Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP ANALOGI DAN PENAFSIRAN LOKAL

Analisis Wacana (A)

Kelompok 2

Gilang Fadlurrahman (2110722001) Suci Aulia (21107212011) Yulia Mona Lisa


(2110721023)

PENDAHULUAN

Untuk memahami suatu wacana tertentu, tidak seluruh unit analisis dikaji. Analisis
dapat saja dilakukan terhadap satu atau banyaknya yang memang dibutuhkan kejelasannya.
Jadi, sedikit atau banyaknya unit-unit yang dikaji tidak langsung menjamin kualitas analisis
wacana. Sebab kualitas analisis linguistik dipengaruhi oleh: (1) kemampuan dan
profesionalisme analisis bahasa. (2) ketinggian analisis (high level analysis) dan (3) teknik
dan metode analisis yang digunakan.

Untuk memahami suatu wacana, diperlukan kemampuan dan cara-cara tertentu.


Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan umum seorang analisis wacana. Sedangkan cara
yang dimaksudkan adalah prinsip-prinsip pemahaman terhadap wacana. Beberapa prinsip
yang penting antara lain adalah prinsip analogi dan prinsip penafsiran lokal.

PEMBAHASAN

Prinsip-prinsipyang digunakan untuk memahami suatu wacana yaitu:

A. Prinsip Analogi

Salah satu prinsip pemahaman wacana yang sangat penting dan bersifat mendasar
adalah prinsip analogi. Prinsip ini menganjurkan kepada pembaca, pendengar atau siapapun
yang ingin mengkaji wacana (baik tulis maupun lisan) agar menyiapkan bekal pengetahuan
umum, wawasan yang mendalam atau pengalaman dunia yang luas (knowledge of world)
untuk menganalisis wacana. Anjuran ini sama sekali tidak berlebihan karena mengingat
sebenarnya wacana adalah kristalisasi sekaligus simplikasi dari berbagai aspek kehidupan
manusia yang menyatu secara komprehensif, utuh, dan lengkap. Contoh:
Pemulung dilarang masuk ke wilayah ini

Keterangan: secara sosial, pemulung telah menjadi suatu pekerjaan atau profesi
sendiri. Yang dikerjakannya adalah memungut atau memulung barang-barang bekas yang
ditemukan di pemukiman penduduk, namun banyak masyarakat yang tidak menghendaki
wilayah pemukiman mereka dimasuki pemulung. Hal ini terjadi karena di masyarakat beredar
cerita bahwa sebagian pemulung terkadang berprofesi ganda yaitu disamping menjadi
pemulung, mereka juga mengambil barang-barang yang masih dipakai penduduk (seperti
pakaian yang sedang dijemur atau barang-barang yang berada di luar rumah penduduk). Dari
pengalaman itulah warga memutuskan untuk menulis “wacana penolakan” masuknya
pemulung ke wilayah mereka.

Prinsip analogi diperlukan oleh para peneliti wacana sebagai piranti untuk
menganalisis wacana yang mengandung banyak pengetahuan dan pengalaman. Prinsip
analogi bisa diibaratkan bak pisau bedah untuk melihat dengan jelas apa yang ada didalam
tubuh manusia.

B. Prinsip Penafsiran Lokal

Prinsip penafsiran lokal atau prinsip interpretasi lokal digunakan sebagai dasar untuk
menginterpretasikan wacana dengan cara mencari konteks yang melingkupi wacana itu.
Konteks yang dimaksud adalah wilayah, area atau lokal (setting) tempat wacana itu berada.
Konteks tersebut sangat bergantung pada jenis wacana yang sedang dianalisis. Apabila
wacana tulis, maka konteks atau lokal yang dimaksud adalah konteks disekitar media yang
digunakan sebagai sarana lainnya wacana itu. Contoh:

Ada-ada saja

Keterangan: wacana tersebut akan terjawab jika pembaca mampu menyusun


interpretasi tentang kalimat singkat itu. Caranya adalah dengan melihat, mencari hal-hal yang
mendukung interpretasinya di sekitar wilayah lainnya wacana itu. Beberapa aspek akan
ditemukan untuk mendukung hal yang dimaksud dengan judul itu, misalnya:

 Judul itu sebenarnya adalah suatu rubrik (dilihat dari daftar isinya, majalah ini
memuat sejumlah rubrik tetap, salah satunya adalah ‘Ada-ada saja’).
 Rubrik tersebut berisi tulisan lucu, unik atau yang tidak biasa (dasarnya, adanya
gambar kartun lucu atau tulisan yang dimuat adalah cerita atau pengalaman lucu yang
dialami seseorang).
Kedua pemahaman yang ditemukan di sekitar konteks (lokal) wacana itu selanjutnya
dapat digunakan untuk menginterpretasikan isi wacana sesungguhnya. Contoh:

“Indonesia Tidak Siap Perang”

Keterangan: yang dimaksud Indonesia pada wacana diatas adalah para atlit
sepakbola. Oleh karena itu, pengertian ‘Perang’ dalam konteks ini adalah ‘pertandingan
sepakbola’ dan sama sekali bukan perang senjata.

Dalam hal ini, jika wacana dilahirkan dari konteks tuturan lisan, maka pendengar atau
lawan tutur harus melihat konteks yang terdekat dengan lahirnya wacana lisan tersebut
(Soeseno, 1993: 29). Contoh:

Ibu : Ali, lampu kamar tamu dimatikan!

Ali : Iya, Bu.

Keterangan: Bila Ali memahami perintah ibunya, ia akan segara mematikan lampu
kamar tamu di rumah mereka, bukan kamar tamu di rumah orang lain. Karena konteks dialog
mereka berlangsung di rumah sendiri, maka konteks lokal itulah yang harus dipahaminya.
Dan jawaban Ali tampaknya mengisyaratkan pemahaman itu.

KESIMPULAN

Dalam memahami sebuah wacana dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip analogi
dan prinsip penafsiran lokal. Prinsip analogi adalah prinsip yang menganjurkan kepada
pembaca, pendengar atau siapapun yang ingin mengkaji wacana (baik lisan maupun tulis)
untuk menyiapkan bekal pengetahuan umum, wawasan yang mendalam atau pengalaman
dunia yang luas untuk menganalisis wacana. Untuk menginterpretasikan dan memahami isi
wacana yang seperti itulah dibutuhkan bekal yang mampu mewadahi apapun yang ada dalam
sebuah wacana. Prinsip analogi mampu menjelaskan gejala bahasa yang terbukti berserakan
disekitar kita. Sedangkan prinsip penafsiran lokal atau disebut juga dengan prinsip
interpretasi lokal adalah prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan
wacana dengan cara mencari konteks yang melingkupi wacana itu.
REFERENSI

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsp Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. New York: Mounton de Gruyter.

DOKUMENTASI

Lokasi : Gedung E 1. 4

Waktu pengambilan foto : Kamis, 16 November 2023

Pukul : 13.00-16.00

Hari : Kamis dan Jum’at

Anda mungkin juga menyukai