Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara religius, sikap religius tersebut telah dimiliki oleh

bangsa ini sejak dahulu. Sebagaimana adanya kepercayaan animisme, kemudian

masuknya ajaran Hindu dan Budha yang disusul dengan datangnya ajaran Islam.

Proses datangnya Islam di Indonesia menjadi bagian dalam babak sejarah dunia

Islam. Agama tersebut masuk di perairan Nusantara secara damai tanpa paksaan

dan tidak melalui peperangan.1

Ajaran Islam yang dibawakan bersifat menyeluruh dan terpadu, ia

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan-urusan keduniaan,

maupun hal-hal yang menyangkut keakhiratan dan senantiasa sesuai dengan

perkembangan zaman, dan berlaku untuk sepanjang masa menurut tuntutan situasi

dan kondisi, atau dalam istilah yang sering disebutkan adalah al-Islām shālih li

kulli zamān wa makān.

Sejarah mencatat bahwa Islam telah berjaya dengan mengalami

kemajuan selama beratus-ratus tahun lamanya. Meskipun ternyata Islam juga

menunai kemunduran pada masa selanjutnya. 2 Akan tetapi kejayaan Islam di

era kemundurannya pun masih berkembang di berbagai belahan dunia.

Sebagaimana diketahui, pada awalnya Islam dipimping langsung oleh Nabi

Muhammad kemudian diteruskan oleh para sahabat. Dari masa Nabi ke masa

sahabat inipun telah mengalami beberapa perubahan. Terutama dalam sistem


1
Ahmad Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa, (Malang: Yayasan Obor Indonesia), h. 5
2
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h.
12.
pemerintahan dan beberapa manajerialnya. Hal tersebut yang dikenal dengan

istilah masa Khulafa al-Rasyidin. Kemudian diteruskan dan dikenal dengan

masa Daulah baik dari Daulah Bani Umayyah, maupun Abasyiah. Hingga masa

disintegrasi (perpecahan) masih muncul tiga kerajaan Besar seperti Safawi,

Mughal dan India.

Pasca masa distintegrasi peradaban dan kemajuan Islam dianggap

telah selesai. Akan tetapi perkembangan Islam tidak berhenti disitu, salah satunya

Islam yang terus berkembang di Indonesia menjadi bukti bahwa kejayaan

Islam pada dasarnya tidak pernah pudar.3 Hal ini dibuktikan bahwa Islam

merupakan agama mayoritas Indonesia hingga saat ini. Selain itu tidak bisa

dipungkiri bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran masyarakat

Muslim. Dari perjalanan panjang perkembangan Islam, dapat disimpulkan bahwa

Islam menghasilkan peradaban. Tidak terkecuali peradaban Islam yang ada di

Indonesia dengan pengaruh yang cukup besar bagi Indonesia dalam semua aspek

kehidupan, baik pendidikan, organisasi, adat istiadat, seni, polotik maupun

ekonomi yang sudah menyatu menyatu dalam kehidupan berupa kebudayaan

Dalam sejarah tercatat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H

atau abad ke-7 M4 dan semakin meluas pada abad ke-13 M.5 Keberhasilan Islam

menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, serta menjadikan

dirinya sebagai agama utama bangsa ini, merupakan prestasi luar biasa. Hal ini

terutama bila dilihat dari segi geografis, di mana jarak Indonesia dengan negara

3
Beti Yanuri Posha, “Perkembangan Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan” dalam
Jurnal HISTORA, Vol 3. No. 2. Tahun 2015, h. 75.
4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. IV (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 17
5
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), 201-202

2
asal Islam, Jazirah Arab cukup jauh. Dengan demikian, kedatangan dan

perkembangan Islam di Indonesia termasuk paling dinamis.

Keberhasilan Islam menyebar dan masuk ke tengah-tengah masyarakat

Indonesia pada awalnya, belum didukung dengan adanya semacam organisasi atau

metode dakwah yang efektif seperti sekarang ini. Organisasi Islam pada waktu itu,

mungkin baru merupakan perkumpulan beberapa orang yang melakukan

keinginan bersama untuk menyebarkan ajaran Islam. Sampai kemudian pada

tahun 1990-an, organisasi-organisasi Islam mulai bermunculan.

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ditetapkanlah

“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama Pancasila. Meskipun kalangan

muslim menawarkan konsep berbeda yang disisipkan dalam Piagam Jakarta.

Substansi kehadiran sila pertama ini di antara lima sila pada dasar negara

merupakan pernyataan aktif, bahwa negara dan masyarakat Indonesia merupakan

bangsa yang religius, yang tidak bisa terpisahkan antara agama dan negara

Selain itu, beberapa tokoh Islam juga menempati posisi penting dalam

ranah politik, baik dalam kabinet maupun memimpin perjuangan fisik dan

diplomatik.6 Aspirasi perjuangan mereka juga tertuang pada pembentukan

beberapa organisasi dan partai Islam, komunitas tersebut mewarnai perkembangan

Islam di Indonesia pasca kemerdekaan. Keragaman kegiatan Islam semakin

mengalami perkembangan sejak dekade 1970-an yang ditandai dengan munculnya

bangunan-bangunan baru Islam; mesjidmesjid yang dibangun dengan rancangan

yang lebih megah, madrasah yang lebih layak, dan pesantren modem yang

mengintegrasikan pengetahuan agama dan umum. Pengajian-pengajian agama

6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2004), h. 267

3
yang semakin marak, jamaah mesjid semakin ramai. Selain itu, intelektual muda

Muslim muncul bersama dengan ide-ide aspiratif untuk masa depan umat.7

Perkembangan Islam di Indonesia tidak hanya mengalami grafik menukik

ke atas namun terkadang mengalami pergeseran ke bawah. Hal ini terjadi karena

adanya gesekan kepentingan pemerintah yang kebijakannya terkadang

memberikan tekanan pada ruang gerak muslim, khususnya dalam hal yang terkait

dengan politik. Hal lain yang mewarnai perkembangan Islam di Indonesia adalah

terbentuknya beberapa partai Islam yang kemudian mencoba memasuki dunia

politik dengan memperkuat benteng kekuatan masing-masing untuk ikut serta

dalam pertarungan perebutan kekuasaan di Indonesia.

Sementara, dimasa orde baru dianggap sebagai kemenangan bagi umat

Islam karena ada andil dalam pembentukannya. Sehingga umat Islam menaruh

banyak harapan pada pemerintah, khususnya kesempatan untuk berkiprah di

bidang poiitik. Namun realitasnya hal tersebut tidak mendapat perhatian dari

pemerintah rezim baru orde baru karena pemerintah orde bara lebih berorientasi

pada pembangunan ekonomi.

Memasuki era reformasi, atau bersamaan dengan turunnya Soeharto dari

kursi kepresidenan, muncul pergerakan-pergerakan Islam yang kemudian dituduh

radikal dan fundamental. Di satu sisi, munculnya pergerakan-pergerakan Islam ini

manandakan bahwa Islam di Indonesia semakin berkembang. Namun di sisi lain,

perkembangan itu disertai kemunduran oleh sebab nama Islam sering diidentikkan

dengan terorisme. Para pelaku teror, dan peledakan di mana-mana adalah orang

Islam sendiri, menimbulkan stigma negatif terhadap Islam.

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., h. 272-274

4
Berdasarkan uraian di atas, menarik bagi penulis untuk membahas dalam

makalah ini tentang Peradaban Islam di Masa Orde Baru dan reformasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Peradaban Islam di Masa Orde Baru?

2. Bagaimana Peradaban Islam di Masa Reformasi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah

ini untuk mengetahui:

1. Peradaban Islam di Masa Orde Baru

2. Peradaban Islam di Masa Reformasi

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan makalah ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, baik

penulis, maupun pihak yang berkepentingan dengan materi makalah ini, dengan

rincian sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

khusunya tentang Peradaban Islam di Masa Orde Baru dan Reformasi

5
2. Bagi Mahasiswa

Makalah ini dapat menambah informasi untuk dijadikan bahan referensi

dan untuk penulisan makalah sejenis dimasa yang akan datang, serta

diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi dan pustaka bagi

pihak yang membutuhkan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam dan Peradaban

Islam merupakan salah satu agama terbesar di dunia. Kebesaran

agama tersebut membawa pada perubahan besar diberbagai kalangan. Tidak

terkecuali di Indonesia. Banyak kebudayaan serta peradaban yang dibangun

atas dasar agama Islam. Terlebih di Indonesia mayoritas penduduknya

memeluk agama Islam. Maka tidak mengherankan jika besarnya pemeluk

Islam berdampak pada perubahan besar di dalamnya. Salah satunya adalah

peradaban.

Peradaban seringkali disinonimkan dengan kebudayaan. Bahkan

beberapa kali kerap disandingkan sekaligus disamakan dengan sejarah. 8

Padahal, peradaban, kebudayaan dan sejarah merupakan konsepsi yang berdiri

sendiri. Meskipun tidak menutup kemungkinan ketiganya saling berhubungan,

namun prinsip utamanya ketiganya dapat dibedakan.

Peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari

istilah budaya yang populer dalam kalangan akademis. Budaya kerap

diartikan sebagai seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan

perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup

masyarakat. Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban

adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan

8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., h. 1.

7
budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan

organisasi sosial serta beragam kegiatan ekonomi dan budaya.

Konsep peradaban juga digunakan sebagai sinonim untuk budaya

yang memiliki keunggulan dari kelompok tertentu. Dalam artian yang sama,

peradaban dapat berarti perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa.

Peradaban dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada

seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban

manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa

digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan

kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan

dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga

faktor tersebut adalah sistem pemerintahan (politik), sistem ekonomi, dan

Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).9

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peradaban

pada intinya adalah sebuah hasil kebudayaan maju yang menyatu dengan

tatanan masyarakat.

B. Peradaban Islam di Masa Orde Baru

Munculnya orde baru dianggap sebagai kemenangan bagi umat Islam

karena ada andil dalam pembentukannya. Sehingga umat Islam menaruh banyak

harapan pada pemerintah, khususnya kesempatan untuk berkiprah di bidang

poiitik. Namun realitasnya hal tersebut tidak mendapat perhatian dari pemerintah

9
Mugiyono, “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif
Sejarah”, dalam Jurnal IAIN Ar-Raniri, No. 1/1-20/Th-XIV/2013, h. 3

8
rezim baru orde baru karena pemerintah orde baru lebih berorientasi pada

pembangunan ekonomi.10

Awal 1970-an merupakan periode penting bagi perkembangan Islam di

Indonesia. Menjelang diadakannya pemilihan umum pertama pada masa orde

bara, Nurcholis Madjid sebagai intelektual menggagas perlunya pembaraan

pemikiran dalam Islam. Gagasan Cak Nur tersebut menunjukkan secara jelas

penolakan terhadap pandangan yang menjadikan Islam sebagai landasan ideologi

politik dengan jargon “Islam yes, partai Islam no”. Selain beliau, masih ada

beberapa pembaharu seperti Harun Nasution dan Abd Rahman Wahid juga

berperan dalam gagasan tersebut. Di samping perkembangan pemikiran keislaman

oleh cendikiawan Muslim di Lingkungan Islam seperti di IAIN, pesantren,

organisasi Islam, corak pemikiran di IAIN mulai pertengahan 1980-an sampai

dengan pertengahan 1990-an, menjadi salah satu kiblat perkembangan pemikiran

Islam di Indonesia. Perkembangan pemikiran keagamaan di IAIN ditandai dengan

maraknya kajian keagamaan yang menggunakan pendekatan ilmu sosial.

Pada bidang pendidikan Islam, pesantren merupakan institusi pendidikan

keagamaan yang pertama di Indonesia. Pada awalnya pesantren lebih merupakan

lembaga keagamaan daripada lembaga pendidikan agama. Seiring dengan

perkembangan zaman pesantren berkembang menjadi lembaga pendidikan agama

yang mengajarkan materi keagamaan, namun pada perkembangan selanjutnya

pesantren mengadopsi sistem modern sehingga pesantren tidak hanya

mengajarkan ilmu keagamaan, tetapi juga pelajaran umum dengan menggunakan

teknologi maju. Pada masa ini pula, perkembangan yang perlu dicatat adalah

10
Jamhari “Islam di Indonesia dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Dimamika Masa
KM.” Jilid 6 (Cet. Ill; Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), h. 345.

9
munculnya ide reformasi fiqh yang diusulkan oleh ulama Indonesia, misalnya

Hasbi al-Shiddieqy dan Hazairin, yang keduanya meninggal dunia pada 1975.

Hasbi al-Shiddieqy mengajukan konsep “Fiqh Indonesia” dan berusaha

menekankan pentingnya merevisi fiqh tradisional yang tidak mempertimbangkan

karakteristik komunitas Islam di Indonesia. Sedangkan Hazairin mengajukan

konsep “Fiqh Mazhab Nasional” dengan rujuan agar lebih relevan dengan adat

dan budaya di Indonesia11

Dalam perekonomian, lahirlah Bank Muamalat, Bank syariah pertama di

Indonesia yang prakarsai oleh ICMI (ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia),

namun kebijakan ini mengkhawatirkan sebagian umat lainm karena di anggap

bahwa ada kecenderungan berdirinya negara Islam.

Pada pemerintahan Orde Baru juga, “kecurigaan” yang mewarnai pola

pikir umat, terutama antara Kristen dan Islam, misalnya tumbuh suburnya

“Kristenisasi” dan pemanfaatan rumah sebagai tempat ibadah bagi umat Kristen,

dan umat Islam selalu dicurigai karena sering memberikan masukan kepada

pemerintah, misalnya tidak bisa mencegah pelanggaran antara lain tentang

pelanggaran SKB Mendagri dan Menag No. 1 tahun 1969, SK Menteri Agama

Nomor 70 & 77 Tahun 1978 tentang Penyiaran Agama.

Berdasarkan penjelasan ini, dapat di tarik kesimpulan, bahwa perhatian

dari pemerintah rezim baru orde lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi,

sedangkan pada bidang pendidikan Islam, sepertinya pesantren sudah mengadopsi

sistem modern sehingga pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu keagamaan,

tetapi juga pelajaran umum dengan menggunakan teknologi maju.

11
Nourouzzaman Shiddieqy, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya (Jakarta:
PustakaPelajar, 1997), h. 215

10
C. Peradaban Islam di Masa Reformasi

Reformasi menurut kamus ilmiah populer berarti perubahan, perbaikan

atau pembentukan baru.12 Artinya, perubahan yang dilakukan secara radikal untuk

perbaikan sosial, ekonomi, budaya, politik atau agama di suatu masyarakat.

Khusus dalam soal agama, yang dimaksud bukan perubahan atau merubah

syari’at, sebab syari’at selamanya tidak akan berubah. Akan tetapi, yang diubah

ialah pemikiran atau interpretasi terhadap syari’at itu sendiri sehingga lebih cocok

dengan apa yang dimaksud oleh al-Qur’an. Sesungguhnya term-term yang muncul

di sekitar makna perubahan itu, seperti rekonstruksi (penyusunan kembali),

reaktualisasi (penyadaran kembali), reinterpretasi (penafsiran kembali) dan

berbagai term lainnya, juga berisi konsep-konsep perbaikan dan penataan kembali

hal-hal yang dianggap sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan peradaban.

Tuntutan perubahan muncul karena adanya kondisi sosial, ekonomi, budaya dan

politik yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan norma dan aturan-aturan

hukum yang berlaku di masyarakat.

Bila pengertian reformasi dikaitkan istilah era yang berarti waktu dan masa

yang sedang berlangsung, maka era refomasi yang dimaksud dalam konteks

keindonesiaan adalah bermula sejak Habibi menggantikan Soeharto menjadi

presiden. Masa ini sangat dikenal seluruh masyarakat yang dianggap menjadi

penyelamat bagi kehidupan mereka, bahkan dianggap segala-segalanya. Ia muncul

sebagai akibat dari keterpurukan ekonomi yang berdampak pada semakin beratnya

beban hidup masyarakat. Di sisi lain, era reformasi boleh dikatakan sebagai hasil

12
Pius A. Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), h. 661.

11
usaha bersama kelompok nasionalis (abangan) dan Islam (santri), dengan tema

sentral memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Reformasi dalam Islam identik dengan ishlāh, yakni memperbaiki dan

menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna, termasuk mengganti yang usang

dan rusak. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fikih berikut.
َْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َُ ََُ
‫املحافظة َعلى الق ِد ْي ِم الص ِال ِح واألخذ ِبالج ِدي ِد األصل ِح‬
Artinya: “Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu
yang baru yang lebih baik.”

Karena itu, di Era Reformasi, para tokoh Islam dituntut untuk mencermati

situasi global yang melahirkan beberapa revolusi karena dinamika era reformasi

mengakibatkan bangsa Indonesia menghadapi problematika besar, yakni belum

mampu keluar dari lilitan krisis ekonomi yang telah berlangsung demikian lama,

dalam waktu yang bersamaan ancaman disintegrasi bangsa benar-benar

merupakan sesuatu yang sangat nyata di pelupuk mata.

Di sisi politik, sejak Pemilu 7 Juli 1999 partai Islam belum bisa

menempatkan dirinya sebaga partai yang bisa diandalkan. Tanpa ada kebersamaan

di antara umat tersebut, agaknya sulit untuk mengembangkan dan mem bumikan

dakwah Islam di negara ini sebab mereka berkonsentrasi pada dinamika partai.

Mula-mula partai politik umat Islam kalah bersaing dengan PDI perjuangan yang

dianggap sekuler; PPP menjelma menjadi partai jinak apalagi ketika sebagian

anggotanya bergabung di PBR; PKB yang mewakili NU juga terpecah; dan

seterusnya. Terlepas dari perpolitikan umat Islam Indonesia di era reformasi yang

masih belum menguntungkan, posisi kekuatan Islam untuk berkembang dalam

segala aspek menarik untuk dikaji.

12
Selanjutnya, yang menjadi dinamika utama perkembangan Islam di era

reformasi ini, situasi negara telah memunculkan gerakan sosial yang menuntut

pemberlakuan syariat Islam pada semua bentuk tatanan. Dalam konteks ini, maka

bermunculan organisasi seperti Forum Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin

Indonesia (MMI), Laskar Jihad, Forum Komunikasi Ahli Sunnah Waljamaah

(FKSW), Hizbut Tahrir.13 Namun demikian, beberapa kalangan Muslim lainnya

berpendapat bahwa Islam “tidak meletakkan suatu pola baku tentanng teori negara

yang berdasar pada syariat Islam”. Terlepas dari perdebatan ini, yang jelas bahwa

Islam semakin mengalami perkembangan dengan segala problematikanya,

terutama dari aspek peta pemikiran, dan termasuk pengembangan nilainilai

keagamaan.

Sehubungan dengan problematika era reformasi bagi bangsa Indonesia,

pada kenyataannya sangat menyangkut eksistensi perkembangan Islam itu sendiri

dan nasib masa depannya; apakah ajaran Islam akan semakin pudar bahkan

tersingkir dari percaturan hidup bangsa, ataukah sebaliknya akan terjadi

revivalisasi (kebangkitan) Islam atau lahirnya spirit baru kaum beragama di

Indonesia. Dari asumsi awal bahwa kebangkitan Islam adalah fenomena global

yang ada kaitannya dengan era reformasi.

13
M. Sauki, Perkembangan Islam di Indonesia Era Reformasi. Jurnal TASAMUH,
Volume 10, Nomor 2, September 2018, h. 453

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka dapat tarik beberapa

kesimpulan, antara lain:

1. Peradaban seringkali disinonimkan dengan kebudayaan.

Bahkan beberapa kali juga disamakan dengan sejarah. Padahal,

peradaban, kebudayaan dan sejarah merupakan konsepsi yang

berdiri sendiri. Meskipun tidak menutup kemungkinan ketiganya

saling berhubungan, namun prinsip utamanya ketiganya dapat

dibedakan. Namun peradaban pada intinya adalah sebuah hasil

kebudayaan maju yang menyatu dengan tatanan masyarakat.

2. Munculnya orde baru umat Islam menaruh banyak harapan pada

pemerintah, khususnya kesempatan untuk berkiprah di bidang poiitik.

Namun, perhatian dari pemerintah rezim baru orde baru lebih

berorientasi pada pembangunan ekonomi.

3. Pada bidang pendidikan Islam, sepertinya pesantren sudah mengadopsi

mulai sistem modern sehingga pesantren tidak hanya mengajarkan

ilmu keagamaan, tetapi juga pelajaran umum dengan menggunakan

teknologi maju.

14
4. Di era Reformasi perubahan yang dilakukan secara radikal adalah

untuk perbaikan sosial, ekonomi, budaya, politik atau agama di suatu

masyarakat.

5. Reformasi dalam Islam identik dengan ishlāh, yakni memperbaiki dan

menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna, termasuk mengganti

yang usang dan rusak.

6. Di era reformasi pula para tokoh Islam dituntut untuk mencermati

situasi global yang melahirkan beberapa revolusi karena dinamika era

reformasi mengakibatkan bangsa Indonesia menghadapi problematika

besar, yakni belum mampu keluar dari lilitan krisis ekonomi yang telah

berlangsung demikian lama, dalam waktu yang bersamaan ancaman

disintegrasi bangsa benar-benar merupakan sesuatu yang sangat nyata

di pelupuk mata

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala

bentuk saran dan kritikan membangun, guna kesempurnaan makalah ini ke depan.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku:

Badri Yatim, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajagrafindo Sewang,


Ahmad, 2005, Islamisasi Kerajaan Gowa, Malang: Yayasan Obor
Indonesia
Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. IV, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Jamhari, 2005, “Islam di Indonesia dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam:
Dimamika Masa KM.” Jilid 6, Cet. Ill; Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI
Press
Partanto, 1994, Pius A. & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer
Surabaya: Arkola
Shiddieqy, Nourouzzaman 1997, Fiqh Indonesia: Penggagas dan
Gagasannya Jakarta: Pustaka Pelajar
Thohir, Ajid, 2004, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

B. Sumber Jurnal

Posha, Beti Yanuri, 2015, “Perkembangan Islam Di Indonesia Pasca


Kemerdekaan” dalam Jurnal HISTORA, Vol 3. No. 2.
Mugiyono, 2013, “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam
dalam Perspektif Sejarah”, dalam Jurnal IAIN Ar-Raniri, No. 1/1-
20/Th-XIV/2013

iv
16

Anda mungkin juga menyukai