Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

REVIEW GENERAL TEORI SASTRA KONTEMPORER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra Kontemporer

Dosen pengampu : Dr. Rohanda, M.Ag., MQM dan Khomisah, M.A

Disusun oleh :

Kelompok 7

Naila Salsabila 1215020140


Nur Oktaviani Eda 1215020153
Nuri Rai Patimah 1215020155
Redi Aryanto 1215020172
Reza Anggraini 1215020174

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Review General Teori Sastra Kontemporer”.

Shalawat besertakan salam juga tak lupa kita curahkan kepada baginda Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat sahabat nya serta
kita selaku umatnya semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dan senantiasa
mendapatkan syafa’atnya.

Tujuan dibuat nya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Sastra Kontemporer pada semester 5, dalam program studi Bahasa dan Sastra Arab
fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Dr. Rohanda, M.Ag.,
MQM. dan ibu Khomisah, M.A, selaku dosen kami yang telah memberi kami tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan kami serta dapat memperluas pengetahuan
kami.

Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang


terdapat pada makalah ini, karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
segala kelebihan hanya milik Allah SWT semata. Semoga dengan dibuatnya makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca sekalian.

Bandung, 11 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6
A. Teori Psikologi Sastra ............................................................................................... 6
B. Teori Post Feminisme.............................................................................................. 18
C. Teori Ekranisasi....................................................................................................... 19
D. Teori Musikologi..................................................................................................... 20
BAB III ........................................................................................................................ 21
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra kontemporer merujuk pada karya-karya sastra yang diproduksi dalam


waktu yang relatif baru, seringkali dalam beberapa dekade terakhir ini. Istilah
"kontemporer" berasal dari kata Latin "contemporaneus," yang berarti "sama zaman."
Oleh karena itu, sastra kontemporer mencerminkan kondisi sosial, budaya, dan politik
yang aktual pada saat karya tersebut ditulis.

Ciri khas sastra kontemporer melibatkan berbagai gaya penulisan, eksperimen


dalam bentuk dan struktur, serta refleksi terhadap isu-isu kontemporer seperti
teknologi, globalisasi, identitas, dan perubahan sosial. Sastra kontemporer juga sering
kali bersifat lebih inklusif, mencakup beragam perspektif dan pengalaman manusia.

Karena karakternya yang dinamis dan terus berkembang, definisi sastra


kontemporer dapat berubah seiring waktu, mencerminkan perubahan dalam
masyarakat dan keberagaman ide dan gaya dalam dunia sastra.

Sastra kontemporer sering kali menantang pembaca untuk berpikir secara


mendalam tentang isu-isu kompleks dan kontroversial. Melalui narasi yang kompleks,
karakter yang rumit, dan pemilihan kata yang cermat, sastra dapat memotivasi
pembaca untuk menggali dan merenung tentang berbagai aspek kehidupan dan
manusia.

Sastra kontemporer mencerminkan dinamika dan perubahan yang terjadi dalam


masyarakat. Penulis sering kali merespons secara langsung terhadap isu-isu seperti
perubahan teknologi, perubahan sosial, politik, dan budaya. Karya sastra dapat
menjadi cermin yang merefleksikan realitas zaman, memfasilitasi pemahaman, dan
membantu masyarakat mengatasi perubahan tersebut.

Sastra kontemporer sering kali menciptakan narasi yang memberikan suara


kepada kelompok-kelompok yang mungkin terabaikan atau diabaikan dalam sejarah
atau dalam budaya dominan. Ini termasuk representasi yang lebih baik untuk
kelompok minoritas, perempuan, LGBTQ+, atau kelompok-kelompok marginal

4
lainnya. Karya sastra dapat memperjuangkan hak mereka, membawa pengalaman
mereka ke permukaan, dan menggambarkan kompleksitas kehidupan mereka.

Sastra kontemporer cenderung mengeksplorasi identitas manusia dalam segala


keragamannya. Melalui representasi karakter dengan latar belakang yang
berbeda-beda, sastra dapat merayakan dan menghormati keberagaman manusia,
mempromosikan pemahaman lintas budaya, dan meruntuhkan stereotip yang sempit.

Maka dari itu, Dengan perannya yang sangat beragam, sastra kontemporer bukan
hanya bentuk seni, tetapi juga merupakan alat yang kuat untuk membangun
pemahaman, menyuarakan keberagaman manusia, dan merangsang pemikiran kritis
dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana review general dari teori psikologi sastra?

2. Bagaimana review general dari teori post feminisme?

3. Bagaimana review general dari teori ekranisasi?

4. Bagaimana review general dari teori musikalisasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui review general dari teori psikologi sastra

2. Untuk mengetahui review general dari teori post feminisme

3. Untuk mengetahui review general dari teori ekranisasi

4. Untuk mengetahui review general dari teori musikologi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Psikologi Sastra

1. Pengertian Psikologi Sastra

Perkembangan kajian sastra yang bersifat interdisipliner telah


mempertemukan ilmu sastra dengan berbagai ilmu lain, seperti psikologi,
sosiologi, antropologi, gender, dan sejarah. Pertemuan tersebut telah
melahirkan berbagai macam pendekatan dalam kajian sastra, antara lain
psikologi sastra, sosiologi sastra, antropologi sastra, kritik sastra feminis, dan
new hystoricism. Di samping itu, juga melahirkan berbagai kerangka teori
yang dikembangkan dari hubungan antara sastra dengan berbagai disiplin
tersebut, seperti psikoanalisis/psikologi sastra, psikologi pengarang,
psikologi pembaca, sosiologi pengarang, sosiologi pembaca, sosiologi karya
sastra, juga strukturalisme genetik, sosiologi sastra marxisme.

Dari uraian awal tersebut tampak bahwa psikologi sastra lahir sebagai
salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca dan
menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya
dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam
psikologi.

Sebelum menguraikan apa itu psikologi sastra, perlu dipahami terlebih


dahulu hubungan antara psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua
disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pendekatan atau tipe
kritik sastra yang disebut psikologi sastra.

2. Hubungan antara Psikologi dan Sastra

⚫ Psikologi

Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang


melahirkan pendekatan psikologi sastra, terlebih dulu diuraikan
pengertian dan cabang-cabang psikologi. Dalam Pengantar Psikologi

6
Umum, Walgito (2004:10) mengemukakan bahwa psikologi merupakan
suatu ilmu yang meneliti serta mempelajari tentang perilaku atau
aktivitas-aktivitas yang dipandang sebagai manifestasi dari kehidupan
psikis manusia. Dalam psikologi, perilaku atau aktivitas yang ada pada
individu atau organisme dianggap tidak muncul dengan sendi- rinya,
tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai
individu atau organisme itu. Dalam hal ini perilaku atau aktivitas
dianggap sebagai jawaban atau respon terhadap stimulus yang
mengenainya.

Dalam psikologi perilaku manusia dibedakan menjadi dua, yaitu


perilaku yang refleksif dan nonre- fleksif. Perilaku yang refleksif terjadi
secara spontan, misalnya kedipan mata bila kena sinar, gerak lutut jika
kena sentuhan palu, menarik jari jika terkena api, dan sebagainya.
Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya. Dalam hal ini stimulus yang
diterima oleh individu tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak,
sebagai pusat kesadaran atau pusat pengendalian perilaku manusia.

Kondisinya berbeda dengan perilaku nonrefleksif yang


dikendalikan atau diatur oleh pusat kedasaran atau otak. Setelah
stimulus diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak sebagai
pusat syaraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respon yang
disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses
psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku
psikologis (Branca, via Walgito, 2004:12-13).

⚫ Sastra

Secara sederhana kata sastra mengacu kepada dua pengertian, yaitu


sebagai karya sastra dan sebagai ilmu sastra, yang merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan. Ketika digunakan dalam kerangka karya
sastra, sastra merupakan hasil karya seni yang diciptakan pengarang
atau pun kelompok masyarakat tertentu bermediakan bahasa. Sebagai
karya seni yang bermediakan bahasa, karya sastra dipandang sebagai
karya imajinatif. Istilah “sastra imajinatif” (imaginative literature)
memiliki kaitan dengan istilah belles letters (“tulisan yang indah dan

7
sopan”, berasal dari bahasa Prancis), kurang lebih menyerupai
pengertian etimologis kata susastra (Wellek & Warren, 1990). Definisi
ini menarahkan kita untuk memahami sastra dengan terlebih dahulu
melihat aspek bahasa: bahasa yang bagaimanakah yang khas sastra itu?
Untuk itu, perlu dilakukan perbandingan beberapa ragam bahasa: bahasa
sastra, bahasa ilmiah, dan bahasa sehari-hari.

Berbeda dengan Wellek dan Warren di atas, kaum romantik,


sebagaimana dikutip oleh Luxemburg dkk. (1989), mengemukakan
beberapa ciri sastra. Pertama, sastra adalah sebuah ciptaan, sebuah
kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Seorang sastrawan
menciptakan dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam
semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Kedua, sastra merupakan
luapan emosi yang spontan. Dalam sastra, khususnya puisi,
terungkapkan napsu- napsu kodrat yang menyala-nyala, hakikat hidup
dan alam. Dalam istilah penyair Wordsworth Poetry is the spontaneous
overflow or powerfull feelings. Ketiga, sastra bersifat otonom, tidak
mengacu kepada sesuatu yang lain; sastra tidak bersifat komunikatif.
Sastrawan hanya mencari keselarasan di dalam karyanya sendiri. Dalam
pengertian ini, apa yang pernah diucapkan Sartre pada tahun 1948,
seorang filsuf Prancis, bahwa kata-kata dalam puisi tidak merupakan
“tanda-tanda”, melainkan “benda- benda” (mots-choses) menemukan
relevansi pemaham- annya. Keempat, otonomi sastra itu bercirikan
suatu koherensi. Pengertian koherensi ini pertama-tama me- ngacu pada
keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan
dengan suatu bentuk atau ungkapan tertentu. Selain itu, koherensi
dimaksud juga menunjuk hubungan timbal-balik antara yang bagian
dengan keseluruhan dan sebaliknya. Kelima, sastra menghidangkan
sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan.
Pertentangan-pertentangan itu aneka rupa bentuknya. Ada pertentangan
antara yang disadari dan tidak disadari, antara pria dan wanita, antara
roh dan benda, dan seterusnya. Keenam, sastra mengungkapkan yang
tak terungkapkan. Sastra mampu menghadirkan aneka macam asosiasi
dan konotasi yang dalam bahasa sehari-hari jarang kita temukan.

8
3. Wilayah Psikologi Sastra

Wellek dan Warren (1990) mengemukakan bahwa psikokogi sastra


mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi
psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua studi
proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum- hukum psikologi yang
diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak
sastra pada pembaca.

Menurut Wellek dan Warren (1990) pengertian pertama dan kedua


merupakan bagian dari psikologi seni, dengan fokus pada pengarang dan
proses kreatifnya. Pengertian ketiga terfokus pada karya sastra yang
dikaji dengan hukum-hukum psikologi. Pengertian keempat terfokus
pada pembaca yang ketika membaca dan menginterpretasikan karya
sastra mengalami berbagai situasi kejiwaan.

4. Penerapan Teori Psikologi Sastra dalam Karya Sastra

Penerapan teori psikologi sastra dalam karya sastra mencakup analisis


terhadap karakter, plot, dan tema cerita dengan mempertimbangkan
aspek-aspek psikologis manusia. Berikut adalah beberapa contoh
penerapan teori psikologi sastra dalam karya sastra:

1) Analisis Karakter:

⚫ Teori Psikoanalisis Freudian : Misalnya, dalam karakter Macbeth


dari drama "Macbeth" karya Shakespeare, Anda dapat menganalisis
konflik batinnya sebagai manifestasi dari konsep id, ego, dan
superego. Ambisi dan perasaan bersalah Macbeth dapat diartikan
sebagai pertarungan antara dorongan-dorongan tak sadar.

⚫ Teori Pengembangan Karakter Erikson : Dalam novel "To Kill a


Mockingbird" karya Harper Lee, karakter Scout Finch dapat
dianalisis dengan mempertimbangkan tahap-tahap pengembangan
psikososial Erikson, terutama konflik identitas dan peran.

9
2) Interaksi Karakter dan Dinamika Kelompok

⚫ Teori Psikologi Sosial: Dalam karya "Lord of the Flies" karya


William Golding, dinamika kelompok dan konflik antar karakter
dapat dianalisis dengan mempertimbangkan konsep-konsep
psikologi sosial, seperti teori identitas sosial atau fenomena
konformitas.

3) Motivasi dan Konflik :

⚫ Teori Motivasi Maslow : Dalam kisah "The Great Gatsby" karya F.


Scott Fitzgerald, karakter Gatsby dapat dianalisis dari perspektif
hierarki kebutuhan Maslow. Ambisi dan obsesi Gatsby dapat
diartikan sebagai upaya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan
tertinggi.

⚫ Teori Konflik : Dalam cerpen "The Lottery" karya Shirley Jackson,


teori konflik dapat diterapkan untuk menganalisis ketegangan antara
karakter-karakter dan dampaknya terhadap plot cerita.

4) Trauma dan Penanganan Diri:

⚫ Teori Koping dan Resiliensi: Dalam novel "The Kite Runner" karya
Khaled Hosseini, karakter Amir dapat dianalisis dari sudut pandang
teori koping untuk memahami cara dia mengatasi trauma masa
kecilnya dan bagaimana proses ini membentuk karakternya.

5) Pengaruh Lingkungan pada Psikologi Karakter:**

⚫ Teori Ekologi Bronfenbrenner : Dalam kisah "The Grapes of


Wrath" karya John Steinbeck, Anda dapat menganalisis pengaruh
lingkungan sosial dan ekonomi pada psikologi karakter-karakter,
mengacu pada konsep-konsep dalam teori ekologi manusia.

6) Teori Kepribadian:

⚫ Teori Kepribadian Jungian : Dalam novel "One Flew Over the


Cuckoo's Nest" karya Ken Kesey, karakter Randle P. McMurphy

10
dapat dianalisis dari perspektif arketipe dan simbol-simbol dalam
teori kepribadian Jungian.

B. Teori Post feminisme

Post feminisme merupakan gerakan feminis pembebasan. Tidak


sebagaimana ideologi feminisme gelombang pertama dan kedua yang
berupaya memperjuangkan kesetaraan perempuan dengan laki – laki,
ideologi post-feminisme adalah membebaskan perempuan dari kungkungan
struktur sosial yang hirarkis berkaitan dengan hubungan laki – laki dan
perempuan. Kaum Post-feminis menganggap bahwa perempuan dapat
bermakna adalah karena dirinya sendiri, bukan karena orang lain (laki – laki)
yang memaknainya. Dalam pandangan post-feminis menuntut kesetaraan
gender merupakan bentuk pengakuan terselubung atas peranan laki – laki
karena dengan menuntut kesetaraan berarti perempuan masih membutuhkan
pengakuan dari laki – laki agar dapat sejajar dengan mereka. Dengan
demikian tujuan gerakan post- feminisme sangat berbeda dengan gerakan
feminisme sebelumnya. Post-feminisme tidak lagi bertujuan untuk mengejar
kesetaraan (karena di dalam pengertian ini keberadaan laki – laki masih
diperhitungkan), melainkan untuk membuat perempuan bermakna karena
memang seharusnya mereka memiliki makna.

Prinsip – prinsip post-feminisme ini terlihat sejalan dengan ideologi


post- strukturalis dimana ide pembebasan menjadi isu utama gerakan mereka.
Pembebasan tersebut dilakukan untuk melawan beroperasinya struktur
kekuasaan, hegemoni patriarki serta untuk memerdekaan diri (liberating)
subyek. Gerakan post-feminisme berusaha untuk mendestabilisasi dan
mendekonstruksi ideologi patriarki dan kehidupan masyarakat dunia yang
phallosentris, menggantikannya dengan tatanan baru yang lebih cair dimana
perempuan dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya tanpa
sekat – sekat struktural yang membelenggu.

Post feminisme sebagai sebuah gerakan dekonstruksi merupakan


gerakan pembalikan atas nilai – nilai yang selama ini berlaku di dalam

11
masyarakat. Masalah isu pornografi dapat menjadi contoh. Pornografi
banyak ditentang oleh kaum perempuan, dengan asumsi pornografi telah
mengeksploitasi tubuh perempuan habis-habisan, dan hanya lelakilah yang
mendapatkan keuntungan. Mereka menunjukan data bahwa lelakilah
konsumen terbanyak dalam peredaran pornografi. Di situ perempuan merasa
dirinya dipermalukan, ditelanjangi bahkan beberapa mengatakan film porno
adalah bentuk perkosaan lain dalam dunia fiksi media visual.

Tetapi paradigma post-feminis dapat membaliknya bahwa pornografi


dapat digunakan untuk kesadaran seksualitas perempuan itu sendiri.
Perempuan memiliki hak untuk menunjukan hasrat seksualitas dirinya.
Bahwa hasrat seks sangat manusiawi, tentunya juga bagi perempuan.
Pornografi dapat menyelamatkan perempuan dari ‘kungkungan tempat tidur’
yang selama ini hanya dikuasai lelaki. Perempuan pun akan bereksplorasi
atas tubuhnya sendiri, dan itu berarti perempuan dapat memiliki dirinya
sendiri yang selama ini kehadirannya hanya untuk lelaki. Demikian
perempuan tidak lagi diletakan seperti boneka, dan lelaki tidak lagi bisa
mengatur tentang ‘bagaimana perempuan seharusnya’.

Ikon pertama yang muncul dari era postfeminisme adalah Madonna di


awal tahun 1980-an. Madonna disambut luar biasa oleh media masa karena
penampilannya yang seksi dan sekaligus provokatif. Madonna kemudian
menjadi wacana yang diperdebatkan oleh semua kalangan baik oleh para
feminis, cendikiawan, pengamat budaya, maupun agamawan. Para feminis
terpecah menjadi dua kubu, mereka yang mendukung buka-buka paha dan
dada Madonna dan mereka yang mengecamnya sebagai pelecehan terhadap
kaum perempuan. Begitu juga kaum moralis yang jelas menentangnya
sebagai bentuk perbuatan yang immoral.

Akan tetapi dalam wacana post- feminisme, Madonna, adalah ikon


dalam semangat membalik atau dekonstruksi. Kapitalisme dan tubuhnya ia
gunakan untuk menunjukkan kekuasaannya. Di sini Madonna sebagai tubuh
perempuan tidak lagi menjadi korban eksploitasi, justru ia mampu
mengeksploitasi media dan laki – laki. Madonna sendiri mengatakan bahwa
ia sama sekali tidak merasa dieksploitir baik oleh media maupun oleh

12
laki-laki. Ia menganggap justru melakukan eksploitasi terhadap baik media
maupun laki-laki yang habis ia keruk uang mereka hanya karena mereka
membeli impian-impian yang ia tawarkan. Fenomena Madonna
menumbuhkan wacana mengenai pembebasan perempuan untuk meraih
dirinya sendiri. Fenomena Madonna ingin memperlihatkan bagaimana
perempuan dapat bernilai bagi dirinya sendiri, bebas
danindependen,dansadarbetulakanharga yang ada pada dirinya.

Gerakan-gerakan post memang menjadi kontroversial karena tidak


sealur dengan standar nilai masyarakat dan agama, kemunculannya sering
mengejutkan dan awalnya akan dianggap sebagai kehadiran yang melenceng.
Namun bila dipahami dan dipelajari lebih dalam, pemahaman post termasuk
post-feminisme sesungguhnya melengkapi perlawanan terhadap segala
bentuk ketidakadilan dan hegemoni. Pemikiran-pemikiran posmodernisme
atau posstrukturalis dalam gerakan post-feminis tidak lagi memfokuskan
dirinya pada isu - isu klasik tentang bagaimana perempuan menjadi sama
dengan laki-laki, tetapi lebih memfokuskan pada isu bagaimana keadilan
dapat dicapai dengan “perbedaan” itu sendiri, dan justru mempertanyakan
mengapa perempuan harus menjadi sama dengan laki-laki sedangkan kita di
ciptakan berbeda.

Kesadaran akan perbedaan inilah yang akhirnya melahirkan gerakan


feminisme baru yakni feminisme gelombang ketiga atau feminisme
postmodern. Helene Cixous, seorang tokoh feminis Postmodern Perancis
menyatakan bahwa selama ini telah terjadi kemapanan cara berpikir dan
menulis laki- laki yang didasarkan pada oposisi biner (laki/perempuan,
matahari/bulan, alam/ budaya, dan sebagainya). Menurut Cixous apa yang
terjadi adalah perempuan eksis dalam dunia yang telah didefiniskan oleh
laki-laki dalam aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh laki-laki. Laki-laki
kemudian menjadi self dan perempuan menjadi other (Arivia, 2004).

Oleh sebab itu, gerakan post-feminisme menolak dikotomi oposisi biner


yang masih terasa dalam ide – ide feminisme sebelumnya. Lembaga
perkawinan dipandang sebagai instrumen yang mengoperasikan dikotomi
oposisi biner laki – laki dan perempuan yang lebih banyak merugikan kaum

13
perempuan karena relasi yang tidak setara dibangun di dalamnya.
Perkawinan merupakan upaya menginstitusionalisasikan opresi (tekanan)
terhadap kaum perempuan, sehingga perlu dilawan dengan misalnya
perempuan tidak perlu menikah. Bahkan penganut gerakan post-feminis
radikal menunjukkan penolakannya terhadap opresi tersebut dengan
melakukan gerakan lesbianisme. Dengan gerakan tersebut, perempuan akan
menemukan maknanya pada dirinya sendiri bukan makna yang muncul
karena faktor di luar dirinya.

Contoh Penerapan Teori Post-Feminisme dalam Karya Sastra

⚫ The Handmaid's Tale" oleh Margaret Atwood : Dalam novel ini, Atwood
mengeksplorasi isu-isu kekuasaan, kontrol atas tubuh perempuan, dan
peran gender dalam masyarakat distopia. Melalui karakter Offred,
pembaca dapat melihat bagaimana tekanan sosial dan politik dapat
membatasi kebebasan perempuan. Penerapan teori postfeminisme dapat
membantu menganalisis cara novel ini tidak hanya menggambarkan
ketidaksetaraan gender tetapi juga mempertanyakan konsep femininitas
dan maskulinitas dalam konteks yang lebih luas.

⚫ "Brida" oleh Paulo Coelho : Coelho dalam novel ini menggambarkan


perjalanan seorang wanita muda untuk menemukan dirinya sendiri dan
memahami kekuatan dalam femininitasnya. Penerapan teori
postfeminisme dapat membantu menganalisis bagaimana karakter utama
mengintegrasikan elemen spiritualitas, kebebasan pribadi, dan
penemuan diri dalam perjalanan hidupnya.

⚫ "Alias Grace" oleh Margaret Atwood : Karya lain dari Atwood, novel ini
mengambil sudut pandang feminis untuk membahas kasus pembunuhan
pada abad ke-19 dan mengeksplorasi konsep memori, identitas, dan
kekuatan. Dalam analisis postfeminis, kita dapat memeriksa bagaimana
novel ini mempertanyakan dan membingkai kembali narasi tentang
perempuan yang dianggap bersalah dan bagaimana masyarakat
membentuk persepsi terhadap perempuan.

14
⚫ "The Bell Jar" oleh Sylvia Plath : Plath secara intens menceritakan
pengalaman psikologis seorang wanita muda yang berjuang dengan
identitasnya dan tekanan sosial. Dalam konteks postfeminis, kita dapat
mengeksplorasi bagaimana novel ini memunculkan isu-isu seperti
depresi, tekanan sosial, dan konsep femininitas yang menghantui
perempuan pada masanya.

⚫ "The Color Purple" oleh Alice Walker : Walker melibatkan isu-isu


kompleks seputar ras dan gender dalam novel ini. Analisis postfeminis
dapat membantu kita memahami bagaimana novel ini tidak hanya
membahas ketidaksetaraan gender tetapi juga menyelidiki bagaimana ras
dan gender berinteraksi dan memengaruhi pengalaman perempuan hitam
pada waktu itu.

C. Teori Ekranisasi

1. Sekilas Sejarah dan Perkembangan Ekranisasi

1948 menjadi awal berkembangnya ekranisasi di Indonesia. Hal itu


dimulai dari sebuah novel berjudul Roro Mendut karya Y.B Mangunwijaya
yang diangkat menjadi film. Proses ekranisasi ini banyak menyimpang,
sehingga penulis tidak bersedia Namanya ditulis sebagai pengarang asli.
Bahkan damono menyatakan bahwa novel yang dijadikan film pada tahun
sebelum kemerdekaan yaitu 1927 yaitu novel Bunga Ross dari Cikembang
karya Kwee Tek Hoay. Novel Boenga Roos Dari Tjikembang dalam ejaan
melayu telah dua kali di filmkan. Yaitu yang pertama tahun 1931 pada masa
hindia belanda yang disutradarai oleh The Teng Chun. Dan yang kedua pada
tahun 1975 yang disutradari oleh Fred Young dengan judul Bunga Ross.

Novel Siti Nurbaya juga difilmkan pada tahun 1942 yang sama dengan
novel Bunga Ross dari Cikembang pada masa Hindia Belanda yang
disutradai oleh Lie Tek Swie. Tidak hanya di Indonesia, Ekranisasi pun
terjadi juga diluar negeri contohnya oleh Erners Hemingway seorang
pengarang yang berasal dari Amerika Serikat. Novel tersebut berjudul The

15
Old Man and The Sea yang rilis pada tahun 1952 kemudian baru difilmkan
pada tahun 1957 dengan sutradara John Strages.

2. Sebab-Sebab Ekranisasi

Fenomena yang banyak dilakukan oleh para sineas adalah


pelayarputihan karya sastra, baik berupa novel atau pun cerpen. Dalam
(Faidah & Malang, 2019) bahwasanya Saryono (2015) menyebutkan bahwa
fenomena Hybrid Literary Multimedia merupakan fenomena ekranisasi untuk
mengejar pasar.

Susunan kata-kata yang divisualisasikan menjadi sebuah film


merupakan ekranisasi yang ditawarkan, meskipun dalam praktiknya
mengalami perubahan (baik penambahan atau pengurangan). Bahkan Eneste
menyebutkan bahwa proses perubahan adalah ekranisasi itu sendiri.

Berikut Ini Akan Dipaparkan Tentang Sebab-Sebab Ekranisasi menurut


(Wahyuning & Romadhon, 2017):

1. Terbatasnya Ide dalam penulisan Script


Sebuah film diatur jalan ceritanya atau skenarionya
menggunakan script, oleh sebab itu dibutuhkan script yang berkuatas
agar terbentuk pula film yang berkualitas. Dan script tersebut akan
ditulis oleh seorang penulis skenario untuk membuat transkripsi film.
Keterbatasan ide sering kali muncul bagi penulis script, hal tersebut
menimbulkan adanya pemilihan jalan cerita melalui adaptasi dari sebuah
karya sastra misalnya novel. Hal ini disebut pula sebagai filmsasi novel.

2. Banyaknya Gejala Plagiasi Film


Tidak hanya terbatasnya ide, penulis skenario pun terkadang
menimbulkan cerita yang mirip atau disebut dengan plagiasi film.
Seperti pada tahun 2015 Sebuah Lagu Untuk Tuhan, Bait Surau, dan Air
Mata Surga. Skenario semacam itu menimbulkan kelatahan oleh sebab
tema yang sama hanya untuk mendapatkan pasar yang tinggi tanpa
memperhatikan tema-tema lain yang lebih potensial.

16
3. Novel Best Seller Menjadi Dasar dalam penulisan script
Dalam penulisan script yang lebih cepat novel menjadi solusi untuk
menghasilkan script yang bagus. Novel menggunakan bantuan kata-kata
dalam menyampaikan cerita, ide, atau amanat. Sedangkan film
menyampaikan hal itu menggunakan bentuk visual. Cerita tersebut
ditranskripsi dalam menjadi gambar dan suara. Artinya cerita tersebut
diubah yang tadinya berbentuk deskripsi menjadi bentuk audio visual.

4. Contoh Penerapan Teori Ekranisasi dalam Karya Sastra


Teori ekranisasi (ekranisasi) merujuk pada proses pengadaptasian
karya sastra ke dalam bentuk film atau media visual lainnya. Berikut
adalah beberapa contoh penerapan teori ekranisasi dalam karya sastra:

⚫ "The Lord of the Rings" oleh J.R.R. Tolkien : Film trilogi yang disutradarai
oleh Peter Jackson berhasil mengadaptasi epik fantasi ini ke dalam format
film dengan sukses besar. Proses ekranisasi melibatkan pemilihan aktor,
penyederhanaan plot kompleks, dan visualisasi dunia fantasi Tolkien.

⚫ "Harry Potter" oleh J.K. Rowling : Seri film "Harry Potter", yang diadaptasi
dari novel-novel Rowling, adalah contoh lain dari ekranisasi yang sukses.
Penulis skenario dan sutradara berhasil mentransfer pesona dan
kompleksitas dunia sihir ke layar lebar dengan mempertimbangkan batasan
waktu dan format film.

⚫"The Great Gatsby" oleh F. Scott Fitzgerald : Terdapat beberapa versi film
adaptasi dari novel klasik ini. Proses ekranisasi memerlukan pemilihan
aktor yang sesuai dengan karakter dalam buku, pengaturan visual untuk
menciptakan atmosfer era Jazz Age, dan penyusunan ulang beberapa
elemen plot untuk mengakomodasi durasi film.

⚫ “The Shawshank Redemption" oleh Stephen King (Rita Hayworth and


Shawshank Redemption) : Film ini diadaptasi dari cerita pendek Stephen
King dan menunjukkan bagaimana ekranisasi dapat membawa cerita

17
pendek ke dalam dimensi visual yang kuat. Pemilihan sinematografi,
pengarahan, dan pengembangan karakter adalah aspek-aspek yang
mendukung proses ini.

⚫ "The Shining" oleh Stephen King : Sutradara Stanley Kubrick mengadaptasi


novel horor ini ke dalam film dengan perubahan signifikan pada beberapa
aspek cerita. Ini menciptakan interpretasi baru dan kontroversial,
menunjukkan bagaimana interpretasi sutradara dapat memengaruhi
ekranisasi karya sastra.

⚫ "The Fault in Our Stars" oleh John Green : Ekranisasi novel ini melibatkan
pemilihan aktor yang tepat untuk membawakan karakter utama yang
penuh emosi. Pengembangan visual dan penyutradaraan membantu
menciptakan nuansa yang sama sensitifnya dengan novelnya.

⚫ "The Chronicles of Narnia" oleh C.S. Lewis : Seri film ini mengadaptasi
buku-buku Lewis ke dalam format visual yang memukau. Proses
ekranisasi memerlukan perhatian terhadap detail visual dan teknologi CGI
untuk membawa kehidupan makhluk-makhluk fantastis dan dunia Narnia.

⚫ "Gone Girl" oleh Gillian Flynn : Film adaptasi dari novel ini, disutradarai
oleh David Fincher, mengeksploitasi perbedaan dalam medium untuk
menghasilkan suspense dan ketegangan yang sama dengan novel.
Perubahan dalam struktur naratif juga memberikan kejutan kepada
penonton yang telah membaca bukunya.

D. Teori Musikologi
1. Pengertian dan Sejarah singkat Musikologi
Musikologi adalah ilmu yang mempelajari musik dari berbagai aspek,
seperti sejarah, budaya, filsafat, estetika, dan semiotika; serta etnologi dan
antropologi budaya, arkeologi, dan prasejarah. Musikologi melibatkan studi
ilmiah yang berkaitan dengan musik, termasuk sejarah musik, budaya, dan
teori musik. Dan menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa pada

18
periode kelima (2001-2004), terjadi perubahan nama minat utama Program
Studi S1-Seni Musik, yaitu dari istilah “Musikologi” menjadi “Pengkajian
Musik”. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan dan perubahan dalam
penamaan dan fokus kajian di bidang musik, yang mencerminkan evolusi
disiplin musikologi itu sendiri. Musikologi, sebagai ilmu yang mempelajari
musik dari berbagai aspek, telah dikenal sejak lama. Sejarah dikenalnya
musikologi dapat ditelusuri dari perkembangan musik itu sendiri. Musik
dikenal sejak kehadiran manusia modern Homo sapiens sekitar 180.000 tahun
yang lalu.

2. Cabang Musikologi
⚫ Musikologi tradisional: Musikologi tradisional melibatkan penelitian
tentang sejarah musik budaya, yang mencakup semua budaya yang
relevan dan berbagai bentuk-bentuk musik, gaya, dan fungsi sosial
musik untuk kelompok masyarakat tertentu
⚫ Musikologi kolonial dan post-kolonial: Musikologi kolonial melibatkan
penelitian tentang musik yang diimpor ke wilayah kolonial dari Eropa,
sementara musikologi post-kolonial fokus pada penggunaan teori
kolonial dan pemikiran tentang musik di wilayah kolonial
⚫ Musikologi sistematik: Musikologi sistematik mencakup teori musik,
estetika, pedagogi, akustik, sains, dan teknologi instrumen musik, serta
implikasi musik pada ilmu-ilmu lain seperti fisiologi, psikologi,
sosiologi, dan filsafat
⚫ Musikologi kognitif: Musikologi kognitif menggunakan model
komputasi untuk mempelajari cara persepsi dan aktivitas produksi musik,
serta menyumbangkan pengetahuan untuk optimalisasi bidang pentas
komposisi, pendidikan, dan terapi musik
⚫ Musikologi kontemporer: Musikologi kontemporer menekankan pada
studi sejarah musik dari perspektif waktu, mencakup perubahan dan
perkembangan dalam musik sepanjang waktu
⚫ Etnomusikologi dan arkeomusikologi: etnomusikologi dan
arkeomusikologi melibatkan penelitian tentang musik dalam konteks
budaya dan sejarah, serta hubungan antara musik dan arkeologi.

19
⚫ Sastra elektronik: Sastra elektronik termasuk dalam media musikologi,
melibatkan penggunaan teks dalam karya musikologi untuk menggali
aspek musik, seperti dalam kajian musikologi yang meneliti hubungan
antara syair dan melodi dalam lagu.

3. Hubungan sastra dengan Musikologi


Hubungan antara sastra dan musikologi terlihat terutama dalam karya
musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan bentuk apresiasi seni
puisi dengan melibatkan musik, yang mencerminkan konsep dan bentuk
terbaru dalam pengungkapan. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan
erat antara sastra dan musik dalam konteks ini. Selain itu, terdapat juga
kajian interdisipliner antara musik dan sastra dalam lingkup musikologi,
yang mencerminkan hubungan yang erat antara kedua bidang tersebut.
Dalam karya musikalisasi puisi, musikologi sebagai studi ilmiah tentang
musik turut memainkan peran penting dalam menganalisis dan memahami
bagaimana musik dan sastra saling berinteraksi, serta bagaimana
unsur-unsur musik seperti melodi, harmoni, dan ritme digunakan untuk
memperkuat ekspresi dan makna dalam puisi. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa musikologi dan sastra saling terkait terutama dalam
konteks musikalisasi puisi, di mana keduanya berperan dalam
menciptakan karya seni yang utuh dan bermakna.
Secara keseluruhan, musikalisasi puisi masuk kajian teori musikologi
dalam beberapa aspek, seperti perkembangan musikalisasi puisi dalam
lingkup musikologi sebagai kajian interdisipliner musik dan sastra,
musikalisasi puisi sebagai ekspresi seni. Kajian ini membantu dalam
menggali hubungan antara musikologi dan sastra lisan dalam musikalisasi
puisi, serta menganalisis bagaimana musik dan lirik puisi saling
berinteraksi dan digunakan untuk memperkuat ekspresi dan makna dalam
karya.
Selain itu, hubungan musikologi dengan sastra adalah pada konteks
lirik lagu. Lirik lagu merupakan bagian dari karya sastra. Lirik lagu
memiliki struktur makna, bentuk, dan unsur-unsur yang sama dengan puisi,
sehingga dapat dianggap sebagai bagian dari sastra. Dalam konteks ini,
teori-teori sastra dapat digunakan untuk menganalisis sebuah lagu, karena

20
lirik lagu merupakan sebuah puisi yang dinyanyikan dan bagian dari karya
sastra.

4. Aplikasi Teori Musikologi dalam Karya Sastra

Analisis karya sastra musikalisasi puisi "sajak kecil tentang cinta"


Video yt : https://youtu.be/1kco5rWkEsE?si=5ECTvwmjYHXsmj4H
Karya sastra "Sajak Kecil Tentang Cinta" oleh Sapardi Djoko Damono
telah dimusikkan oleh M. Umar Muslim dan dapat menjadi contoh untuk
analisis karya sastra musikalisasi puisi menggunakan teori musikologi.

“Sajak Kecil Tentang Cinta”


Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
MencintaiMu harus menjelma aku

Video yt : https://youtu.be/1kco5rWkEsE?si=5ECTvwmjYHXsmj4H

Berikut adalah beberapa aspek penting yang dapat dianalisis dalam karya ini:

1. Pada karya puisi “Sajak Kecil Tentang Cinta” terdapat inti makna
suatu pernyataan cinta kasih yang sesuai dengan pemberian nuansa
haru pada musiknya. Pemusik menentukan nuansa haru tersebut
dengan menggunakan tangga nada A minor dalam memusikkan
puisinya. Tangga nada lagu ini dimainkan dalam nada A minor.
2. Pada sajak baris pertama dan kedua yaitu: Mencintai angin harus
menjadi siut, Mencintai air harus menjadi ricik, pada sajak tersebut
pemusik membubuhkan Nada-nada untuk melodi vokal yang
mengandung interaksi tanya jawab dalam Kalimat dan membubuhkan
harmoni pada setiap progresi akord dengan Menggunakan jenis sukat
4/4

21
3. Tempo/Instrumentasi: Pada karya Puisi “Sajak Kecil Tentang Cinta”
pemusik memilih format duet dalam Memusikkan puisi tersebut, yaitu
duet vokal dan gitar dan menggunakan tempo sedang (moderato) serta
variasi-variasi ritmis yang terdapat pada pergerakan Akord harmoni.
4. Struktur bentuk musik: Struktur bentuk musik pada karya Sajak Kecil
Tentang Cinta dapat dibagi menjadi A-A'-A’
5. Instrumentasi: Lagu ini berintrumentasi gitar dan vokal.

Dalam karya puisi Sajak Kecil Tentang Cinta mengandung pengertian


tentang suatu Penyataan ungkapan cinta kasih, suatu penjelasan tentang
makna dari arti mencintai, baik Itu cinta kasih kepada Tuhan, kedua
orang tua, maupun kekasih. Bahwasanya dalam Mencintai sesuatu kita
harus menjadi bagian yang dicintai, sepenuhnya saling mengasihi Dalam
kekuatan cinta kasih.

Dalam karya ini, progresi setiap harmoni musik menyesuaikan


sepenuhnya dalam Menegaskan penyampaian makna puisi tentang
ungkapan kekuatan cinta kasih kepada Sesuatu hal yang menuturkan
sebuah inti makna. Inti dari makna tersebut adalah; “Jika Kita benar-benar
mencintai sesuatu, Maka kita harus menjadi bagian dari sesuatu yang Kita
cintai itu” dalam bentuk harmoni yang membubuhkan nuansa haru pada
karya puisi Sajak Kecil Tentang Cinta yang telah bermelodi. Pada karya
puisi ini, M. Umar Muslim Menjadikannya musikalisasi puisi dengan
memasukkan nuansa haru pada tangga nada A Minor dengan tempo
sedang/moderato.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sastra kontemporer seringkali menantang pembaca untuk berpikir secara


mendalam tentang isu-isu kompleks dan kontroversial. Melalui narasi yang kompleks,
karakter yang rumit, dan pemilihan kata yang cermat, sastra dapat memotivasi
pembaca untuk menggali dan merenung tentang berbagai aspek kehidupan dan
manusia. Teori-teori dalam teori sastra kontemporer terbilang sangat banyak,
diantaranya yang telah dibahas dalam makalah general review ini, yaitu teori
psikologi sastra, teori post-feminisme, teori ekranisme, dan teori musikologi.

B. Kritik & Saran

Makalah ini memberikan penjelasan tentang “General Review Teori Sastra


Kontemporer”. Oleh karena itu, untuk pemahaman yang lebih luas, kami sarankan
para pembaca untuk terus mencari dan memahami lebih banyak referensi dan bacaan
mengenai teori-teori sastra kontemporer dan penerapannya dalam berbagai karya
sastra.

23
DAFTAR PUSTAKA

Wiyatmi. (2011). Psikologi Sastra, Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta : Kanwa


Publisher

Kuncoro, Bayu Prasetyo. (2010). “Membaca diskursus post-feminisme melalui


novel “perempuan di titik nol”. Jurnal Komunitas. Semarang.

Faidah, C. N., & Malang, U. N. (2019). Ekranisasi sastra sebagai bentuk apresiasi
sastra penikmat alih wahana. 1–13.

Wahyuning, D., & Romadhon, S. (2017). Ekranisasi Sastra : Apresiasi Penikmat


Sastra Alih Wa-. XXIII(2), 267–286.

Sejarah Jurusan Musik ISI Yogyakarta


https://musik.isi.ac.id/profil/sejarah-jurusan-musik/ (diakses pada 11/12/2023 pukul
15.00)

Definisi dan Pengertian Musikologi, Ilmu Tentang Musik – Daftar Informasi


https://www.daftarinformasi.com/pengertian-musikologi/ (diakses pada 11/12/2023
pukul 15.00)

ANALISIS KARYA MUSIKALISASI PUISI GRUP NAN TUMPAH – Jurnal


Unsyiah https://jurnal.usk.ac.id/JSB/article/download/25466/15531

Perkembangan Musikalisasi Puisi di Yogyakarta dalam Kurun Waktu 2013-2023


– Digilib http://digilib.isi.ac.id/15186/1/Aqilah%20Mumtaza_2023_BAB%20I.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai