Anda di halaman 1dari 13

1|Sejarah Pend.

Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa
Abbasiyah dan Umayah, ini tidak terlepas dari keberhasilan para pakar
pendidikan di masa itu. Bukti dari keberhasilan tersebut telah dapat dirasakan
oleh umat Islam dalam berbagai bidang. Pelaksanaan pendidikan Islam pada
masa tersebut mengalami prioritas, dimulai dari tingkat sederhana hingga
tingkat tinggi. Dari yang dikelola oleh perorangan sampai yang dikelola oleh
khalifah (pemerintah), seperti pendidikan Islam yang dilaksanakan di rumah-
rumah, kuttab-kuttab, di masjid, serta di madrasah. Dari sinilah mulanya para
pelajar dan sarjana muslim bahkan nonmuslim menuntut berbagai disiplin
ilmu.

Karena keterbatasan literatur dan luasnya bidang kajian, penyusun hanya


membahas tentang lembaga pendidikan Nizhamiyah dalam hal pembentukan,
kurikulum, tokoh yang terkenal, serta pengaruhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukan lembaga pendidkan Nizhamiyah dan
Al-Azhar?
2. Siapa saja tokoh yang berperan di dalamnya?
3. Bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan?
4. Apa saja pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat?

C. Tujuan
1. Memahami tentang sejarah didirikannya masrasah nizhamiyah dan al-
azhar.
2. Mempelajari sitem pembelajaran atau kurikulum dari kedua masrasah
tersebut.
3. Mengetahui tokoh-tokog yang berperan dalam kedua lembaga tersebut.
2|Sejarah Pend. Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Pendidikan Nizhamiyah

1. Sejarah

Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir
abad IV Hijriah adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah
lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/1065-1067 M (abad
IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama
kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah.1

Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih,


membangun madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang
beribadah serta fakir miskin. Pelajar yang tinggal di asrama diberi belanja
secukupnya dari uang negara dengan jumlah yang tidak sedikit oleh Nizham
al-Mulk. Akibatnya, Nizham al-Mulk mendapat teguran dari Malik Syah
karena diadukan orang, bahwa uang yang dibelanjakan untuk kepentingan
pendidikan dan pengajaran tersebut merupakan usaha Nizham al-Mulk un-
tuk menaklukkan kota Qustantiah (Constantinopel). Tindakan Nizham al-
Mulk ini akhirnya dapat diterima oleh Malik Syah setelah dijelaskan alasan
yang logis dan bahkan dapat menyadarkan khalifah. Begitu besarnya
perhatian Nizham al-Mulk terhadap pendidikan dan pengajaran
sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Syalabi.2

1
Samsul Nizar, Sejarah Pendidkan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 158
2
Ibid
3|Sejarah Pend. Islam

Madrasah Nizham al-Mulk bernama Nizhamiyah dan termasyhur di


seluruh dunia. Di antara madrasah tersebut yang terkenal dan terpenting
adalah Nizhamiyah di Baghdad (selain madrasah di Balkh, Naisabur, Jarat,
Ashfahan, Basrah, Marw, Mausul, dan lain-lainnya). Madrasah-madrasah
Nizhamiyah itu dapat disamakan dengan fakultas-fakultas atau perguruan
tinggi masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama besar yang
termasyhur.

2. Tujuan Didirikan Madrasah Nizhamiyah

Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah


untuk memperkuat pemerintah Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab
keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari
golonganahli sunah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya
adalah kaum syi'ah,' oleh sebab itu Madrasah Nizhamiyah adalah untuk
menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunah ke seluruh rakyat.3

Untuk memberantas mazhab-mazhab yang ditanamkan oleh golongan


syi'ah kepada rakyat yang dianggap batil, maka Nizham al-Mulk berupaya
semaksimal mungkin mendirikan Madrasah Nizhamiyah untuk
menanamkan mazhab ahli sunah yang dianggap lebih benar, karena
kepercayaan ahli sunah adalah berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang
benar yang lebih memprioritaskan al-Qur'an dan sunah. 4

3. Kurikulum dan Materi

Rencana pengajaran di Madrasah Nizhamiyah tidak ditemui dengan


tegas menurut Mahmud Yunus rencana pengajarannya adalah ilmu-ilmu
syariah saja dan tidak ada ilmu-ilmu hikmah (filsafat), ini terbukti sebagai
berikut:5

3
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidkan Islam, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), Cet-6, hlm.
172
4
Ahmad Salaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 109
5
Mahmud Yunus, Op.cit, hlm. 14-15
4|Sejarah Pend. Islam

a. Para ahli sejarah tidak seorang pun yang mengatakan bahwa di antara
mata pelajaran ada ilmu kedokteran, ilmu falak dan ilmu-ilmu pasti,
mereka hanya menyebut mata pelajaran nahu, ilmu kalam, dan fikih
b. Guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizhamiyah adalah ulama-ulama
Svariah sehingga madrasah tersebut merupakan madrasah syariah bukan
madrasah filsafat.
c. Pendiri Madrasah Nizhamiyah itu bukanlah orang yang membela ilmu
filsafat dan bukan pula orang-orang yang membantu pembebasan filsafat.
d. Zaman berdirinya Madrasah Nizhamiyah bukanlah zaman filsafat
melain- kan zaman menindas filsafat serta orang-orang filsuf.
Madrasah Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu
mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab
ahlisunah, dan juga menjadi tempat-tempat menarik pelajar untuk
menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar. Melalui Madrasah
Nizhamiyah ini, penanaman ideologi untuk mempertahankan stabilitas
pemerintahan dari bahaya pernberontakan yang kerap muncul atas nama
aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti Saljuk.6

Berdasarkan keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa Madrasah


Nizhamiyah tidak mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi,
tetapi lebih terfokus pada pelajaran ilmu agama terutama ilmu fikih. Mazhab
filgh yang menonjol adalah fikih Syafi'i dan teologi Asy'ariy keduanya otif
dipelajari dan dialami. Walaupun yang menonjol adalah mazhab Syafi'i,
tetapi mazhab yang lain juga tetap dipelajari dengan adanya iman-imam
khusus untuk masing-masing mazhab.
Rencana pengajaran atau kurikulum di Madrasah Nizhamiyah secara
rinci menurut Mahmud Yunus adalah Al-Quran (membaca, menghafal, dan
menulis), sastra arab, sejarah Nabi SAW., fikih, ushul fiqh dengan
menitikberatkan kepada mazhab Syafi'i dan sistem teologi Asy'ariyah.

6
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Judul Asli: Mabadi’ al-Tarbiyat al-
Islamiyah, alih bahasa Ibrahim Husein, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm, 41
5|Sejarah Pend. Islam

Selanjumya dapat dipahami bahwa materi pelajaran di Madrasah


Nizhamiyah hanya mempelajari ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu
umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik, dan ilmu keterampilan lainnya.
Karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab
Sunni atau kepentingan politik, sebab dari latar belakang diadakannya
Madrasah Nizhamiyah untuk pengaruh mu'tazilah dan syi'ah yang sangat
kuat se- belumnya di lingkungan masyarakat pada masa itu.

4. Tokoh-Tokoh dalam Madrasah Nizhamiyah

Menurut makdisi, guru-guru yang diangkat tidak terlepas dari tujuan


didirikannya madrasah tersebut. Pertama, menyebarkan pemikiran sunni
untuk menghadapi tantangan pemikiran syi'ah, kedua, menyediakan guru-
guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan
menyebarkannya ke tempat-tempat lain, ketiga, membentuk kelompok
pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan,
memimpin kantor khususnya di bidang peradilan dan manajemen.7

Guru-guru yang memberikan pelajaran di madrasah Nizhamiyah antara


lain yaitu :

a. Abu Ishak al-Syirazi (w. 476 H 1083 M)


b. Abu Nashr al-Shabbagh (w.477 H- 1084 M)
c. Abu Qosim al-A'lawi (w.482 H=1089 M)
d. Abu Abdullah al-Thabari (w.495 H-1101 M)
e. Abu Hamid al-Ghazali (w.505 H-1111 M)
f. Radliyud Din al-Qazwaini (w575 H=1179 M)
g. Al-Firuzabadi (w.817 H 1414 M)

7
Samsul Nizar, Op.cit, hlm. 163
6|Sejarah Pend. Islam

Al-Ghazali mulai mengajar di Nizhamiyah berawal dari turut sertanya


beliau pada suatu hari dalam perdebatan-perdebatan ilmiah dengan ulama
ulama terkemuka yang di hadiri oleh Nizham al-Mulk. Dalam perdebatan itu
al-Ghazali ternyata dapat menundukan lawannya dan semua yang hadir
dapat membenarkan ucapannya. Oleh karena itu ia di angkat Nizham Mulk
sebagai Maha Guru sekolah terkenal itu.8

5. Ide-Ide Al-Ghazali dalam Pendidikan Nizhamiyah


Ide Al-Ghazali terfokus pada asas mengajar diantaranya:9
a. Mempehatikan tingkat daya pikir anak
b. Menerangkan pelajaran dengan jelas
c. Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak
d. Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur

6. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizhamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadap


masvarakat, baik di bidang politik, ekonomi maupun bidang sosial
keagamaan. Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai
dengan lingkungan dan keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:10

a. Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni,


sesuai dengan ajaran yang dianut oleh sebahagian besar masyarakat pada
saat itu.
b. Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama yang terkemuka.
c. Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan masyarakat umumnya dalam rangka hidup dan
kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka.

8
Ibid, hlm. 164
9
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm78
10
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 72
7|Sejarah Pend. Islam

B. Lembaga Pendidikan Al-Azhar

1. Sejarah

Universitas Al-Azhar atau lembaga pendidikan tinggi Al-Azhar


didirikan pada athun 359H/970 M pada masa pemerintahan al-Mu’iz
Lidinillah (952-975 M) dari Dinasti Fatimiyyah dan selesai dibangun pada
tahun 361H/971M. 11 Universitas ini dahulu adalah sebuah masjid yang
digunakan untuk tempat shalat dan ibadah lainnya, khusunya ketika
Dinasti Fatimiyyahb berkuasa, masjid ini digunakan sebagai sarana
penyebarluasan paham Syi’ah.

Masjid Al-Azhar merupakan pusat ilmu pengetahuan, tempat diskusi


bahasa, dan mendengarkan kisah dari orang-orang yang ahli bercerita.
Usaha yang dilakukan adalah mengajarkan mazhab Syi’ah kepada kader-
kader muballigh yang bertugas meyakinkan masyarakat akan kebenaran
mazhab yang dianutnya.12

Sudah tentu tujuan pendirian Al-Azhar semata-mata karena dorongan


untuk melestarikan dan mengembangkan mazhab yang dianut oleh
khalifah tersebut. Namun seiring waktu perkembangan itu meyakinkan
terjadinya proses pembelajaran. Nuansa keilmuan yang marak dalam
lembaga pendidikan tinggi Al-Azhar tersebut menjadikan tata kelola
pendidikannya mendapat perhatian dari khalifah Dinasti Fatiniyah agar
diatur secara profesional.

11
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003), h.200.
12
Muhammad Atiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), h.61
8|Sejarah Pend. Islam

2. Sistem Pendidikan
a. Tujuan Al-Azhar
Universitas Al-Azhar pada masa Dinasti Fatimiyah merupakan
lembaga pendidikan yang menjadi corong dan alat untuk propaganda
kekuasaan kekhalifahan sekaligus sebagai alat penyebaran Doktrin
Syi'ah.13 Sebagaimana yang kita maklum bahwa di mana rezim berkuasa di
situ pula ideologi mereka disebarkan melalui berbagai macam cara, tidak
terkecuali pendidikan. Mahmud Yunus mencatat bahwa ada lima tujuan
dari universitas Al-Azhar ketika itu:

1) Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas (peradaban) Islam terhadap


kemajuan ummat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaannya
didunia dan akhirat.
2) Memberikan perhatian penuh terhadap peradaban ilmu, pemikiran dan
keruhanian bangsa Arab Islam.
3) Menyuplai dunia Islam dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya
terhadap diri sendiri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu yang
mendalam tentang akidah, syariat dan bahasa al-Quran.
4) Mencetak lmuwan agama yang aktif dalam semua bentuk kegiatan, karya,
kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik serta mencetak ilmuwan dari
berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam berdakwah Islam
yang dipimpin dengan hikmah dan kebijaksanaan dan pelajaran yang baik
di luar dan di dalam Republik Arab Mesir.
5) Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah universitas dan lembaga
ilmiah Islam di luar negeri.14

13
Asriati Amaliyah, “Eksistensi Pendidikan Islam di Mesir Pada Masa Daulah Fatimiyah”, dalam
Lentera Pendidikan, h.105.
14
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidyakarya Agung, 1990), h.174
9|Sejarah Pend. Islam

b. Para Pendidik di Al-Azhar


Pada tahun 365 H/975 M untuk pertama kalinya dimulai kegiatan
ilmiah dalam bentuk kuliah-kuliah yang diberikan oleh Abu Hasan Ali Ibn
Muhammad Ibn Nu'man al-Qairani yang menjabat sebagai hakim tertinggi
(qadi al-qudat). dengan materi yang diajarkan mengenai fikih syari'ah yang
terdapat dalam kitab al-Ikhtisar. Ada ulama yang sangat rajin mengajarkan
mazhab Syi'ah adalah Ibn Killis. Diantara ulama yang cukup terkenal
sebagai pengajar di Al-Azhar ketika itu adalah Al-Aqabah Abu Ya'kub al-
Khandaq. Menurut catatan Salah Zaimeche bahwa Ibnu An-Nurul dan Ibn
Khaldun juga ikut serta menjadi pengajar di universitas Al-Azhar sampai
akhir abad keempat.15

c. Peserta Didik
Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tinggi ketika itu, telah banyak
melahirkan ulama yang tidak diragukan lagi dari aspek keilmuannya dan
telah banyak menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang ilmu-ilmu keislaman, baik dari Mesir maupun ulama yang berasal
dari daerah lainnya. Di antara mereka ialah Izuddin Abdissalam, Imam
Subki, Jalaluddin as-Syuyuti, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan lainnya.16
Al-Maqrizi menyebutkan bahwa pada saat itu ada 750 mahasiswa asing
yang berasal dari Magribi (Maroko) dan Persia turut serta belajar ke
universitas Al-Azhar.17

15
Salah Zaimeche, Cairo (United Kingdom: FSCT Limited, 2005), h. 10.
16
Mahmud Yunus, Sejarah, h.176.
17
Salah Zaimeche, Cairo, h.10.
10 | S e j a r a h P e n d . I s l a m

d. Kurikulum
Salah Zaimeche mencatat bahwa, selain mengajarkan mata pelajaran
agama dan sastra tradisional, Al-Azhar juga mengajarkan geografi,
astronomi, kedokteran, teknik dan matematika.18 Sementara menurut Asriati
Amalia, kurikulum di universitas Al-Azhar pada awalnya hanya fokus
kepada ilmu agama dan ilmu akal (logika).19 Ilmu-ilmu agama meliputi al-
Quran, tafsir, hadits, ilmu kalam, fiqih, dan tasawuf. Sedangkan ilmu-ilmu
logika dan umum meliputi filsafat, kedokteran, optik, astronomi,
matematika, sejarah, dan sastra. Pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah
juga sangat gencar dilakukan penerjemahan buku-buku asing ke dalam
bahasa Arab. Pada awalnya hingga beberapa dekade sesudahnya sistem
pendidikan dan kurikulum di universitas Al-Azhar relatif tidak berubah
sejak awal yaitu tidak ada persyaratan khusus untuk masuk ke universitas
ini, kurikulumnya tidak resmi, dan tidak memberikan gelar kepada
alumninya. Program studi dasar adalah hukum Islam, theologi Islam, hadits,
al-Quran dan bahasa Arab.20

e. Metode Pengajaran
Pada mulanya pengajaran di universitas Al-Azhar sama dengan institusi
pendidikan yang lain, yaitu sistem halaqah (melingkar). Seorang pelajar
bebas memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauannya. Umumnya guru
atau syaikh yang mengajar duduk bersama para pelajar, tetapi kadang-
kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Di
samping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam
proses pembelajaran antar pelajar. Seorang guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan memberi penajaman dari materi yang didiskusikan.21

18
Ibid.
19
Amaliyah, Eksistensi Pendidikan, h.105.
20
Wan Kamal Mujani, et.al., “The Role of Al-Azhar University in The Dissamination of Islamic
Religious Knowledge in Malaysia”, dalam Advance in Naturaland Applied Sciences, h.1411
21
Mahmud Yunus, Sejarah, h.96
11 | S e j a r a h P e n d . I s l a m

Terdapat tiga kelas sebagai tempat pembelajaran di Al-Azhar. Tempat


pertama adalah kelompok orang-orang yang datang ingin belajar al-Quran,
di tempat yang kedua, murid-murid duduk melingkar di lantai, sementara
sang guru duduk di atas kursi yang agak rendah lalu mendiktekan pelajaran
kepada para siswa, kemudian menjawab pertanyaan dari siswa. Pada tempat
yang ketiga, para murid belajar dengan cara berhadapan langsung secara
mandiri antar teman, di mana yang berperan sebagai guru adalah dari
kalangan mereka sendiri yang telah ditentukan oleh pimpinan Al-Azhar.22

Secara rutin juga diadakan ceramah pengkajian tentang nasehat- nasehat


bijak setiap hari senin yang terbuka untuk umum. Sedangkan pada hari
kamis khusus untuk kelompok tertentu. Kebanyakan mereka melaksanakan
pengajian di halaman depan istana, ada juga sebahagian yang mengadakan
pengajian khusus bagi wanita di dalam gedung Al- Azhar. Demikian juga
sebahagian laki-laki mengadakan pembelajaran di dalam gedung.23

Bahasa yang digunakan oleh para pengajar sangat baik dan puitis sesuai
dengan kondisi pendengarnya. Materi disampaikan dalam bentuk pidato
singkat dan efektif untuk diikuti dan didiskusikan secara informal.
Meskipun materi utama yang disampaikan berhubungan dengan moral dan
hukum-hukum al-Quran, akan tetapi setiap mereka (para pengajar)
menggunakan kiasan dan penafsiran yang secara tidak langsung
mengarahkan pendengar mengikuti idiologi khalifah Dinasti Fatimiyah.
Pada akhir pembelajaran mereka (para murid) masing-masing berdiri dan
mencium tangan guru.24

22
Bayard Dodge, Al-Azhar A Millenium of Muslim Learning (Washington DC: The Midle East
Institute, 1961), h.17
23
Ibid.
24
Ibid.
12 | S e j a r a h P e n d . I s l a m

f. Sarana Prasarana
Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, Al-Azhar
dilengkapi dengan asrama untuk para fuqaha (dosen, tenaga pendidik) serta
semua urusan dan kebutuhannya ditanggung oleh khalifah. 25 Al- Azhar juga
menyediakan asrama bagi mahasiswa yang belajar di sana secara gratis,
sementara bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih,
mereka tinggal di penginapan yang lebih bagus dan dekat dengan masjid. 26
Fasilitas lainnya adalah dapur dan toilet serta perpustakaan dengan
komposisi buku yang memadai, tidak hanya buku- buku yang berhasa Arab
tetapi juga buku-buku terjemahan dari Yunani.
Dari berbagai paparan terdahulu, maka tampak jelas bahwa sistem
pendidikan Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang tertua,
memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan lembaga pendidikan
sesudahnya. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan yang ada di Al-Azhar
dahulu hingga saat ini banyak diadopsi oleh lembaga pendidikan Islam dan
lembaga pendidikan umum lainnya. Oleh karena itu sebenarnya lembaga-
lembaga pendidikan kontemporer berhutang banyak kepada para pendiri Al-
Azhar.
Sistem pendidikan yang baik dan maju pada masa Dinasti Fatimiyah
dapat menjadi penunjang terhadap kemajuan peradaban Islam Kemajuan
peradaban ini karena adanya dukungan dari sistem politik yang aman,
sistem ekonomi yang stabil, sistem sosial yang nyaman sehingga pergolakan
pemikiran menjadi tumpuan dalam menciptakan komunitas yang
berperadaban. Kegairahan dalam menuntut ilmu dan memajukan
pengetahuan mewujudkan lahirnya para intelektual- intelektual Muslim
pada masa Dinasti Fatimiyah ini.

25
Mahmud Yunus, Sejarah, h.92
26
Salah Zaimeche, Cairo, h.10.
13 | S e j a r a h P e n d . I s l a m

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai madrasah Nizhamiyah dan Al-Azhar
adalah bahwa perkembangan pendidikan Islam semakin lama semakin pesat.
Terjadi perkembangan yang sangat signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
sistem kurikulum yang diterapkan dalam kedua lembaga pendidikan
tersebut. Materi yang disajikan pun sangat lengkap dan terfokus pada
bidang-bidang yang memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Fasilitas
pembelajarannya pun sangat baik. Hal tersebut dari banyaknya gedung-
gedung sebagai tempat belajar seperti perpustakaan yang besar dan lengkap.
Pengaruh kedua madrasah tersebut juga begitu besar dalam perkembangan
pendidikan di seluruh dunia.

B. Saran

Demikian makalah ini penyusun buat. Penyusun menyadari sepenuhnya


bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kata
kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kebaikan karya dikemudia hari

Anda mungkin juga menyukai