Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENGERTIAN SASTRA”

DI SUSUN OLEH:
1. OKTA TAUFIK RAMADHAN

2. FENI

3. INTAN PRATIWI

4. SUSANTI

5. NURFADILA

6. YELIANTI AMELIA

7. RINA ASTUTI

8. YOHANES

DOSEN PENGAMPU : ADIPRASETYO PRABOWO, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP AL-AMIN DOMPU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian Sastra”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pembibing Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Pengertian Sastra”. Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Dompu, 20 April 2024

Kelompok
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Pengertian Sastra..............................................................................................3

2.2 Sifat Karya Sastra.............................................................................................3

2.3 Manfaat Karya Sastra.......................................................................................3

2.4 Unsur- unsur Karya Sastra...............................................................................3

2.5 Bentuk- bentu Karya Sastra.............................................................................6

BAB III.........................................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dalam perkembangannya
sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang
digambarkan dalam karya sastra bisa terjadi dalam kehidupan nyata maupun di luar alam
nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui bahasa.
Dalam hal ini, sastra selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa, juga
mampu mengajak pembaca untuk berkontemplasi menemukan nilai-nilai dan menghayati
kekompleksitasan kehidupan secara mendalam (Sugiarti, 2002:1).
Sehubungan dengan hal ini, Sugiarti (2002:2) berpendapat, bahwa karya sastra
merupakan khasanah intelektual dengan caranya sendiri merekam dan menyuarakan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Selain itu, karya sastra berbeda dengan teori-teori, tidak
hanya berbicara kepada intelek pembacanya melainkan secara keseluruhan kepribadiannya.
Dalam hal ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai bagian integral yang penting dari proses
sosial dan kebudayaan.
Macam-macam karya sastra meliputi puisi, roman, novel, drama, dan cerpen.
Mempelajari dan meneliti karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun, baik unsur intrinsik
maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya
sastra berkaitan dengan peristiwa cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang
penceritaan, dan bahasa atau gaya bahasa
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sastra?
2. Bagaimana sifat karya sastra?
3. Apa saja manfaat karya sastra?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui tentang apa itu sastra.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat karya sastra.
3. Untuk mengetahui manfaat karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sastra


A. Teeuw (1984) dan Luxemburg (1986) mengemukakan bahwa belum ada seorang
pun yang memberikan jawaban yang ketat untuk pertanyaan tentang definisi sastra. Hal
senada diungkapkan pula oleh B. Rahmanto (2000), Suminto A. Sayuti (2002), dan seorang
sastrawan Malaysia, Ali Ahmad, dalam sebuah tulisan berjudul “Mencari Definisi
Kesusastraan” (dalam Hamzah Hamdani 1988:19-26).
Lebih jauh Luxemburg (1986:3-4) mengemukakan bahwa usul untuk mendefinisikan
sastra banyak sekali jumlahnya tetapi usul-usul yang memuaskan tidak banyak. Ia
mengemukakan alasan-alasannya sebagai berikut: (1) Sering orang ingin mendefinisikan
terlalu banyak sekaligus. Sering dilupakan bahwa ada suatu perbedaan antara sebuah definisi
deskriptif mengenai sastra—yang memberi jawaban terhadap pertanyaan: sastra itu apa?—
dan sebuah definisi evaluatif yang ingin menilai apakah suatu karya sastra termasuk karya
sastra yang baik atau tidak; (2) Sering orang mencari sebuah definisi “ontologis” mengenai
sastra, yaitu sebuah definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil
melupakan bahwa sastra hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai dan pembaca
sastra; (3) Yang berkaitan dengan itu, sering anggapan mengenai sastra terlalu ditentukan
oleh contoh sastra Barat, khususnya sejak zaman Renaissance, tanpa menghiraukan bentuk-
bentuk sastra yang khas seperti terdapat dalam lingkungan kebudayaan di luar Eropa, di
dalam zaman-zaman tertentu atau di dalam lingkungan sosial tertentu. Misalnya, konsep
tentang sastra yang diterapkan bagi zaman klasik Eropa dan bagi lingkungan kebudayaan di
luar Eropa sekaligus juga mau diterapkan bagi lingkungan kebudayaan Eropa-Amerika
modern; (4) Pernah diberikan definisi-definisi yang kurang lebih memuaskan berkaitan
dengan sejumlah jenis sastra, tetapi yang kurang relevan diterapkan pada sastra pada
umumnya. Demikian misalnya disajikan sebuah definisi yang cocok bagi puisi, sedangkan
yang dicari ialah sebuah definisi yang tepat bagi sastra pada umumnya.
Pendek kata, dalam pandangan Luxemburg, pengertian-pengertian tentang sastra
sendiri sering dimutlakkan dan dijadikan sebuah tolok ukur atau parameter universal padahal
perlu diperhatikan kenisbian historis sebagai titik pangkal.
Keutuhan maksudnya ialah suatu karya sastra (puisi, novel, cerita pendek, drama, atau
esai) harus utuh; artinya, setiap bagian atau unsur yang ada padanya menunjang pada usaha
pengungkapan isi hati sastrawan. Keseimbangan ialah unsur-unsur atau bagian-bagian karya
sastra, baik dalam unsur maupun bobotnya, harus sesuai atau seimbang dengan faal atau
fungsinya. Keselarasan berkenaan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya sastra
dengan unsur atau bagian lain; artinya, unsur atau bagian itu harus menunjang daya ungkap
unsur atau bagian lain dengan citra atau lambang lain, dan seterusnya. Akan halnya tekanan
yang tepat, unsur atau bagian yang penting harus mendapat penekanan yang lebih daripada
unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang penting itu akan dikerjakan sastrawan
dengan lebih saksama, sedangkan yang kurang penting mungkin hanya berupa garis besar
dan bersifat skematik saja.

2.2 Sifat Karya Sastra


1. Karya sastra bersifat khayal (fictionality).
2. Karya sastra memiliki nilai-nilai seni (Aestic Values) yang meliputi
keutuhan(unity), kesatuan dan keragaman (Unityin Variety), keseimbangan
(Balance), keselarasan (Harmoni) dan Tekanan/focus yang tepat (Right emphasis).
3. Penggunaan bahasa yang khas sebagai media sastra (special us of language).

2.3. Manfaat Karya Sastra


1. Memberikan kesadaran kepada pembaca mengenai keberan kebenaran hidup.
2. Memberikn kepuasan dan kegembiraan kepada pembaca.
3. Memberikan peluang kerja untuk penulis.
4. Sastra sebagai Karya Sastra Memiliki Nilai Estetik Universal
a. Imajinasi (Imajination)
Imajinasi merupakan unsure yang menjadikan karya sastra itu sebagai
karya fiksi.
b. Penciptaan (creation) Penciptaan selalu diakaitkan dengan proses kreatif.

2.4 Unsur- unsur Karya Sastra

Kita pasti sering membaca salah satu di antara karya berikut: puisi,
cerpen/novel, dan drama. Atau bisa jadi Anda sering membaca ketiga-tiganya. Ketiga
karya tersebut termasuk dalam jenis tulisan karya sastra. Karya yang bersifat fiksi dan
mempunyai sisi keindahan, baik bahasa maupun isinya.
Karya sastra mempunyai unsur pembangun, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur
intrinsik sastra.
2.4.1 Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra,
meliputi latar belakang pengarang dan keadaan sosial budaya saat karya itu ditulis.
Unsur ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya
sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. Unsur ekstrinsik ini
meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis,
adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi,
dsb
2.4.2 Unsur intrinsik
Unsur imstristik adalah unsur yang terkandung di dalam karya sastra itu
sendiri.
Sementara unsur intrinsik terdiri atas:
1. Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir yang saling
berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan cerita utuh dan padu. Terdapat tiga
jenis alur yaitu:
 Alur maju: alur cerita yang menjelaskan peristiwa secara berunut dari awal
hingga akhir.
 Alur mundur: menuliskan peristiwa akhir sebagai pembuka cerita dan
mengisahkan peristiwa-peristiwa tokoh pokok melalui kenangan masa lalu
salah satu tokoh.
 Alur campur: alur yang menggabungkan alur maju dan mundur dalam satu
cerita. Lazimnya alur ini digunakan untuk karya sastra yang lebih kompleks
seperti cerita suatu tokoh di masa lalu berpengaruh dengan masa kini.
2. Tema
Inti masalah atau pokok pikiran dari sebuah karya sastra disebut dengan tema.
Unsur tema memiliki dua jenis, mereka adalah:
Tema mayor: tema yang sangat menonjol dan berpengaruh besar terhadap alur
cerita serta tokoh-tokohnya.
Tema minor: tema yang tidak terlalu berpengaruh namun tetap mempunyai
dampak bagi sebuah karya sastra.
3. Latar
Latar dalam karya sastra adalah keadaan atau kondisi yang mempengaruhi tokoh.
Latar biasanya diketahui dengan latar tempat dan latar waktu. Latar tempat
merupakan lokasi di mana cerita tersebut terjadi. Misalnya di sebuah kota, negara,
di pesawat, kapal, atau tempat-tempat lainnya yang berhubungan dengan karya
sastra. Sementara latar waktu adalah kapan sebuah karya sastra terjadi. Bisa
berupa runutan waktu, periode, atau indikator waktu lainnya seperti tahun, bulan,
jam, dan lain-lain.
4. Gaya bahasa
Gaya bahasa atau gaya penulisan dalam karya sastra dapat disebut sebagai ciri
khas dari seorang penulis. Penulisan gaya bahasa dibedakan melalui penggunaan
majas, diksi, serta pemilihan kalimat.
5. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah karakter-karakter yang diciptakan oleh penulis dalam karya sastra.
Unsur tokoh terbagi menjadi empat macam, yakni:
 Tokoh protagonis: tokoh utama dalam karya sastra
 Tokoh antagonis: tokoh yang berlawanan atau menentang dari tokoh
utama
 Tokoh tritagonis: penengah dari tokoh protagonis dan antagonis
 Tokoh figuran: tokoh yang hanya muncul sementara atau sebentar pada
sebuah cerita
Penokohan dalam karya sastra meliputi bagaimana watak sebuah tokoh
yang dideskripsikan melalui percakapan, pola pikir, atau narasi. Tujuan
penokohan yaitu untuk membuat karakter terlihat ‘hidup’ supaya menarik
perhatian, terlepas disukai atau tidak oleh pembaca.
6. Sudut pandang
Dalam sebuah karya sastra, sudut pandang merupakan posisi atau
kedudukan seseorang dalam menceritakan sebuah kisah. Sudut pandang terbagi
menjadi tiga jenis yaitu:
 Sudut pandang pertama: pada umumnya ditulis dengan kata ganti orang
pertama seperti saya, aku, gue, dan lain-lain.
 Sudut pandang kedua: cerita dideskripsikan dengan kata ganti orang
kedua. Misal: kamu, kau, engkau, kalian, dan sebagainya.
 Sudut pandang ketiga: karya sastra digambarkan dengan kata ganti orang
ketiga, penulis menjadi serba tahu. Cerita dituangkan dengan kata ganti
dia, mereka, atau dengan nama-nama tokoh.

7. Amanat
Setiap cerita tentu mempunyai pesan moral, baik dalam bentuk tersirat maupun
tersurat. Hal inilah yang dinamakan amanat dalam karya sastra. Sering kali
amanat disebut juga sebagai makna cerita.
2.5 Bentuk- bentu Karya Sastra
2.5.1 Prosa
Prosa adalah karangan bebas (tidak terikat sajak, rima, baris). Dalam khasanah
sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni
karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk
prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
a. Prosa Lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari
sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia
maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat
pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra
Indonesia. Karya sastra prosa lama yang mula- mula timbul disampaikan secara lisan.
Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah
agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal
tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak
sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
1. Bentuk- bentuk sastra prosa lama
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan
ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.
Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh:
Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan
raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang
Tuah Hikayat, Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak
Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
2. Ciri- cirri prosa lama
a. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang
mengalami perubahan secara lambat.
b. stanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat
feodal).
c. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
d. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
e. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
f. Milik bersama
b. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh
sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia
yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti
mariah karangan H. Moekti.
1. Ciri- cirri prosa baru
a. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan
masyarakat)
b. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari)
c. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata,
berdasarkan kebenaran dan kenyataan
d. Dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
e. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
f. Tertulis
2. Jenis- jenis prosa
a. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,
mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan).
Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku
dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan
Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung
Padam
b. Cerpen adalah jenis prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan sang
pelaku pada suatu saat, yang tidak memungkinkan adanya digresi. Pertikaian
yang terjadi tidak menimbulkan perubahan nasib pelaku.
c. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang.
Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
d. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan
kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti
cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M.
Rajab.
e. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh:
Roromendut karangan YB. Mangunwijaya
2.5.2 Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah
baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
1. Unsur- unsur puisi
a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh
persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun
maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam,
berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi
2. Puisi Lama
a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima.
3. Puisi Baru
Puisi baru masuk dalam kesusasteraan Indonesia sebagai akibat pengaruh
kebudayaan bangsa Eropa yang menjajah bangsa Indonesia. Puisi ini sangat berbeda
dengan yang dikenal bangsa Indonesia. Puisi baru populer di tahun 1930, yakni pada
masa Pujangga Baru.
4. Puisi Modern
Berbeda dengan puisi lama atau puisi baru yang masih terikat oleh aturan
jumlah baris atau irama, puisi modern merupakan bentuk puisi yang benar-benar
bebas. Puisi modern lebih mengutamakan isi, bentuk tidak dipentingkan. Oleh sebab
itu, tidaklah mengherankan apabila ada puisi modern yang hanya berisi beberapa kata
atau satu kalimat saja.
2.5.3 Drama
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk
pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa
skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur,
perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana,
properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting
(penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Karya sastra Indonesia memiliki 3 bentuk. Yaitu : bentuk prosa, bentuk Puisi dan
bentuk drama
b. Prosa adalah karangan bebas. Sedangkan puisi adalah karangan yang terikat oleh
aturan. Dan drama adalah sastra dalam bentuk pementasan.
c. Karya sastra memiliki banyak aliran-aliran.
d. kritik sastra Indonesia memiliki masing-masing zamannya, masing-masing
e. pelopornya dan banyak teori baru.
DAFTAR PUSTAKA

Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta : Grasindo.


Ulfah, Suroto. 2000. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Layun Rampan, Korrie. 1999. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta : Balai Pustaka.
Sardjono Pradotokusumo, Partini. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta : Gramedia.
Lazarescu Lisa R. “Elements of Literature”. 31 January 2006. 10 September 2006.
http://web.cocc.edu/lisal/literaryterms/elements_of_literature.htm

Anda mungkin juga menyukai