(ABDURRAHMAN MAS’UD)
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS PASCASARJANA
1
A. Latar Belakang
dan terlibat langsung dengan da’wah melalui bahasa yang retorik dan
sosial keagamaan lima ulama ini tipikal, namun kontribusi mereka pada
2
al-Haramain di Timur Tengah.Warisan utama mereka dalam dunia pesantren
terletak pada keikhlasan dan dedikasi mereka di Makah dan Madinah untuk
bimbingan dua guru tersebut.Tiga tokoh ini juga telah mendirikan lembaga-
pendidikanya.
mempunyai kriteria lain untuk dipilih dan masuk kedalam studi ini karena
hidup hingga hari ini atau dalam istilah asing disebut dengan eduring
legancy, sehingga studi ini disebut a view from whitin (melihat dari
B. Rumusan Masalah
di Jawa ?
3
C. Telaah Penenelitian Terdahulu
oleh peneliti yaitu:M. Thoyyib, dalam penelitian Peran Ulama Abad XIX
mewakili Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Barat, maupun Jawa Tengah.2
2M. Thoyyib, Peran Ulama Abad XIX Dalam mengambangkan Pesantren Di Indonesia:
Studi atas Pemikiran Abdurrahman Mas’ud tentang Pendidikan Pesantren , Jurnal Studi
Keislaman, Vol.9 No.2 2019,Hlm 138
4
D. Metodologi
Babad Tanah Jawa atau juga sering disebut sejarah tanah Jawa.3Naskah
padat yang yang ditulis berupa legenda semi-histori ini disusun pada
sumber utama yang digunakan untuk melalukan studi ini adalah sumber
yang ditulis para ulama pesantren itu sendiri.Para penulis serta karyanya
menonjol dan kharismatik sang kiai dalam istilah yang sarat dengan teori
Weber.
Dari semua itu, ide Weber tentang Kharisma meruakan alat yang
berguna untuk menunjukan kharisma yang melekat pada para kiai Jawa
5
karakteristik pemimpin dasar-dasar ketidakstabilan, sifat
E. Pembahasan
1. Ajaran-ajaran Islam
dan Wali Songo. Keduanya tidak diragukan lagi karena kiblat bagi
derajat mereka yang beriman diantara kaum muslim dan mereka yang
6
tinta para pelajar setara dengan syuhada’ di hari pembalasan
nanti.Nabi juga menjamin posisi mereka guru ataupun murid yang mau
agamis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ilmuan muslim yang
2. Model
Dengan kata lain guru itu adalah Muhammad dan muridnya adalah
seorang guru yang aktual bagi para sahabatnya. Dan bagi kaum
7
muslim lainnya beliau menjadi seorang imaginary educator.
8
wa muslimatin) dan nabi telah mengangkat kemiskinan
9
bentuk konversi Hindu-Budha ke islam terjadi pertama kali,
sebagai penerus Nabi secara fisik dalam peran serta sosial, untuk
terjadi di dunia Islam selama periode 500 tahun, sejak abad XIII
10
di wilayah.Dan sesungguhnya upaya Islamisasi yang telah
Pada abad XVII dan XIX ajaran islam di jawa berada di bawah
11
pemimpin yang saleh, yang senantiasa menjaga hubungan baik
tengah dari tahun 1613 hingga 1613. Dan pada tahun 1641
Situasi yang sama juga terjadi pada permualaan dan akhir abad
dukungan yang luar biasa dari ulama Jawa beserta santrinya.7 Dan di
yang terlibat dalam pemberontakan ini adalah para haji dan kiai. Para
12
perkuliahan khatib di Mekkah, dan diperkenalkan karya-karya
kebangkitan dunia muslim. Dan para pelajar yang kembali dari Timur
Tengah paling tidak tampaknya ada dua jenis yaitu mereka yang
mendukung.
Mesir. Tahun 1833 Nawawi pulang ke Jawa Barat dan tahun 1855
13
Makkah, karena periode ini diwarnai dengan intervensi
senantiasa dikenang.
popular, dua volume besar Tafsir Marah Labid tentang tafsir Al-
14
Tebuireng, Jombang, Jawa Timur (Pendiri Nahdatul
Ulama’), (2) K.H Khalil Bangkalan, Madura, Jawa Timur, (3) K.H
telah ia tulis paling tidak tentang bidang ilmu pengetahuan yaitu :10
a. Bidang Tafsir
10
Abdurrahman mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi
(Yogyakarta : LKIS, 2004), hlm.128-155
15
dan bersifat qadim di alam, pemikiran Nawawi lebih
bahwa dia telah menulis sebuah tafsir ketika dunia Islam tidak
16
bangsa dari pada masa lampau. Selain itu segi penting lain
merupakan ciri khas ajaran sufisme. Hal itu lebih cocok dengan
dan sufisme.
11
Abdurrahman mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi
(Yogyakarta : LKIS, 2004), hlm.113
17
Nawawi menulis tentang sufisme bukannya tanpa misi,
18
Nawawi adalah seorang sufi yang teoritis maupu praktis.
Ahmad bin Hambali dipandang lebih saleh. Lebih dari itu Madzhab
-isu yang sensitif dan kontroversi pada abad XIX.Hal ini Nawawi
Nabi.Hal ini tidak hanya terhadap Nabi, tetapi juga terhadap para
12
Abdurrahman mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi
(Yogyakarta : LKIS, 2004), hlm.121
19
dimakamkan di samping makam Nabi.Sejalan dengan ide itu, ide
dengan Tuhan dalam ibadah ritual jika ilmu ini tidak dipelajari
20
pamannya mahfuz yang memperkenalkan nilai-nilai dan praktik
Bantani, hal ini agak aneh karena buku-bukunya Nawawi lebih popular
Mahfuz bahwa dia merupakan the last link al-Bukhari pada akhir abad
21
XIX adalah sangat dimungkinkn karena al-Bukhari adalan imaginary
K.H Abd Allah ayah Mahfuz, Syaikh Saleh Darat atau Muhammad
terakhir yang tak kalah penting adalah Sayyid Abu Bakr bin Sayyid
bahwa para ahli dari berbagai disiplin yang memandang bahwa disiplin
“ilm al atsar” atau ilmu hadits merupakan ilmu secara mutlak paling
22
pesantren. Dan telah diakui bahwa kepribadian Mahfuz dan
bisa diremehkan
1343 H. Ayahnya berdo’a kelak dia bisa menjadi wali kenamaan seperti
halnya Sunan Gunung Jati. Karena terdapat garis keturunan dari sunan
Gunung jati, dan di sisi lain adanya tendensi umum di dalam komunitas
semangat belajar, khalil di kenal sebagai seorang pakar tata bahasa Arab
dan juga seorang wali. Keahlian dalam bidang tata bahasa Arab menarik
para santri lain yang antusias untuk menguasai ilmu tersebut pada
penguasaan dalam ilmu nahwu, sebab dengan ilmu mereka akan mampu
untuk ibadah serta keperluan tranmisi intektual. Dan salah satu hal
signifikan yang bisa dicatat bahwa Khalil lebih tertarik pada sufi, tata
bahasa, dan fikih dibawah guru utamanya yaitu Nawawi al-Bantani dan
23
seperempat pertama abad XX. Dan di Jawa, dia memiliki reputasi sebagai
guru tarekat.
diyakini bisa mengetahui apa yang tidak bisa dilihat orang lain di masa
khalil dan para santri, tradisi lebih memberikan manfaat dari pada bahaya
24
nyata dalam keseharian. Khalil mengkhususkan menulis fikih tentang
pernikahan dan bukan pada masalah-masalah lain. Dan hal ini Khalil
ajarannya yaitu unzur ma qala wa la tanzur man qala (lihatlah apa yang
menyampaikan).
pribadinya yang unik, dengan ditempa dari berbagai cerita, seperti halnya
tradisi pesantren yang tidak pernah lepas dari cerita-cerita. Hal ini
pesantren salaf dan selalu ditekankan oleh komunitas pesantren. Dan tipe
julukan K.H.R atau Kiai Haji Raden, dimana yang terkhir ini
25
keturunan ke-14 Sunan Kudus dari garis H.Mutamakin,
Ibadah haji tahun 1889 dan 1894, dan tinggal selama 22 tahun
kali. Hal ini bagi para santri kudus, Asnawi dikenang sebagai
13
Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain Ke Nusantara : Jejak Intelektual Arsitektur
Pesantren, (Jakarta : Kencana, 2006) hlm.124
26
Jawa, khususnya para pemula. Karyanya meliputi fashalatan (1954), jawab
soalipun Mu’taqad yang lebih populer dengan nama Mu’taqad Seked, Syari’at
Islam tentang fikih dan terjemahan Jurumiyah tentang tata bahasa Arab. Ciri-ciri
pencipta.
27
(dakwah dengan perkataan dan perbuatan). Dengan gaya
perubahan.
28
lisan.Dalam konteks ini dua hal berpadu tradisi intelektual
29
kembali bersama adiknya.Di Mekkah Hasyim belajar fikih,
tauhid, tafsir, tasawuf, dan ilm alah. Hal ini dia lebih tertarik
intelektual di Hijaz.
30
nasehat dan bimbingan daripada mengambil jalan kekerasan,
31
memberikan inspirasi kepada mereka untuk menyatukan
32
tentang tarekat benar-benar telah membuka perselisihan
suatu ilmu pengetahuan yang sedang dikaji. Metode ini bisa dikatakan
33
jalan untuk membuktikan kaum muslim jawa yang diwakili oleh santri
G. Kesimpulan
Upaya untuk menggambarkan lima figure utama komunitas
pemikiran tematik telah dibahas secara instensif. Sejalan dengan apa yang
34
banyak kitab yaitu Nawawi al-Bantani;
untuk dicermati bahwa dia bukanlah seorang guru dari kelompok tarekat
mana pun di Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tradisi pesantren
guru spiritual yang paling dihormati tidaklah ditentukan oleh status atau
melalui bahasa retorikal yang efektif. Asnawi Kudus termasuk kategori ini
komunitas pesantren.
35
H. Daftar Pustaka
36