Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP HARTA DALAM ISLAM

DOSEN PEMBIMBING: LILIS MARLINA, S.E.,M.E

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 4

MIRATUL NISAH ( MJ.22.01.073)

SEMESTER : IV

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE YAPIS DOMPU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Teori Produksi dalam Islam.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber baik dari buku maupun internet sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Harta
Dalam Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Dompu, 27 Maret 2024

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan. Harta


merupakan sarana kehidupan di dunia untuk mencapai akhirat. Secara fitrahnya
manusia senang dengan harta, harta merupakan perhiasan manusia. Dalam Al-
Qur’an, kata mal (harta) disebutkan dalam 90 ayat lebih. Sedangkan di dalam
hadits Rasulullah, kata harta banyak sekali disebutkan tidak terhitung jumlahnya.
Allah Swt menjadikan harta benda sebagai salah satu di antara dua perhiasan
kehidupan dunia. Kata harta dalam istilah ahli fikih berarti, “segala sesuatu yang
dapat dimiliki dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.”
Manusia tanpa harta akan banyak menemui banyak kesulitan, karena sifat
harta adalah fasilitas atau sarana keperluan beribadah terhadap Rabb-nya. Namun
demikian harta bukanlah segala- galanya, karena harta tanpa faktor manusia, maka
harta tidak mempunyai fungsi apa- apa atau tidak berguna. Sehingga dalam hal ini
pengelolaan harta menjadi hal penting demi kemaslahatan hidup manusia. Dalam
mengelola harta maka konsep Islam sangat hikmah dan bijaksana. Konsep Islam
menekankan bahwa harta tidak melahirkan harta, akan tetapi kerja yang
menciptakan harta. Oleh karenanya, untuk mendapatkan dan memiliki harta orang
harus bekerja atau berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomi. Selain itu, pemilikan manusia hanya bersifat mandat atau amanah,
karena pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep harta dalam islam ?
2. Apa saja yang menjadi dasar hukum dan bagaimana kedudukan harta
itu sendiri?
3. Bagaimana pembagian macam- macam harta ?

3
4. Apa saja yang menjadi fungsi dari harta ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep harta dalam islam
2. Untuk mengetahui yang menjadi dasar hukum dan kedudukan harta
3. Untuk mengetahui macam- macam harta
4. Untuk mengetahui fungsi harta itu sendiri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al mal yang berasal dari kata:
(‫ ميال‬-‫ بميل‬-‫)مال‬, yang berarti condong, cenderung, dan miring.
1. Menurut etimologi, harta ialah: “sesuatu yang dibutuhkan dan
diperoleh manusia, baik berupa benda yang tampak seperti emas,
perak, binatang, tumbuh- tumbuhan, maupun yang tidak tampak yakni
manfaat seperti kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal”.
2. Menurut Hanafiyah:(‫ة‬BB‫اره ألى وقت الحاج‬BB‫ان ويمكن أذخ‬BB‫ع االنس‬BB‫ه طب‬BB‫ل ألي‬BB‫ا يمي‬BB‫) م‬
“sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk
disimpan hingga dibutuhkan”. Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat
disimpan sehingga sesuatu yang tidak dapat disimpan tidak dapat
disebut harta. Selain itu Hanafiyah mengemukakan yang dimaksud
harta hanyalah sesuatu yang berwujud (a’yn)
3. Ulama lainnya ialah: (‫ع‬BB‫ذل والمن‬BB‫ه الب‬BB‫رى في‬B‫ع ويج‬BB‫ه الطب‬BB‫ل ألي‬BB‫) ما يمي‬, artinya:
“segala zat (‘ain) yang berharga, bersifat materi yang berputar di antara
manusia”.

Sementara menurut T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy , yang dimaksud


dengan harta ialah:

1. Nama selain manusia yang diciptakan Allah untuk mencukupi kebutuhan


hidup manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dan dikelola
(tasharruf) dengan jalan ikhtiar
2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh
manusia maupun oleh sebagian manusia
3. Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan
4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai (harga) seperti sebiji
berasa dapat dimiliki oleh manusia, dapat diambil kegunaannya dan dapat

5
disimpan, tetapi sebiji beras menurut ‘urf tidak bernilai (berharga), maka
sebiji beras tidak termasuk harta.
5. Sesuatu yang berwujud, sesuatu yang tidak berwujud meskipun dapat
diambil manfaatnya tidak termasuk harta, misalnya manfaat, karena
manfaat tidak berwujud sehingga tidak termasuk harta
6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan
dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.

Dengan dikemukakannya definisi harta di atas oleh para ulama dapat


kita pahami bahwa para ulama tersebut berbeda pendapat dalam
menentukan definisi harta. Namun, di sini dapat diperhatikan bahwa
penekanan para ulama dalam mendefinisikan harta itu antara lain sebagai
berikut:

Hasbi Ash- Shiddieqy menyebutkan bahwa harta adalah nama bagi


selain manusia, dapat dikelola, dapat diperjualbelikan dan betharga,
konsekuensi logis permusan ini ialah:

1. Manusia bukanlah harta sekalipun berwujud


2. Babi bukanlah harta karena babi bagi muslim haram diperjualbelikan
3. Sebiji beras bukanlah harta karena sebiji beras tidak memiliki nilai
(harga) menurut ‘urf.

Hanafiyah menyatakan bahwa harta adalah sesuatu yang berwujud dan


dapat disimpan sehingga sesuatu yang tidak berwujud dan tidak dapat
disimpan tidak termasuk harta, seperti hak dan manfaat.

B. Dasar Hukum dan Kedudukan Harta


Pada umumnya yang menjadi dasar hukum dari harta adalah Al-
Quran dan As- Sunnah. Dalam Al- Quran kata harta atau mal disebutkan
dalam 90 ayat lebih. Sedangkan dalam As- Sunnah kata harta banyak
sekali disebutkan tidak terhitung jumlahnya. Adapun dalam Al- Quran di
jelaskan beberapa ayat mengenai kedudukan harta yang meliputi:

6
1. Harta sebagai amanah dari Allah SWT, manusia hanyalah sebagai
pemegang amanah untuk mengelola dan memanfaatkannya sesuai
dengan ketentuan-Nya. Dijelaskan dalam firman Allah sebagai
berikut:

”dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang


dikaruniakan- Nya kepadaamu”. (Q.S. An- Nur: 33)
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia untuk
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih- lebihan. Seperti firman
Allah sebagai berikut:

“harta dan anak- anak adalah perhiasan kehidupan di dunia tetapi


amalan- amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya
disisi tuhanmu”. (Q.S. Al- Kahfi:46)
3. Harta sebagai ujian keimanan

7
“sesungguhnya hartamu dan anak- anakmu hanyalah (cobaan) bagimu,
dan di sisi Allahlah pahala yang besar”. (Q.S. At- Thagabun:15)
4. Harta sebagai bekal ibadah
Allah berfirman:

“berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan


berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang
demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.
(Q.S At- Taubah: 41)
C. Macam- macam Harta
Menurut Fuqaha harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta
terdiri dari beberapa bagian, tiap- tiap bagian memiliki ciri khusus dan
hukumnya tersendiri. Pembagian jenis harta ini sebagai berikut:
1. Mal mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
a. Harta Mutaqawwim
Harta yang termasuk Mutaqawwim ini ialah semua harta yang
baik jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaannya.
Misalnya, kerbau halal dimakan oleh umat islam, tetapi kerbau
tersebut disembelih tidak sah menurut hukum syara’.
b. Harta Ghair Mutaqawwim
Ialah kebalikan dari harta Mutaqawwim, yakni tidak boleh
ndiambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun
cara penggunaannya.
2. Mal Mitsli dan Harta Qimi ialah:

8
a. Mal Mitsli
Ialah “ benda- benda yang ada persamaan dalam kesatuan-
kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagiannya di tempat yang
lain, tanpa ada perbedaan yang perlu diniali”. Dengan perkataan
lain harta Mitsli ialah harta yang ada imbangannya
(persamaannya).
b. Mal Qimi
Ialah “benda- benda yang kurang dalam kesatuan- kesatuaanya,
karenanya tidak dapat berdiri sebagian di tempat yang lain, tanpa
ada perbedaan yang perlu dinilai”. Dengan perkataan lain harta
Qimi ialah harta yang tidak ada imbangannya secara tepat”.
3. Harta Istilhak dan Isti’ mal
a. Harta Istilhak
Ialah, “ sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaannya dan
manfaatnya secara biasa, kecuali dengan mengahabiskannya”.
Kemudian, harta Istilhak terbagi menjadi dua yaitu:
 Harta Istilhak Haqiqi, ialah suatu benda yang menjadi harta
yang secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan
 Harta Istilhak Huquqi, ialah harta yang sudah habis nilainya bila
telah digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada.
b. Harta Isti’ mal
Ialah “sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya
tetap terpelihara”.
4. Harta Manqul dan Ghair Manqul
a. Harta Manqul
Ialah “segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu
tempat ke tempat yang lain”.
b. Harta Ghair Manqul
Ialah “sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ke tempat yang lain”.
5. Harta ‘Ain dan Dayn

9
a. Harta’Ain
Ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, dan yang
lainnya. Harta ‘Ain terbagi menjadi:
 Harta ‘Ain Dzati Qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk
yang dipandang sebagai harta karena memiliki nilai. Harta ‘Ain
Dzati Qimah meliputi:
 Benda yang dianggap harta yang boleh diambil manfaatnya
 Benda yang dianggap harta yang tidak boleh diambil
manfaatnya,
 Benda yang dianggap harta yang ada sebangsanya,
 Benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari
seumpamanya,
 Benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat
dipindahkan (bergerak),
 Benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak dapat
dipindahkan (bergerak).
 Harta ‘Ain Ghayr Dzati Qimah yaitu benda yang tidak dapat
dipandang sebagai harta karena tidak memiliki harga.
b. Harta ‘Ain Dayn
Ialah “sesuatu yang berada dalam tanggung jawab”
6. Mal Al- ‘Ain danAl- Naf’ i
a. Harta Aini
Ialah benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud).
b. Harta Naf’ i
Ialah benda yang tidak berbentuk (berwujud).
7. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
a. Harta yang dapat dibagi
Adalah harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta tersebut dibagi- bagi seperti beras, tepung,
dan lain- lain.
b. Harta yang tidak dapat dibagi

10
Adalah harta yang menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila
harta tersebut dibagi- bagi seperti piring, mesin, meja, dan lain-
lain.
8. Harta Pokok dan Hasil
a. Harta Pokok
Adalah harta yang menyebabkan adanya harta yang lain
b. Harta Hasil
Adalah harta yang terjadi dari harta yang lain
9. Harta Khas dan ‘Am
a. Harta Khas
Adalah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan harta lain. Harta
ini tidak dapat diambil manfaatnya atau digunakan, kecuali atas
kehendak atau atas seizinnya.
b. Harta ‘Am
Adalah harta milik umum atau bersama, semua orang boleh
mengambil manfaatnya sesuai dengan ketetapan yang disepakati
bersama oleh umum atau penguasa.
D. Fungsi Harta
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang
kegiatan manusia, baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk.
Berikut adalah beberapa fungsi dari harta:
1. Berfungsi untuk menyempurnakan ibadah yang khas (mahdah), sebab
dalam beribadah diperlukan perlengkapan- perlengkapan. Seperti kain
untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk
melaksanakan haji, dan yang lainnya,
2. Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah,
3. Meneruskan estafeta kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi
yang lemah,
4. Penyelarasan antara kehidupan dunia dan akhirat,
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu,

11
6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya
yang memberikan pekerjaan kepada orang yang miskin.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua kekayaan atau harta benda merupakan milik Allah, manusia


memilikinya hanya sementara, semata-mata sebagai suatu amanah atau pemberian
dari Allah. Manusia menggunakan harta berdasarkan kedudukannya sebagai
pemegang amanah dan bukan sebagai pemilik yang kekal. Selain itu di dalam
harta terdapat hak orang lain oleh sebab itu kita harus menyisihkan sebagian harta
yang kita miliki untuk zakat, dan yang lainnya. Karena manusia mengemban
amanah mengelola hasil kekayaan di dunia, maka manusia harus bisa menjamin
kesejahteraan bersama dan dapat mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah
Swt.

B. Saran
Semoga dengan apa yang disampaikan dalam makalah ini tentang konsep
harta dalam islam bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa nakalah
ini masih jau dari kata sempurna oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran
guna perbaikan makalah ini menjadi lebih baik lagi, terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Penulis. Tahun. Judul buku. Kota terbit. Penerbit


Hakim Lukman. (2012). Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam. Bandung: Erlangga.
Suhendi Hendi. (2013). Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Press.
Syafe’i Rachmat. (2001). Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai