Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik

Dosen Pengampu:
Yoga Yolanda, M.Pd.

Oleh Kelompok 2:
Friestaliza Ayunda W. (210210402048)
Rheina Dwi Andini (210210402051)
Achlam Maulidina (210210402052)
Rozak Bagus W. (210210402077)
Wanda Mawaddah A. (210210402080)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Psikolinguistik yang berjudul Sejarah Perkembangan Psikolinguistik. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah membawakan
risalah ilmu kepada umat manusia.
Ucapan terima kasih yang begitu besar penulis sampaikan kepada semua pihak yang
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ini. Tentunya karya ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam karya ini. Oleh sebab itu, penulis
dengan rendah hati meminta saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
karya ini.
Penulis berharap semoga karya yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi bagi para pembaca. Amin.

Jember, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2
2.1 Psikologi dalam Linguistik.................................................................................................... 2
2.2 Linguistik dalam Psikologi.................................................................................................... 3
2.3 Kerjasama Psikologi dan Linguistik ...................................................................................... 4
2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri .............................................................................. 4
2.5 Tiga Generasi dalam Psikolinguistik ..................................................................................... 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman Panili, penelitian mengenai bahasa dan berbahasa sudah dilakukan
oleh ahli tata bahasa yang berasal dari India dan Sokrates. Sokrates merupakan ahli
filsafat yang berasal dari Yunani. Penelitian yang mereka lakukan tentu tidak lepas dari
paham filsafat yang mereka percaya karena filsafat merupakan induk dari segala bidang
keilmuan. Meskipun demikian, istilah psikolinguistik baru lahir pada tahun 1954
melalui buku Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok yang berjudul
Psycholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems.
Secara etimologi, psikolinguistik terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan
linguistik. Psikologi dan linguistik merupakan dua bidang keilmuan yang berbeda dan
masing-masing berdiri sendiri. Persamaan dari kedua bidang keilmuan tersebut terletak
pada objek kajiannya yaitu bahasa. Pada awalnya, kerjasama antara psikologi dengan
linguistik disebut linguistic psychology, ada pula yang menyebutnya dengan psychology
of language. Karena adanya koordinasi yang lebih baik dan lebih sistematis, maka
lahirlah istilah psikolinguistik sebagai suatu disiplin ilmu baru. Psikolinguistik berusaha
untuk menguraikan proses psikologi yang terjadi ketika seseorang sedang
berkomunikasi dan bagaimana seseorang dapat mendapatkan kemampuan berbahasa.
Psikolinguistik pada awal perkembangannya bermula dari adanya seorang pakar
linguistik yang berminat pada psikologi juga karena adanya pakar psikologi yang
berkecimpung di ranah linguistik. Dengan adanya kerjasama antar para ahli, maka
muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai suatu disiplin ilmu mandiri. Pada
makalah ini akan diuraikan mengenai kedudukan linguistik dalam psikologi, kedudukan
psikologi dalam linguistik, kerjasama antara kedua bidang, psikolinguistik sebagai
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, serta tiga generasi dalam psikolinguistik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kedudukan psikologi dalam linguistik juga sebaliknya?
2. Bagaimana kerjasama antara psikologi dan linguistik?
3. Bagaimana psikolinguistik sebagai suatu disiplin mandiri?
4. Bagaimana perkembangan tiga generasi dalam psikolinguistik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kedudukan psikologi dalam linguistik juga sebaliknya.
2. Untuk memahami kerjasama antara psikologi dan linguistik.
3. Untuk memahami psikolinguistik sebagai suatu disiplin mandiri.
4. Untuk mengetahui tiga generasi dalam psikolinguistik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Psikologi dalam Linguistik


Kajian linguistik memiliki sejarah dimana sebagian pakar linguistik memiliki
minat yang besar terhadap kajian psikologi. Beberapa pakar tersebut ialah Wilhelm Von
Humboldt, Edward Sapir, Ferdinand De Saussure, Leonard Bloomfield, dan Otto
Jespersen.
Van Humboldt (1767-1835) merupakan seorang ahli di bidang linguistik. Ia
mempelajari apakah linguistik dengan pemikiran manusia saling berkaitan. Van
Humboldt menegaskan bahwa bahasa tidak bisa lepas atas pemikiran manusia begitu
pula sebaliknya. Maksudnya, budaya atau pemikiran suatu masyarakat tidak lepas dari
bahasa masyarakat itu sendiri. Menurut Van Humboldt, bahasa terdiri dari dua substansi
yaitu yang pertama ialah suara dan yang kedua berupa pemikiran. Dapat dipahami
bahwa suara didefinisikan sebagai wujud luar dan pemikiran merupakan bentuk dalam.
Bentuk luar atau bahasa itu adalah bentuk yang kita dengar dan bentuk dalam ialah
bentuk yang ada dalam otak. Dapat dikatakan jika Van Humboldt beranggapan bahwa
struktur dari sebuah bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh penutur bahasa
itu sendiri. Pendapat Van Humboldt ini sejalan dengan pemikiran Edward Sapir (1884-
1939), yakni seorang pakar linguistik yang berkebangsaan Amerika. Edward
mengatakan bahwa budaya atau kehidupan masyarakat berdiri atas unsur bahasa-bahasa
mereka sendiri. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang kita alami,
kita dengar, kita lihat, dan kita perbuat saat ini disebabkan oleh unsur-unsur bahasa
yang ada terlebih dahulu.
Ferdinand De Saussure (1858-1913) merupakan seorang ahli di bidang
linguistik yang berkebangsaan Swiss. Ia mengemukakan tiga konsep mengenai bahasa
yaitu langage, langue, dan parole. Langage merupakan bahasa secara umum dan
bersifat abstrak. Langue merupakan bentuk bahasa tertentu yang bersifat abstrak
sedangkan parole merupakan bentuk tuturan atau ujaran lisan yang sifatnya nyata.
Langue merupakan objek kajian dalam linguistik sedangkan parole inilah yang
merupakan objek kajian psikologi.
Tokoh berikutnya ialah Leonard Bloomfield (1887-1949) merupakan seorang
ahli dalam bidang linguistik yang berkebangsaan Amerika. Dalam menganalisis bahasa,
leonard pada awalnya menganalisi bahasa sesuai dengan prinsip-psrinsip mentalisme
(paham yang seiringan dengan teori psikologi oleh Wundt). Beliau berpendapat bahwa
berbahasa dimulai dari melahirkan suatu pengalaman luar biasa, terutama sebagai
bentuk lain dari adanya tekanan emosi yang kuat. Bloomfield beralih menganut aliran
psikologi behaviorisme Watson dan Weiss sejak tahun 1925.
Otto Jespersen, seorang ahli linguistik berkebangsaan denmark, juga turut
menganalisis bahasa berdasarkan psikologi mentalistik namun juga sedikit berbau
behaviorisme. Menurut Jespersen, bahasa bukanlah suatu wujud dalam pengertian satu
konsep benda seprti sebuah kursi atau seekor ayam. Bahasa ialah sesuatu yang
2
berfungsi sebagai lambang-lamgang di dalam otak yang melambangkan suatu pikiran
atau yang membangkitkan pikiran itu.Ia juga mengungkapkan bahwa bercakap-cakap
harus melihat perilaku dari penutur juga.

2.2 Linguistik dalam Psikologi


Dalam sejarah perkembangan psikologi, terdapat beberapa ahli yang mengkaji
psikologi secara linguistik, diantaranya ialah John Dewey, Karl Buchler, Wundt,
Watson, dan Weiss.
John Dewey (1859-1952), merupakan seorang pakar psikologi yang berasal dari
Amerika. Paham yang dianut oleh John Dewey ialah aliran empirisme murni. Kajian
yang ia lakukan yaitu mengenai perkembangan bahasa dengan cara menafsirkan
analisis bahasa anak-anak berdasarkan pada prinsip-prinsip psikologi. Dengan
pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman anak-anak diharapkan dapat
menentukan kecenderungan akal mereka yang kemudian akan dihubungkan dengan
perbedaan dalam linguistik.
Karl Buchler ialah pakar psikologi berkebangsaan Jerman. Dalam bukunya
yang berjudul Sparch Theorie (1934) ia mengungkapkan bahwa bahasa manusia terdiri
dari tiga fungsi yaitu Kungabe (Ausdruck), Appell (Auslosung), dan Darstellung.
Kungabe adalah tindakan komunikatif yang berupa verbal, sedangkan Appell
merupakan permintaan yang ditujukan kepada orang lain, dan Darstellung merupakan
gambaran dari bentuk masalah pokok yang dikomunikasikan.
Wundt (1932-1920), pakar psikologi berasal dari Jerman merupakan seseorang
yang pertama kali mengembangkan teori mentalistik bahasa. Wundt mengungkapkan
bahwa bahasa adalah sebuah alat untuk memunculkan pemikiran seseorang. Wundt
dikenal sebagai pengembang teori performansi bahasa (language performance). Teori
tersebut didasarkan pada analisis psikologi yang dilakukannya terdiri dari dua aspek
yaitu fenomena luar yang berupa citra bunyi dan fenomena dalam yang berupa rekaman
pikiran.
Watson (1878-1958), merupakan seorang ahli psikologi berkebangsaan
Amerika yang menganut aliran psikologi behaviorisme. Ia menyamakan antara perilaku
berbahasa dengan perilaku lainnya seperti makan, berjalan, melompat dan lain
sebagainya. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan perilaku berbahasa yang
implisit, yakni yang terjadi di dalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakniyang berupa
tuturan. Hingga ia menyatakan bahwa berbahasa menurutnya adalah hubungan
stimulus-respons (S-R) yang dikembangkan oleh Parlov.
Weiss, seorang ahli psikologi behaviorisme yang berasal dari Amerika. Beliau
mengakui adanya aspek mental dalam bahasa, hanya saja karena wujud bahasa tidak
tampil secara fisik maka sulit untuk dikaji dan ditunjukkan. Weiss mengatakan bahwa
bahasa itu sebuah bentuk perilaku seseorang yang menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sosialnya.

3
2.3 Kerjasama Psikologi dan Linguistik
Keterkaitan antara linguistik dan psikologi adalah bahwa kedua disiplin tersebut
menganalisis materi sebagai objek formal; Namun, linguistik melihat struktur bahasa,
sedangkan psikologi melihat perilaku atau proses bahasa. Sekitar tahun 1860,
kerjasama pertama antara kedua bidang ini terjadi. Sebuah jurnal tentang Psikologi
sosial dan Linguistik diterbitkan oleh Heyman Steinthal seorang ahli psikologi yang
beralih menjadi linguis dan Moritz Lazarus ahli linguistik yang beralih menjadi ahli
psikologi. Menurut Steinthal, ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa ilmu
linguitik. Pada tahun 1901, Albert Thumb (ahlilinguistik) dan Karl Marbe (ahli
psikologi) menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die
Psychologishen Grundallen der Sparchichen Analogiebieldung. Kedua pakar tersebut
mengkaji hipotesis bahasa dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi
eksperimental, yang berdampak signifikan terhadap perkembangan psikolinguistik.
Social Science Research Council merupakan sebuah lembaga sosial Amerika
yang menyelenggarakan sebuah seminar tahun 1951. Seminar tersebut mempertemukan
para pakar linguistik, patologi, psikologi, ahli-ahli teori informasi, serta pembelajaran
bahasa. Para ahli merumuskan hubungan kerjasama antara psikologi dan linguistik.
Kemudian pada tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis), dan Caroll (ahli
psikologi) bertemu dalam seminar di Universitas Indiana Amerika Serikat. Pertemuan
ini menghasilkan buku Pscholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems.
Buku ini kemudian disunting oleh Osgoods dan Sebeok. Istilah psikolinguistik
digunakan pertama kalinya dalam karya ini. Sebelumnya Albert Thumb dan Karl Marbe
tidak memakai nama itu. Tahun 1946, N.H. Pronko dalam artikelnya yang berjudul
“Language and Psycholinguistics : A Review” dimuat dalam jurnal Psychological
Bulletin. Pronko mengaku istilah psikolinguistiknya diperoleh dari gurunya Jacob
Robert Kantor dalam buku An Objective Psycology of Grammar( 1936). Dasar-dasar
ilmu psikologi menurut Osgoods dan Sebeok adalah :
a. Sebuah teori linguistik yang disebut psikolinguistik didasarkan pada gagasan bahwa
bahasa adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan.
b. Menurut behaviorisme, psikolinguistik adalah teori belajar berdasarkan bahasa,
yang dipandang sebagai sistem karakter.
c. Sebuah teori informasi yang disebut psikolinguistik memandang bahasa sebagai
alat komunikasi.

2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri


Psikolinguistik bisa disebut dengan ilmu hibrida atau ilmu yang berisi gabungan
antara psikologi dan linguistik. Sejarah perkembangan ilmu psikolinguistik juga
diperngaruhi oleh tokoh tokoh psikologi dan tokoh tokoh linguistik. Pada kajian
psikologi digunakan untuk menjelaskan kajian linguistik begitu pun sebaliknya. Kajian
linguistik digunakan untuk menjelaskan kajian psikologi. Tahap untuk mencapai
tingkat dari kebenaran ilmu psikologi dan linguistik yang disebut psikolinguistik
sebagai disiplin mandiri, psikolinguistik sebagai disiplin mandiri karena memiliki objek
atau sistem terarah dan dapat berdiri sendiri. Georg A Miller menyatakan bahwa otak
manusia banyak memperoleh bahasa, sedangkan otak manusia pasti berkerja untuk
menggerakan tata bahasa menjadi sebuah kata atau kalimat.
Berikut pendapat para ahli tentang Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri

4
1. Leshley
Leshley mengemukakan bahwa “satu ucapan bukanlah merupakan pertalian antara
serentetan suatu respons yang dapat dari luar, melainkan merupakan suatu kejadian
akal yang keluar secara serentak; dan struktur sinstaksis sebuah ucapan itu
datangnya tidak secara langsung yang kemudian dihubungkan bersamaan dengan
bentuk urutannya.”
Buku yang diterbitkan pada masa itu berjudul Verbal Behavior (1957) oleh Skinner
dan Syntactic Structures (1957) oleh Noam Chomsky. kedua buku tersebut sangat
berperan penting bagi perkembangan ilmu psikolinguistik. Dan ini sebagai bukti
bahwa Leshley ialah orang penting bagi perkembangan ilmu psikolinguistik.

2. Georga A.Miller
“The Psycholinguistics” adalah artikel yang ditulis oleh Georga A.miller di tahun
1965. Di dqalam artikel tersebut beliau menjelaskan mengenai awal mula disiplin
psikolinguistik yang tidak boleh diabaikan, karena pakar ilmu psikologi mengakui
bahwa akal manusia menerima isyarat linguistik dan mengakui motor-psiko-sosial
yang memberi aturan tentang gerak tata bahasa dan leksikon dan tugas utama
psikolinguistik adalah sebagai penganalisis di tiap proses psikologi yang memiliki
peran apabila seseorang sedang menggunakan sebuah kalimat-kalimat.
Pada tahun 1963, Miller dan Chomsky bekerjasama dalam menulis sebuah artikel
yang berjudul “Finitary Models of Language Users”. Pada artikel tersebut, mereka
berdua menulis serta memberikan saran mengenai teori bahasa dibedakan dengan
teori pemakaian bahasa karena keduanya merupakan dua hal yang sangat berbeda.

3. Noam Chomsky
Mengemukakan hakikat dari rumus-rumus abstrak yang dihipotesiskan yang
kemudian diuji sebagai akibat dari sifat asal biologi manusia dalam memperoleh
suatu bahasa adalah tujuan utama dari psikolinguistik, dan hal ini lebih bersifat
kognitif yang selalu mengikuti evaluasi pada kajian bahasa sama seperti yang
dilakukan oleh Noam Chomsky dalam tata bahasa generatif transformasinya.
Teori Chomsky mampu menjelaskan aturan-aturan tentang rumus tata bahasa yang
merupakan inovasi baru untuk menjelaskan mengapa manusia itu dapat memahami
kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, oleh karena itu, Noam Chomsky (pakar ilmu
linguistik) dikenal dengan sebutan 'Bapak Psikolinguistik Modern' sementara
Wilhelm Wundt pakar ilmu psikologi) disebut dengan 'Bapak Psikolinguistik
Klasik'.

2.5 Tiga Generasi dalam Psikolinguistik


1. Psikolinguistik Generasi pertama

Sebuah artikel berjudul “Psycholinguistics : A Survey of Thery and


Research Problems” merupakan artikel yang menjadi sebuah tanda dari
psikolinguistik generasi pertama. Tokoh yang dinobatkan sebagai tokoh
psikolingiuistik generasi pertama ialah C. Osgoods, Sebeok, Bloomfoeld, dan
skinner. Khususnya C.osgoods dan Soebek memiliki sebuah titik pandang yang
sangat erat dengan aliran perilaku atau yang juga bisa disebut sebagai aliran

5
behaviorisme. Teori-teori tersebut mengidentifikasi bahwa bahasa adalah sebuah
sistem respon yang bersifat langsung dan juga tidak langsung untuk bentuk aksi-
reaksi atau yang bisa disebut stimulus-respons. Parera (1996) di dalam Abdul Chaer
menyatakan beberapa kelemahan mengenai generasi pertama, diantara lainnya
adalah :

a. Psikolinguistik bersifat atomistis. Terlihatnya sifat ini adalah saat Osgoods


menyatakan teori tentang pendapatan sebuah bahasa bahwa jumlah dari
diperolehnya bahasa merupakan kompetensi untuk membedakan sebuah
kata atau bentuk lainnya yang berbeda.
b. Terdapat sifat yang reaktif dari psikolinguistik perihal bahasa yang melihat
bahwa sebuah bahasa bukan lah perlakuan atau pun juga sebuah perbuatan
yang manusiawi tetapi dilihat sebagai bentuk stimulus-respon.
c. Memiliki sifat individualis. Teori tersebut ditekankan mengenai perilaku
berbahasa dari individu-individu yang terasingkan atau juga bisa disebbut
terisolasi dari masyarakat dan komunitas nyata.

2. Psikolinguistik generasi kedua


Pada fase generasi ini mempunyai pandangan yang berbeda dengan teori-teori
generasi pertama. Jelas terlihat Mehler dan Noizet menyatakan bahwa
psikolinguistik generasi ini anti psikollogi. Generasi ini lebih condong untuk
manifestasi sebuah ujaran sebagai wujud bentuk linguistik. Beberapa hal mengenai
psikolinguistik pada generasi ini dinyatakan pada artikel yang berjudul “some
preliminaries to psycholinguistics” oleh Miller dan Chomsky, diantaranya yaitu :
a. Di dalam sebuah komunikasi verbal, ciri-ciri fisiknya tidak semuanya jelas
dan terang. Makna dari tuturan tidak dapat dikacaukan oleh apa yang sedang
diperlihatkan. Makna itu sendiri merupakan sesuatu yang begitu kompleks.
Makna juga tentang sebuah hubungan antara simbol-simbol atau sebuah
lambang-lambang.
b. Struktur dari sintaksis sebuah kalimat terdiri dari satuan interaksi antara
maksud (makna) kata yang berada dalam kalimat.
c. Jumkah dari makna dan jumlah kalimat yang dapat diwujudkan tidak
terbatas jumlahnya. Kompetensi pengetahuan seseorang terhadap sebuah

6
bahasa haarus dikaitkan terhadap kemampuan seseorang dalam penyusunan
bahasa dlam sintaksis dan semantik.
d. Pendeskripsian pemaikaian bahasa dengan pendeksprsian bahasa harus
dapat dibedakan. Seseorang yang ahli dalam bidang psikolinguistik
hendaknya dapat merumuskan model model perwujudan bahasa yang bisa
meliputi pengetahuan tentang kaidah bahasa.
e. Komponen biologis dapat menentukan kemampuan seseorang dalam
berbahasa. Kemampuan berbahasa tidak berrgantung terhadap kemampuan
intelegensi dan juga besarnya otak, tetapi tergantung dari manusia.

3. Psikolinguistik Generasi Ketiga


Psikolinguistik generasi ketiga ini hadir untuk memperbarui kekurangan
analisis yang ada pada psikolinguistik generasi kedua. Di bukunya yang memiliki
judul “Two Problems for the New Psycholinguistch” G. Werstch membeberkan
karakteristik baru. Fokus mereka ada kepada psikologi, tapi bukan tentang psikologi
perilaku. Telah terjadinya serempak proses dari informasi linguistik dan psikologi.
Mereka melepas dari kerangka psikolinguistik kalimaat, lalu lebih merngarah pada
psikolinguisstik situasi dan konteks.
Ilmu yang terus berkembang adalah gambaran nyata dari perbedaan pendapat
tentang psikolinguistik pada beberapa generasi. Perbedaan pandangan dan pendapat
dari beberapa para ahli menjadi hal yang lumrah untuk sebuah lahirnya ilmu baru.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah kajian psikolinguistik diawali dengan banyaknya pakar linguistik yang
memiliki ketertarikan terhadap kajian psikologi. Banyak pakar linguistik yang
menyatakan bahwa bahasa dan pemikiran saling berkaitan. Otto Jespersen mengatakan
bahwa bahasa merupakan suatu lambang yang menggambarkan pemikiran dalam otak
manusia. Banyak juga para ahli psikologi yang mengkaji psikologi secara linguistik.
Wundt menyatakan bahwa ada dua aspek dalam bahasa yaitu aspek luar yang berupa
citra bunyi dan aspek dalam yang berupa pemikiran. Psikolinguistik memiliki tiga
generasi yang berbeda. Generasi pertama mengidentifikasi bahwa bahasa merupakan
sistem respon yang bersifat langsung maupun tidak langsung sebagai bentuk aksi reaksi
dan sering disebut sebagai stimulus-respon. Generasi kedua mengatakan bahwa bahasa
lebih condong ke arah linguistik, mereka mengatakan bahwa ujaran merupakan bentuk
manifestasi bahasa yang lebih condong ke arah linguistik. Generasi ketiga dianggap
sebagai psikolinguistik yang hadir untuk membenahi kekurangan yang ada pada
generasi kedua. Pada generasi ketiga fokus mereka terdapat pada piskologi, namun
bukan tentang psikologi perilaku. Mereka lebih mengarah pada psikolinguistik sesuai
sitasi dan konteks yang ada.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2015). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


Purnama, Egi. (2017). Sejarah Perkembangan Psikolinguistik. Banten: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Mathla'ul Anwar.
Tarigan, H. Guntur. 2021. PSIKOLINGUISTIK. Bandung: Penerbit Angkasa. Didapat dari
ebook Ipusnas APP.

Harras, K.A. (2015). Sejarah Perkembangan Psikolinguistik. Bandung: Departemen


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.
Hidayat, Nandang S. (2014). HUBUNGAN BERBAHASA, BERPIKIR, DAN
BERBUDAYA. Jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-ilmu Sosial dan
Budaya. Jurnal Vol. 11 No. 02.

Anda mungkin juga menyukai