Pendidikan Islam
Oleh: Suharto Abdul R. Rondo
1
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret
Perjalanan (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1992), h. 22.
2
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum (Cet.
II; Jakarta: Bumi Aksara, 1993),h. 243.
3
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret
Perjalanan, h. 95-96.
163
A. Pengertian Ulama
Dari segi etimologis, kata ulama ( )علم اءadalah
bentuk plural dari kata عالم, yang artinya orang-orang yang
mengerti, orang yang berilmu, atau orang yang
berpengetahuan.4 Dengan pengertian ini, ulama adalah
para ilmuan, baik di bidang agama, humaniora, sosial, dan
kealaman.
Dalam perkembangannya kemudian, pengertian
ini menyempit dan hanya dipergunakan oleh ahli agama. 5
Karenanya, secara terminologis, ulama berarti orang yang
ahli dalam hal atau pengetahuan agama Islam.6 Dengan
pengertian ini, maka yang dimaksud dengan ulama adalah
khusus orang yang mendalam ilmunya tentang agama
Islam dengan segala cabangnya, seperti tafsir, hadis, fikih,
tauhid, nahwu, saraf, dan balagah.
Sebenarnya, jika analisis dilakukan secara
obyektif, makna secara terminologis di atas kurang tepat,
sebab jauh meleset dari makna etimologisnya. Pemaknaan
dalam arti khusus, dapat saja digunakan jika kata ulama
tersebut terangkai dengan kata lain, seperti ulama nahwu,
ulama fikih, ulama tafsir, ulama hadis, dan sebagainya.
Akan tetapi, jika kata ulama tersebut berdiri sendiri, maka
maknanya harus dikembalikan kepada arti etimologisnya,
yakni orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Namun, dalam kajian makalah ini, ulama yang
dimaksudkan adalah dalam pengertiannya secara
4
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi (Cet. II;
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), h. 14.
5
B. Setiawan, et al., Ensiklopedi Nasional Indonesia (Cet. II;
Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1994), Jilid XVII, h. 25.
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 1098.
164
8
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, h. 30.
166
9
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi,h. 135-151
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 382.
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis
dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Cet. III;
Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 10.
12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan
Modernisasi Menuju Milenium Baru (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana
167
Ilmu, 2000), h. 5.
13
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. III; Jakarta:
Bumi Aksara, 1996), h. 28.
168
20
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam
(Cet. I; Surabaya: al-Ikhlas, 1993), h. 90.
21
Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholis Madjid
terhadap Pendidikan Islam Tradisional, h. 63-64.
22
Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nucholis Madjid
terhadap Pendidikan Islam Ytradisional, h. 64.
171
I. Kesimpulan
Mengacu pada uraian-uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini dapat
dirumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:
Ulama sebagai penerus perjuangan para nabi,
memiliki fungsi dan tanggung jawab yang cukup berat.
Fungsi dan tanggung jawab yang dimaksud, antara lain
sebagai:
1) penyiar agama Islam,
2) pemimpin rohani umat Islam,
3) pengemban amanat Tuhan,
4) penegak kebenaran.
Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, sebagian
ulama ada yang mendirikan pesantren untuk mengajarkan
ilmu yang dimilikinya secara formal. Dengan
kedudukannya sebagai pendiri sekaligus sebagai pemilik
pesantren, maka posisi ulama pada pesantren tersebut
sangat urgen, sehingga semua kebijakan dan aturan yang
berlaku berada di tangan ulama. Untuk meningkatkan
daya saing dan mengejar ketertinggalan pola pendidikan
di pesantren, agaknya pola kepemimpinan kharismatik
oleh seorang ulama perlu direvisi. Untuk menjadikan
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang
berkualitas, di dalamnya perlu diterapkan pola
kepemimpinan dan manajemen modern.
173
J. Daftar Pustaka
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. 1994, Cet. III; Jakarta: Bumi
Aksara.
Azra, Azyumardi. 2000, Pendidikan Islam: Tradisi dan
Modernisasi Menuju Milenium Baru. Cet. II;
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Bawani, Imam. 1993, Tradisionalisme dalam Pendidikan
Islam. Cet. I; Surabaya: al-Ikhlas,
Daradjat, Zakiah. 1996, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III;
Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Cet. IX; Jakarta: Balai
Pustaka,
Dhofier, Zamakhsyari. 1994, Tradisi Pesantren: Studi
tentang Pandangan Hidup Kyai. Cet. VI; Jakarta:
LP3S,
Hasbullah. 1996, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:
Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan.
174