Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

HARTA(AMWAL) DAN UANG


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah
Dosen pengampuh: Muhammad Noor, S.Ag., S.H., M.Kn.

Disusun Oleh:
Rahmawati : 2221508054
Qamaruzzaman Ali Khudrawi : 2221508051
Mahdi Erhansyah : 2221508025

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
Muamalah adalah urusan sehari-hari umat islam. Muamalah yang sering
didefinisikan hubungan manusia dengan manusia, merupakan persoalan
penting yang mesti dijalankan dengan syariat islam. Muamalah ini mencakup
kegiatan ekonomi dan sosial, seperti jual beli, pinjam meminjam, dan
transaksi ekonomi lainnya. Sayangnya masih banyak masyarakat muslim
yang masih awam dengan muamalah ini. Pada makalah kelompok kami ini,
kami akan membahas bagian dari muamalah yaitu Harta(Amwal) dan Uang,
agar kita sebagai umat muslim mengetahui dan memahami konsep dari
Harta(Amwal) dan Uang dalam muamalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Harta dalam Pandangan Islam?
2. Bagaimana teori Uang dalam Pandangan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Teori Harta dalam Pandangan Islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana teori Uang dalam Pandangan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Harta (Amwal) Dalam Islam
Al-qur‟an menyebutkan al-mal 86 kali, berarti dalam hal ini al-mal
mendapatkan perhatian khusus dalam Al-Qur’an.
Harta menurut istilah di ambil dari kata al-mal yang berarti condong,
atau segala sesuatu yang menyenangkan dan mereka pelihara baik dalam
bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.1
Hanafiah menyatakan bahwa harta adalah sesuatu yang berwujud dan
dapat disimpan sehingga sesuatu yang tidak berwujud dan tidak dapat di
simpan tidak termasuk harta seperti hak dan manfaat.2
Kata harta dalam istilah ahli fikih berarti “segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya”. Dan juga ada beberapa
pengertian harta adalah sebagai berikut:
1). Harta adalah segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan
ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan
dapat dimanfaatkan.
2). Harta adalah segala sesuatu yang memiliki nilai, dan dikenakan ganti
rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya.
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam
menjalankan kehidupan di dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh
persoalan harta dimasukkan dalam ke dalam salah satu adh-dharuriyat al-
khamsah (lima keperluan pokok) yang terdiri atas harta, agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta.

1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007)
2
Hendi suhendi, fiqih muamalah, (jakarta : Grafindo Persada, 2010)

3
Penggunaan harta dalam islam harus senantiasa dalam pengabdian
kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri )
kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi
pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka
membantu sesama manusia.3
B. Hakikat Harta
Islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai harta dan kegiatan
ekonomi. Pandangan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :
Pertama : pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi
ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia
hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah dan
memanfaatkan sesuai dengan ketentuannya.
Kedua : status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT, manusia
hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu
mengadakan benda dari tiada. Dalam bahasa Einstein, manusia tidak
mampu menciptakan energi ; yang mampu manusia lakukan adalah
mengubah dari satu bentuk energi kebentuk energi lain. Pencipta
awal segala energi adalah Allah SWT.
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebihan. Firmannya,
“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kepada apa-apa yang
diingini, yaitu : wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi allahlah tempat
kembali yang baik (surga). (QS. al-imaron : 14) sebagai perhiasan
hidup, harta seringmenyebabkan keangkuhan, kesombongan serta
lebangga diri.(QS. Al-alaq : 6-7).
3
Ibid, hlm 76

4
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal
cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan
ajaran islam ataukah tidak. (QS. Al-anfal : 28).
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan
perintahnya dan melaksanakan muamalah sesama manusia, melalui
kegiatan zakat, infaq, dan sedekah. (Ali-imran ;133-134).
Ketiga : status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :
pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a‟mal)
atau mata pencaharian (ma‟isyah) yang halal dan sesuai dengan
aturan-Nya. Banyak ayat al-qur‟an dan hadits nabi yang
mendorong umat islam bekerja mencari nafkah secara halal.
Keempat : dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat
melupakan kematian (At-takatsur : 1-2) melupakan dzikrullah (tidak ingat
kepada Allah dengan segala ketentuan-Nya) (Al-Munafikun : 29),
melupakan shalat dan zakat (An-nur :37), dan memusatkan kekayaan hanya
pada sekelompok orang kaya saja. (Al-hasr :27)
Kelima : dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan
riba (Al-Baqarah : 237-281), perjudian, berjual beli barang yang dilarang
atau haram (AlMaidah :90-91), mencuri, merampok, penggashaban (Al-
Maidah : 38), kurang dalam takaran dan timbangan (Al-Muthafifin : 1-6),
memulai cara-cara yang bathil dan merugikan (Al-Baqarah : 188) dan
melalui suap menyuap (HR. Imam Ahmad).4

C. Pembagian Harta
1. Mal Mulutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
a). Harta Mulutaqawwim adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya
menurut syara‟. Atau semua harta yang baik jenisnya maupun cara

4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik,
(Jakarta : Gema insani, 2001)

5
memperoleh dan penggunaanya, misalnya kerbau adalah halal dimakan oleh
umat Islam tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sah menurut syara‟,
dipukul misalnya, maka daging kerbau tidak bisa dimanfaatkan karena cara
penyembelihannya batal menurut syara‟.
b). Harta Ghair Mutaqawwim adalah sesuatu yang tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
penggunaanya. Seperti babi karena jenisnya. Sepatu yang diperoleh dengan
cara mencuri termasuk ghair mutaqawwim karena cara memperolehnya yang
haram.
2. Mal Mitsli dan Mal Qimi
a). Harta Mitsli adalah benda-benda yang ada persamaan dalam
kesatuankesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat yang
lain tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.
b). Harta Qimi adalah benda-benda yang kurang dalam kesatuan-
kesatuannya karena tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang
lainnya tanpa ada perbedaan.
c). Dengan perkataan lain, harta mitsli adalah harta yang jenisnya diperoleh
di pasar (secara persis) dan qimi adalah harta yang jenisnya sulit didapatkan
di pasar, bisa diperoleh tapi jenisnya berbeda kecuali dalam nilai dan harga.
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal
a). Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan
manfaatnya secara biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta Istihlak
terbagi menjadi dua, yaitu:
1). Istihlak Haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang
secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan.
2). Istihlak Buquqi adalah suatu harta yang sudah habis nilainya bila
telah digunakan tetapi zatnya masih tetap ada.

6
b). Harta Isti‟mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulanag kali dan
materinya tetap terpelihara. Harta isti‟mal tidaklah habis dengan satu kali
menggunakan tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya.
4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqul
a). Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan
(bergerak) dari satu tempat ke tempat lain.
b). Harta Ghair Manaqul adalah sesuatu yang tidak bisa dipindahkan
dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
5. Harta Ain dan Harta Dayn
a). Harta ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian,
beras, kendaraan. Harta ain terbagi menjadi dua, yaitu:
Harta ain’dzati qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk yang
dipandang sebagai harta karena memiliki nilai yang dipandang sebagai
harta, karena memiliki nilai ,ain dzati qimah meliputi:
Benda yang dianggap harta yang boleh diambil manfaatnya.
 Benda yang dianggap hartta yang tidak boleh diambil manfaatnya.
 Benda yang dianggap sebagai harta yang ada sebangsanya.
 Benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari
seumpamanya.
 Benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat dipindahkan
(bergerak).
 Benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak dapat
dipindahkan (benda tetap).
Harta ain ghayr dzalti qimah, yaitu benda yang tidak dapat
dipandang sebagai harta, karena tidak memiliki harga seperti sebiji beras.
b). Harta Dayn adalah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab,
seperti uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang.
6. Mal al-ain dan al-naf’i (manfaat).

7
a). Harta „aini adalah benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud),
seperti rumah, ternak, dll.
b). Harta nafi adalah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karena itu mal al-naf’i tidak berwujud dan
tidak mungkin disimpan.
7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
a). Harta Mamluk adalah sesuatu yang masuk ke bawah milik milik
perseorangan maupun milik badan hukum seperti pemerintah atau
yayasan
b). Harta Mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang, seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-
pohon di hutan. Tiap-tiap manusia boleh memiliki harta mubah sesuai
dengan kesanggupannya, orang yang mengambilnya maka ia akan
menjadi pemiliknya.
c). Harta Mahjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri
dan memberikan kepada orang lain menurut syari‟at, adakalanya benda
itu benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat
umum, seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan-kuburan dan yang
lainnya.
8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.
a). Harta yang dapat dibagi (mal qubil li al-qismah) ialah harta yang
tidak menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan, apabila harta itu
dibagi-bagi, seperti beras, tepung, dan lainnya.
b). Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al qismah) ialah
harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan, apabila harta
tersebut dibagibagi, seperti gelas, kursi, meja, mesin dan lain sebagainya.

9. Harta pokok dan harta hasil (buah).

8
a). . Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang
lain. Harta pokok bisa juga disebut modal, seperti uang, emas, dan
lainnya.
b). Harta hasil adalah harta yang lain. Harta hasil contohnya adalah bulu
domba dihasilkan dari domba, maka domba sebagai harta pokok dan
bulunya sebagai harta hasil, atau kerbau yang beranak maka anaknya
dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya disebut
harta pokok
10. Harta khas dan harta ‘am.
a). Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b). Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh mengambil
manfaatnya
D. Fungsi Harta
Fungsi yang pertama adalah untuk menyempurnakan pelaksanakan
ibadah, baik ibadah mahdhah dan ghair mahdhah. Yang kedua adalah untuk
meningkatkan keimanan atau ketaqwaan kepada allah, sehingga
kepemilikan harta dimaksudkan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
allah. Fungsi yang ketiga adalah untuk menyelaraskan dunia dan akhirat.
Yang keempat untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan yakni
adanya pembantu dan adanya tuan, orang kaya dan orang yang miskin,
sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.5

5
Hendi suhendi, fiqih muamalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada :2010)

9
E. Definisi uang dalam islam
Secara etimologi definisi uang (nuqud) ada beberapa macam,
diantaranya :
1. Al-naqdu : yang baik dari dirham “dirhamun naqdu” yaitu dirham yang
baik, menunjukan sifat
2. Al-naqdu : tunai, membayar bayaran segera. Dalam hadits Jabir
“naqadamil al-tsaman artinya dia membayarku harga tunai.
Pada umumnya para fuqaha menggunakan istilah nuqud dalam
menyebutkan uang, kata nuqud tidak terdapat dalam al-qur‟an maupun
hadits Nabi SAW, karena bangsa arab umunya tidak menggunakan bahasa
nuqud untuk menunjukan nilai harga. Mereka menyebutkan kata dinar untuk
mata uang yang terbuat dari emas dan dirham untuk alat bayar yang terbuat
dalam perak.
Adapun definisi menurut para ahli ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Dr. Muhammad Zaki Syafi‟i mendefinisikan uang sebagai:
“Segala sesuatu yag diterima oleh khalayak untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban.”
2. J. P Coraward mendefinisikan uang sebagai: “Segala sesuatu yang
diterima secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai
standar ukuran nilai harga dan media penyimpan kekayaan.”
3. Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang
diterima secara luas sebagai alat pembayaran, diakuai secara luas sebagai
alat pembayaran utang-utang dan pembayaran harga barang dan jasa.”
E. Fungsi Uang
Sebelum diperkenalkan uang sebagai alat tukar, perdagangan dalam
masyarakat dunia menggunakan sistem barter. Sebagaimana diketahui,
barter dilakukan dengan cara menukarkan barang atau komoditas diantara
pihak-pihak yang bertransaksi. transaksi hanya dapat terjadi bila kedua pihak

10
mempunyai dua kebutuhan sekaligus, atau menurut Lipsey dan Courant
(1996) harus terjadi double coincidence of wants. Dalam sejarah
perekonomian Islam, mata uang sudah mulai dikenal di awal kekhalifahan.
Hal itu bisa kita lihat ketika masa khalifah Umar dan Utsman r.a., mata uang
telah dicetak dengan mengikuti gaya dirham Persia, dengan perubahan pada
tulisan yang tercantum di mata uang tersebut. Meskipun pada masa awal
pemerintahan khalifah Umar r.a pernah timbul ide untuk mencetak mata
uang dari kulit, namun akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh para
sahabat yang lain.
Dalam Islam, fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi
sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah barang
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak bisa
dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah sebagai unit
of account. Imam Ghazali mengatakan bahwa dalam ekonomi barter
sekalipun uang tetap diperlukan. Seandainya uang tersebut tidak diterima
sebagai medium of exchange, uang tetap diperlukan sebagai unit of account,
misalnya untuk mengetahui apakah 3 buah topi sama dengan 1 durian?.
Fungsi ketiga dari uang sebagai store of value. Ketika teori konvensional
memasukkan satu dari fungsi uang adalah sebagai store of value dimana
termasuk juga adanya motif money demand for speculation. Hal ini tidak
diperbolehkan dalam Islam. Islam memperbolehkan uang untuk transaksi
dan untuk berjaga-jaga, namun menolak uang untuk spekulasi. Hal ini,
menurut Al Ghazali, sama saja dengan memenjarakan fungsi uang.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

 Harta menurut istilah di ambil dari kata al-mal yang berarti condong, atau
segala sesuatu yang menyenangkan dan mereka pelihara baik dalam bentuk
materi maupun dalam bentuk manfaat
Kata harta dalam istilah ahli fikih berarti “segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya ”. Dan juga ada beberapa
pengertian harta adalah sebagai berikut:
1). Harta adalah segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan
ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan
dapat dimanfaatkan.
2). Harta adalah segala sesuatu yang memiliki nilai, dan dikenakan ganti
rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya.
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalankan
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan dalam ke dalam salah satu adh-dharuriyat al-khamsah (lima
keperluan pokok) yang terdiri atas harta, agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta.

DAFTAR PUSTAKA

12
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2007)

Hendi suhendi, fiqih muamalah, (jakarta : Grafindo Persada,


2010)

Ibid, hlm 76

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik,


(Jakarta : Gema insani, 2001)

Hendi suhendi, fiqih muamalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada


:2010

13

Anda mungkin juga menyukai