in
BUMI MANUSIA
KARYA
PRAMOEDYA ANANTA TOER
OLEH:
Mochammad Ilcham
Mohamad Sahril
Ninin Herlina
http://contoh.in
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya
kepada sekalian makhluk. Selanjutnya Shalawat dan salam turut penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad saw, dengan perjuangan dan kasih sayangnya membawa umat
manusia menuju kehidupan yang memiliki peradaban.
Penulis memanjatkan syukur yang sedalamnya karena telah menyelesaikm
makalah sederhana tentang suatu kajian budaya yakni merupakan bagian dari beragam
pendekatan dalam penelitian sastra. Penulis memandang penting untuk mengkaji
pendekatan penelitian sastra guna pengembangan dan pemaknaan yang lebih sistematis
terhadap sebuah karya sastra. Dalam hal ini pendekatan penelitian sastra yang
digunakan adalah pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik ini digunakan dalam
menganalisis konsep sastra dalam sebuah Roman Bumi Manusia karya Pramoedya
Ananta Toer.
Namun, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
penyajian teori bahkan dalam pemaparan analisis yang masih kurang mendalam.
Sehingga penulis berharap adanya sumbangan pemikiran atau tanggapan yang bersifat
konstruktif demi kelengkapan dan kedalaman kajian selanjuntya.
Demikian kami sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen Pembimbing yang
telah mengarahkan penulis dalam menemukan konsep kajian dalam penelitian sastra
serta kepada teman-teman dan pembaca sekalian.
http://contoh.in
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A..................................................................................................... Latar
Belakang Kajian ...................................................................................
B. .................................................................................................... Fokus
Kajian ...........
C. .................................................................................................... Manfaat
Kajian ...................................................................................................
A..................................................................................................... Kajian
Teori .....................................................................................................
1. ............................................................................................... Hakikat
Semiotika........................................................................................
2. ............................................................................................... Pemikir
an dan Konsep Semiotika ...............................................................
3. ............................................................................................... Semioti
ka dalam Sastra...............................................................................
B. .................................................................................................... Analisis
Semiotik dalam Novel Bumi Manusia .................................................
1. ............................................................................................... Biografi
Pengarang .......................................................................................
3
http://contoh.in
2. ............................................................................................... Sinopsi
s Novel Bumi Manusia ...................................................................
11
3. ............................................................................................... Aplikas
i Semiotik Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Novel Bumi Manusia
BAB II PENUTUP................................................................................................
12
16
A. ............................................................................................. Kesimp
ulan................................................................................................
16
B. ............................................................................................. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
16
http://contoh.in
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kajian
Proses kajian sastra memiliki peran penting dalam kehidupan kebahasaan serta
dalam upaya pencarian makna yang lebih dalam tentang sebuah karya sastra. Dalam hal
ini dikenal beberapa macam pendekatan sastra. Adapun pendekatan sastra disini adalah
teknik yang mengarah pada upaya untuk memperngaruhi emosi dan perasaan pembaca.
Sastra sebagai karya imajinatif yang mempergunakan bahasa memiliki
perbedaan dengan karya-karya kebahasaan lainnya yang lebih mementingkan fungsi
referensi bahasa berupa penyampaian pesan. Sebaliknya karya sastra mementingkan
fungsi estetik bahasa sebagai sarana ekspresinya. Dalam karya sastra pengarang
berusaha mendapatkan efek dari penggunaan bahasanya itu, berupa keterkesanan dan
keterpesonaan pembaca, disamping diterimanya nilai-nilai tertentu yang biasanya
bernilai pendidikan oleh pembaca tanpa disadari.
Karya sastra selalu mendapat tanggapan dan pemaknaan yang beraneka ragam
dari pembacanya dan tidak selalu tepat dengan pemaknaan yang dimaksud penulis
sastra itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan perbedaan zaman, pengalaman, kemampuan,
pemahaman, dan situasi pembacanya. Dengan kata lain perbedaan pemaknaan tersebut
terjadi karena horizon harapan pembaca yang berbeda, sehingga timbul bermacammacam penafsiran terhadap teks sastra tersebut.
Dalam kaitannya dengan pembahasan di atas, Hirsch dalam Djoko Pradopo
membedakan arti dan makna. Menurutnya, arti yang diberikan oleh pembaca terhadap
teks adalah makna (signifikansi), ia berubah sesuai dengan horizon harapan pembaca
teks sastra tersebut. Arti yang diberikan pengarang bersifat tetap dan tidak berubah,
disebut arti (meaning).1 Dengan demikian muncul masalah manakah yang harus
dipegang? Arti yang diberikan pengarang atau makna yang diberikan pembaca?.
Berdasarkan subjektifitas yang berkemungkinan muncul dalam penafsiran karya sastra,
Rachmat Djoko Paradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 40
http://contoh.in
maka pembatasan yang lebih relevan adalah memahami beragam pendekatan analisis
yang ada sebagai upaya menganalisis sebuah karya sastra secara lebih sistematis dan
menyamai alur makna yang dimaksud penulis itu sendiri.
Dengan demikian mengenal salah satu pendekatan kajian sastra dalam makalah
ini adalah suatu keharusan guna memahami konsep kerkaryaan yang lebih utuh.
Selanjutnya, pendekatan yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah pendekatan
semiotik, yakni suatu kajian tentang tanda, makna dan arti. Semiotik sebagai ilmu
tentang tanda lahir pada awal abad 20. Teori dan metode semiotik tidak dapat
dipisahkan dari teori strukturalisme karena ia merupakan kelanjutannya.
B. Fokus Kajian
Berdasarkan latar belakang kajian, maka sekiranya penting menentukan fokus
kajian, mengingat aka nada banyak criteria kajian yang menarik untuk dibahas. Dalam
hal ini penulis menentukan fokus kajian yakni dalam menganalisis Bagaimana
memahami konsep kajian Novel Bumi Manusia dengan menggunakan pendekatan
semiotik?.
C. Manfaat Kajian
Secara sederhana kajian sastra dalam pendekatan semiotik memiliki manfaat
yang cukup signifikan terhadap proses pemaknaan sebuah karya sastra. Dalam hal ini
penulis berusaha mengungkapkan bahwa pendekatan semiotik ini memiliki potensi
dalam penganalisisan dan penginterpretasian sebuah novel yang sarat unsur pendidikan
dan budaya. Seperti halnya dalam novel Bumi Manusia yang memunculkan banyak
tafsiran dan pemaknaan model kehidupan yang holistik.
http://contoh.in
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Semiotika
Banyak definisi dan pengertian yang diberikan para ahli terhadap semiotik,
Mansur Pateda menuliskan bahwa semiotik adalah teoeri tentang sistem tanda. Nama
lain semitiok adalah semiologi dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda,
mirip dengan istilah semiotik.2 Alex Sobur menganggap semiotik sebagai suatu model
ilmu social yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar
yang disebut tanda.3
Semiotik sebagaimana disimpulkan oleh Burhan adalah ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Tand adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain
yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain.4 Perintis awal
semiotik adalah Plato (428-348 SM), ia memeriksa asal-muasal bahasa dalam bukunya
Cratylus, juga Aristoteles yang mencermati kata benda dalam bukunya Poetics dan On
Interpretation. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa sejak awal telah disadari
bahwa sistem penandaan memiliki pengaruh yang besar, bahkan sejak dulu tanda
menjadi sumber perdebatan. Meskipun konsen terhadap sistem tanda-tanda yang ada di
sekitar manusia telah ada sejak lama, tetapi dasar penelusuran tentang tanda baru
diletakkan pada abad pertengahan dalam ajaran St. Augustinus (345-430 M).5
2. Pemikiran dan Konsep Semiotika
Disamping tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, dalam kajian semiotik tentu
kita tidak terlepas dari teori Saurrese. Kajian semiotik adalah pengenalan atas tandatanda yang terdapat pada unsure atau bagian dari kebudayaan. Saussure (1915)
http://contoh.in
menyebutkan bahwa tanda terdiri atas dua muka yang tak terpisahkan, yakni signifiant
dan signifi. Untuk memahami semiotik dalam kebudayaan, Barthes dalam bukunya
yang terkenal Mythologies (1957) telah mendefinisikan. Ia bertolak dari teori Saussure
yang melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda yang terdiri atas significant
(penanda), yaitu gejala yang tercerap secara mental oleh manusia sebagai citra
akustik, dan signifi (petanda), yaitu makna atau konsep yang ditangkap dari signifiant
tersebut.
Dalam kebudayaan Prancis, Barthes menggambarkan pemahaman significant
pada signifi-nya sebagai suatu proses dua tahap. Karena significant adalah gejala yang
selain diperhatikan oleh kognisi manusia juga diproduksi, maka ditinjau dari
pemroduksi tanda, significant disebutnya expression (E) (ekspresi, pengungkapan),
signifi sebagai contenu (isi atau konsep).
Menurut Barthes, hubungan (R) antara E dan C terjadi terjadi pada manusia
dalam lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah dasar (primer) yang terjadi pada saat
tanda dipahami untuk pertama kalinya, yang kemudian diklasifikasikan dengan R1
antara E1 dan C1. Namun pemaknaan tanda tidak pernah terjadi hanya pada pemaknaan
primer. Prosesnya akan berlanjut dengan pengembangannya pada system sekunder,
yakni R2 antara E2 dan C2. Sistem sekunder adalah lanjutan yang mengembangkan baik
system E maupun C.
Aliran yang lain dalam semiotik juga dikemukakan Charles Sanders Peirce. Ia
beranggapan bahwa jagat raya terdiri atas tanda-tanda. Ini merupakan pandangan
pansemiotok tentang jagat raya kita.
Peirce melihat tanda bukan sebagai sebuah struktur, namun berupa suatu pemaknaan
tiga tahap. Model Peirce adalah suatu model triadic. Manusia membari makna pada
tanda melalui sebuah proses pemaknaan tanda yang disebutnya semiosis. Semiosis
merupakan suatu proses tiga tahap, yakni:
Tahap 1:
http://contoh.in
Tahap 2:
Tahap 3:
cahaya yang kita lihat menyembur di ufuk timur ketika pagi hari (R)
dipresepsikan dan dirujuk pada suatu peristiwa terbitnya matahari (O).
Contoh 2:
kata badik yang dituliskan dalam sebuah cerita (R) dipresepsikan dan
dirujuk pada sesuatu yang berkaitan dengan suku Bugis, Makassar atau
suku lain di Sulawesi Selatan.
Contoh 3:
lampu hijau pada rambu-rambu lalu lintas (R) kita rujuk makna/konsep
jalan terus (O)
O).
ayam
anak-anak mulai
http://contoh.in
Contoh 2 (badik) interpretan yang mungkin adalah alat bukti yang didapatkan polisi
pada sebuah peristiwa pembunuhan
sesuatu.
Sementara teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai
tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda haruslah mengacu/mewakili
sesuatu yang yang disebut obyek/acuan (denotatum/referent). Tanda tersebut harus
ditangkap dan dipahami dalam perespektif kesaling hubungan antara tanda itu sendiri,
ground atau sebuah tata acuan atau konvensi yang mendasari pemahaman tanda,
denotatum yaitu suatu kelas dari acuan yang ditunjuknya,6 dan pemahaman makna yang
timbul dalam kognisi lewat interpretasi yang disebut interpretant.7
Pierce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya dalam tiga jenis
hubungan yaitu: (1) ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. Foto, peta geografis,
penyebutan atan penempatan di bagian awal atau depan (sebagai tanda bahwa sesuatu
itu dipentingkan) merupakan contoh ikon, (2) indeks, jika ia berupa hubungan
kedekatan eksistensi, misalnya asap hitam sebagai pertanda adanya kebakaran, wajah
muram sebagai tanda hati yang gundah dan sedih, dan (3) symbol, jika ia berupa
hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi, mislanya morse dari bahasa.8
Selanjutnya menurut Eco ketika seseorang menuturkan kata (image) maka ia
terlibat dalam sebuah proses produksi tanda, ia mempekerjakan tanda-tanda (memilih,
menyeleksi, menata, dan mengkombinasikan dengan cara dan aturan main tertentu).9
Uki Sukiman, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Najib al-Kailani dalam Jurnal Adabiyat
vol. 1. No. 2, Maret 2003 (Yogyakarta: Jurusan BSA Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal.
114
7
Nurgiyantoro, Op. Cit, hal. 41
8
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI: Depok,
2004), hal. 17
9
Alex Sabour, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal. xiv
10
http://contoh.in
10
11
Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 20
Ibid, hal. 22
11
http://contoh.in
sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada
1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan
saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya
penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya
Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini
menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa
Indonesia, dan pada saat yang sama mulai berhubungan erat dengan para penulis di
China. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat menyurat dengan penulis Tionghoa
yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia
merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan
dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa
mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena
pandangan pro-Komunis Chinanya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan
tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau-pulau
di sebeluah timur Indonesia.
Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa
Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai
tahanan politik tanpa proses pengadilan: 13 Oktober 1965 - Juli 1969, Juli 1969 - 16
Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan, Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau
Buru, November - 21 Desember 1979 di Magelang.
Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap
mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4
kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanaya Minke, bangsawan kecil
Jawa, dicerminkan pada pengalamannya sendiri. Jilid pertamanya dibawakan secara
oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk
dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan
Indonesia.
12
http://contoh.in
http://contoh.in
tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal
terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika
dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa
ke pengadilan saja jika memang materi cukup. Kalau tidak cukup, bawa ke forum
terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri,
tambahnya. Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat
kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan
dikeroyok secara terbuka di koran.
Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik
pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman
Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang
dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa
ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di
sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri
merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.
Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda,
kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga
semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai
penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Hadiah Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme,
Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah
Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada
2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia
menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memenangkan hadiah dari
Universitas Michigan.
Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun
akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia
dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan
sedang dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak
napas dan jantungnya melemah. Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail
14
http://contoh.in
Marzuki diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya.
Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk
Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah
diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke
berbagai bahasa dunia.
2. Sinopsis Novel Bumi Manusia
Roman Bumi Manusia sesungguhnya roman sejarah yang menggambarkan
perlawanan. Perlawanan kaum pribumi terdidik terhadap penjajah, dan kaum pribumi
sendiri yang mempunyai kekuasaan: para kaum priyai.
Perlawanan tersebut
ditunjukkan oleh tokoh perempuan, Nyai Ontosoroh yang didukung oleh tokoh utama,
Mingke, pada beberapa peristiwa yang digambarkan dalam cerita, terutama terhadap
suaminya sendiri yang notabene adalah seorang Belanda, pejabat VOC.
Mingke sendiri adalah anak seorang bupati, yang mendapat kesempatan
bersekolah di sekolah Belanda, sekolah HBS di Surabaya. Dengan pendidikan yang ia
dapatkan, perilaku dan gaya berpikirnya pun ikut kebarat-baratan. Selain kepada
suaminya,
Nyai
Ontosoro
juga
melawan
orangtuanya,
yang
telah
tega
15
http://contoh.in
http://contoh.in
http://contoh.in
http://contoh.in
19
http://contoh.in
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karya sastra adalah cermin kehidupan sosial. Ia merupakan kristalisasi nilai dan
pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah
kenyataan budaya. Kehidupan mencakup hubungan antar manusia, hubungan antar
masyarakat, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin manusia. Paparan tersebut
menunjukkan bahwa karya sastra tidak berangkat dari ketiadaan budaya. Kode budaya
dalam sastra memberi pengertian bahwa karya sastra merupakan wujud hasil budaya
yang di dalamnya jelas terepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat. Seperti yang
ditunjukkan Pramoedya dalam novel bumi manusia ini, budaya barat yang berkembang
dengan cepat dihadapkan pada budaya timur khususnya budaya Jawa.
Pentingnya mnganalisis makna dalam sebuah karya sastra menjadi keharusan
manakala pembaca ingin memahami secara mendalam keindahan dan unsure etik dalam
suatu karya sastra, sehingga beragam pendekatan yang ada merupakan jalan yang tepat
digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra. Semiotik adalah salah satu
pendekatan yang kerap digunakan dalam menganalisis karya sastra dengan tinjauan dan
pemberian makna terhadap beragam tanda yang muncul.
B. Saran
Dalam kajian sastra ini, penulis memaparkan konsep pendekatan semiotik yang
cukup sederhana bila ditinjau dari konsep analisis yang sebenarnya, dalam arti penulis
masih menginterpretasikan kedalaman pendekatan semiotik dengan singkat, dengan
demikian penulis berharap adanya kelayakan dan tinjauan yang lebih dalam terhadap
20
http://contoh.in
proses aplikasi dan telaah sebuah sastra dalam pendekatan semiotik demi kelengkapan
dan pengembangan pengetahuan selanjutnya.
Lampiran:
Berikut beberapa kutipan dalam Novel Bumi Manusia yang Dianalisis secara
Semiotik
No. Uraian dalam Cerita
1
5.
Analisis Semiotik
http://contoh.in
7.
22
http://contoh.in
DAFTAR PUSTAKA
Christomy, Tommy, Semiotika Budaya, (Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI:
Depok, 2004)
Uki Sukiman, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Najib al-Kailani
dalam Jurnal Adabiyat vol. 1. No. 2, Maret 2003 (Yogyakarta: Jurusan BSA
Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 114
23