Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT ILMU SASTRA

Kelompok 1
Hadya Aminah Harahap (2233311009)
Ida Binneka (2233311004)
Kevin Pardede (2233311055)

Kelas D
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Atikah Wasilah, S.Pd, M.Pd.

Universitas Negeri Medan


2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. 

Makalah ini berjudul “HakikatIlmu Sastra” yang membahas tentang pembelajaran sastra.
Makalah ini berisikan tentang tujuan pembelajaran sastra, pengertian sastra dan kesusastraan
menurut beberapa ahli dan lain sebagainya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Universitas Negeri Medan, Agustus 2023


1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................4
II LANDASAN TEORI..................................................................................5
2.1 Pengertian Sastra............................................................................5
2.2 Teori Sastra.....................................................................................5
2.3 Sejarah Singkat Srjarah Indonesia..................................................6
2.4 Kritik Belajar..................................................................................8
lll PEMBAHASAN......................................................................................11
4.2 Pembahasan..................................................................................13
lV PENUTUP...............................................................................................14
5.1 Kesimpulan...................................................................................14
5.2 Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra pada hakikatnya berkarakter ideologis. Ia menjadi medium penyimpanan berbagai
konsep pemikiran dan tujuan hidup suatu kelompok masyarakat yang direpresentasikan
melalui seorang sastrawan. Sastra menjadi jalan untuk mengungkapkan hasil penghayatan
atas perkara orientasi budaya, nilai-nilai sosial, kepercayaan dan kesadaran bersikap di
tengah masyarakat. Perjalanan sastra Indonesia adalah sejarah pemikiran ideologi. Sastra
lahir dari sebuah ide, lalu mengeram, berkelindan, dan tumpah menjadi gagasan tentang
kehidupan manusia yang diidealisasikan. Jadi, sastra pada hakikatnya adalah ideologi yang
ditawarkan sastrawan. Di sana, ada nilai-nilai yang hendak ditanamkan. Teks sastra adalah
representasi ideologi pengarang (Mahayana, 2012:183).
Dengan demikian, karya sastra secara tidak langsung telah menyodorkan kepada pembaca
untuk melakukan pemihakan, perlawanan, atau kesadaran yang berkaitan dengan penyikapan
pada nilai-nilai kemanusiaan. Keberadaan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari ideologi.
Hal ini turut didukung oleh posisi pengarang sebagai bagian dari masyarakat sosial yang
memiliki konsep berpikir dalam kehidupan sosial, budaya, dan tingkah laku tertentu tidak
dapat melepaskan diri dari ideologi yang mengikatnya. Mengingat bahwa memang ideologi
berkaitan erat dengan gagasan dan tindakan-tindakan individu tersebut. Maka, karya yang
dihasilkan pengarang, secara langsung atau tidak, mengandung ideologi pengarangnya. Ide
atau gagasan sastrawan yang 1 dituangkan dalam karya sastra bisa mempengaruhi opini
publik (Sambodja, 2011:179).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana pentingnya pembelajaran sastra
2. Bagaimana  realitas Sastra Indonesia dalam masyarakat Indonesia pada masa kini
3. Bagaimana pengajaran Hakikat Ilmu Sastra di lingkup kampus

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah:
1. Mengetahui apa itu sastra
2. Mengetahui bagaimana realitas sastra indonesia dalam masyarakat Indonesia pada masa
kini
3. Mengetahui bagaimana pembelajaran Hakikat Ilmu sastra di lingkungan kampus
3
1.4 Manfaat
Fungsi kemanfaatan dari makalah ini ialah:
1. Sebagai bahan referensi untuk bahan pembelajaran bagi mahasiswa
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap sastra
3. Memberikan pilihan metode baru bagi pengajar dalam menyampaikan materi.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sastra

Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai sastra, Mursal
Ensten mendefinisikan “Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai
medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).”
(1978:9). Di sisi lain Semi mengungkapkan  “Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan
seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya.” (1988:8). Panuti Sudjiman mendefinisikan “Sastra sebagai karya lisan atau
tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan
dalam bagian isi, dan ungkapannya.” (1986:68). Plato dan Aristoteles mempunyai definisi
tersendiri mengenai sastra, menurut Plato “Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari
kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh
dari dunia ide.” Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan
filsafat.” diungkapkan oleh Aristoteles. Menurut Engleton sendiri (1988:4), sastra yang
disebutnya adalah “Karya tulisan yang halus” (belle letters) adalah karya yang mencatatkan
bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjang tipiskan dan diterbitkan, dijadikan ganjil” 

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat didefinisikansastra merupakan suatu bentuk
karya seni baik berupa lisan maupun tulisan yang berisi nilai-nilai dan unsur tertentu lainnya
yang bersifat imaginatif.

2.2 Teori sastra

Membicarakan mengenai sastra, pastinya akan membicarakan teori sastra yang menunjang
di dalamnya. Sebagai tonggak utamanya berdiri sebuah karya sastra, jelas kehadiran teori
sastra menjadi bagian terpenting di dalamnya.

Dalam karya sastra yang menggunakan bahasa Inggris, baik sastra Inggris maupun
Amerika masing-masing menganut teori yang sama dalam menjabarkan karya. Berikut
akan dibahas tiga teori sastra yang sering digunakan dalam belajar bahasa Inggris melalui
karya sastra.

1. TEORI PSIKOANALISIS
Teori ini menganggap bahwa karya sastra selalu membahas peristiwa kehidupan manusia.
Manusia yang memiliki perilaku yang beragam dipengaruhi oleh kondisi psikologis
seseorang yang akan mempengaruhi kehidupannya. Secara langsung karya sastra adalah
produk dari jiwa dan pemikiran pengarang yang berada dalam kondisi setengah sadar. Para
pakar psikologis yang terkenal dalam pendekatan teori ini adalah Jung, Adler, Freud, dan
Brill memberikan banyak kontribusinya terhadap teori ini. Teori ini biasanya terbagi dalam
tiga aspek yaitu Id, Ego dan Superego.

Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya di muka


bumi. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab dalam menangani
sebuah realitas (memuaskan keinginan Id dengan cara yang realitas). Superego adalah
pengendali Id dan Ego yang berasal bukan dari diri sendiri melainkan penyerapan standar
aturan dan pranata dari pendidikan orang tua dan lingkungan sekitar.

2.TEORI STRUKTURAL

Teori ini tidak memperlakukan karya sastra sebagai objek kajiannya karena yang menjadi
kajiannya adalah sistem sastra itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hubungan berbagai
unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam
keseluruhan yang utuh. Teori ini dapat dideskripsikan terpisah dari pengarang ataupun
realitas sosial.

3. TEORI FEMINISME

Teori ini adalah cerminan realitas sosial patriarki. Berawal dari gejolak para perempuan
yang tertindas oleh sistem sosial patriarki, teori feminisme ini tidak berdiri di dalam satu
aliran. Feminisme terdiri atas beberapa aliran seperti aliran liberalis, marxis, sosialis,
eksistensialis, psikoanalitik, radikal, postmodern, dll. Tokoh-tokoh terkemuka dalam teori
ini adalah Helena Cixous, Virginia Wolf, dan Kate Millet. Dengan adanya teori ini,
semakin banyak bermunculan sastrawati bahkan para wanita yang telah membuat karya
sastra dengan menggunakan nama laki-laki mulai berani menunjukan siapa jati diri
sebenarnya.

2.3 Sejarah Singkat Sastra Indonesia

Awal Periode Sastra

Bentuk-bentuk karya sastra yang kita lihat dan kita kenal dimulai dari periode Pujangga
Baru yang banyak dipengaruhi oleh sastra Eropa. Pengaruh itu sangat terasa terutama pada
karya-karya Chairil Anwar yang dianggap kontroversial pada waktu itu.
Kenyataan tersebut makin diperkuat akan pendek jarak waktu antara angkatan satu dengan
angkatan berikutnya. Misalnya ada Angkatan 1966 setelah Angkatan 1945. Sangat pendek,
hanya berjarak 11 tahun. Perkembangan sepesat ini hanya terjadi apabila sastrawan-
sastrawan Indonesia terpengaruh oleh perkembangan sastra dunia.

Dengan demikian, pengertian sastra Indonesia adalah bentuk pengungkapan gagasan,


pikiran, dan pengucapan sastra orang Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia, baik
sastra itu dipengaruhi oleh sastra asing atau tidak.

Perkembangan Sastra Indonesia

Sejarah perkembangan sastra Indonesia dimulai pada abad ke-20 yang diawali oleh
kehadiran karya-karya dari pengarang Balai Pustaka. Adapun karya-karya yang lahir
sebelum periode tersebut digolongkan ke dalam sastra Melayu. Perkembangan sastra
Indonesia secara garis besar terbagi dalam angkatan-angkatan berikut.

a. Angkatan Balai Pustaka (tahun 1920-an)

Pada tahun 1908, kolonial Belanda  mendirikan Komisi Bacaan Rakyat (Commissie de
Volkslectur)  yang bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat Indonesia. Pada
tahun 1917, nama komisi tersebut berubah menjadi /Balai Pustaka/. Dengan berdirinya
penerbitan tersebut telah mendorong para penulis Indonesia untuk berkarya.

Nama-nama pengarang dan karyanya pada periode awal ini adalah sebagai berikut.

 Merari Siregar dengan karya Azab dan Sengsara


 Marah Rusli dengan karya Siti Nurbaya
 Abdul Musi dengan karya Salah Asuhan
 Sutan Takdir Alisyahbana Tak Putus Dirundung Malang, dan lain-lain

Tema ceritapada periode ini berkisar pada peristiwa sosial, kehidupanadat-istiadat,


kehidupan beragama, dan peristiwa kehidupan masyarakat.Karya waktu itu cenderung
berbentuk roman.

b. Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)

Angkatan ini dipelopori oleh empat serangkai. Yaitu Sutan TakdirAlisyahbana, Armijn
Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.Karya sastra yang muncul sebagian besar berbentuk
sajak, cerpen, novel, roman, dan drama. Karya padaangkatan ini antara lain sebagai
berikut.

 Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana


Belenggu karya Armijn Pane

Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sura Iskandar, dan lain-lain

3. Angkatan 45

Ciri khas karyasastra angkatan 45 lebih bebas, namun ditekankan pada isinya. Kalimat-
kalimatnya pendek dan tidak menggunakan bahasa yang klise.Isinya pun bersifat realisme.

Pengarang-pengarang yang terkenal pada masa ini antara lain Idrus,Chairil Anwar,
Rosihan Anwar, Usmar Ismail, dan lain-lain. Karya yang muncul antara lain Atheis, Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, danlain-lain.

c. Angkatan 66

Angkatan 66 diperkenalkan oleh HB Jassin dalam bukunya yang berjudulAngkatan 66.


Angkatan ini muncul berbarengan dengan adanya kekacauanpolitikakibat
adanyapemberontakan G-30S/PKI.

Karya-karya yang diterbitkan antara lain sebagai berikut.

 Pagar Kawat Berduri karya Toha Mochtar


 Tirani karya Taufik Ismail
 Hati yang Damai karya N.H. Dini
 Malam Jahanam karya Motinggo Boesje, dan lain-lain.
d. Karya Sastra Kontemporer

Karya sastra kontemporer berawal padatahun 1970-an. Pada waktu itu situasi politik sudah
mereda. Situasisosial dan ekonomi mulai menunjukkan perbaikan sehingga
berpengaruhbesar terhadap perkembangan sektor-sektor kebudayaan.

Kebebasan berekspresi mulai tumbuh dan berkembang sehingga melahirkan berbagai


gerakanpembaruan dalam bidang sastra

Gerakan pembaruan dalam bidang sastra ini terutama ditandai oleh munculnya puisi-puisi
Sutardji Calzoum Bachri yang mengutamakan bunyi daripada kekuatan maknakata.
Sampai saat ini, sastra Indonesia semakin berkembang denganlahirnya pengarang-
pengarang muda dan karyanya.

2.4 Kritik Sastra

Kritik sastra berasal dari dua kata. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani ‘krites’ yang
memiliki arti ‘hakim’. Kata ‘krites’ itu juga berasal dari kata ‘krinen’ yang memiliki arti
‘menghakimi’. Sementara itu, kata ‘kriterion’ di dalam kirtes memiliki arti ‘dasar
penghakiman’. Ada juga bahasa Yunani ‘kritikos’ yang memiliki arti ‘hakim kesusastraan’.
Yang dalam hal ini, kritik sastra berasal dari kata ‘kritikos’ yang memiliki arti ‘hakim
kesusastraan’. Artinya, kritik sastra tersebut dapat diartikan sebagai salah satu objek studi
sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan kegiatan analisis, penafsiran, dan juga
penilaian terhadap teks sastra yang dalam hal ini merupakan karya seni.

Kritik sastra adalah salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra. Selain
menghakimi karya sastra, kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan
karya sastra secara lebih luas. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Ciri-ciri
sastra lama.

2.4.1 Kritik sastra menurut beberapa ahli

1. H.B. Jassin

Menurut H.B. Jassin, kritik sastra adalah pertimbangan baik dan buruknya suatu hasil
kesusastraan. Pertimbangan yang diungkapkan H.B. Jassin ini maksudnya adalah suatu kritik
sastra harus disertai alasan dan berisi mengenai isi dan berbagai bentuk di dalam karya sastra.

2. Widyamartaya dan Sudiati

Sementara itu, menurut Widyamartaya dan Sudiati, pengertian kritik sastra adalah proses
pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat akan sebuah karya sastra, dan pertimbangan
yang adil terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, dan kebenaran suatu karya sastra.

3. Hough (1966)

Hough berpendapat bahwa pengertian kritik sastra tersebut tidak hanya terbatas pada
penyuntingan, penetapan teks, interpretasi, dan juga pertimbangan mengenai nilai dari sebuah
karya sastra.

Menurutnya, pengertian kritik sastra itu meliputi masalah yang lebih luas mengenai apakah
kesusastraan itu sendiri, apa tujuan karya sastra, dan juga tentang bagaimana hubungannya
dengan setiap masalah-masalah kemanusiaan yang lain dan dekat dengan karya sastra tersebut.

4. Abrams (2005)

Sedangkan menurut Abrams, pengertian kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan
dengan suatu perumusan, klasifikasi, dan penerangan, serta juga adanya penilaian karya sastra.

5. Rene Wellek dan Austin Warren

Rene Wellek dan Austin Warren berpendapat bahwa pengertian kritik sastra merupakan
penelitian atau studi terhadap karya sastra atau ilmu sastra yang mencakup tiga bidang. Tiga
bidang tersebut antara lain teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra yang terjadi di dalam
karya sastra tersebut. Ketiga bidang tersebut memiliki hubungan yang erat dan saling terkait.

2.4.2 Jenis-Jenis kritik sastra

Berdasarkan dengan pendekatan yang digunakan terhadap karya sastra, jenis-jenis kritik sastra
dibedakan menjadi beberapa macam.

1. Kritik Sastra Mimetik

Kritik sastra mimetik ini bertolak pada pandangan bahwa suatu karya sastra yaitu mengenai
gambaran atau rekaan dari lingkungan kehidupan dan kehidupan manusia.

2. Kritik Sastra Pragmatik

Selanjutnya, kritik sastra pragmatik melihat dari kegunaan suatu karya sastra yang kemudian
diteliti dari bidang hiburan, estetika, pendidikan, dan hal lainnya.

3. Kritik Sastra Ekspresif

Sementara itu, kritik sastra ekspresif menekankan analisis pada kemampuan pengarang di dalam
mengekspresikan atau menuangkan idenya di dalam wujud sastra. Biasanya pendekatan kritik
sastra ini digunakan untuk mengkaji karya sastra puisi.

4. Kritik Sastra Objektif

Kritik sastra objektif adalah pendekatan untuk melihat karya sastra sebagai karya yang berdiri
sendiri. Artinya, karya sastra menjadi objek yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
lingkungan kehidupan sendiri.

2.4.3 Ciri ciri kritik sastra

Bersifat objektif, bertujuan untuk memperbaiki karya sastra dan bahan untuk meningkatkan
kreativitas pencipta.

2.4.4 Fungsi kritik sastra

Fungsi Kritik SastraSecara umum, fungsi kritik sastra adalah untuk mengetahui nilai, estetika
dan juga sudut pandang dari sastra yang dibuat.
10

BAB III

PEMBAHASAN

Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan sering diaggap
kurang penting oleh para guru, apalagi pada guru yang pengetahuan dan apresiasi sastranya
rendah. Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya
bagi para siswa ini disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum dan cenderung kurang
mendapat tempat di hati siswa. Bila kita kaji secara mendalam, tujuan pengajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan
penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai bagian dari budaya
warisan leluhur. Dengan demikian, tugas guru bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memberi
pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan dan menanamkan rasa cinta, baik melalui kegiatan di
dalam kelas ataupun di luar kelas. 

3.1 Pentingnya pembelajaran sastra

Dosen Universitas Singapura, Dr. Azhar Ibrahim Alwee mengatakan, pembelajaran


sastra sangat penting dalam pembangunan karena akan mendorong masyarakat bisa bersikap
lebih kritis. Pembelajaran sastra akan mengacu kepada kesadaran sosial yang kritis, sehingga
pembangunan akan menjadi terarah, kata Azhar, saat menjadi pembicara dalam seminar
internasional, di Palembang.

Seminar internasional bahasa, sastra dan budaya digelar di Palembang, 1-2 Juni 2010
dilaksanakan Forkibastra Balai Bahasa Sumsel. Menurut Azhar, makna dari sastra dapat
mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat orang menjadi tegas, tetapi
juga mampu untuk menghadapi tantangan di masa mendatang. Identitas manusia harus tegas
dan bebas dari ketergantungan, dan itu bisa didapat dalam pelajaran sastra, ujarnya.

Dia menegaskan bahwa sastra merupakan dokumen kebudayaan yang tidak boleh
dianggap bersaingan dengan politik sekarang ini. Kebersamaan dalam globalisasi
mengundang gagasan multibudaya, dengan menempatkan identitas politik kelompok masing-
masing sebagai hak kemanusiaan, kata dia lagi. Karena itu, pihaknya mengusulkan kurikulum
multibudaya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra. Kesemuanya itu, tidak lain
bertujuan untuk menjadikan pemberdayaan identitas budaya lokal yang ampuh, ujar Azhar.
Dia juga berpendapat, umumnya pembelajaran sastra memerlukan nafas baru, sehingga perlu
melakukan pendekatan dalam pengajaran. 

B. Tujuan Pembelajaran Sastra

Tujuan umum pembelajaran sastra merupakan bagian dari tujuan  penyelenggaraan


pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah terkait pada tiga tujuan khusus di bawah ini.

1. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan  intelektual, serta


kematangan emosional dan social

11
2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
3. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Pengajaran sastra membawa siswa pada ranah produktif dan  apresiatif. Sastra adalah
sistem  tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Pencipataan karya sastra merupakan
keterampilan dan kecerdasan intelektual dan imajinatif. Karya sastra hadir untuk dibaca  dan
dinikmati, dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.

Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu menekankan  pada


kenyataan bahwa  sastra merupakan seni yang dapat diproduksi dan diapresiasi sehingga
pembelajaran hendaknya bersifat produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi
pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan pada kegiatan
apresiati.

Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk membentuk


pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas
mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru,
membangun susunan baru, memecahkan  masalah dengan cara-cara baru, dan merefleksikan
kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang unik.

Potensi individu seperti itu  menurut para ahli pendidikan akan berkembang jika
mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai percobaan, melakukan langkah-
langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak
dapat dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui pengulangan yang
variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang terasah.

C. Realitas Sastra Indonesia dalam Masyarakat Indonesia Kini

Sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam masyarakat Indonesia hari
ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini sedang mengarah ke masyarakat industri
sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan fisik
dianggap lebih penting dan mendesak untuk digapai. Sedikitnya perhatian anggota masyarakat
terhadap kegiatan kesastraan dan kebudayaan pada umumnya merupakan salah satu indikasi
adanya kecenderungan tersebut. Kegiatan kesastraan dan kebudayaan dianggap hanya
memberi manfaat nonmaterial, batiniah, sehingga dianggap kurang mendesak dan masih dapat
ditunda. 

Kondisi di atas juga terjadi dalam dunia pendidikan. Perhatian para murid dan pengelola
sekolah terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan fisik
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan mata pelajaran kemanusiaan. Ketiadaan
laboratorium bahasa, sanggar seni, buku bacaan kesastraan, dan berbagai fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengajaran merupakan bukti konkret adanya ketidakperhatian tersebut.

Bila kita menganggap pendidikan merupakan upaya lain untuk memanusiakan manusia,
perhatian terhadap semua materi ajar di sekolah haruslah seimbang. Seorang guru dapat
melakukan hal-hal seperti dibawah ini untuk mewujudkan pembelajaran sastra di sekolah
sehingga mata pelajaran ini menjadi menarik dan mendapat tempat di hati siswa. 
12

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah meyakinkan siswa bahwa pengajaran sastra
tidak hanya menawarkan hiburan sesaat, tetapi juga akan memberi berbagai manfaat lain bagi
siswa. Penikmatan yang apresiatif terhadap puisi, prosa fiksi, drama dalam berbagai genre
akan membuktikan kemanfaatan tersebut pada siswa.
 

Selanjutnya, guru pun harus berusaha mengubah teknik pembelajaran sastra di sekolah.
Selama ini pengajaran sastra dan juga bahasa Indonesia lebih diarahkan pada aspek sejarah
dan pengetahuan sehingga siswa dipacu untuk menghafal, bukan untuk mengahayati karya
yang diajarkan. 

Kegiatan apresiasi sastra tidak hanya diajarkan dalam bentuk pembacaan karya sastra
oleh siswa. Kegiatan ini dapat juga diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan
berbagai teknik pembelajaran. Kegiatan deklamasi, lomba penulisan puisi, musikalisasi puisi,
dramatisasi puisi, mendongeng, pembuatan sinopsis, bermain peran, penulisan kritik dan esei,
dan berbagai kegiatan lain dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan apresiasi sastra pada
siswa. Berbagai kegiatan tersebut akan menumbuhkan penghayatan, pencintaan, dan
penghargaan yang relatif baik pada para siswa terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.

Hal lain yang juga perlu dipikirkan saat ini adalah pemanfaatan dan pengadaan buku/
bacaan kesastraan di sekolah. Pemerintah, di satu sisi, telah berusaha melengkapi buku bacaan
untuk para siswa melalui Proyek Pengadaan Buku Bacaan. Meskipun bahan yang dikirimkan
ke sekolah belum memadai, guru seharusnya dapat memanfaatkan sarana yang ada itu untuk
memancing kreativitas membaca dan mencipta pada siswa. Di samping itu, guru dan pihak
sekolah harus juga berusaha membeli bacaan lain, seperti surat kabar, kumpulan puisi, dan
berbagai media lain yang harganya relatif murah. 

Kendala lain yang tampaknya juga perlu dicarikan pemecahannya adalah sistem
evaluasi pengajaran sastra dan bahasa yang cenderung ke aspek kognitif/pengetahuan. Selama
ini, ulangan semester dan ebtanas memang lebih terfokus pada evalusi pengetahuan para
siswa. Kalau mau guru dapat melakukan evaluasi yang mengarah ke penumbuhan
keterampilan dan apresiasi masih dapat dilaksanakan di berbagai kesempatan lain di luar
evaluasi di atas. Evaluasi keterampilan dan apresiasi siswa ini dapat saja dilakukan melalui
penugasan di rumah, kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan lain. Sekarang tinggal
lagi mau atau tidakkah guru bahasa/guru kelas memanfaatkan kesempatan itu untuk evaluasi
yang tidak hanya mengagungkan aspek hafalan pada siswa.

Terakhir, guru bahasa dan pihak sekolah tampaknya juga perlu mengaktifkan kembali
sanggar-sanggar siswa di sekolah. Kegiatan sanggar di luar jam belajar secara langsung pasti
akan berpengaruh terhadap penumbuhan keterampilan, kecintaan, penghayatan, dan
penghargaan yang positif terhadap sastra dan bahasa Indonesia pada siswa. Bagaimanapun
kita tetap bersepakat bahwa penumbuhan kreativitas, penyaluran bakat/minat, dan pembinaan
moral siswa tidak hanya dilaksanakan pada saat-saat belajar secara formal di dalam kelas,
tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler di luar jam belajar.

13

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembelajaran sastra sangatlah penting terlebih pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar,
karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat beberapa aspek humaniora yang dapat
mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan mempelajari sastra, seseorang
dapat belajar bagaimana caranya mengharagai karya-karya orang lain, karena pada dasarnya
sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan dan menghargai nilai-nilai
kemanusiaan 

5.2 Saran

Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan


umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan
bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam
pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika diterapkan
sejak dini dalam tahapan jenjang Pendidikan  Sekolah Dasar pada umumnya. Seharusnya
Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.
14

DAFTAR PUSTAKA

Leroy, Diana. 2003. Soal-Soal dan Pembahasan UAN (Ujian Akhir Nasional) Bahasa Indonesia SMP (Edisi
Kedua). Jakarta:Erlangga.

Wijaya, Putu. 2011. Pengajaran Sastra. http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaran-sastra/. Diakses


pada tanggal 20/12/2011 10:03

Wibisono, B Kunto. 2010. Pembelajaran Sastra Dorong Sikap Kritis.


http://www.antaranews.com/berita/206353/pembelajaran-sastra-dorong-sikap-kritis. Diakses pada tanggal
31/12/2011 7:47

Arif, Mohammad. 2008. Pembelajaran Sasta Secara Integratif.


http://re-searchengines.com/mohamad0708.html. Diakses pada tanggal 20/12/2011 9:53

Hamid, Mukhlis A. Pengajaran Sastra Indonesia Di Sekolah.


http://gemasastrin.wordpress.com/2007/04/20/pengajaran-sastra-indonesia-di-sekolah/. Diakses pada
tanggal 31/12/2011 7:42

Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah. http://gurupembaharu.com/home/?p=9911. Diakses pada tanggal


31/12/2011 8:03
15

Anda mungkin juga menyukai