Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PROSA FIKSI SEBAGAI SALAH SATU JENIS KARYA SASTRA

Disusun oleh : Abiyan Rafi Rahmanda (2113041076)

M. Defriza Rizqi (2113041054)

Sintia Maharani (2113041056)

Sri Intan Charelliya Sari (2153041012)

Putri Abelia (2113041004)

Kelompok :1

Mata Kuliah : Kajian Prosa

Dosen Pengampu : Muharsyam Dwi Anantama, M. Pd.

DR. Edi Suyanto, M. PD.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah Swt., karena atas rahmat dan karunia-Nya
lah penyusun masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah berjudul
“Konsep Prosa Fiksi Sebagai Salah Satu Jenis Karya Sastra” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kajian Prosa,
sekaligus memberi pengetahuan kepada para pembaca terkait materi yang dibahas.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, Bapak
Muharsyam Dwi Anantama, M. Pd. dan Bapak DR. Edi Suyanto, M. PD. yang telah
memberi arahan serta bimbingannya. Terima kasih juga diucapkan kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam proses penyelesaian tugas
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi yang disampaikan. Untuk itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
sebagai bahasa evaluasi untuk ke depannya. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi siapapun yang membaca, terkhusus bagi penyusun
sendiri dan teman-teman.

Bandarlampung, 25 Februari 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1. Hakikat Karya Sastra ................................................................................ 3

2.2. Hakikat Prosa Fiksi ................................................................................... 4

2.3. Pemanfaatan Prosa Fiksi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra.............. 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 10

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 10

3.2. Saran ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau
wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita
khayalan. Fiksi menceritakan atau melukiskan kehidupan, baik fisik maupun psikis,
jasmani maupun rohani. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan dalam
interaksinya dengan lingkungan sendiri, maupun dengan Tuhan. Fiksi merupakan
hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan.
Walau berupa khayalan, fiksi dihasilkan dari perenungan terhadap hakikat hidup dan
kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran oleh pengarangnya.

Karya fiksi, seperti halnya dalam kesusastraan Inggris dan Amerika, merujuk
pada karya yang berwujud novel dan cerita pendek. Menurut The American College
Dictionary (dalam Tarigan, 1984:164) novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan
nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau dan
kusut. Dewasa ini istilah novella dan novele mengandung pengertian yang sama
dengan istilah Indonesia “Novellet”. Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010:9)
novellet adalah sebuah karya sastra yang tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek. Menurut Watt (dalam Tuloli, 2000:17) berpendapat, novel adalah
suatu ragam sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, kebudayaan
manusia, yang disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot,
suasana dan latar. Memperhatikan pengertian novel di atas, dapat dikemukakan
bahwa novel merupakan karya sastra yang mengungkapkan sisi kehidupan para
pelaku dan cerita dalam novel tidak harus panjang. Penelitian ini menggunakan novel
sebagai objek penelitian, walaupun dianalisis dengan menggunakan deiksis. Dari

1
pengertian tentang prosa dan novel, peneliti menarik kesimpulan bahwa di dalam
kehidupan khususnya karya sastra sisi kehidupan pelaku diangkat di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hakikat karya sastra?


2. Apa yang dimaksud dengan hakikat prosa fiksi?
3. Bagaimana pemanfaatan prosa fiksi dalam pembelajaran bahasa dan sastra?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami hakikat karya sastra.


2. Untuk memahami hakikat prosa fiksi.
3. Untuk memahami bagaimana pemanfaatan prosa fiksi dalam pembelajaran
bahasa dan sastra.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Karya Sastra

Secara etimologis sastra adalah alat untuk mendidik. Karya sastra dapat
dikatakan baik apabila di dalamnya mengandung nilai-nilai yang mendidik. Nilai
pendidikan dapat diperoleh manusia melalui banyak hal di antaranya melalui
pemahaman dan penikmatan suatu karya sastra. Hubungan sastra dan pendidikan
cukup erat sehingga tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berkaitan.
Hubungan ini disebabkan dalam sastra mengandung nilai yang mendidik bagi
pembaca, sedangkan sastra merupakan salah satu wahana bagi seorang pengarang
guna mengapresiasi nilai pendidikan untuk pembacanya. Dalam karya sastra memuat
manfaat bagi yang membacanya. Menurut Horace (1990: 25), fungsi karya sastra
yaitu Dulce et utile, artinya indah dan bermanfaat. Keindahan dalam karya sastra
mampu menyenangkan atau menghibur pembacanya melalui bahasa yang digunakan,
cara penyajiannya, jalan cerita atau penyelesaian masalah. Manfaat yang dapat
diambil dalam karya sastra berupa pengetahuan yang di dalamnya terdapat ajaran
moral. Karya sastra ialah suatu interpretasi evaluatif yang dilakukan oleh pengarang
pada kehidupan lalu direfleksikan melalui bahasanya sendiri. Oleh karena itu, awal
penciptaan karya sastra adalah kehidupan manusia. Karya sastra juga dapat berupa
penemuan kembali kekuatan maupun kelemahan pada masa lalu, keberhasilan masa
sekarang, atau mungkin kegagalan dalam menempuh kehidupan di masa depan.
Karya sastra menyampaikan nilai-nilai yang bermakna untuk kehidupan, sehingga
dapat mengarahkan dan meningkatkan mutu kehidupan manusia (Sayuti, 2004: 34).

Berikut ini merupakan beberapa pengertian karya sastra menurut ahli bahasa:
1. Menurut Keraf (2002: 115), karya sastra ialah wadah seni guna
memperlihatkan keindahan melalui bahasa yang menarik, beragam, serta
penuh imajinasi.

3
2. Sanjaya (2021: 19), berpendapat bahwasanya karya sastra merupakan suatu
karya imajinatif yang dihasilkan oleh manusia, bersifat kreatif dan estetik.
3. Menurut Mirnawati (2019: 316), mengatakan bahwasanya karya sastra yaitu
gambaran kehidupan dalam bermasyarakat yang dapat dinikmati, dimengerti,
serta bermanfaat untuk masyarakat. Karya sastra termasuk seni yang berusaha
menghadirkan nilai pendidikan yang sifatnya imajinatif, sehingga dapat
memberi hiburan bagi siapa saja yang membacanya.
4. Ratna (2015: 35), mengatakan bahwa dalam teori kontemporer karya sastra
dideskripsikan sebagai suatu kegiatan kreatif yang dipenuhi oleh aspek
keindahan dengan menuangkan bermacam masalah kehidupan manusia, baik
secara konkret maupun abstrak, jasmaniah maupun rohaniah.

Jadi, karya sastra merupakan suatu hasil yang diciptakan oleh manusia yang
di dalamnya menggambarkan kehidupan, baik secara nyata maupun tidak nyata.
Karya sastra sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan sebuah
pikiran dan perasaan yang dituangkan melalui karangan yang memiliki unsur seni di
dalamnya, sehingga dapat menjadi suatu petunjuk atau pembelajaran bagi
pembacanya. Sastra sebagai media penanaman nilai pendidikan yang dapat
membawa pengaruh bagi pembaca karena sastra merupakan suatu bayangan dari
kehidupan bermasyarakat sehingga mampu menampilkan unsur sosial dan
perkembangan masyarakat. Oleh sebab itu, hadirnya karya sastra merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat.

2.2 Hakikat Prosa Fiksi

Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang".
Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Prosa fiksi adalah cerita atau kisah pelaku tertentu dengan tokoh, latar dan adegan,
serta rangkaian cerita tertentu berdasarkan hasil imajinasi pengarang. Seorang
pengarang menciptakan suatu karya sastra untuk dinikmati dan diapresiasi oleh

4
pembaca, yang meningkatkan motivasi pengarang untuk menciptakan karya. Dalam
pengertian sastra, prosa sering disebut sebagai fiksi, teks naratif, atau wacana naratif.
Prosa dapat diartikan secara paralel dengan istilah fiksi (fictional meaning) sebagai:
karya naratif yang menceritakan bahwa sesuatu yang fiktif tidak benar-benar terjadi
di dunia nyata. Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam fiksi bersifat imajiner
(Nurgiyantoro, 2005). Hal ini berbeda dengan buku nonfiksi. Dalam nonfiksi, tokoh,
peristiwa dan keadaan merupakan fakta atau dapat dibuktikan (secara empiris) di
dunia nyata. Fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif tetapi biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisir hubungan manusia.
Fiksi bercerita tentang berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksi dengan
lingkungan dan dalam interaksi dengan diri sendiri dan dalam interaksi dengan
Tuhan. Membaca karya yang indah berarti menikmati ceritanya, terhibur,
menemukan kepuasan batin. (Nurgiyantoro, 2005:1).

Prosa fiksi terdiri dari dua unsur yaitu, unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
Unsur yang mengembangkan prosa fiksi dari dalam disebut unsur intrinsik seperti
alur, penokohan, tema, konflik, dan lain sebagainya. Sedangkan. unsur yang
membangun dari laur disebut unsur ekstrinsik, seperti agama, ekomoni, psikologi,
pendidikan dan lain-lain. Dalam Nurgiyantoro (2013, hlm. 30) unsur intrinsik adalah
unsur yang konstruksi karya sastra itu sendiri, unsur-unsurnya benar-benar
ditemukan jika ada membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah ovel adalah unsur-
unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud
yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema latar, sudut pandang penceritaan,
bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain”

Berikut ini merupakan pengertian prosa fiksi menurut ahli bahasa:


1. Menurut Aminuddin (1985: 66) menunjukkan bahwa istilah prosa fiksi, atau
sekadar karya fiksi, juga sering disebut sebagai prosa naratif, prosa naratif, cerita,
atau cerita beralur. Pengertian prosa fiksi adalah cerita atau cerita yang

5
dibawakan oleh pelaku tertentu dengan tokoh, setting dan set serta rangkaian
cerita tertentu yang berbeda dari imajinasi pengarang untuk menjalin cerita.
2. Menurut M. Saleh Saadi dan Anton M. Muliono, “Dalam Tjahyono, 1998:106
Mengungkapkan Makna Prosa Fiksi “Fiksi, prosa naratif, cerita, alur atau cerita
fiktif, singkatan fiksi” adalah suatu bentuk cerita naratif atau prosa yang pelaku,
perbuatan, peristiwa dan alurnya dihasilkan dari imajinasi.
3. Prosa fiksi berdasarkan Henry Guntur Tarigan (1993:120) “Dalam bahasa
Indonesia, prosa fiksi diibaratkan sebagai karya tulis yang dibentuk, dibuat dan
diciptakan berdasarkan imajinasi.”
4. Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan yang kisahannya
mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang keseluruhannya
dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang. Muliadi (2017:1) mengatakan bahwa
fiksi atau prosa adalah “salah satu jenis gengre sastra,di samping gengre lainya.

Jadi, berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwasanya prosa


fiksi adalah karya fiksi dengan rangkaian cerita tertentu yang diciptakan oleh
imajinasi pengarang.

2.3 Pemanfaatan Prosa Fiksi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Pada karya sastra, tujuan yang mendasar dari prosa dalam tulisan yaitu
menyampaikan suatu gagasan, menyampaikan informasi, atau bercerita. Prosa
merupakan cara seorang penulis menepati janji dasarnya kepada pembaca guna
menyampaikan cerita melalui karakter, latar, konflik, plot, serta hasil akhir. Seorang
penulis memiliki cara tersendiri dalam penggunaan bahasa, yang disebut juga suara
penulis. Menggunakan prosa dengan cara lain membantu seorang penulis dalam
menyusun dan menunjukkan pendapatnya. Prosa sering kali berwujud sebuah
percakapan, keakraban ini membantu untuk menghubungkan pembaca terhadap
cerita dan karakter dari si penulis. Seperti, Jane Austen yang dikenal karena prosanya
yang lugas dan mudah untuk dipahami.

6
Karya berupa prosa-fiksi memang merupakan cerita rekaan, khayalan. Prosa-
fiksi adalah hasil imajinasi pengarangnya. Namun bukan berarti tidak memiliki
manfaat. kehidupan dunia berkembang karena imajinasi orang-orang jenius.
Imajinasi sangat bermanfaat dalam kehidupan, termasuk imajinasi yang ada dalam
cerita rekaan (karya fiksi). Cerita rekaan karena mengandung imajinasi yang dapat
memperkaya imajinasi pembacanya. Imajinasi yang kaya dapat membantu berfikir
kreatif dalam kehidupan. Dalam berbagai masyarakat tradisional, muncul cerita-
cerita mythe, legenda, dan lain-lain. manfaat cerita prosa lebih dari itu. ia tidak
hanya menghibur, tetapi juga berguna atau yang beristilah filsuf horace, dulce et
utile. Cerita prosa bukan hanya berfungsi sebagai sarana hiburan. Cerita prosa adalah
sarana kita untuk bercermin tentang kehidupan. Benar bahwa yang disajikan dalam
cerita prosa adalah hasil imajinasi pengarang. Akan tetapi, imajinasi tersebut adalah
hasil olahan pengarang dari apa yang dihayatinya dari realitas (kenyataan). Dalam
karya prosa, sesungguhnya pengarang menyuguhkan kembali hasil pengamatan dan
pengalamannya kepada pembaca. Pengalaman yang disuguhkannya itu adalah
pengalaman yang sudah melalui proses perenungan dan pemahaman yang lebih
tajam dan dalam. Dengan demikian, tatkala pembaca mambaca karya prosanya, ia
mendapatkan suatu pandangan baru tentang kehidupan yang memperkaya amatannya
terhadap kehidupan yang ia kenal sehari-hari. Dalam kaitan ini, karya prosa
sesungguhnya membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan
memperkaya pandangan-pandangan tentang kehidupan.

Karya-karya dalam bentuk prosa-fiksi benar-benar berupa cerita fiksi, dan


fantasi. Prosa adalah produk imajinasi penulis. Tapi bukan berarti tidak bermanfaat.
Kehidupan dalam dunia berkembang berkat imajinasi para orang jenius. Imajinasi
sangat berguna dalam kehidupan, termasuk imajinasi dalam cerita fiksi (karya fiksi).
Cerita fiksi karena mengandung imajinasi yang dapat memperkaya imajinasi
pembaca. Imajinasi yang kaya membantu Anda berpikir kreatif dalam hidup. Banyak
masyarakat tradisional memiliki mitos, legenda, dan lainnya. cerita prosa memiliki

7
lebih banyak keuntungan. itu tidak hanya menghibur tetapi juga berguna, atau seperti
yang dikatakan filsuf Horace, dulce et utile. Cerita prosa bukan hanya hiburan.
Cerita prosa adalah cara hidup kita. Sungguh, apa yang disajikan dalam sebuah cerita
prosa merupakan hasil imajinasi penulisnya. Namun, imajinasi ini adalah hasil
persepsi pengarang terhadap apa yang ia anggap sebagai realitas (kenyataan). Dalam
prosa, penulis benar-benar menyajikan hasil pengamatan dan pengalamannya kepada
pembaca. Pengalaman yang dihadirkannya membawa refleksi dan pemahaman yang
lebih tajam dan mendalam. Dengan demikian, membaca karya prosanya, pembaca
mendapatkan perspektif baru tentang kehidupan yang memperkaya pemahamannya
tentang kehidupan yang dialaminya setiap hari. Dalam kaitan ini, karya prosa sangat
membantu pembacanya untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya
pandangan hidupnya.

Memang, hal seperti ini bisa pula didapatkan dari bidang-bidang lain, filsafat
misalnya, tapi, karena karya prosa menyuguhkannya dalam bentuk cerita, lewat
penggambaran peristiwa-peristiwa, lewat penggambaran tokoh-tokohnya yang
bermacam-macam karakter, dan lain-lain, gambaran tentang kehidupan itu akan
terasa lebih hidup dan lebih menyentuh. Selain itu, tidak semua hal dalam hidup ini
bisa kita alami sendiri. Apa yang tidak bisa dan tidak sempat kita alami itu dapat
diperoleh melalui prosa. Tidak semua orang tahu bagaimana kehidupan kaum
gembel atau kehidupan di perkampungan-perkampungan kumuh. Namun, melalui
cerpen-cerpen Gerson Poyk atau Joni Ariadinata misalnya, pembaca mendapat
gambaran tentang kehidupan masyarakat kelas underdog tersebut. Contoh lainnya,
tak semua orang, terutama generasi sekarang, tahu tentang keadaan masyarakat
Indonesia di zaman Jepang. Melalui cerpen-cerpen karya Idrus, orang mendapat
gambaran itu. Benar bahwa hal itu bisa diperoleh melalui sejarah atau sosiologi.
Tetapi, sekali lagi, dari prosa kita akan mendapat gmbaran itu secara lebih hidup dan
lebih menyentuh sebab prosa menyuguhkannya dalam segala sisinya: perasaan-
perasaannya, harapannya, penderitaannya, dan lain-lain. Adapun sejarah atau
sosiologi hanya menyajikannya pada tingkat formal. Dengan demikian, karya prosa

8
sesungguhnya memperkaya wawasan dan pengetahuan pembacanya. Media
pengungkapan karya prosa adalah bahasa. Dalam menyajikan cerita dalam karyanya,
pengarang berupaya menyuguhkannya dalam bahasa yang dapat menyentuh jiwa
pembacanya. Untuk mencapai hal itu, para pengarang berupaya mengolah bahasa
dengan sabaik-baiknya dan sedalam-dalamnya agar apa yang disampaikannya kuat
mengena di hati pembaca. Mereka mencari kosakata-kosakata yang tepat yang dapat
mewakili apa yang mereka inginkan, menciptakan ungkapan-ungkapan baru,
menvariasikan struktur kalimat, memberi penggambaran-penggambaran yang hidup
dengan bahasa, dan seterusnya. Dengan membaca karya yang telah mengandung
bahasa yang terolah tersebut, pembaca diperkaya bahasanya, diperkaya rasa
bahasanya, dan sebagainya. Tentulah masih banyak manfaat-manfaat dari membaca
(mengapresiasi) karya prosa. Intensitas kita membaca karya prosa, pada gilirannya
akan mempertajam kepekaan kita; kepekaan sosial, kepekaan religi, kepekaan
budaya, dan lain-lain.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Karya sastra merupakan suatu hasil yang diciptakan oleh manusia yang di
dalamnya menggambarkan kehidupan, baik secara nyata maupun tidak nyata. Karya
sastra sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan sebuah pikiran dan
perasaan yang dituangkan melalui karangan yang memiliki unsur seni di dalamnya,
sehingga dapat menjadi suatu petunjuk atau pembelajaran bagi pembacanya. Sastra
sebagai media penanaman nilai pendidikan yang dapat membawa pengaruh bagi
pembaca karena sastra merupakan suatu bayangan dari kehidupan bermasyarakat
sehingga mampu menampilkan unsur sosial dan perkembangan masyarakat. Oleh
sebab itu, hadirnya karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Prosa fiksi adalah karya fiksi dengan rangkaian cerita tertentu yang
diciptakan oleh imajinasi pengarang. Dalam pengertian sastra, prosa sering disebut
sebagai fiksi, teks naratif, atau wacana naratif. Prosa fiksi terdiri dari dua unsur yaitu,
unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur yang mengembangkan prosa fiksi dari
dalam disebut unsur intrinsik seperti alur, penokohan, tema, konflik, dan lain
sebagainya. Sedangkan. unsur yang membangun dari laur disebut unsur ekstrinsik,
seperti agama, ekomoni, psikologi, pendidikan dan lain-lain. Pada karya sastra,
tujuan yang mendasar dari prosa dalam tulisan yaitu menyampaikan suatu gagasan,
menyampaikan informasi, atau bercerita. Prosa merupakan cara seorang penulis
menepati janji dasarnya kepada pembaca guna menyampaikan cerita melalui
karakter, latar, konflik, plot, serta hasil akhir.
Media pengungkapan karya prosa adalah bahasa. Dalam menyajikan cerita
dalam karyanya, pengarang berupaya menyuguhkannya dalam bahasa yang dapat
menyentuh jiwa pembacanya. Untuk mencapai hal itu, para pengarang berupaya
mengolah bahasa dengan sabaik-baiknya dan sedalam-dalamnya agar apa yang

10
disampaikannya kuat mengena di hati pembaca. Mereka mencari kosakata-kosakata
yang tepat yang dapat mewakili apa yang mereka inginkan, menciptakan ungkapan-
ungkapan baru, menvariasikan struktur kalimat, memberi penggambaran-
penggambaran yang hidup dengan bahasa, dan seterusnya. Dengan membaca karya
yang telah mengandung bahasa yang terolah tersebut, pembaca diperkaya bahasanya,
diperkaya rasa bahasanya, dan sebagainya. Tentulah masih banyak manfaat-manfaat
dari membaca (mengapresiasi) karya prosa. Intensitas kita membaca karya prosa,
pada gilirannya akan mempertajam kepekaan kita; kepekaan sosial, kepekaan religi,
kepekaan budaya, dan lain-lain.

3.2 Saran

Untuk memahami materi terkait “konsep prosa fiksi sebagai salah satu jenis
karya sastra” hendaknya makalah maupun referensi-referensi lain perlu dibaca
dengan seksama dan penuh pemahaman, agar pesan, dan manfaatnya dapat diterima
dengan baik tanpa ada kekeliruan atau kesalahan dalam proses memahaminya.
Sehingga ilmu yang didapat akan lebih dalam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Irawanti Alda. 2020. Analisis Nilai Moral Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
Karya Agnes Davonar. Jurnal Bahastra. Vol. 4 No. 2 Hal. 98- 102.

Ayuningtyas, Ratna. Juni 2019. Relasi Kuasa Dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad
Fuadi : Kajian Teori Michel Foucault. Sidoarjo : Jurnal Ilmiah Sarasvati. Vol. 1. No.
1 hal. 73-86.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama: Apresiasi, Eekspresi, dan


Pengkajian. Yogyakarta: Caps Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian
Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Hermawan, Dani. April 2019. Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni Karya Almas
Sufeeya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. Bandung: Jurnal Metamorfosis Vol. 12
No. 1. hal. 11-20.

Hasanuddin. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.

Isnada, Romi. 2015. Peran Pengajaran Sastra dan Budaya Dalam Pembentukan Karakter
Siswa Sekolah Dasar. Sumatra Barat : Jurnal Gramatika. V1. i2. hal. 174-182.

Muslimin. 2011. Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane "Sebuah Kajian
Sosiologi Sastra". Universitas Negeri Gorontalo. Vol. 1. No. 1. hal 126-145.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

12

Anda mungkin juga menyukai