan. Tulisan bahasa Indonesia yang
disingkat-singkat adalah penggunaan bahasa Indonesia yang salah,
seperti yang menjadi “yg”, sebagai menjadi “sbg”, makan menjadi
“mkn”, besok menjadi “bsk” dan lain-lain.

C. Pembatasan Masalah
Pengaruh media sosial terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

D. Perumusan Masalah
Apakah pengaruh media sosial terhadap penggunaan bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari yang baik.
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tujuan kami membuat
makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh media social yang disingkat
dengan penggunaan bahasa Indonesia sehari hari.

F. Manfaat Penulisan

Untuk memperbaiki penulisan bahasa Indonesia yang salah yang


diterapkan media social.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini kami menyakini bahwa banyak masyarakat


penggunaan media social gagal menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Bahasa Indonesia adalah bahasa kebanggan Negara tanah ibu pertiwi yang
menjadi bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
sangat menarik jika diulas lebih mendalam karena memiliki berbagai hal yang
menarik. Menurut Keraf, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut
Madley, bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau seluruh sistem
lambang bumi yang arbitrasi. Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol
bunyi yang bermacam dan beratikulasi yang bersifat arbiter dan konvesional.
Menurut Waliyi, bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide,pesan,maksud,perasaan,pendapat kepada orang lain.

Media sosial adalah sebuah media daring, para penggunaanya bisa dengan
mudah berpartisipasi,berbagi, dan menciptakan isi blog. Menurut para ahli,
McGraw Hill, media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk
berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptkan,berbagi,bertukar informasi
dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunikasi virtual. Menurut Varinder
Taprial, media sosial adalah media yang digunakan oleh invidu agar menjadi lebih
mudah bersosialisasi. Menurut B.K Lewis, media sosial adalah label bagi
teknologi digital yang memungkinkan orang untuk berhubungan, berinteraksi,
memproduksi, dan berbagai isin pesan. Menurut Lon Safko, media sosial adalah
media yang kita gunakan untuk menjadi sosial.
B. Teori-Teori Media Sosial

1. Teori Masyarakat Massa

Masyarakat massa dalam teori budaya, suatu masyarakat terdiri dari


sejumlah besar orang yang sangat mudah dipengaruhi oleh media massa dan
birokrasi pemerintah. Satu contoh yang menggambarkan hal ini dapat ditemukan
dalam novel karya George Orwell yang berjudul 1984 pada tahun 1949 (Danesi,
2009 : 189).

Teori masyarakat massa pertama kali muncul pada akhir abad ke 19 dan
menitikberatkan pada adanya hubungan timbal balik antar institusi yang
memegang kekuasaan dan intergrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan
otoritas. Isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik
dan ekonomi. Media juga memiliki kecenderungan untuk membantu publik bebas
dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya.

2. Teori Media Marxis (Marxist Theory)

Karl Marx mengembangkan teorinya di akhir abad 19.  Para ahli teori


Marxis yakin bahwa media didominasi oleh kelas penguasa yang merupakan
pemilik utama dari perusahaan media yang memberi mereka kontrol penuh dan
manipulasi isi media dan khalayak berdasarkan minat mereka sendiri. Menurut
pendekatan Marxis media merupakan bagian ideal dari berbagai kelas sosial yang
saling bersinggungan. Pendekatan Marxis dikenal sebagai pendekatan
instrumental yang membuat beberapa klaim yaitu para pemilik media massa
memiliki kendali langsung terhadap berbagai ide yang dikomunikasikan melalui
media massa.

3. Teori Politik-Ekonomi (Political Economy Theory)

Para ahli teori media politik ekonomi mempelajari kontrol elit terhadap
institusi ekonomi seperti bank dan pasar saham dan kemudian mencoba untuk
memperlihatkan bagaimana kontrol yang dilakukan berdampak terhadap institusi
sosial lainnya termasuk media massa. Para ahli teori media politik-ekonomi
dipengaruhi oleh gagasan Marxis sekaligus menjadi dasar yang mendominasi
unsur-unsur ideologi atau superstruktur. Salah satu tokoh paling berpengaruh
dalam teori media politik-ekonomi adalah Herbert Schiller.

Teori media politik-ekonomi menganalisa hubungan sosial antara sistem


media massa, tekonologi komunikasi, dan struktur ekonomi atau sosial yang lebih
sosial dimana ia berjalan. Teori ini menitikberatkan pada pemahaman terhadap
sejarah dan perkembangan penggunaan teknologi. Teori ini dipengaruhi oleh
pemikiran Marxis dan politik demokratik yang mempertanyakan kekuatan dari
dan di dalam komunikasi melawan realisasi demokrasi

4. Aliran Frankfurt (The Frankfurt School)

Analisis industri budaya yang dikemukakan oleh Theodor Adorno dan


Max Horkheimer menyajikan sebuah model media sebagai instrumen kekuasaan
dan kontrol sosial yang kemudian menjadi landasan sejarah serta dikembangkan
oleh Walter Benjamin, Herbert Marcuse, Erich Fromm, dan Jurgen
Habermas. Aliran Frankfurt mempelajari pengaruh budaya massa dan kebangkitan
masyarakat konsumen di kelas pekerja yang menjadi instrumen revolusi dalam
pandangan klasik Marxis.

Selain itu, Aliran Frankfurt juga menganalisis bagaimana industri budaya


dan masyarakat konsumen menstabilkan kapitalisme kontemporer. Aliran
Frankfurt menjadi yang pertama dalam memandang perluasan peran media massa
dan komunikasi dalam politik, sosialisasi dan kehidupan sosial, budaya dan
pembangunan subjektivitas (Kellner, 2012).

5. Teori Hegemoni Media

Istilah hegemoni pertama kali dikenalkan oleh Antonio Gramsci (1971)


untuk menggambarkan dominasi satu kelas sosial atas orang lain. Hegemoni
merujuk pada kepemimpinan moral, filosofis, dan politik sebuah kelompok sosial
yang tidak diperoleh secara paksa namun dengan persetujuan aktif dari kelompok
sosial lainnya melalui kontrol budaya dan ideologi.

Teori hegemoni media merupakan sebuah teori yang berakar pada pendekatan
Marxis dan konsep hegemoni serta memiliki pengaruh luas terhadap media massa.
Teori hegemoni media menekankan pada ideologi, bentuk ekspresi, cara
penerapan, serta mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri melalui kepatuhan pada kelas pekerja sehingga upaya itu
berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka (McQuail, 1987 :
65).

C. Pengertian Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik

Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar


Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola


kalimat  yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak
gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum
ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/;
serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku
sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.
   
 Jenis Landasan Teori Belajar Bahasa

1.      Teori Behavioristik 
Menurut teori Behavioristik, bahasa merupakan bagian yang fundamental
dari keseluruhan perilaku manusia. Teori ini lebih memperhatikan pada aspek
yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan anatara
stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Seorang behavioris menganggap
bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil repson tertentu yang
dikuatkan dan nantinya respon itu akan menjadi kebiasaan.
Contoh : (Anak yang minta susu pada ibunya oleh ibu diberi susu)
Maka hal ini apabila selalu dituruti oleh ibu , sang anak akan minta susu
dengan cara seperti itu terus. Pernyataan ini diteliti oleh skinner yang dikenal
dengan teorinya belajar disebut operant conditioning. Konsep ini mengacu pada
kondisi dimana manusia atau binatang mengirimkan respon (ujaran atau kalimat)
tanpa ada stimulus yang tampak.

2.      Teori Generatif
a.      Teori Nativisme
Teori nativisme dihasilkan dari pernyataan bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Lenneberg (1967) menyatakan bahwa bahasa itu
merupakan perilaku khusus manusia dan cara pemahaman tertentu,
pengkategorian, kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain ditentukan secara
biologis. Teori Nativisme Chomsky dalam Hadley ( 1993 :48 ) mengatakan bahwa
hanya manusialah satu – satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan
komunikasi lewat bahasa verbal.  Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak
lahir di dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “ alat penguasaan
bahasa” atau LAD ( Language Acquisition Device).
McNeill mendiskripsikan LAD menjadi empat bakat bahasa. Empat bakat
bahasa tersebut antara lain :
1.      Kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi lain dalam lingkungan;
2.      Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam;
3.      Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem bahasa lain
yang tidak mungkin ;
4.      Kemampuan untuk tetap pengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang
membentuk sistem dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang
diperoleh.

b.      Teori Kognitifisme
Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik
bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan perkembangan itu di tentukan
oleh kompleksitas semantik daripada kompleksitas struktural.
Bloom (1976), penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada
penjelasan kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui anak menentukan kode
yang di pelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.
3.      Teori Konstruktivisme
Peneliti bahasa melihat bahasa merupakan manifestasi kemampuan
kognitif dan afektif untuk dapat menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan
orang lain, dan untuk keperluan diri sendiri sebagai manusia.
a.       Kognisi dan perkembangan bahasa
Pieget menggambarkan perkembangan sebagai hasil interaksi anak dengan
lingkunganya, dengan interaksi komplementer antara perkembangan kognitif
perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penjelasan tentang perkembangan
bahasa anak tergantung pada penjelasan faktor kognitif yang menjadi penyangga
bahasa. Apa yang diketahui anak menentukan apa yang mereka pelajari tentang
kode bahasa.
Slobin menyatakan bahwa semua bahasa belajar makna yang tergantung
pada perkembangan kognitif dan urutan perkembanganya lebih ditentukan oleh
kompleksitas makna itu daripada kompleksitas bentuknya. Interaksi sosial dan
perkembangan bahasa di sekitar pembelajar akan berpengaruh dalam
perkembangan kognitif  karena disesuaikan dengan jenjang usia anak.
Kemampuan Kognitif meliputi :
         Pengetahuan   :kemampuan mengetahui atau mengingat istilah, fakta, aturan, 
                         urutan, metode, dan sebagainya.
         Pemahaman    :kemampuan menterjemahkan, menafsirkan , memperkirakan,
                         memahami isi pokok, mengartikan tabel , dan sebagainya.
         Penerapan       :kemampuan memecahkan masalah, membuat bagan,
  mengunakan konsep , kaidah, prinsip, metode, dan sebaginya.
         Analisis          : kemampuan memisahkan, membedakan , dan sebaginya.
         Sintesis           :kemampuan menyusun karangan rencana , program kerja , dan
                        sebaginya.
         Evaluasi          :kemampuan menilai berdasarkan nprma seperti menilai mutu
                         karangan.

Kemampuan Afektif meliputi :


         Peneimaan       : Kemampuan menjadi peka tentang sesuatu hal dan menerima
                         sebagaimana adanya.
         Partisipasi        :Kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu
                        kegiatan.
         Penilaian dan penentuan sikap : kemampuan memberikan nilai dan menetukan
                                               sikap.
         Organisasi       : kemmapuan membentuk system nilai sebagai pedoman hidup.
         Pembentukan pola hidup        : kemampuan menghayati nilai sehingga
                                              menjadi pegangan hidup.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan
Mengetahui apakah pengaruh media sosial mempengaruhi siswa-siswa
mengunakan singkatan Bahasa Indonesia dalam pembelajaran di sekolah
Methodist-5 Medan.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2020 di lingkungan pendidikan
SMA Methodist 5 Medan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Di dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan
mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah siswa/I SMA-SMP METHODIST-5 berjumlah
20 orang
2. Sampel
Didalam sampel ini data kami ambil dari kelas XI IPS-XI IPA, XII IPS-1,
VI-A, IX-B, IX A. Disekolah Methodist-5 Medan

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Pengumpulan Data Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Data Primer Data yang diperoleh dengan melakukan memberikan
pertanyaan sebanyak
b. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah Cara pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan membagi angket
pertanyaan kepada 20 orang
BAB IV

PEMBAHASAN

Untuk memperoleh pembahasan kami membuat angket berupa pertanyaan


yang berjumlah 7 soal yang kami berikan kepada 20 orang siswa/i SMP-SMA
Methodist-5 Medan agar dapat memperoleh data dari pertanyaan sebagai berikut.

1.Apakah kamu Pengguna SOSMED?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 20 orang menggunakan


Sosial Media.

2.Sudah berapa lama kamu menggunakan SOSME

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyka 15 Orang Menggunakan


Sosmed 6 Tahun 5 orang lagi ada yang 2,3,1 tahun.

3.Pada saat kamu chattingan dengan temanmu di sosial media,pernahkah


kamu menggunakan singkatan?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 18 orang yang sering


menggunakan singkatan dalam melakukan chattingan

4.Alasan kamu menggunakan singkatan pada saat menggunakan


singkatan?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 18 orang mengatakan


bahwa mereka menggunakan singkatan ini agar mereka lebih cepat dalam
mengirim pesan.

5.Pada saat membuat tulisan singkatan apakah itu berpengaruh terhadap


cara penulisanmu disekolah dalam menulis?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 19 orang mengatakan


bahwa ketika mereka menggunakan singkatan ini sangat berpengaruh
dalam menulis disekolah dan 1 orang lagi tidak berpengaruh.
6.Ketika teman anda mengirim pesan kepada anda menggunakan tulisan
singkatan.Apakah anda mengerti maksud dari singkatan itu?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 19 orang mengerti dari


maksud singkatan tersebut dan 1 orang tidak mengerti dari arti singkatan
tersebut.

7.Seberapa seringkah kamu menggunakan singkatan dalam menulis?

Dari Pertanyaan yang kami sebarkan sebanyak 18 orang sangat sering


menggunakan singkatan dalam menulis dan 2 orang lagi terkadang saja
menggunakan singkatan tersebut

DIAGARAM PENELITIAN PENGGUNAAN SINGKATAN

Jumlah Yang Menggunakan


Sosmed

Jumlah Yang Menggunakan


Sosmed Selama 6 Tahun

Jumlah Yang Memiliki Alasan


dalam Penggunaan Singkatan

Jumlah Yang Berpengaruh


Terhadap Singkatan Dalam
Penulisan

Jumlah Yang Mengerti Dari Arti


Singkatan

Jumlah Orang Yang Sering


Menggunakan Singkatan

Dari Data-data diatas yang sudah kami kumpulkan kami akan menyajikan
diagram dari hasil penelitian yang sudah kami lakukan sebagai berikut
BAB V

PENUTUP

 Dari Data diatas Dapat Kami Simpulkan


Dari data dan diagram tersebut dapat kami simpulkan bahwa ternyata hipotesis
yang kami buat adalah benar. Karena hasil dari akhir penelitian yang kami
lakukan menunjukkan bahwa lebih banyak siswa/i SMP-SMA Methodist-5
Medan menggunakan singkatan baik dalam menulis disekolah dan juga
melakukan mengirim pesan.

 Saran Dari Kami


Saran dari kami adalah alangkah baik kita tak melupakan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik, dan sebaiknya kita dalam menggunakan singkatan dalam
menulis sebaiknya tidak boleh digunakan tetapi dalam mengirim pesan boleh
kita gunakan artinya, asalkan jangan lupa terhadap penggunaan kata yang
benar, baik dan sesuai Ejaan Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Ambar, 2017. Teori-media-massa. https://pakarkomunikasi.com/teori-media-


massa (Diakses 8 Maret 2020)
Lanin, Ivan. 2016. Bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar.
https://beritagar.id/artikel/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar
(Diakses 21 Maret)
Suwarnadwipa, Putra. Landasan Teori Belajar Bahasa Indonesia.
http://1sajak.blogspot.com/2014/11/landasan-teori-belajar-bahasa-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai