Proposal Thesis
Diajukan oleh:
Ayu Risky
22/495892/PSA/20133
Bentuk diagram di atas tentu memberikan arti tersendiri. Ada delapan metode, yakni
empat metode penerjemahan pertama berorientasi pada BSu dan empat metode kedua
berorientasi pada BSa.
1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)
Dalam penerapannya, Nababan (2003: 30) menjelaskan bahwa metode penerjemahan ini
pada dasarya masih sangat terikat pada tataran kata. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah
hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran tanpa megubah susunan kata
dalam terjemahannya. Dengan kata lain, susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis
dengan susunan kata dalam kalimat aslinya.
2. Penerjemahan Harfiah (literal Translation)
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi
penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai
dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Metode ini biasanya diterapkan apabila
struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber
dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap
dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks bahasa sumber,
sehingga hasil terjemahannya kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih luwes dan
mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih
dalam batas kewajaran. Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan dengan
penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu. Keempat metode di atas adalah metode yang
lebih berorientasi atau lebih memberikan penekanan pada BSu.
Sedangkan keempat metode berikut, adalah metode yang berorientasi pada BSa.
1. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan
BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan
hal-hal penting dalam teks bahasa sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur. Biasanya,
metode ini diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk
teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek
daripada teks aslinya. Beberapa ahli, termasuk Newmark keberatan menyebut hasil terjemahan
yang menggunakan metode ini sebagai sebuah “karya terjemahan”. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa,
sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh
pembacanya. Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip komunikasi, yakni
khalayak pembacanya dan tujuan penerjemahan.
Melalui metode ini, sebuah versi teks BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi
teks bahasa sasaran sesuai dengan prinsip di atas. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada metode
yang dipaparkan oleh Newmark, karena lebih komprehensif dan bisa menunjukkan secara jelas
pada ideologi yang digunakan penerjemah.
Hoed, B.H. 2003. “Ideologi dalam penerjemahan”. Dalam Proceeding Kongres Nasional
Penerjemahan. Surakarta: fakultas Sastra dan Seni Rupa dan Program
Pascasarjana, UNS.
Martin, J. R., & Rose, D. 2003. Working with Discourse: Meaning beyond the Clause.
London and New York: Continuum.
Martin, J. R., & White, P. 2005. The Language of Evaluation--Appraisal in English.
Hampshire/New York: Palgrave Macmillan.
Molina, Lucia and Hurtado Albir, A. 2002. “Translation Techniques Revisited: A Dynamic
and Functionalist Approach” dalam Meta: Journal des Traducteur/Meta:
Translators’ Journal. XLVII, No.4 hal. 498-512.
Munday, J. (2012). Evaluation in translation critical points of translator decisionmaking .
Routledge.
Nababan, M.R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Oxford: Pegamon Press.
_____________. 1981. A Textbook of Translation. Oxford: Pegamon Press.
_____________. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice-Hall.
Nida, Eugene. A. 1975. Language Structure and Translation. Stanford: Standford University
Press. Nida, E. A. and Taber, C. R. 1969. The Theory and Practice of
Translation. Leiden: E. J. Brill.
Venuti, Lawrence. 1995. The Translator’s Invisibility: A History of Translation. London and
New York: Routledge.
Williams, J. & A. Chesterman. 2002. The Map: A Beginner’s Guide to Doing Research in
Translation Studies. Manchester: St. Jerome Publishing.