Anda di halaman 1dari 11

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN NOVEL PULANG DAN HOME KARYA

LEILA S. CHUDORI: ANALISIS APPRAISAL

Proposal Thesis

Diajukan oleh:
Ayu Risky
22/495892/PSA/20133

PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Novel merupakan salah satu karya sastra yang merepresentasikan dunia. Melalui novel,
penulis menyalurkan khayalan bahkan realitas tersembunyi yang pernah dihapus dalam sejarah
negara atau dunia. Dalam hal minat, novel tentu saja memiliki banyak peminat setia dari
berbagai negara termasuk Indonesia.
Salah satunya adalah Novel Pulang karya Leila Salikha Chudori pada tahun 2012.
Novel ini berkisahkan sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta dan pengkhianatan yang
berlatar belakang 3 peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan
Indonesia Mei 1998. Penulis terinspirasi dari kisah para eksil politik yang menjadi saksi sejarah
namun tidak pernah dinyatakan dalam sejarah Indonesia. Seluruh novel ini adalah fiksi namun
penulis juga melakukan riset faktual yakni wawancara terhadap para eksil politik dan novel ini
juga didukung oleh buku karya JJ Kusni, “Membela Martabat Diri dan Indonesia: Koperasi
Restoran Indonesia di Paris” sebagai salah satu referensinya.
Novel ini telah mendapatkan penghargaan kategori the best prose work oleh
Khatulistiwa Literary, semenjak itu novel pulang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris
(Home), Prancis (Retour), Belanda (Naar Huis), Jerman (Pulang, Heimkehr nach Jakarta) dan
Italia (Ritorno a Casa).
Penerjemahan karya sastra tentunya berbeda dengan penerjemahan pada umumnya.
Dalam karya sastra, penerjemah bertugas sebagai mediator antara budaya dan Bahasa. Dengan
latar belakang budaya dan Bahasa yang berbeda, tentunya penerjemah memiliki Teknik dan
metode tertentu dalam melakukan penerjemahan. Secara tidak sadar, penerjemah juga
membawa orientasi ideologi yang dimilikinya. Barthes (1957) mengatakan ideologi adalah
mitos yang sudah ada dalam masyarakat. Ketika penerjemah melakukan pilihan kata, frasa, dan
klausa yang disesuaikan dengan budaya dan norma setempat, maka terjadilah fenomena
ideologi penerjemahan. Fenomena ini bisa menimbulkan terjadinya potensi pergeseran makna
atau pesan dalam Bahasa sumber ke Bahasa sasarannya karena pilihan kata, frasa dan klausa
dari bahasa sumber disesuaikan dengan selera dan harapan para pembaca bahasa sasaran yang
mana tentunya terdapat perbedaan atau kesenjangan bahasa dan budaya diantaranya.
Berikut adalah contoh data yang akan dianalisis:
Tsu: “Karena aneh mas. Dia dipindahkan begitu saja. Taka da alasan yang tepat. Terlihat
betul ini pemindahan politis. Betul kan mas? Kalau betul, itu keputusan yang tidak tepat.”
Tsa: “because it’s idiotic transferring Bang Amir like that. It was obviously done for political
reasons. Isn’t that so? I asked Mas Hananto in Turn. “And if that’s the case, it’s a bad
decision.”
Meskipun kata-kata dalam dua bahasa diatas merepresentasikan perasaan yang sama, namun
intensitas dari kata-kata tersebut tentunya berbeda. Bisa saja penerjemah menggunakan
terjemahan “weird” untuk kata aneh dan “incorrect” untuk kata “tidak tepat”, namun
penerjemah memilih menggunakan intensitas yang lebih tinggi seperti “Idiotic” dan “bad”.
Penerjemah kemungkinan ingin mereprsentasikan sebuah emosi yang awam didengar oleh para
pembaca sehingga ia menggunakan pilihan leksikal yang terlihat seperti kebudayaan bahasa
sasaran.
Untuk mengungkap hal tersebut, penulis menggunakan teori appraisal, metode dan
Teknik penerjemahan dalam penelitian untuk mengungkap orientasi yang digunakan oleh
penerjemah. Analisis appraisal merupakan sebuah sistem makna interpersonal (perluasan dari
metafungsi sistemik fungsional linguistic milik Halliday) yang digunakan untuk
menegosiasikan hubungan sosial, dengan menunjukkan pada pembaca apa yang dirasakan
penulis terhadap dunia, atau orang (Martin & Rose, 2007). Makna evaluatif yang digambarkan
oleh kerangka kerja Appraisal menyediakan mekanisme yang sama dengannya metafungsi
interpersonal beroperasi dalam mengungkapkan perasaan, selera, dan opini. penulis/pembicara,
dengan intensitas tertentu sehingga menunjukkan posisi penulis/ pembicara dalam konteks
komunikatif tertentu.
Metode penerjemahan diagram V yang dikemukakan oleh Newmark juga digunakan
oleh penulis untuk mengungkap ideologi yang digunakan oleh penerjemah. Jika metode
terjemahan berorientasi pada salah satu ideologi, foreignisasi dan domestikasi, maka hal ini
juga akan berdampak pada teknik terjemahan yang dilakukan oleh sang penerjemah. Misalnya
saja pada contoh tuturan berikut:
Tsu: “… Aku tahu betul, Mas Hananto dan Mas Nug berkorespondensi dengan orang-
orang di sekeliling Andrés Pascal Allende, keponakan Salvador Allende, yang mendirikan
Movimiento de ɪzquierda Revolucionaria. Aku tak pernah merasa diriky benar-benar ada di
spektrum kiri seperti mereka.”
Tsa: “Mas Hananto and Mas Nug, in fact, were in correspondence with people close to
Andrés Pascal Allende, Salvador Allende’s nephew. I was aware of this but I never felt like I
was in the same spectrum they were in.”
Berdasarkan tuturan diatas, terjadi metode penerjemahan komunikatif yang dilakukan
oleh penerjemah untuk menyesuaikan dengan selera dari pembaca. Teknik yang digunakan pun
berubah menjadi pelesapan kata dan kalimat dari konteks tuturan untuk memadatkan informasi
(reduction technic). Dengan penerapan metode penerjemahan komunikatif dan teknik
terjemahan reduksi menunjukkan bahwasanya penerjemah menggunakan ideologi domestikasi.
Dengan demikian, pemilihan kata, frasa, klausa, diksi, hingga metode dan teknik yang
digunakan pun juga mempengaruhi kesepadanan interpretasi makna pembaca terhadap karya
sastra tersebut. Hal inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk menjelaskan mengenai
bagaimana ideologi penerjemah memiliki dampak pergeseran dan perubahan tuturan pada
bahasa sasaran.
1.2 Rumusan Masalah
Potensi pergeseran konstruksi ideologis oleh penerjemah tentunya menimbulkan
kekhawatiran dalam wacana yang ingin disampaikan oleh penulis novel. Pilihan kata,frasa
hingga metafora yang digunakan tentunya berpengaruh terhadap interpretasi makna pada
Bahasa sasaran, Hal ini didukung oleh pendapat Munday (2012) yang mempertegas
bahwasanya pilihan diksi tidak berada pada ruang hampa atau memiliki keterkaitan dengan
ideologi yang dianut oleh sang penerjemah. Sehingga penilaian tuturan dengan analisis
appraisal, teknik terjemah hingga metode yang digunakan penerjemah perlu diteliti untuk
mengungkap dan menjelaskan fenomena tersebut. Sehingga penulis merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a) Bagaimana pilihan leksikal yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan novel
pulang?
b) Teknik dan Metode apa saja yang digunakan dalam novel pulang?
c) Ideologi apa yang dianut oleh penerjemah dan dampaknya terhadap terjemah Novel
pulang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berikut ini adalah tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan.
a) Mengidentifikasi dan menjelaskan pilihan leksikal yang digunakan oleh penerjemah
dalam menerjemahkan novel Pulang karya Leila S. Chudori
b) Mengidentifikasi Teknik dan metode penerjemahan yang terdapat dalam terjemahan
novel Pulang Karya Leila S. Chudori.
c) Mengidentifikasi dan menjelaskan ideologi dan pengaruhnya dalam penerjemahan
novel Pulang Karya Leila S. Chudori.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk menambahkan
pengetahuan, kontribusi serta wawasan baru dalam lingkup penerjemahan karya sastra,
terutama dalam ranah ideologi penerjemahan. Penelitian ini juga diharapkan mampu
untuk menarik minat bagi para peneliti untuk melakukan penelitian serupa dengan
konteks berbeda serta mengembangkannya lebih lanjut.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada
masyarakat, terlebih lagi kepada para mahasiswa dan penerjemah. Hal ini dikarenakan
setiap pilihan kata memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada orientasi
ideologi yang digunakan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah tinjauan pustaka dari beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan
sebagai pedoman dan perbandingan untuk mengisi celah sehingga penelitian ini bisa
terlaksana.
Analisis system appraisal dalam teks editorial soal Uighur, Timur tengah bersama China
oleh ninuk Sholikhah Akhiroh pada tahun 2022. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana
teks editorial merepresentasikan sikap dan ideologi penulis tentang sebuah isu, dengan
mengambil contoh kasus sebuah editorial di situs berita online yang cukup populer di
Indonesia. Menggunakan pendekatan appraisal, kajian ini bertujuan untuk menggambarkan
hal, orang, atau pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah isu yang diusung sebuah editorial, serta
menjelaskan bagaimana penulis bersikap dan memberikan penilaian terhadap hal, orang, atau
pihak-pihak tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan reaksi emosional yang
berlebihan, serta pemberian penilaian dan apresiasi yang tidak akurat justru akan menyebabkan
pendapat yang disampaikan tidak dapat meyakinkan pembaca untuk menyetujuinya. Sikap dan
penilaian penulis terhadap sesuatu, seseorang, atau suatu pihak harus disampaikan dalam
bentuk yang efektif dan didukung dengan fakta yang valid. Jika hal tersebut dapat diwujudkan,
maka akan tercipta sebuah teks opini yang dapat kuat membujuk pembaca untuk mengikuti
atau menyetujui pendapat yang disampaikan. Sebaliknya, jika hal tersebut tidak dapat
dilakukan, akan membuat masyarakat pembaca mengalami ketidakpercayaan terhadap
berbagai pemberitaan, ataupun justru menyebabkan pembaca terjebak dalam pusaran berita
yang tidak jelas kebenarannya.
Penelitian terjemahan karya sastra berikutnya oleh Muxuan Chen pada tahun 2022.
Penelitian ini menggunakan bagian dari analisis appraisal yakni sistem attitude dan
engagement dalam 3 versi terjemahan Bahasa inggris puisi Qiang Jin Jiu yang bertujuan untuk
menambah wawasan terhadap penerjemahan puisi. Kajian appraisal efektif digunakan untuk
mengidentifikasi perasaan atau emotion yang terdapat dalam teks sumber dan meminimalisir
pengaruh subjektifitas sang penerjemah.
Eksplisitasi dalam Penerjemahan Novel Confession yang menggunakan Analisis
Appraisal berbasis Kajian Korpus Linguistik dilakukan oleh Lupita Parameswari dan Doni
Jaya pada tahun 2022. Peneliti menggunakan Novel Jepang dengan terjemahan Bahasa sasaran
yakni Bahasa Indonesia dengan menggunakan piranti korpus Sketch Engine, Antcone dan
SegmentAnt untuk pengolahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa perubahan
attitude lebih besar pada Bahasa sasaran yakni Bahasa Indonesia dibandingkan dengan edisi
yang berbahassa Jepang.
Pada tahun 2021, penelitian mengenai karakterisasi tokoh utama dalam novel Bumi
Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer dan terjemahan berbahasa inggrisnya dengan
menggunakan analisis appraisal dilakukan oleh Jafar Sodiq, et.al. Penelitian ini menunjukkan
adanya shift in atau istilahnya adalah pergeseran jenis appraisal didalam karakterisasi tokoh
utama dalam Bsu dengan karakterisasi tokoh dalam Bsa. Hal ini dikarekanan perubahan pilihan
ungkapan kata dari Bahasa sumber menyesuaikan dengan keberterimaan kebudayaan dan
norma yang berlaku pada Bahasa sasaran sehingga interpretasinya menjadi berbeda.
Dari seluruh kajian penelitian terdahulu, terdapat persamaan subjek yang akan dikaji oleh
penulis yakni pendekatan yang sama yakni dengan melakukan analisis appraisal serta
mengungkap ideologi yang digunakan oleh penerjemah berdasarkan teori Venuti, foreignisasi
dan domestikasi. Namun, ada beberapa kajian yang hanya mengkaji salah dua bagian dari
analisis appraisal, sedangkan penulis akan menerapkan ketiga bagian dari analisis appraisal
(attitude, engagement, dan gratitude). Kedua, penelitian sebelumnya menggunakan objek yang
bermacam-macam, dari non-fiksi hingga fiksi, walaupun ada beberapa yang mengkaji objek
fiksi seperti novel tetapi ranah objek yang dikaji tentu saja memiliki perbedaan.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Penerjemahan Karya Sastra
Penerjemahan secara umum adalah proses mengalihkan isi dan pesan teks dalam bahasa
sumber (BSu) ke dalam teks dalam bahasa sasaran (BSa). Menurut Nida dan Taber (1974),
penerjemahan merupakan kegiatan menghasilkan kembali padanan yang paling alamiah dan
paling dekat dalam BSa dari suatu pesan BSu. Selanjutnya, Newmark (1988) menjelaskan
bahwa penerjemahan adalah penyampaian makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai
dengan maksud penulis TSu. Salah satu tujuan dari penerjemahan adalah membuat pembaca
sasaran tidak merasa seperti sedang membaca sebuah terjemahan. Selain itu hasil terjemahan
sering diharapkan untuk memiliki pesan dan menimbulkan efek yang sama pada pembaca
berbagai genre teks, tidak terkecuali fiksi.
1.6.2 Metode Penerjemahan Karya Sastra
Dengan adanya permasalahan yang timbul dalam penerjemahan, diperlukan landasan
teori yang dapat digunakan untuk mengatasinya. Satu teori yang ditawarkan oleh Newmark
(1988) adalah teori V diagram yang memberi delapan metode penerjemahan, seperti berikut
ini.

Penekanan pada BSu Penekanan pada BSa

Penerjemahan kata per kata Adaptasi

Penerjemahan harfiah Penerjemahan bebas

Penerjemahan setia Penerjemahan idiomatis

Penerjemahan semantis Penerjemahan komunikatif

Bentuk diagram di atas tentu memberikan arti tersendiri. Ada delapan metode, yakni
empat metode penerjemahan pertama berorientasi pada BSu dan empat metode kedua
berorientasi pada BSa.
1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)
Dalam penerapannya, Nababan (2003: 30) menjelaskan bahwa metode penerjemahan ini
pada dasarya masih sangat terikat pada tataran kata. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah
hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran tanpa megubah susunan kata
dalam terjemahannya. Dengan kata lain, susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis
dengan susunan kata dalam kalimat aslinya.
2. Penerjemahan Harfiah (literal Translation)
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi
penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai
dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Metode ini biasanya diterapkan apabila
struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber
dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap
dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks bahasa sumber,
sehingga hasil terjemahannya kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih luwes dan
mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih
dalam batas kewajaran. Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan dengan
penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu. Keempat metode di atas adalah metode yang
lebih berorientasi atau lebih memberikan penekanan pada BSu.
Sedangkan keempat metode berikut, adalah metode yang berorientasi pada BSa.

1. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan
BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan
hal-hal penting dalam teks bahasa sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur. Biasanya,
metode ini diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk
teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek
daripada teks aslinya. Beberapa ahli, termasuk Newmark keberatan menyebut hasil terjemahan
yang menggunakan metode ini sebagai sebuah “karya terjemahan”. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa,
sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh
pembacanya. Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip komunikasi, yakni
khalayak pembacanya dan tujuan penerjemahan.
Melalui metode ini, sebuah versi teks BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi
teks bahasa sasaran sesuai dengan prinsip di atas. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada metode
yang dipaparkan oleh Newmark, karena lebih komprehensif dan bisa menunjukkan secara jelas
pada ideologi yang digunakan penerjemah.

1.6.3 Teknik Penerjemahan Karya Sastra


Molina dan Albir (2002) membedakan 18 teknik penerjemahan: Adaptasi, Amplifikasi,
Peminjaman, Kalke, Kompensasi, Deskripsi, Discursive Creation, Kesepadanan Lazim,
Generalisasi, Amplifikasi Linguistik, Kompresi Linguistik, Literal, Modulasi, Partikularisasi,
Reduksi, Transposisi, dan Variasi. Penggunaan teknik penerjemahan menentukan kualitas
terjemahan yang penilaiannya dapat diterapkan pada level mikro (unit linguistik) dan level
makro (konvensi teks) (Nababan, Nuraeni & Sumardiono, 2012).
1. Adaptasi (Adaptation)
Teknik ini mengganti istilah-istilah khas teks BSu dengan istilah lain yang diterima dan
dikenal dalam BSa.
2. Penambahan (Amplification)
Teknik ini memperkenalkan/menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam
teks BSu yakni parafrase eksplisit atau eksplisitasi.
3. Peminjaman (Borrowing)
Mengambil sebuah kata atau ungkapan secara langsung dari BSu. Peminjaman
langsung ini disebut peminjaman murni, sedangkan peminjaman yang menggunakan
penyesuaian sistem fonetik dan morfologis BSa adalah peminjaman naturalisasi, contoh
shariah menjadi syariat.
4. Kalke (Calque)
Penerjemahan harfiah sebuah kata atau frase BSu secara langsung ke dalam BSa, bisa
dalam tataran leksikal atau struktural.
5. Kompensasi (Compensation)
Memperkenalkan elemen informasi teks BSu atau efek stilistik yang terdapat pada
posisi lain dalam teks BSa karena hal tersebut tidak bisa tercermin pada posisi yang
sama dalam teks BSu.
6. Deskripsi (Description)
Mengganti istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.
7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
Menentukan padanan sementara yang tidak terduga atau di luar konteks.
8. Padanan Lazim (Established Equivalent)
Menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah diakui/lazim (berdasarkan kamus atau
penggunaan bahasa sehari-hari).
9. Generalisasi (Generalization)
Menggunakan istilah–istilah yang lebih umum atau netral dalam BSa.
10. Amplipikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Menambah elemen-elemen linguistik. Teknik ini sering digunakan dalam
penerjemahan lisan secara konsekutif dan dubbing.
11. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Mengumpulkan dan menjadikan satu elemen-elemen linguistik dalam teks BSa. Teknik
ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan secara spontan dan subtitling.
12. Terjemahan Harfiah (Literal Translation)
Menerjemahkan sebuah kata atau ungkapan kata demi kata.
13. Modulasi (Modulation)
Mengganti sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam hubungannya dengan
teks BSu; bisa dalam tataran leksikal atau struktural. Seperti contoh berikut.
14. Partikularisasi (Particularization)
Menggunakan istilah yang lebih kongkret atau khusus. Bertolak belakang dengan
teknik generalization. Seperti contoh berikut. BSu: This made a number of jurists
jealous. BSa: Hal itu, membuat sejumlah ahli fiqh lain iri hati.
15. Reduksi (Reduction)
Menekan/memadatkan fitur informasi teks BSu ke dalam teks BSa. Contoh: “the month
of fasting” diterjemahkan menjadi “ramadhan”.
16. Subtitusi (Subtitution)
Mengantikan elemen linguistik ke dalam elemen paralinguistik atau sebaliknya.
17. Transposisi (Transposition)
Mengganti kategori gramatikal. Contohnya: The aim of this research diterjemahkan
menjadi ‘Penelitian ini bertujuan’.
18. Variasi (Variation)
Mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, gesture) yang berdampak
pada variasi linguistik.
Untuk menklasifikasikan teknik yang digunakan dalam penerjemahan novel Pulang ini
peneliti merujuk teknik yang telah dipaparkan oleh Molina dan Hurtado Albir (2002) karena
dinilai lebih komprehensip dan telah memberi batasan yang jelas mengenai teknik dan agar
tidak terjadinya tumpang tindih istilah.
1.6.4 Ideologi Penerjemah Karya Sastra
Ideologi penerjemah merupakan strategi penerjemah dalam menyiasati permasalahan
budaya yang muncul pada waktu proses penerjemahan. Permasalahan tersebut adalah
bagaimana bisa menghilangkan unsur-unsur kebahasaan bahasa sumber dan tetap
mempertahankan budayanya, sedangkan kenyataanya bahasa dilingkupi oleh budaya.
Bagaimana bisa mengakrabkan pembaca dengan budaya asing (Venuti menyebutnya
Foreignisation). Memilih bahasa sasaran berarti cenderung ke budaya sasaran (Venuti
menyebutnya Domestication). Pilihan ini dipengaruhi oleh penerjemah (Venuti menyebutnya
‘mediasi’), penerbit, pembaca, dan ataupun pemerintah (Venuti menyebutnya sebagai faktor
luar).
Dalam tindakan menginterpretasi ini, penerjemah memiliki kecenderungan untuk
menentukan salah satu pilihan dari dua kutub yang berlawanan, karena keyakinan ini
mempengaruhi sebagian besar penerjemah, maka Venuti di dalam Hoed (2003)
mengatakannya sebagai ideologi penerjemah dan ia mengistilahkan dua kutub ini sebagai
domestikasi dan foreinisasi.
1.6.5 Kajian Appraisal dalam Penerjemahan
Kerangka Apraisal merupakan sebuah teori bahasa evaluatif yang dikembangkan dalam
tradisi linguistik sistemik fungsional yang menjajaki, memerikan dan menjelaskan bagaimana
bahasa digunakan untuk mengevaluasi, menunjukkan sikap mental, menyusun persona tekstual
dan mengelola sikap dan hubungan antar pribadi. Martin dan White (2005: 35) menguraikan
kerangka Apraisal terdiri dari tiga subsistem yang beroperasi secara parallel.
Sikap melihat bagaimana seseorang mengekpresikan keadaan. Pemosisian
mempertimbangkan tentang posisi seseorang. Graduasi menyelidiki bagaimana penggunaan
fungsi bahasa menguatkan atau melemahkan sikap dan keterlibatan/pemosisian. Pendekatan
Apraisal menjajaki bagaimana penutur dan penulis menyampaikan penilaian tentang orang
pada umumnya, penulis/ penutur lainnya, dan ucapan-ucapannya, objek material, peristiwa dan
keadaan, sehingga membentuk aliansi dengan orang-orang yang sama-sama memiliki
pandangan ini dan memasang jarak dengan orang-orang yang berpandangan berbeda
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Metode Pemerolehan Data
Penelitian ini akan menggukan metode deskriptif komparatif yakni metode penelitian
dengan cara membandingkan letak perbedaan dari isi teks sumber dengan cara membandingkan
letak perbedaan dari isi tek sumber dengan teks sasaran (William dan Chesterman, 2005) yang
kemudian akan diuraikan dan dijabarkan makna yang terkandung dalam TSu dan Tsa.
Sumber data yang digunakan adalah novel berbahasa Indonesia “pulang” karya Leila
Salikha Chudori yang diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) dan terjemahan
dalam Bahasa inggrisnya “Home” oleh John H. Mcglynn yang diterbitkan oleh Lontar
Foundation. Novel ini terdiri dari 3 bab dan 17 sub-bab dengan jumlah halaman total adalah
449 halaman untuk Bsu dan 459 halaman untuk Bsa. Data penelitian ini berupa kata, frasa,
klausa yang masuk ke dalam kategori analisis appraisal.
1.7.2 Metode Analisis Data
1. Membaca Novel teks asli dan karya terjemahannya
Penulis secara manual akan melakukan pengamatan kontrastif pada kata, frasa dan
klausa dalam novel Bsu dan Bsa. Penulis akan menggarisbawahi kata-kata yang
berbeda atau mengalami perubahan pada kedua novel tersebut.
2. Pemilihan dan penandaan kata, frasa dan kalimat.
Setelah melakukan pemilihan dan penandaan kata, frasa dan klausa, penulis akan
menggunakan analisis appraisal untuk menunjukkan bagaimana penilaian attitude,
engagement dan gratitude pada pilihan leksikal yang digunakan oleh penerjemah.
3. Pengumpulan, Pencatatan dan klasifikasi data.
Setelah tahapan ini selesai, penulis akan mulai menganalisis metode terjemahannya
menggunakan teori diagram V Newmark dan teknik terjemahan menurut teori Molina
dan Albir. Setelah itu, penulis akan mengidentifikasi ideologi penerjemahan berdasar
pada teori Venuti.
4. Menarik Kesimpulan
1.7.3 Metode Penyajian Analisis Data
Data yang sudah diklasifikasikan akan diberi kode dan dijelaskan dalam bentuk table
tentang komponen appraisal, metode penerjemahan serta teknik terjemahan yang paling
dominan digunakan penerjemah. Sehingga orientasi ideologi yang dianut penerjemah akan
lebih mudah dianalisis nantinya melalui penyajian tabel. Kode yang akan digunakan oleh
penulis akan diberikan keterangan.
1.8 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I, yaitu pendahuluan yang mencakup latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landassan
teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian data. Bab II, akan berisi pemaparan
tentang analisis sistem appraisal di dalam novel Pulang. Bab III, berupa analisis metode dan
teknik yang digunakan penerjemah dalam novel pulang. Untuk Bab IV nantinya akan berisi
uraian tentang orientasi ideologi yang diterapkan oleh sang penerjemah dengan mengaitkan
beberapa temuan-temuan pada bab sebelumnya. Dan Bab V akan berupa kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Hoed, B.H. 2003. “Ideologi dalam penerjemahan”. Dalam Proceeding Kongres Nasional
Penerjemahan. Surakarta: fakultas Sastra dan Seni Rupa dan Program
Pascasarjana, UNS.
Martin, J. R., & Rose, D. 2003. Working with Discourse: Meaning beyond the Clause.
London and New York: Continuum.
Martin, J. R., & White, P. 2005. The Language of Evaluation--Appraisal in English.
Hampshire/New York: Palgrave Macmillan.
Molina, Lucia and Hurtado Albir, A. 2002. “Translation Techniques Revisited: A Dynamic
and Functionalist Approach” dalam Meta: Journal des Traducteur/Meta:
Translators’ Journal. XLVII, No.4 hal. 498-512.
Munday, J. (2012). Evaluation in translation critical points of translator decisionmaking .
Routledge.
Nababan, M.R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Oxford: Pegamon Press.
_____________. 1981. A Textbook of Translation. Oxford: Pegamon Press.
_____________. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice-Hall.
Nida, Eugene. A. 1975. Language Structure and Translation. Stanford: Standford University
Press. Nida, E. A. and Taber, C. R. 1969. The Theory and Practice of
Translation. Leiden: E. J. Brill.
Venuti, Lawrence. 1995. The Translator’s Invisibility: A History of Translation. London and
New York: Routledge.
Williams, J. & A. Chesterman. 2002. The Map: A Beginner’s Guide to Doing Research in
Translation Studies. Manchester: St. Jerome Publishing.

Anda mungkin juga menyukai