Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

APRESIASI PROSA FIKSI DAN DRAMA


“Perbedaan Apresiasi dan Kajian Prosa Fiksi”

OLEH:

KELOMPOK 1
ANDI HARTINA HALAL (2169010389)
LILIS SEPTIANI LISTA (2169010381)
SEMESTER 5

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menulis makalah ini dengan baik dan tak lupa pula kita hantarkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita, Nabi besar dan kekasih kita Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti
sekarang ini sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik Insyaa
Allah. Adapun judul dari makalah kami yaitu “Perbedaan Apresiasi dan Kajian Prosa
Fiksi”
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga
makalah ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai Perbedaan
Apresiasi Prosa Fiksi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Tompong Patu 01 Desember 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Apresiasi Prosa Fiksi ..................................................................................3
B. Kajian Prosa Fiksi ......................................................................................10
C. Perbedaan Apresiasi dan Kajian ..............................................................15
D. Pendekatan yang Digunakan ....................................................................16
BAB III PENUTUP ................................................................................................18
A. Kesimpulan ................................................................................................18
B. Saran ..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosa fiksi sebagai salah satu bentuk seni sastra telah menjadi bagian
penting dalam budaya manusia. Karya-karya ini menciptakan dunia imajinatif
yang memperkaya pengalaman pembaca dan menantang pemikiran mereka.
Dalam upaya memahami dan menilai karya prosa fiksi, muncul dua pendekatan
utama: apresiasi dan kajian.
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu
ceritera. Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono,
1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi,
ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera
atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang
dihasilkan oleh daya imajinasi.
Apresiasi merupakan pendekatan yang lebih terfokus pada respon subjektif
pembaca terhadap karya sastra. Pembaca memasuki dunia imajinatif penulis
dengan melibatkan diri secara emosional, menikmati keindahan bahasa, dan
merasakan pengalaman yang disajikan dalam prosa fiksi. Disisi lain, kajian
prosa fiksi lebih bersifat obyektif dan analitis. Pendekatan ini melibatkan
penelitian mendalam terhadap struktur, karakter, tema, dan unsur-unsur sastra
lainnya. Pentingnya memahami perbedaan antara apresiasi dan kajian terletak
pada kemampuan pembaca untuk mendekati karya sastra dengan cara yang
beragam. Keduanya memberikan wawasan yang berbeda, dengan apresiasi
menekankan pengalaman dan reaksi pribadi, sementara kajian lebih menyoroti
analisis objektif terhadap elemen-elemen sastra.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Apresiasi Prosa Fiksi?
2. Apakah Kajian Prosa Fiksi?
3. Apakah Perbedaan dari Apresiasi dan Kajian?
4. Pendekatan apakah yang digunakan?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apresiasi Prosa Fiksi.
2. Untuk Memahami Kajian Prosa Fiksi.
3. Untuk Mengetahui Perbedaan dari Apresiasi dan Kajian.
4. Untuk Memahami Pentingnya Pendekatan yang akan digunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apresiasi Prosa Fiksi
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya menyaran
pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang
digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai,
dan sebagainya.
Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa pada buku ini dibatasi pada
prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian kesastraan, prosa sering
diistilahkan dengan fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana
naratif (narrative discourse). Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan)
dapat diartikan karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,
tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam
fiksi bersifat imajiner. Hal ini, berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi
tokoh, peristiwa, dan latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata
(secara empiris).
Apresiasi prosa fiksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghargai
dan memahami karya sastra berupa cerita fiksi. Prosa fiksi sendiri merupakan
karya sastra yang berbentuk cerita atau narasi yang bersifat imajinatif dan tidak
benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Dalam prosa fiksi, pengarang
menggunakan imajinasi dan kreativitas untuk menciptakan cerita, tokoh, setting,
dan konflik yang menarik.
Apresiasi prosa fiksi melibatkan pemahaman terhadap berbagai unsur sastra
yang terdapat dalam karya tersebut, seperti alur cerita, tokoh, setting, tema, dan
gaya bahasa. Selain itu, apresiasi juga mencakup penghargaan terhadap
keindahan dan kekuatan pesan yang terdapat dalam prosa fiksi tersebut (Turama,
Rarasati dan Lidyawati, 2019). Apresiasi prosa fiksi, pembaca dituntut untuk
membaca dengan seksama dan memahami setiap detail yang terdapat dalam
karya sastra tersebut. Hal Ini, dapat dilakukan dengan menganalisis berbagai
aspek sastra yang ada, seperti gaya bahasa yang digunakan, karakter tokoh,
konflik cerita, serta pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Jika
dikaitkan dengan apresiasi prosa fiksi maka apresiasi prosa fiksi adalah aktivitas

3
mental untuk memahami dan menyenangi prosa fiksi, meletak- kan penghargaan
dengan nilai tinggi terhadap prosa fiksi menjadi peka terhadap nilai-nilai prosa
fiksi, dan menaksirkan dan menghargai secara kritis pada prosa fiksi (Hafid,
Marzuki, Palahidu, 2023).
1. Jenis-Jenis Karya Prosa Fiksi
Menurut (Fransori dan Parwis, 2022) Adapun jenis-jenis karya prosa fiksi
adalah sebagai berikut:
a. Prosa Modern
Ada beberapa jenis karya prosa fiksi, yaitu novel, novelet, dan cerita
pendek (cerpen).
1) Cerita Pendek (cerpen)
Cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang
pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Menurut Edgar Allan
Poe, sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek adalah selesai
dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam.
Cerita rekaan atau cerita pendek sebagai karya sastra seharusnya
menarik dan merangsang rasa ingin tahu. Semua cerita rekaan ada
kemiripan dengan sesuatu di dalam hidup ini karena bahannya berasal
dari pengalaman hidup. Oleh karena itu, dengan berbagai cara
pengarang menyajikan cerita (salah satu aspeknya) mirip dengan
kenyataan. Menurut Horatius, karya sastra memang bersifat dulce et
ultile menyenangkandan bermanfaat (Natasha, Rahima dan Sujoko,
2022).
Cerita pendek adalah suatu karya sastra pendek yang menceritakan
kisah cerita dari suatu tokoh yang di dalamnya terdapat permasalahan
serta solusi dari masalah tersebut.
Menurut (Lestari,Wibowo dan Waslam, 2022) Apresiasi
Kesusastraan. Cerita pendek (atau disingkat cerpen) adalah cerita
yang pendek. Tetapi dengan hanya melihat fisiknya yang pendek
orang belum dapat menetapkan sebuah ceritayang pendek adalah
sebuah cerpen.

4
Menurut Priyatni cerita pendek adalah salah satu bentuk karya
fiksi.Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat
yang serba pendek, baikperistiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah
pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika
dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain.
Cerpen (cerita pendek) adalah karya sastra fiksi yang lebih pendek
dari novel, biasanya hanya terdiri dari satu bab atau beberapa bab
pendek. Cerpen memiliki fokus pada satu konflik atau peristiwa
tertentu dan cenderung memiliki ending yang singkat.
2) Novelet
Novelet adalah karya sastra fiksi yang lebih panjang dari cerpen
namun lebih pendek dari novel. Novelet biasanya memiliki alur cerita
yang lebih kompleks daripada cerpen, namun masih lebih singkat
dibandingkan dengan novel. Novelet juga cenderung memiliki
pengembangan karakter dan setting yang lebih mendalam daripada
cerpen. Novelet masih termasuk ke dalam karya sastra. Dari segi
kemasannya, novelet lebih panjang dari cerpen. Namun lebih pendek
daripada novel. Jika cerpen ditulis paling panjang bisa 10 halaman.
maka, novelet ditulis lebih dari 20 halaman. Sementara karya sastra
novel ditulis hingga ratusan halaman, maka pada novelet bisa ditulis
di bawah novel (Rusdi dan Idris, 2022).
Novelet adalah cerita berbentuk prosa yang panjangnya antara
novel dan cerita pendek. Perbedaan novelet dengan cerita pendek
adalah novelet lebih luas cakupannya baik dalam plot, tema, dan
unsur-unsur yang lain. Kisah yang diceritakan dalam novelet
merupakan hasil adaptasi kehidupan masyarakat pada umumnya, akan
tetapi dimodifikasi dan dikemas dengan bahasa pengarang. Ciri Ciri
Novelet. Adapun ciri ciri novelet pada sebuah karya sastra, antara lain:
a) Panjang tulisan
Ciri novelet adalah dapat dilihat dari panjang tulisan yang
dimilikinya tidak panjang seperti novel dan juga tidak pendek

5
seperti karya sastra cerpen. Namun karya sastra novelet ditulis
dengan panjang tulisan secara proporsional.
b) Jumlah kata
Ciri-ciri novelet juga bisa dilihat dari jumlah kata yang
dimilikinya. Secara umum, karya sastra novelet mempunyai
jumlah kata 17.500 kata hingga 40 ribu kata.
c) Tempo sedang
Ciri berikutnya dari novelet adalah konsisten mempunyai
tulisan dalam tempo sedang.
d) Bertahap
Ciri novelet selanjutnya adalah kalimat dan adegannya bertahap
dan sangat terstruktur.
e) Singkat
Ciri novelet selanjutnya adalah singkat. Sehingga ada sejumlah
adegan atau episode yang dilompati.
f) Waktu baca cepat
Karena novelet mempunyai ciri khas yang singkat, membuat
membaca karya sastra ini tidak membutuhkan waktu lama. Kurang
dari satu jam, seseorang bisa menyelesaikan membaca novelet
sampai tuntas.
3) Novel
Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya yang
menonjolkan watak serta sifat setiap pelaku. Novel bersifat lebih
kompleks, panjang, dan memiliki alur serta latar yang lebih beragam
dibandingkan dengan cerpen. Novel juga memiliki ciri, struktur,
unsur, dan kaidah kebahasaan tertentu (Bu'ulolo, 2022).
Ciri-ciri novel antara lain memiliki tema, tokoh, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat.
a) Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok di dalam sebuah
karya sastra.

6
b) Tokoh
Tokoh adalah orang yang berperan dalam sebuah cerita.
c) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa atau jalinan cerita awal sampai
klimaks (puncak masalah) serta penyelesaian.
d) Latar
Latar adalah bagian cerita atau laandas tumpu yang mengacu pada
masalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah pandangan pengarang untuk melihat suatu
kejadian cerita.
f) Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
terhadap pembaca melalui karyanya.
Unsur intrinsik novel adalah berbagai unsur di dalam suatu karya satra
yang berperan langsung dalam pembentukan cerita itu sendiri.
Sedangkan unsur ekstrinsik novel adalah unsur-unsur di luar cerita
atau karya tulis, namun tetap mempengaruhi bentuk atau isi karya itu
sendiri.
Novel adalah karya sastra fiksi yang lebih panjang dari cerpen dan
novelet. Novel memiliki alur cerita yang kompleks dan biasanya
terdiri dari beberapa bab atau bagian yang lebih panjang. Novel juga
memiliki pengembangan karakter dan setting yang lebih mendalam
daripada cerpen dan novelet (Hapsari, Ahmad dan Nurdiayanti, 2022).
Bagian-bagian dalam sebuah novel biasanya terdiri dari:
a) Pengenalan (exposition): Bagian awal novel yang memperkenalkan
pembaca pada karakter-karakter utama, setting, dan konflik utama
dalam cerita.
b) Konflik (complication): Bagian ini merupakan bagian utama dari
novel di mana konflik utama mulai berkembang dan menjadi
semakin kompleks.

7
c) Klimaks (climax): Bagian ini merupakan puncak dari konflik
utama dalam cerita, di mana ketegangan mencapai titik tertinggi
dan keputusan penting diambil oleh karakter-karakter utama.
d) Penyelesaian (resolution): Bagian akhir dari novel di mana konflik
utama mulai diselesaikan dan semua pertanyaan yang muncul
selama cerita dijawab.
e) Epilog (epilogue): Bagian tambahan di akhir novel yang
memberikan penutup atau gambaran tentang apa yang terjadi
setelah penyelesaian cerita utama.
4) Roman
Roman adalah cerita rekaan yang menggambarkan kronik
kehidupan para tokoh secara rinci dan mendalam. Roman suatu jenis
karya sastra yang merupakan bagian dari epik panjang. Roman
merupakan salah satu genre dalam karya sastra yang biasanya
mengangkat cerita percintaan antara dua tokoh utama. Cerita roman
seringkali menyoroti perjalanan cinta, konflik emosional, dan
hubungan antar karakter. Roman juga seringkali menggambarkan
kisah percintaan yang rumit dan penuh dengan drama, sehingga
menarik perhatian pembaca yang menyukai cerita-cerita romantis.
Meskipun tema utamanya adalah percintaan, cerita roman juga dapat
mengangkat berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pertumbuhan
pribadi, konflik sosial, dan perjuangan hidup (Sudjana, 2022).
Roman adalah karya sastra yang lebih tua dari novel. Roman masuk
ke Indonesia karena kesusastraan belanda, yang banyak merujuk pada
perancis abad pertengahan dan ditulis dengan bahasa roman. Roman
cerota prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari
beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
suatu keadaan. Perbedaan roman dan karya fiksi lainnya adalah:
a) Alurnya kompleks.
b) Terjadinya konflik mengubah nasib tokoh secara tragis.
c) Menceritakan kehidupan tokoh secara mendetail sejak lahir sampai
dewasa bahkan meninggal dunia.

8
d) Perwatakan dan tokoh dituliskan secara lebih mendetail.
b. Prosa Lama
prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional. Pada wilayah
Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan.
Antara jenis-jenis prosa lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan
lain-lain. Jenis-jenis prosa lama tersebut sering pula diistilahkan dengan
folklor (cerita rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang
diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Dalam istilah
masyarakat umum, jenis-jenis tersebut sering disebut dengan dongeng
(Hasibuan, Adam dan Hsb, 2022).
1) Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi
atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum
pernah terjadi.
2) Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para
pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh:
Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
3) Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang
dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar
untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu
Satu Malam, dan lain-lain.
4) Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu
tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh:
Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi
Prambanan, dan lainlain.
5) Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah
atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut
pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa.
Contoh: Nyi Roro Kidul.
6) Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita
noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat.
Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong

9
kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya
mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia atau mayarakat.
Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang,
dan lain-lain.
7) Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau
ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh,
orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.
8) Kisah adalah karya sastra lama yang berisi cerita tentang perjalanan
atau pelayaran seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh:
Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abullah ke
Jeddah, dan lain-lain.
B. Kajian Prosa Fiksi
Istilah kajian, atau pengkajian, yang dipergunakan dalam penulisan ini
menyaran pada pengertian penelahaan, penyelidikan. Pengkajian terhadap karya
fiksi berarti penelahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelah, menyelidiki,
karya fiksi tersebut. Kata kajian memiliki pengertian yang cukup luas, yaitu
berkaitan dengan “penyelidikan” (pelajaran yang mendalam) “penelaahan”.
Kajian fiksi berarti penelaahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah,
menyelidiki karya fiksi. Kajian fiksi selalu disertai kerja analisis, yaitu mengurai
karya sastra atas unsur-unsur pembentuknya yang berupa unsur intrinsik.
Pengkajian sastra adalah penelaahan atau pengkajian, atau penelitian atas karya
sastra dengan dilengkapi pengetahuan tentang teori sastra, sejarah sastra, dan
metode penelitian sastra (Yusdarwati dan Herni, 2023).
Djojosuroto dan Noldy Pelenkahu mengatakan bahwa kajian sastra adalah
penyelidikan, penelitian terhadap karya sastra yang juga dapat berbentuk kritik
sastra ilmiah yang dapat dilakukanb berdasarkan teori yang relevan.
Menurut Susanto bahwa kajian sastra (fiksi) memiliki berbagai cabang
ataupun bidang kajian. Kajian sastra meliputi berbagai bidang ataupun fokus
penelitian. Bidang-bidang ilmu yang lain, seperti sejarah, sosiologi, estetika,
ekonomi, dan bahasa ikut membentuk kajian sastra. Dikatakan lebih lanjut
bahwa kajian sastra bersifat plural dan tidak bertujuan untuk

10
menginterpretasikan makna yang sifatnya tunggal (Muhsyanur dan Lering,
2022).
1. Pengkajian Sastra
Pengkajian Sastra Menurut Djojosuroto dan Noldy Pelenkahu fungsi
pengkajian sastra sebagai berikut.
a. Fungsi edukatif karena merupakan jembatan antara karya sastra dan
pembaca sastra. Kehadiran karya sastra yang inkonvensional misalnya,
sering menghadirkan sikap pro dan kontra di antara kritikus sastra,
pengarang, dan pembaca sehingga jembatan yang diisi oleh pengkaji
sastra. Oleh karena itu, pengkajian sastra menjembatani jurang pemisah
antara pencipta dan penikmat.
b. Fungsi inovatif, yaitu memberikan informasi, keterangan.
c. Fungsi intelektual, yaituy memberikan pengetahuan yang bersifat
keilmuan.
d. Fungsi etis, yaitu memberikan nilan pembentuk moral kemanusiaan, etika,
estetika, filsafat, dan sebagainya.
e. Fungsi persuasive, yaitu mampu menumbuhkan motivasi pembaca untuk
membaca.
f. Fungsi apresiatif, yaitu menumbuhkan penghargaan terhadap karya sastra.
g. Fungsi promotif, yaitu menunjukkan keistimewaan dan pentinya sastra
untuk disimak, dinikmati dan dipahami.
2. Cara Melakukan Pengkajian Sastra
Menurut Rafiek ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengkajian sastra, yaitu:
a. Membaca karya sastra yang ingin dikaji terlebih dahulu.
b. Menentukan masalah yang ingin dikaji.
c. Menentukan judul yang tepat yang ingin diangkat atau dibahas.
d. Mengumpulkan dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan judul dan
masalah yang akan dikaji. Hal ini, dilakukan untuk menemukan dan
menggunakan teori yang tepat untuk memperkuat hasil kajian.
e. Mengumpulkan buku-buku metode penelitian sastra yang tepat dan sesuai
dengan judul dan masalah yang dikaji.

11
f. Mencocokkan metode yang digunakan dengan teori yang digunakan.
3. Beberapa Bentuk Kajian di dalam Sastra
a. Kajian Struktural
Strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif
oleh berbagai unsurnya. Satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan
sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang
menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang
indah. Pihak lain, struktur karya sastra juga manyaran pada pengertian
hubungan antarunsur yang bersifat timbal baik, saling menentukan, saling
memengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
Setiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada dalam
hubungannya dengan bagian-bagian yang lain, serta bagaimana
sumbangannya terhadap keseluruhan wacana (Novianty, 2022).
Kesusastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur
pembangunan karya yang bersangkutan. Jadi, strukturalisme dapat
dipertentangkan dengan pendekatan yang lain, seperti pendekatan
mimetik, ekspresif, dan pragmatik. Analisis struktural karya sastra dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendekskripsikan fungsi,
dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
1) Kajian Semiotik
Karya sastra merupakan refleksi, perasaan, dan keinginan pengarang
lewat bahasa. Bahasa sastra adalah bahasa yang khas, yaitu bahasa yang
memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem
ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari
masalah tersebut adalah semiologi. Semiologi juga sering dinamakan
semiotika artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya
sastra. Model struktur semiotik muncul sebagai akibat ketidakpuasan
terhadap kajian struktural. Jika struktural sekadar menitikberatkan
aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya. Paham semiotik
memercayai bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri.

12
Kajian struktural semiotik merupakan kajian yang memhubungkan
aspek-aspek struktur dengan tanda- tanda. Tanda sekecil apapun dalam
pandangan semiotik tetap diperhatikan.
2) Kajian Intertekstual
Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah
teks yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu,
misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik
seperti ide, gagasan, peristiwa, alur, penokohan, (gaya) bahasa, dan
lain-lain, di antara teks yang dikaji. Secara lebih khusus dapat dikatakan
bahwa kajian interteks berusaha menemukan aspek-aspek tertentu yang
telah ada pada karya-karya sebelumnya pada karya yang muncul lebih
kemudian. Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah untuk memberikan
makna secara lebih penuh terhadap karya tersebut. Penulisan dan atau
pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur
kesejarahannya. Dengan demikian, pemberian makna itu akan lengkap
jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan itu.
3) Kajian Feminisme
Kajian feminisme adalah sebuah kajian yang fokus analisisnya pada
perempuan. feminisme mengacu pada aliran pemikiran atau ideologi
yang menginginkan adanya keadilan dan kesetaraan gender. Feminisme
dianggap sebagai ideologi pembebasan perempuan yang berangkat dari
keyakinan bahwa perempuan telah mengalami ketidakadilan karena
jenis kelaminnya. Melalui kajian tersebut dapat dibongkar dan
dipahami berbagai hal yang berhubungan dengan keadilan dan
kesetaraan gender. Selain itu, kajian tersebut tidak hanya memfokuskan
analisis pada karya sastra, tetapi juga melakukan penilaian terhadap
eksistensi penulis perempuan dalam kancah penulisan sastra secara
luas.
Kajian feminisme menurut (Meivitasari dan Widyatwati, 2023)
memiliki tujuan untuk menumbangkan wacana dominan yang dibentuk
oleh suara tradisional yang bersifat patriarkis. Tujuan utama dari kajian

13
ini, yaitu menganalisis relasi gender, hubungan antara kaum laki-laki
yang dikonstruksi secara sosial yang cenderung bersifat patriarkis.
4) Kajian Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan salah satu pemikiran dan gerakan sosial
yang menghubungkan masalah ekologi dengan perempuan.
ekofeminisme memandang bahwa perempuan secara kultural dikaitkan
dengan alam. Ada hubungan konseptual, simbolik, dan linguistik antara
feminisme dengan isu ekologis. Isu ketertindasan perempuan dikaitkan
dengan ketertindasan ekologis. Ekofemisme tidak hanya memahami
hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga hubungan manusia
dengan binatang dan tumbuhan. Pertemuan keduanya, melahirkan
konsep ekofeminisme yang memfokuskan perhatian kepada isu
perempuan dan lingkungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada tiga
aliran ekofeminisme, yaitu ekofeminisme alam, ekofeminisme
spiritualis, dan ekofeminisme sosialis.
Ekofeminisme alam menolak inferioritas yang diasumsikan atas
perempuan dan alam, serta superioritas yang diasumsikan laki-laki dan
kebudayaan. Aliran ini memandang bahwa alam perempuan setara
terhadap kebudayaan atau laki-laki. Ekofeminisme spiritual memahami
kerusakan lingkungan dengan spiritual yang bersifat patriarkis, yaitu
ada kekerasan agama terhadap perempuan dan alam. Aliran ini menarik
analogi antara peran perempuan dalam produksi biologis dengan peran
arketipal “Ibu Pertiwi” sebagai pemberi kehidupan dan pencipta segala
sesuatu yang ada. Selanjutnya ekofeminisme sosialis merupakan aliran
yang berusaha menghilangkan penekanan terhadap hubungan antara
perempuan alam.
5) Kajian Ekologi Sastra
Ekologi sastra merupakan cara pandang memahami persoalan
lingkungan hidup dalam perspektif sastra. Ekologi sastra mempelajari
bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Kajian
ekologi sastra berupaya untuk menemukan spesifikasi lebih tepat
mengenai hubungan antara kegiatan manusia dan proses alam tertentu

14
dalam suatu kerangka analisis ekosistem atau menekan saling
ketergantungan sebagai suatu komunitas alam. Oleh karena itu, kajian
tersebut akan terungkap bagaimana peran sastra dalam memanusiakan
lingkungan. Ekologi melihat hubungan lingkungan alam dan sastra
sebagai hubungan dialektikal (Sormin, Canty dan Febriana, 2023).
C. Perbedaan Apresiasi dan Kajian
Apresiasi dan kajian merupakan dua pendekatan yang berbeda dalam
memahami dan menilai suatu karya sastra atau seni. Apresiasi lebih mengarah
pada penghargaan dan kesenangan terhadap suatu karya, sedangkan kajian lebih
mendalam dan analitis dalam memahami aspek-aspek karya tersebut.
Dalam apresiasi, seseorang lebih fokus pada menikmati dan menghargai
keindahan atau pesan yang disampaikan oleh karya sastra atau seni. Apresiasi
lebih bersifat subjektif dan personal, dimana setiap individu dapat memiliki
pandangan yang berbeda terhadap suatu karya (Kania, 2023).
Apresiasi memberikan ruang bagi individu untuk menikmati keindahan dan
pesan yang disampaikan oleh karya tersebut tanpa harus terlalu terpaku pada
analisis yang mendalam. Dalam apresiasi, seseorang dapat merasakan emosi,
inspirasi, atau kesenangan yang diperoleh dari karya sastra atau seni tanpa harus
terlalu memikirkan aspek-aspek teknis atau kontekstualnya (Nugraha, 2023).
Kajian lebih menekankan pada analisis dan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap suatu karya. Kajian melibatkan pendekatan ilmiah dan analitis untuk
memahami struktur, tema, gaya, dan konteks karya tersebut. Kajian juga
mencakup penelitian terhadap latar belakang penulis, pengaruh budaya, dan
dampak karya tersebut terhadap masyarakat.
Kajian memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan analitis terhadap
suatu karya. Dengan pendekatan ilmiah dan analitis, seseorang dapat memahami
struktur, tema, gaya, dan konteks karya tersebut dengan lebih baik. Kajian juga
dapat membantu untuk mengungkapkan makna-makna yang tersembunyi dalam
karya sastra atau seni, serta memberikan wawasan yang lebih luas terhadap
pengaruh budaya dan dampak karya tersebut terhadap masyarakat. apresiasi dan
kajian dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:

15
1. Fokus
Apresiasi lebih fokus pada pengalaman estetis dan emosional dalam
menikmati karya sastra atau seni, sementara kajian lebih fokus pada analisis
dan pemahaman mendalam terhadap struktur, tema, gaya, dan konteks karya
tersebut.
2. Tujuan
Tujuan utama dari apresiasi adalah untuk menikmati dan merasakan
keindahan serta pesan yang disampaikan oleh karya sastra atau seni,
sedangkan tujuan kajian adalah untuk memahami dan menganalisis karya
tersebut secara lebih mendalam.
3. Pendekatan
Apresiasi menggunakan pendekatan yang lebih subjektif dan personal
dalam menilai karya, sementara kajian menggunakan pendekatan yang lebih
objektif dan ilmiah dalam menganalisis karya.
4. Metode
Dalam apresiasi, individu lebih bebas dalam mengekspresikan perasaan
dan emosi yang muncul ketika menikmati karya sastra atau seni, sedangkan
dalam kajian, metode yang digunakan lebih terstruktur dan sistematis untuk
melakukan analisis terhadap berbagai aspek karya.
5. Hasil
Hasil dari apresiasi adalah pengalaman pribadi yang memperkaya dan
memperluas wawasan individu terhadap keindahan dan pesan karya sastra
atau seni, sedangkan hasil dari kajian adalah pemahaman yang lebih
mendalam dan analitis terhadap struktur, tema, gaya, dan konteks karya
tersebut.
D. Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam apresiasi prosa fiksi adalah pendekatan
yang lebih subjektif dan personal. Dalam apresiasi prosa fiksi, individu lebih
bebas dalam mengekspresikan perasaan dan emosi yang muncul ketika
menikmati karya sastra tersebut. Individu dapat merespons secara emosional
terhadap karakter, alur cerita, dan gaya penulisan yang digunakan dalam prosa
fiksi. Mereka juga dapat mengekspresikan bagaimana karya sastra tersebut

16
mempengaruhi pikiran dan perasaan mereka secara pribadi (Setiawaty dan
Sholekhah, 2023). Pendekatan ini memungkinkan individu untuk merasakan
keindahan dan pesan yang disampaikan oleh prosa fiksi secara lebih personal
dan mendalam. Adapun jenis-jenis pendekatan dalam apresiasi, yaitu:
1. Pendekatan Mimietik
Pendekatan mimetik merupakan sebuah pendekatan sastra yang mengkaji
hubungan antara suatu karya sastra dengan realitas kehidupan yang terjadi di
masyarakat. Pendekatan mimetik itu menghubungkan hal yang ditulis di
dalam sebuah karya sastra, dengan hal yang terjadi di dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan dalam kajian sastra yang
menitikberatkan kajian pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis,
dalam pendekatan ini penilian terhadap karya seni, ekspresi kehidupan
pengarang.
3. Pendekatan Pragmatik
Pragmatik merupakan kajian tentang hubungan antara bahasa dengan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian atau pemahaman bahasa.
Pandangan tersebut menunjukkan adanya tiga aspek penting dalam kajian
pragmatik, yaitu bahasa, konteks, dan pemahaman.
4. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur
intrinsik. Unsur intrinsik dalam karya fiksi yang dianalisi seperti tema, plot,
watak, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan amanat. Oleh karena itu,
unsur intrinsik dalam penelitian setiap unsur diteliti secara terpisah.
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan pada kajian unsur
dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur dari dalam karya sastra yang
dimaksud adalah unsur instrinsik (Zain, Rafli dan Setiadi, 2023).

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang disampaikan
menggunakan narasi. Prosa ini sebuah cerita rekaan dan kisah yang mempunyai
tokoh dan alur yang dihasilkan dari imajinasi. Apresiasi prosa memberikan
penghargaan dengan sebaik-baiknya dan subjektif mungkin pada suatu karya
sastra prosa. Subjektif mungkin dapat diartikan bahwa pemberianpenghargaan
dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah unsur-unsur pembentukannya
dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu.
Manfaat apresiasi sastra, diantaranya:
1. Melatih keempat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis.
2. Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat
istiadat, agama, dan kebudayaan.
3. Membantu mengembangkan pribadi.
4. Membantu pembentukkan watak.
5. Memberikan kenyamanan.
6. Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.
B. Saran
Dari makalah ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya
sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Tidak lupa
kritik, masukkan, saran, dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar
kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bu'ulolo, Y. (2022). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel “Pada Senja yang
Membawamu Pergi” Karya Boy Candra-Yanida Buulolo: Novel" Pada
senja yang Membawamu Pergi". Ta'ehao. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, 1(1), 50-57.
Fransori, A., dan Parwis, F. Y. (2022). Adaptasi Pembelajaran Sastra di Sekolah
pada Era New Normal. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(4),
2377-2387.
Hafid, A., Marzuki, I., dan Palahidu, A. (2023). Representasi perempuan dalam
novel biografi jejak sang pencerah karya didik l hariri dan relevansinya
dalam pengajaran sastra. Frasa. Jurnal Keilmuan, Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 4(1), 1-10.
Hapsari, S. N., Ahmad, M. G., dan Nurdiayanti, R. (2022). Stilistika dalam hikayat
munding giri karya yuliadi soekardi. Wacana. Jurnal Bahasa, Seni, dan
Pengajaran, 6(1), 24-32.
Hasibuan, M. N. S., Adam, D. H., DAN Hsb, E. R. (2022). Pendekatan sastra anak
melalui parafrastis puisi ke prosa. Jurnal ESTUPRO, 7(1), 31-36.
Kania, S. (2023). Kajian Ekranisasi Penokohan Dalam Novel Karya Ima Madaniah
Dan Film Yang Disutradarakan Oleh Findo Purwono Dengan Judul
Assalamualaikum Calon Imam. Jurnal Motivasi Pendidikan dan Bahasa,
1(1), 235-244.
Lestari, N. S., Wibowo, W., dan Waslam, W. (2022). Pengaruh Novel Katarsis
Karya Anastasia Aemilia Terhadap Psikologis Pembaca. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 12(1), 42-54.
Meivitasari, Y., & Widyatwati, K. (2023). Bentuk ketidakadilan gender dan
perlawanan tokoh Kinanti dalam novel Layangan Putus (kajian feminisme
eksistensialisme Simone de Behaviour). Diglosia. Jurnal Kajian Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, 6(4), 1071-1080.
Muhsyanur, M., & Lering, M. E. D. (2022). Representasi Konsep Budaya Sebagai
Solusi dalam Prosa Fiksi Indonesia. Jurnalistrendi. Jurnal linguistik, sastra,
dan pendidikan, 7(2), 192-199.
Natasha, M., Rahima, A., dan Sujoko, S. (2022). Jenis–jenis Tema dalam Novel
Anak Rantau Karya A. Fuadi (Kajian Analisis Isi). Aksara. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(1), 89-100.
Novianty, N. T. (2022). Kajian struktural pada puisi “kekasihku” KARYA JOKO
PINURBO. Populer. Jurnal Penelitian Mahasiswa, 1(3), 22-33.
Nugraha, D. (2023). Pembelajaran Puisi Selaras Abad 21. Jurnal Pendidikan
Edutama, 10(2), 169-194.
Rusdi, M., dan Idris, M. (2022). Analisis Nilai Moral dalam Novel Iblis Menggugat
Tuhan Karya Shawni. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra,
8(2), 475-482.

19
Setiawaty, R., dan Sholekhah, V. P. N. (2023). Unsur kebudayaan masyarakat jawa
dalam cerpen “kang sarpin minta dikebiri” karya ahmad tohari dan
implikasinya pada pembelajaran di perguruan tinggi: kajian antropologi
sastra. Bahtera Indonesia. Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia,
8(1), 10-21.
Sormin, E., Canty, R. T., dan N Febriana, I. (2023). Analisis Ekologi Pada Cerpen
Mematungku Di Kaki Bukit Ini Karya Fina Aryadila: Kajian Ekologi Sastra.
Protasis. Jurnal Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajarannya, 2(1), 87-95.
Sudjana, P. (2022). Kajian Etnofarmakologi Tanaman Herbal dalam Upaya
Pencegahan Malaria: Suatu Telaah Roman Sejarah Era Kerajaan Pajajaran
Kesatria Hutan Larangan Karya Saini KM. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 12(3), 505-510.
Turama, A. R., Rarasati, S., dan Lidyawati, Y. (2019). Prototipe bahan ajar apresiasi
prosa fiksi: Modul dan CD. Jurnal Logat, 7(1), 64.
Yusdarwati, A., dan Herni, H. (2023). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Naskah
Cerpen Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi. Jurnal Cakrawala Indonesia, 8(1),
70-77.
Zain, M. Y., Rafli, Z., dan Setiadi, S. (2023). Analisis kebutuhan pengembangan
bahan ajar teori dan apresiasi sastra bagi mahasiswa pgsd berlandaskan
literasi budaya. Lingua Rima. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 12(1), 67-81.

20

Anda mungkin juga menyukai