Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia, harta memang

mutlak diperlukan manusia karena dengan harta manusia akan dihormati, dengan

harta manusia bisa makan dan memberi makan anak dan istri, dengan harta

manusia bisa membeli dan memiliki apa saja yang ia inginkan di dunia. Dan tanpa

harta manusia seringkali dilecehkan, dihinakan, bahkan sampai ada orang yang

gila dan bunuh diri karena tidak mempunyai harta.

Allah SWT telah menjadikan harta sebagai sebagai sesuatu yang indah

dalam pandangan manusia. Manusia diberi tabiat alamiah mempunyai kecintaan

terhadap harta. Sudah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa

berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan

kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs)

berupa sandang, pangan dan papan. Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu,

bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin

dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan

dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.

Harta di dalam Islam dianggap sebagai bagian dari aktivitas dan tiang

kehidupan yang dijadikan Allah sebagai sarana untuk membantu proses tukar-

menukar (jual beli), Dan juga digunakan sebagai ukuran terhadap nilai. Allah

1
memerintahkan untuk saling menukarkannya dan melarang menukarnya. Untuk

itu, dalam makalah ini akan dikupas mengenai masalah ayat dan hadits yang

terkait dengan sumber-sunber harta yang haram.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pemakalah merumuskan

masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa pengertian Harta?

2. Bagaimana Harta Ditinjau dari Perspektif Islam?

3. Apa saja Harta yang Halal, Haram dan Syuhbat?

4. Apa Dampak Buruk Dan Bencana Dari Harta Yang Haram Dalam

Kehidupan Manusia?

5. Bagaimana Cara bertaubat dari harta yang Haram?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah

ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian Harta?

2. Untuk mengetahui Harta Ditinjau dari Perspektif Islam?

3. Untuk mengetahui Harta yang Halal, Haram dan Syuhbat?

4. Untuk mengetahui Dampak Buruk Dan Bencana Dari Harta Yang Haram

Dalam Kehidupan Manusia?

5. Untuk mengetahui Cara bertaubat dari harta yang Haram?

2
D. Manfaat Penulisan

Sedangkan, manfaat penulisan diatas, maka diharapkan makalah ini dapat

memberikan manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teotitis

Dari penulisan makalah ini, maka secara teoritis diharapkan dapat

memberikan pegetahuan tentang ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang

harta dan cara perolehan harta, terutama sumber harta haram.

2. Manfaat Praktis

Setelah manfaat teoritis dari peulisan makalah ini diperoleh, maka manfaat

praktis diharapkan akan dapat menjadi tuntunan atau sumber informasi bagi

pembaca dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang harta dan

cara perolehan harta, terutama sumber harta haram.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut al mal yang berasal dari kata ‫ ﻳﻤﻴﻞ‬- ‫ﻣﺎل‬
‫< ﻣﻴﻼ‬-yang berarti condong, cenderung dan miring. Dari pengertian semantik ini
dipahami sesuatu itu dinamakan harta bila dapat dikumpulkan untuk dimiliki baik
bagi kepentingan individu, keluarga maupun masyarakat.1

‫كل ما يقتض وحيوزه االنسان بالفعل سواء اكان عينا او منفعة كذهب‬
‫ا و فض ة او حي وا ن او نب ات او من ا ف ع الش ئ ك الركوب وا لبس‬
‫والسكن‬
Artinya:
“Sesuatu yang dibutuhkan dan di peroleh manusia,baik berupa benda yang
tampak seperti emas,perak,binatang,tumbuh-tumbuhan,maupun (yang tidak
tampak).yakni manfa’at seperti kendaraan,pakaian dan tempat tinggal.2

 Sesuatu yang tidak dikuasai menusia tidak bisa dinamakan harta menurut

bahasa, seperti burung diudara, ikan di dalam laut, pohon di hutan dan barang

tambang di bumi.

Secara terminologis, menurut Ulama’ Hanafiyah, harta ialah:

‫ اوكان ماميكن‬.‫مامييل اليه طبع االنسان وميكن ادخره اىل وقت احلجة‬
‫حيازته واهرازه وينتفع به ﻋﺎدﻩ‬
Artinya:
“Sesuatu yang di gandrungi tabi’at manusia dan memungkinkan untuk
disimpan hingga di butuhkan, atau segala sesuatu yang dapat
dimiliki,disimpan,dan dapat di manfa’atkan .“ 3

1 Dr. Nur Ahmad Fadhil dan Drs. Azhari Akmal T, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2001), h. 70
2 Rahmat Syafei, fiqih muamalah, (Bandung: Gaya Pustaka Setia), h. 21.
3 Hendi Suhendi, fiqih muamalah, (Jakarta:Raja Grafindo Persada), h. 9.

4
Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat disimpan sehingga sesuatu yang

tidak dapat disimpan tidak dapat disebut harta. Menurut Hanafiyah , manfaat tidak

termasuk harta tetapi termasuk milik.

‫ﻤﻟﺎل ﻫﻮ ﮐﻞ ﻣﺎﻟﻪ ﻗﻴﻤﺔ ﻳﻠﺰم ﺑﻀﻤﺎﻧﻪ ا‬


Artinya:
“Harta adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan diwajibkan ganti
rugi atas orang yang merusak dan melenyapkannya.” (Jumhur ulama
selain Hanafiyah)4

Kata mal berarti sesuatu yang dikumpulkan dan dimiliki, yaitu harta atau

kekayaan yang mempunyai nilai dan manfaat. Faruqi mendefenisikan harta

sebagai suatu benda atau kekayaan yang memberikan faedah yang dapat

memuaskan jasmani dan rohani atau kebutuhan hidup.  Kata mal dalam al-Quran

disebut sebanyak 86 kali pada 79 ayat dalam 38 surah, suatu jumlah yang cukup

banyak menghiasi sepertiga surah-surah al-Quran. Jumlah ini belum termasuk

kata-kata yang semakna dengan mal, seperti rizq, mata’, qintar dan kanz

(perbendaharaan).5

Harta dalam pandangan para fuqaha bersendi pada dua unsur, yaitu

‘ainiyah, yakni harta itu merupakan benda, ada wujudnya dalam kenyataan. Dan

‘urf, yakni harta itu dipandang harta oleh manusia, baik oleh semua manusia

ataupun soleh sebagian mereka, dapat diberi atau tidak dapat diberi.6

4 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Grafindopersada,


2004), h. 56.
5 Dr. Nur Ahmad Fadhil dan Drs. Azhari Akmal T, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta:
Hijri Pustaka Utama, 2001), h.70-71.
6 Prof T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Pengantar Fikih Muamalah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), h. 151.

5
B. Harta Ditinjau dari Perspektif Islam

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi

ini adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk

melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya

(QS al_Hadiid: 7). Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:

‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal:
usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan,
hartanya darimana didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya
untuk apa dipergunakan’’

Kedua, status harta yang dimiliki oleh manusia didunia selama ia hidup

adalah sebagai berikut :

1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah

pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari

tiada.

2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa

menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. 7 Sebagai perhiasan

hidup harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta

kebanggaan diri.8

3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan

dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.9

7 Qs. Ali Imran/3 : 14


8 Qs. Al-Alaq/96 : 6-7
9 Qs. al-Anfal/8 : 28

6
4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan

melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui zakat, infak,

dan sedekah.10

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) atau mata

pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah :

267)

“Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa


yang bekerja keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama
dengan mujahid di jalan Allah’’ (HR Ahmad).

‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR
Thabrani)

‘’Jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian
tidak akan sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang melupakan

mati,11 melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH,12 melupakan sholat dan zakat,13

dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja.14

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan

riba,15 perjudian, jual beli barang yang haram, 16 mencuri merampok,17 curang

10Qs. at-Taubah/9 : 41, 60; Ali Imran/3 :133-134


11Qs. at-Takatsur/102 : 1-2
12 Qs. al-Munafiqun/63 : 9
13Qs. an-Nuur/24 : 37
14Qs. al-Hasyr/59 : 7
15Qs. al-Baqarah/2 : 273-281
16Qs. al-Maidah/5 : 90-91
17Qs. al-Maidah/5 : 38

7
dalam takaran dan timbangan,18 melalui cara-cara yang batil dan merugikan, 19 dan

melalui suap menyuap,20 dan lainnya.21

Menurut penelitian Yahaya bin Josoh M. Phil dalam desertasinya yang

berjudul Konsep Mal dalam al-Quran, menyimpulakan bahwa konsep harta dalam

al-Quran mencakup hal-hal di bawah ini.

1. Harta adalam milik Allah, karena segala sumber daya alam dari langit dan

bumi, disediakan oleh Allah yang Maha Pencipta yang mengaturnya untuk

patuh terhadap sunnatullah, agar dapat diproduksi menjadi harta yang dapat

dimiliki dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.

2. Pengumpulan harta dapat dilakukan dengan usaha mengeksplorasi sumber

daya alam, usaha perdagangan dan pemberian harta dari orang lain dengan

jalan yang tidak ditentukan oleh aturan Islam.

3. Pemilikan harta individu terletak dalam batas-batas kepentingan anggota

masyarakat, karena pada harta yang dikumpulkan oleh individu terdapat

hak-hak orang lain.

4. Kebebasan mengumpulkan dan memanfaatkan harta adalah pada barang-

barang yang halal dan baik, dan tidak melanggar batas-batas ketentuan

Allah.

5. Harta harus dimanfaatkan untuk fungsi sosial dengan prioritas awal dimulai

dari individu, anggota keluarga dan masyarakat.

18 Qs. al-Muthaffifin/83 : 1-6


19 Qs. al-Baqarah/2 : 188
20 HR Imam Ahmad
21 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h. 9

8
6. Pemanfaatan harta haruslah pada prinsip kesederhanaan dalam arti tidak

sampai pada batas penghamburan harta epada hal-hal yang tidak penting dan

mubazir, dan tidak pula sampai pada batas-batas kekikiran yang

mengakibatkan terjadinya penimbunan harta.

7. Harta dapat dikembangkan dengan usaha-usaha yang elah ditentukan syara’

dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Harta di sisi Allah tidak akan ada manfaatnya, apabila kewajiban menaati

perintah Allah dilalaikan, karena harta hanyalah sekedar sarana untuk

mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya di dunia dan akhirat.22

C. Harta yang Halal, Haram dan Syuhbat

Al-Quran menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini diciptakan

Allah swt untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia. Kendati demikian bukan

berarti manusia bebas untuk menikmatinya. Ada aturan-aturan yang telah

digariskan Allah dalam kitab-Nya tentang pengelolaan dan pemanfaatan isi alam

baik dalam bentuk perintah maupun larangan.

Peraturan-peraturan itu berguna untuk membatasi manusia yang cenderung

memiliki sifat tamak dan rakus, tidak pernah merasa puas terhadap harta yang

pada gilirannya dapat mencelakakan dirinya sendiri. Banyak sekali ayat-ayat dan

hadits-hadits nabi yang menunjukkan kecenderungan negatif manusia tersebut.

Dapatlah dikatakan, aturan-aturan itu penting agar manusia dapat mengendalikan

hawa nafsu dan mampu memilah dan memilih mana yang penting, berguna dan

mana pula yang sekedar hiasan semata.

22 Dr. Nur Ahmad Fadhil dan Drs. Azhari Akmal T, Etika Bisnis dalam Islam, h. 71

9
Ditinjau dari kaca mata hukum Islam, harta itu ada yang bendanya (a’in)

halal (boleh dikumpulkan dan dimanfaatkan) dan ada pula yang haram (dilarang

mengumpulkan, mengkonsumsi dan memproduksinya). Di antara dua kategori

tersebut ada yang disebut syubhat (tidak jelas kehalalannyadan keharamannya).

Dalam wilayah bisnis, kategori halal dan aram ini juga berlaku. Rafiq Isa Beekun

menyebutnya dengan Halan and Haram Business Areas.

Dari sisi mendapatkan atau memperolehnya demikian juga ada yang halal,
haram dan syubhat. Kategorisasi ini berangkat dari hadits Rasul yang artinya:

“Yang halal itu teah jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara
keduanya dalah hal-hal yang syubhat. Barang siapa yang bergelimang
pada hal-hal yang syubhat diibaratkan seseorang yang mengembalakan
kambingnya di pinggir jurang.”

Pernyataan hadits di atas yang menyebutkna bahwa sesuatu yang halal itu

jelas, begitu pula yang haram, berpijak pada satu kenyataan bahwa al-Quran dan

hadits sebagia sumber hukum Islam telah memberikan keterangan-keterangan

yang rinci dan tegas menyangkut kategori tersebut. Berbeda dengan yang syubhat,

keterangannya tidak begitu jelas, namun apakah ia dikategorikan pada halal atau

haram dapat dilihat dari indikasi-indikasi yang ada.

Menarik untuk dicermati adalah metode yang dilakukan al-Quran dalam

mengungkap dan menjelaskan harta yang halal dan haram. Ketika menyebut hal-

hal yang diharamkan al-Quran menggunakan bahasa yang rinci dan tegas.

Contohnya pada surah al-Maidah/5 : 3.

10
ُ‫َّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزي ِر َو َما أ ُِه َّل لِغَرْيِ اللَّ ِه بِ ِه َوالْ ُمْن َخنِ َق ة‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوالد‬ ْ ‫ُحِّر َم‬
‫الس بُ ُع إِاَّل َم ا ذَ َّكْيتُ ْم َو َم ا ذُبِ َح‬ َّ ‫يح ةُ َو َم ا أَ َك َل‬ ِ
َ ‫َوالْ َم ْوقُ و َذةُ َوالْ ُمَتَر ِّديَ ةُ َوالنَّط‬
‫ب‬ِ ‫ُّص‬
ُ ‫َعلَى الن‬
Terjemahnya:
“Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi yang disembelih atas
nama selain nama Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang terjatuh, yang
ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kamu sempat
menyembelihnya dan diharamkan bagimu menyembelih untuk berhala.”
(Qs. Al-Maidah/5 : 3]23

Sedangkan ketika menjelaskan hal-hal yang dihalalkan, al-Quran


menggunakan bahasa yang global, seperti firman Allah di bawah ini:
“Wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang tedapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena
sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.” [Qs. al-
Baqarah/2:168-169]24

Hikmah semua ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi manusia


dalam menggunakan harta. Pengungkapan harta yang haram dengan rinci adalah
bertujuan agar manusia tidak mengalami kebingungan dalam menentukannya. Jika
tidak dijelaskan, dipastikan manusia akan berbeda dalam menentukan mana yang
haram dan mana yang tidak haram karena manusia akan dipengaruhi oleh
kepentingan pribadinya. Ternyata jumlah harta yang haram itu sedikit, sehingga
manusia tidak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasinya.
Ini berbeda ketika Allah menjelaskan harta-harta yang halal. Apabila Allah
juga merincinya di samping jumlahnya yang sangat banyak sehingga al-Quran
menjadi jauh lebih tebal dan tidak fleksibel, hal ini akan menimbulkan kesulitan
bagi manusia sendiri. Kesulitan ini bisa saja dalam mengidentifikasi harta-harta
yang halal dan lebih gawat lagi ketika muncul produk-produk baru yang tentu saja
tidak disentuh al-Quran. Muncullah persoalan baru tentang hukumnya. Dengan

23 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: PT. Duta Ilmu,
2006), h. 143
24 Ibid., h. 33

11
demikian metode yang ditempuh al-Quran ketika menjelaskan harta yang haram
maupun yang halal adalah dalam kerangka memberikan kemudahan dan
kemaslahatan bagi manusia.
Menyangkut yang syubhat sebenarnya di sini ada keleluasan manusia dalam
menentukan sikap. Rasulullah hanya memberikan isyarat, bermain-main dengan
barang yang syubhat tak obahnya seperti pengembala kambing yang
mengembalakan kambingnya di tepi jurang, sehingga besar kemungkinan akan
jatuh ke dalamnya. Artinya, bermain-main dengan harta yang syubhat dapat
menjerumuskan manusia pada hal-hal yang diharamkan.25

D. Dampak Buruk Dan Bencana Dari Harta Yang Haram Dalam


Kehidupan Manusia

Kebahagiaan dan ketenangan hidup sejati hanya allah akan anugerahkan

kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk-nya dengan

melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya, termasuk dalam hal ini,

menjauhi harta haram dan segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang tidak

dibenarkan dalam islam.

Allah enggan memberikan kebahagiaan dan ketenangan hidup bagi orang-

orang yang berpaling dari petunjuk-nya, di dunia dan akhirat, sebagaimana

firman-nya:

‫ض ْن ًكا َوحَنْ ُش ُرهُ َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة أ َْع َم ٰى‬


َ ً‫يش ة‬
ِ
َ ِ‫ض َع ْن ذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َمع‬ َ ‫َو َم ْن أ َْعَر‬
‫ال‬
َ َ‫﴾ ق‬١٢٥﴿ ‫ص ًريا‬ ِ ‫ب مِل ح َش رتَيِن أ َْعم ٰى وقَ ْد ُكْنت ب‬
َ ُ َ َ ْ َ َ ِّ ‫ال َر‬ َ َ‫﴾ ق‬١٢٤﴿
ِ ِ
َ ‫ك آيَا ُتنَا َفنَ ِس َيت َها ۖ َو َك َٰذل‬
‫ك الَْي ْو َم ُتْن َس ٰى‬ َ ‫َك َٰذل‬
َ ‫ك أََتْت‬
Terjemahnya:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan/petunjuk-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (sengsara) (di dunia), dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.

25 Dr. Nur Ahmad Fadhil dan Drs. Azhari Akmal T, Etika Bisnis dalam Islam, h. 75-78

12
Berkatalah ia: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat”. Allah
berfirman: “Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami,
maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu
dilupakan. [Thaha/20:124-126].26

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Barangsiapa yang

menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-

Ku, (dengan) berpaling darinya, melupakannya dan mengambil selain

petunjuknya, maka baginya penghidupan yang sempit/sengsara, yaitu di dunia,

sehingga dia tidak akan merasakan ketenangan (hidup) dan tidak ada kelapangan

dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya,

meskipun (terlihat) secara lahir (hidupnya) senang, berpakaian, makan dan

bertempat tinggal sesukanya, akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan,

keguncangan dan keraguan, karena dirinya jauh dari kebenaran dan petunjuk-

Nya”27

Maka orang yang menimbun harta yang haram tidak mungkin merasakan

kebahagiaan dan ketenangan sejati dalam hidupnya, berapapun banyaknya harta

dan kemewahan duniawi yang dimilikinya, bahkan ini justru akan membawa

penderitaan yang berkepanjangan dalam hidupnya.

Oleh karena itu, secara khusus, beberapa ulama ahli tafsir menafsirkan

‘penghidupan yang sempit/sengsara’ dalam ayat ini dengan kasbul haram

(penghasilan/harta yang haram),28 yang menandakan bahwa harta haram

26Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 444


27Ibn. Katsir, al- Misbah al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir Terj, Shahih Ibnu
Katsir, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 227
28Imam Abul Faroj Al-Jauzi, Zadul Masir Fi Ilmit Tafsir, Jilid. 5 (Beirut, Dar Ibnu Hazm,
2002), h. 331

13
merupakan salah satu faktor utama yang menjadikan manusia selalu ditimpa

bencana dan kesulitan dalam hidupnya.

Imam Ibnul Jauzi menukil ucapan Sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin

‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa beliau berkata:”Penghidupan yang sempit

(artinya) disempitkan baginya pintu-pintu kebaikan (penghasilan yang halal),

sehingga dia tidak mendapatkan petunjuk kepada kebaikan dan dia mempunyai

pengahasilan yang haram sebagai usahanya”.

Semakna dengan itu, Imam adh-Dhahhak dan ‘Ikrimah berkata,

“Penghidupan yang sempit ini yaitu al-kasbul khabits (usaha/penghasilan yang

buruk/haram).29

Berikut ini, beberapa keburukan dan kerusakan akibat harta yang didapatkan

dengan cara haram, sebagaimana yang dijelaskan dalam dalil-dalil dari al-Qur’an

dan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :

1. Mengkonsumsi harta yang haram adalah perbuatan maksiat kepada Allah


dan mengikuti langkah-langkah setan/Iblis.

Allah berfirman:

ِ ‫ض حاَل اًل طَيِّب ا واَل َتتَّبِع وا خطُ و‬ ‫مِم‬


‫ات‬ َ ُ ُ َ ً َ ِ ‫َّاس ُكلُ وا َّا يِف اأْل َْر‬ ُ ‫يَ ا أَيُّ َه ا الن‬
‫وء َوالْ َف ْح َش ِاء َوأَ ْن‬
ِ ‫الس‬
ُّ ِ‫﴾ إِمَّنَا يَأْ ُم ُر ُك ْم ب‬١٦٨﴿ ‫ني‬ ِ َ‫الشَّيط‬
ٌ ِ‫ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬ ْ
‫َت ُقولُوا َعلَى اللَّ ِه َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬
Terjemahnya:
‘Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan karena
sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya

29 Ibid, h. 332

14
syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, serta
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” [al-
Baqarah/2:168-169].30
Mengikuti langkah-langkah syaithan adalah dengan mengharamkan apa

yang dihalalkan oleh Allah dan mengahalalkan apa yang diharamkan-Nya,

termasuk dalam hal ini memakan harta yang haram.31

2. Ancaman adzab Neraka bagi orang yang mengkonsumsi harta haram.

ٍ ‫ اَل ي ْدخل اجْل نَّةَ حَل م َنبت ِمن سح‬: ‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال‬
،‫ت‬ ْ ُ ْ َ َ ٌْ َ ُ ُ َ
‫َّار أ َْوىَل بِِه‬
ُ ‫الن‬
Artinya:
Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh
dari (makanan) yang haram (dan) neraka lebih layak baginya”32

Syaikhul Islam mengatakan,

‫ فَ ِإ َذا‬، ُ‫ص ًرا لَ ه‬ ِ ِ ‫ط الْب َد َن ومُيَا ِزج ه ويْنب‬ ِ


ُ ُ َ َ ُ ُ َ َ ُ ‫الطَّ َع َام خُيَال‬
ُ ‫ت مْن هُ َفيَص ريُ َم َّادةً َوعُْن‬
ُ‫ص لَّى اللَّه‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬َ َ‫َّار ؛ َوهِلَ َذا ق‬
َ ‫ب الن‬
ِ ِ
ُ ‫ص َار الْبَ َد ُن َخبيثًا َفيَ ْسَت ْوج‬َ ‫َكا َن َخبِيثًا‬
‫( َواجْلَنَّةُ طَيِّبَ ةٌ اَل‬, ‫َّار أ َْوىَل بِ ِه‬ ٍ ِ ِ
ُ ‫ت َم ْن ُس ْحت فَالن‬ َ َ‫ ُك ُّل ج ْس ٍم َنب‬: )‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ٌ ِّ‫يَ ْد ُخلُ َها إاَّل طَي‬
‫ب‬
Artinya:
Makanan akan bercampur dengan tubuh dan tumbuh menjadi jaringan dan
sel penyusunnya. Jika makanan itu jelek maka badan menjadi jelek,
sehingga layak untuknya neraka. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan, ‘Setiap jasad yang tumbuh dari harta haram, maka
neraka layak untuknya.‘ Sementara surga adalah kebaikan, yang tidak akan
dimasuki kecuali tubuh yang baik.33

30 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 33


31 Imam Abul Faroj Al-Jauzi, Zadul Masir Fi Ilmit Tafsir, Jilid. 5, h. 172
32 HR. Ahmad 3/321, ad-Darimi no.2776 dan al-Hakim 4/468, dishahihkan oleh al-Hakim,
disepakati oleh adz-Dzahabi dan al-Albani dalam Ash-Shahihah 6/108.

15
3. Tidak dikabulkan Doa.

Mengkonsumsi harta haram adalah termasuk sebab utama tidak

dikabulkannya doa dan ini adalah sebesar-besar bencana bagi hamba.

Rasulullah SAW pernah bersabda menceritakan tentang seorang laki-laki

yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acak-acakan, tubuhnya

dipenuhi debu, ketika itu lelaki tersebut berdoa dengan mengangkat kedua

tangannya ke langit dan menyebut nama Allah : Wahai Rabb, wahai

Rabb…, lalu beliau bersabda:

(Sedangkan) laki-laki tersebut mengkonsumsi makanan dan minuman yang


tidak halal, pakaiannya pun tidak halal dan selalu diberi (makanan) yang
tidak halal, maka bagaimana mungkin permohonannya akan dikabulkan
(oleh Allah)?34

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan

bahwa orang tersebut sebenarnya telah menghimpun banyak faktor yang

seharusnya memudahkan terkabulnya permohonan dan doanya, akan tetapi

karena perbuatan maksiat yang dilakukannya, yaitu mengkonsumsi harta

yang haram, sehingga dikabulkannya doa tersebut terhalangi.35

Inilah makna firman Allah Azza wa Jalla :

ِ ‫َّاع إِ َذا دع‬ ِ ِ ‫ك ِعبَ ِادي َعيِّن‬


ۖ ‫ان‬ َ َ ِ ‫يب َد ْع َو َة ال د‬
ُ ‫يب ۖ أُج‬ٌ ‫فَ إيِّن قَ ِر‬ َ َ‫َوإِ َذا َس أَل‬
‫لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ُش ُدو َن‬ ‫َف ْليَ ْستَ ِجيبُوا يِل َولُْي ْؤ ِمنُوا يِب‬

33Ma’mu’ al-Fatawa 21:541


34R. Muslim no.1015.
35Ibnu Rajab Al-Hanbali, Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, diintisarikan oleh Dr. Ahmad bin
Utsman al-Mazyad (Jakarta: Darul Haq, 2000), h.105-107

16
Terjemahnya:
Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwa
sesungguhnya Aku Maha Dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka
memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam petunjuk [al-Baqarah/2:186].36

Salah seorang ulama terdahulu, Yahya bin Mu’adz ar-Razi,

mengungkapkan hal ini dalam ucapan beliau: “Janganlah sekali-kali kamu

merasa (permohonanmu) terlalu lama tidak dikabulkan ketika kamu berdoa

(kepada Allah), karena sungguh kamu (sendiri) yang telah menutup pintu-

pintu pengabulan (doamu) dengan dosa-dosamu” 37

Musibah apa yang lebih besar bagi hamba jika doanya tidak dikabulkan oleh

Allah? Bukankah setiap saat dia punya kebutuhan dalam urusan dunia

maupun agama? Lalu siapakah yang dapat memenuhi kebutuhan dan

memudahkan urusannya selain Allah? Siapakah yang dapat mengabulkan

permohonannya jika Allah berpaling darinya?

Maha benar Allah Azza wa Jalla yang berfirman:

ُ ‫َّاس أَْنتُ ُم الْ ُف َقَراءُ إِىَل اللَّ ِه ۖ َواللَّهُ ُه َو الْغَيِن ُّ احْلَ ِم‬
‫يد‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
Terjemahnya:
“Hai manusia, kamulah yang butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-
lah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”
[Fathir/35:15]. 38
Bahkan karena doa merupakan inti dari ibadah shalat, maka dikhawatirkan

shalat seorang yang mengkonsumsi harta yang haram tidak diterma oleh

36Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 36


37Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 1154) dan dinukil oleh
Imam Ibnu Rajab dalam Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, h.108.
38Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 620

17
Allah. Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: “Allah tidak menerima

shalat seorang yang di dalam perutnya ada (makanan) yang haram, sampai

dia bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut”39

4. Tidak diterimanya harta yang haram meskipun diinfakkan/dibelanjakan


dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya,”Sesungguhnya Allah Maha Baik

dan Dia tidak menerima kecuali yang baik (halal)”40

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata: ”Barangsiapa yang

menginfakkan (harta) yang haram dalam ketaatan (kepada Allah), maka dia

seperti orang yang membersihkan (mencuci) pakaian dengan air kencing,

padahal pakaian tidak dapat dibersihkan kecuali dengan air (yang bersih dan

suci), (sebagaimana) dosa tidak dihapuskan kecuali dengan (harta) yang

halal”41

5. Terhalang melakukan amal shaleh

Mengkonsumsi harta yang haram merupakan sebab terhalangnya seseorang

dari melakukan amal shaleh, sebagaimana mengkonsumsi harta yang halal

merupakan sebab yang memotivasi manusia untuk beramal shaleh.

39Dinukil oleh Imam adz-Dzahabi dalam al-Kabir, h.118 dan Imam Ibnu Rajab dalam
Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, h.101
40HR. Muslim no.1015.
41Dinukil oleh Imam adz-Dzahabi dalam al-Kabir, h.118.

18
Allah mengisyaratkan eratnya keterkaitan antara mengkonsumsi makanan

yang halal dengan semangat beramal shaleh, dalam firman-Nya:

ِ ‫ات و ْاعملُوا حِل ِ مِب‬


ِ ِ
‫يم‬ َ َ َ َ‫الر ُس ُل ُكلُوا م َن الطَّيِّب‬
ٌ ‫صا ًا ۖ إيِّن َا َت ْع َملُو َن َعل‬ ُّ ‫يَا أَيُّ َها‬
Terjemahnya:
Wahai rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik (halal), dan
kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.[al-Mukminun/23: 51].42
Ayat ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan yang halal

merupakan sebab yang mendorong manusia untuk beramal shaleh dan sebab

diterimanya amal shaleh tersebut.43

Mengkonsumsi harta yang haram termasuk sifat mayoritas orang-orang

dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla (orang-orang Yahudi). Allah Azza wa

Jalla berfirman:

‫س‬ ‫ئ‬
ْ ِ‫ت ۚ لَب‬
َ ‫ح‬
ْ ‫الس‬
ُّ ‫م‬ ِ ِ‫وَت ر ٰى َكثِ ريا ِمْن ُهم يُس ا ِرعُو َن يِف اإْلِ مْثِ والْعُ ْدو ِان وأَ ْكل‬
‫ه‬
َ ُ َ َ َ َ ْ ً َ َ
‫َما َكانُوا َي ْع َملُو َن‬
Terjemahnya:
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera berbuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram.
Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. [al-
Maidah/5:62]. 44
Maka melakukan perbuatan ini berarti meniru dan menyerupai sifat mereka,

padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa

yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.45

42 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 479


43Syaikh 'Abdur Rahman B. Nashir as-Sa’di, Taisirul Karimir Rahman, (Bekasi: Pustaka
Sahifa,1999 ), h. 81
44Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 158
45HR. Ahmad 2/50 dan Abu Dawud no.4031, berderajat hasan shahih menurut al-Albani.

19
6. Menjadi sebab turunnya bencana

Tersebarnya harta yang haram merupakan sebab turunnya bencana dan azab

dari Allah Azza wa Jalla kepada masyarakat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, ”Apabila perbuatan zina dan riba telah tampak

(tersebar) di suatu desa, maka sungguh mereka telah mengundang azab

(dari) Allah untuk menimpa mereka.46 Inilah makna firman Allah Azza wa

Jalla :

‫ض الَّ ِذي‬ ِ ِ ِ ‫ظَه ر الْ َفس اد يِف الْب ِّر والْبح ِر مِب ا َكس بت أَي ِدي الن‬
َ ‫َّاس ليُ ذي َق ُه ْم َب ْع‬ ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ُ َ ََ
‫َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُو َن‬
Terjemahnya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan (maksia)[25] manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” [ar-Rum/30:41].47

Demikian juga firman-Nya:

‫ت أَيْ ِدي ُك ْم َو َي ْع ُفو َع ْن َكثِ ٍري‬ ٍ ِ ‫وما أَصاب ُكم ِمن م‬


ْ َ‫صيبَة فَبِ َما َك َسب‬ ُ ْ ْ َ َ ََ
Terjemahnya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” [asy-Syura/42:30].48

46HR. Al-Hakim 2/43 dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir 1/178, dinyatakan
shahih oleh al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani dalam Shahihul Jami’ish Shagir no.679.
47Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 578
48Ibid., h. 701

20
Oleh karena keburukan dan kerusakan ini, Imam adz-Dzahabi memasukkan

perbuatan mengkonsumsi harta yang haram dengan cara apapun termasuk

dosa-dosa yang sangat besar.49

E. Cara Bertaubat Dari Harta yang Haram

Dalam situs www.konsultasisyariah.com memberikan solusi kepada umat

Islam bagaimana cara bertaubat dari harta yang Haram, yaitu:

a. Harta itu diperoleh dengan cara dzalim (tanpa kerelaan). Misalnya: mencuri,

merampas, korupsi, dan lain. Cara taubatnya mengembalikan harta itu ke

pemilik atau ahli warisnya. Jika tidak menemukan, disedekahkan kepada

fakir miskin atas nama pemiliknya.

b. Harta itu diperoleh dengan cara suka sama suka, seperti suap, riba, hasil

zina, dst. Cara taubatnya dengan ‘membuang’ harta itu, baik disalurkan ke

fakir miskin atau kegiatan sosial. Dan tidak boleh dikembalikan ke

kliennnya.50

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

49Imam Adz-Dzahabi, Al-Kabair, Dosa-Dosa Besar, h. 118


50Diakses dari: https://konsultasisyariah.com/15715-ketika-suami-berpenghasilan-
haram.html

21
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan,

sebagai berikut:

1. Harta dalam pandangan para fuqaha bersendi pada dua unsur, yaitu

‘ainiyah, yakni harta itu merupakan benda, ada wujudnya dalam kenyataan.

Dan ‘urf, yakni harta itu dipandang harta oleh manusia, baik oleh semua

manusia ataupun soleh sebagian mereka, dapat diberi atau tidak dapat diberi

2. Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah

Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk

melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan

ketentuanNya

3. Ditinjau dari kaca mata hukum Islam, harta itu ada yang bendanya (a’in)

halal (boleh dikumpulkan dan dimanfaatkan) dan ada pula yang haram

(dilarang mengumpulkan, mengkonsumsi dan memproduksinya). Di antara

dua kategori tersebut ada yang disebut syubhat (tidak jelas kehalalannyadan

keharamannya).

4. Orang yang menimbun harta yang haram tidak mungkin merasakan

kebahagiaan dan ketenangan sejati dalam hidupnya, berapapun banyaknya

harta dan kemewahan duniawi yang dimilikinya, bahkan ini justru akan

membawa penderitaan yang berkepanjangan dalam hidupnya.

5. Bila Harta itu diperoleh dengan cara dzalim (tanpa kerelaan). Misalnya:

mencuri, merampas, korupsi, dan lain. Cara taubatnya mengembalikan harta

22
itu ke pemilik atau ahli warisnya. Jika tidak menemukan, disedekahkan

kepada fakir miskin atas nama pemiliknya.

6. Namun jika Harta itu diperoleh dengan cara suka sama suka, seperti suap,

riba, hasil zina, dst. Cara taubatnya dengan ‘membuang’ harta itu, baik

disalurkan ke fakir miskin atau kegiatan sosial. Dan tidak boleh

dikembalikan ke kliennnya

B. Saran

Allah SWT telah menjadikan harta sebagai sebagai sesuatu yang indah

dalam pandangan manusia. Manusia diberi tabiat alamiah mempunyai kecintaan

terhadap harta. Namun, setiap umat Islam harus menghindari perolehan harta dari

sumber yang haram maupun dengan cara yang haram. Dan bertobat kepada Allah

dari segala dosa harta haram.

23

Anda mungkin juga menyukai