Anda di halaman 1dari 10

NIZHAMIYAH DAN KEBANGKITAN PENDIDIKAN ISLAM DI BAGHDAD

Diajukan ntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Sosial Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag

Disusun Oleh:
Munfa’ati El Zamzama (220101220024)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lembaga pendidikan adalah institusi atau pranatanya yang telah terbentuk secara ajeg
dan mapan di tengah-tengah masyarakat, salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang
muncul pada abad IV Hijriyah adalah madrasah. 1 Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah
lembaga yang didirikan pada tahun 457- 459 H pada abad ke IV oleh Nizhamiyah Al-Mulk dari
dinasti Saljuk yang merupakan madrasah yang pertama muncul dalam sejarah pendidikan Islam
yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh
pemerintah

Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa tersebut mengalami prioritas, dari mulai
tingkat pendidikan yang paling rendah sampai paling tinggi. Dari yang dikelola oleh perorangan
sampai pemerintah, seperti pendidikan yang dilaksanakan di rumah-rumah, kuttab-kuttab,
dimesjid serta madrasah. Dari sinalah para pelajar dan sarjana muslim bahkan non muslim
menuntut berbagai disiplin ilmu.

Di saat Abbasiyah mengalami kemunduran di Baghdad menjadi kerajaankerajaan kecil


dan berkuasanya orang Turki, masalah pendidikan masih tetap menjadi perhatian para khalifah
dan orang-orang kaya, sehingga pendidikan berhasil mencetak para sarjana sesuai dengan yang
diharapkan. Ditiap Negara Islam pemerintahan membutuhkan pegawai-pegawai resmi (wazir)
dalam menjalankan pemerintahan Negara, untuk mendukung keinginan tersebut muncul sistem
madrasah (Samsul Nizar: 2011).

Keberhasilan pendidikan selalu mendapat perhatian dari pemerintah dan orang-orang


kaya, seperti menyediakan sarana prasarana pendidikan terutama perpustakan, gedung
madrasah dan membantu para siswa untuk biaya pendidikan sehingga mereka dapat belajar
dengan gratis. Pada masa khalifah Abbasiyah Malik Syah, Wazir Nizham al-mulk dari bani
Saljuk misalnya, dia membangun Madrasah Nizhamiyah, yang mana madrasah Nizhamiyah ini
nantinya menjadi perguruan tinggi Islam terbesar pada zamanya (Asma Hasan: 40).
Madrasah merupakan hasil evolusi lembaga pendidikan dari masjid-khan (asrama), lalu
ke madrasah itu sendiri. Perkembangan ini menjadi suatu kebutuhan dimana masjid dan masjid
khan tidak dapat lagi menampung para pelajar yang menuntut ilmu (Alfurqan, dkk: 2019).

Sementara Nizamiyah adalah sebutan bagi madrasah yang dinisbatkan kepada


pendirinya pada tahun 1065-1067 yaitu Nizam Al-Mulk. Nama aslinya adalah Abu Ali Al-
Hasan bin Ali Ishak Al-Tusi. Lahir di Tus Khurasan pada 10 April 1081 M, dan wafat di Shihna
pada 14 Oktober 1092 M (Hasan Asari, 2007).

Disamping itu, sistem madrasah dipandang sebagai jalur pendidikan formal yang di
dalamnya terjadi komunikasi secara pedagogis antara pendidik dan anak didik, sehingga
terwujud proses belajar mengajar yang dapat mengarah kepada tujuan instruksional
(Ramayulis: 158) yang memainkan peran mendasar dalam tingkat melek huruf (literacy) yang
relatif tinggi di dunia Islam. Dengan demikian madrasah dianggap sebagai simbol kebangkitan
sistem pendidikan Islam secara keseluruhan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Nizhamiyah?

2. Bagaimana kebangkitan pendidikan Islam di Baghdad?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengerian Nizhamiyah.

2. Untuk mengetahui kebangkitan pendidikan Islam di Baghdad.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Nizhamiyah

Berbicara mengenai lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan
atau konsep Islam itu sendiri mengenai pendidikan. Pendidikan Islam merupakan wujud dari
pengaruh berbagai kebudayaan atau peradaban yang pernah ada dalam sejarah. Namun
demikian para ahli pendidikan Islam biasanya berpandangan bahwa pendidikan Islam
memiliki karakter dan tujuannya sendiri yang khas, karena ia didasarkan kepada tujuan yang
bersifat metafisis transendental.

Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah Madrasah (Asma Hasna: 1979). Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga
pendidikan yang didirikan pada tahun 457-459 H/1065-1067 M abad IV oleh Nizham al-Mulk
(Badri Yatim: 1993). Madrasah Nizhamiyah dibangun diberbagai tempat/kota terutama
daerah kekuasaan dinasti Saljuk dalam membangun sejumlah lembaga secara besar-besaran
dan menggunakan Mesjid-khan sebagai model madrasah yaitu masjid yang di sisinya
didirikan khan (asrama atau pemondokan) sebagai tempat penginapann bagi para pelajar yang
datang dari berbagai kota. jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiyah
adalah madrasah yang pertamakali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk
lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah (Samsul
Nizar: 2011).

Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun


madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin.
Pelajar yang tinggal diasrama diberi belanja secukupnya dari uang Negara dengan jumlah
uang yang tidak sedikit oleh Nizham al-Mulk, akibatnya, Nizham al-Mulk mendapat teguran
dari Malik Syah karena diadukan orang, bahwa uang yang dibelanjakan untuk kepentingan
pendidikan dan pengajaran tersebut merupakan usaha Nizham al-Mulk untuk menaklukan
kota Qustantiah (Mahmud Yunus: 1990). Tindakan Nizham al-Mulk ini akhirnya dapat
diterima oleh Malik Syah setelah dijelaskan alasan yang logis dan bahkan dapat menyadarkan
khalifah, begitu besarnya perhatian Nizham al-Mulk terhadap pendidikan dan pengajaran
(Samsul Nizar: 2011).

2. Latar Belakang Berdirinya Nizhamiyah

1) Dari sudut pendidikan

Nizam Al-Mulk adalah seorang yang sangat mengagungkan ilmu pengetahuan dan
pendidikan, sehingga jika ia memperhatikan berkembangnya institusi pendidikan adalah
sesuatu yang wajar dan penting. Disamping itu kehadiran madrsah memang dibutuhkan
untuk melengkapi berbagai kelemahan sistem pendidikan di mesjid.

2) Dari sudut konflik keagamaan

Pada saat Nizam Al-Mulk mula-mula diangkat menjadi perdana menteri, para
penganut mazhab Syafi’i yang beraliran Asy’ariyah, merasa terusir dan teraniaya. Hal ini
adalah merupakan warisan kebijkan pendahulunya, wazir Al-Kunduri yang bermazhab
hanafi dan pendukung aliran Mu’tazilah. Sebagai seorang Syafi’iyah, Nizam
memperbaiki dan mengangkat kembali citra kehormatan para ulama Syafi’iyah-
Asy’ariyah. Dan memang dibangunnya madrasah adalah untuk diperuntukkan bagi para
penganut faham yang sama.

3) Dari sudut pegawai pemerintahan

Sebagai seorang wazir, Nizam Al-Mulk harus memperhatikan sistem administrasi


negara yang baik. Untuk itu, ia bangun suatu sistem administrasi sentral di Baghdad yang
kokoh dnegan kendali yang kuat dan berpengaruh. Dalam hal ini madrasah membantunya
dnegan mengeluarkan lulusan yang siap bekerja untuk Nizam Al-Mulk, sebagai khatib
(sekretaris), qadli (hakim) dan sebagainya.

4) Dari sudut politik

Jaringan madrash yang dibangun Nizam Al-Mulk secara politis tidak dapat
dipisahkan dari perannya sebagai wazir. Menggunakan madrasah sebagai alat untuk
melindungi kelompok Syafi’iyyah yang bgeraliran Asy’ariyah yang membentuk suatu
kesatuan yang medukung kebijakannya. Para ulama dididik dan mengajar pada lembaga
yang dikontrol oleh Nizam Al-Mulk melalui otoritasnya dalam mengangkat staf.

3. Madrasah Nizhamiyah di Bahgdad

Dari sekian banyak madrasah yang dibangun oleh Nizam Al-Mulk, madrasah di Baghdad
adalah yang paling terkenal. Dibangun pada tahun 1065 M. Hal-hal penitng yang bersifat
prinsipil dituangkan dalam dokumen piagam pendirian madrasah. Isi dokumen tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Nizamiyah merupakan wakaf yang disediakan untuk kepentingan penganut mazhab


syafi’i.

b. Harta benda yang diwakafkan pada Nizamiyah adalah untuk kepentingan penganut
mazhab Syafi’i.

c. Pejabat utama Nizamiyah harus penganut mazhab syafi’i, hal ini mencakup mudaris,
wa’idh atau asisten, dan pustakawan.

d. Nizamiyah harus mempunyai seorang tenaga pengajar bidang Al-Qur’an dan seorang
pengajar Bahsa Arab.

e. Setiap staf menerima bagian tertentu dari penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf.

4. Kurikulum dan Materi Pendidikan Nizhamiyah

Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem belajar klasikal, yaitu seorang tenaga pengajar
berdiri di depan ruang kelas menyajikan materi perkuliahan. Sementara para pelajar duduk
dan mendengarkan diatas bangku yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dnegan dialog (soal
jawab) antara pengajar dam siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat
keilmuan yang tinggi.

Kurikulumnya berpusat pada Al-Qur’an, yang meliputi membaca, menghafal dan


menulis, sastra Arab, sejarah Nabi SAW, dan berhitung, dengan menitikberatkan pada mazhab
syafi’i dan sistem teologi Asy’ariyah. Namun tidak memasukkan filsafat sebagai bagin dari
kurikulum (Alfurqan dan Harmonedi: 2017).
Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan atau pengajaran merupakan salah
satu aspek yang sangat penting guna mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari guru
kepada muridnya. Pada masa Abbasiyah, metode pendidikan atau pengajaran yang digunakan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu (Solichin Mohammad: 2008).

1. Metode lisan, terdiri dari dikte (imla’), ceramah (al-sama’), bacaan (qira’ah), dan
diskusi. Metode imla’ adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan. Jika daya ingat pelajar
tidak kuat, catatan bisa membantunya. Metode ceramah disebut juga metode al-sama’,
sebab dalam metode ceramah, guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku
dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru berhenti
dan memberi kesempatan kepada pelajar untuk menulis dan bertanya. Metode qira’ah
atau membaca, biasanya digunakan untuk belajar membaca. Sedangkan diskusi,
banyak digunakan dalam pengajaran ilmu-ilmu yang bersifat filosofis dan fiqh.

2. Metode hafalan, sangat ditekankan dalam pendidikan Islam karena seorang pelajar
akan mengkontekstualisasi pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi atau
perdebatan dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang
baru ketika dalam perdebatan atau diskusi.

3. Metode tulisan, Metode ini perlu untuk mengkopi karya-karya ulama, karena pada saat
itu tidak ada mesin cetak. Dalam pengkopian buku-buku, terjadi proses intelektualisasi
sehingga tingkat penguasaan ilmu seseorang semakin meningkat, dan akhirnya
menimbulkan sistem ta’liqah terhadap karya-karya ulama (Serli Mahroes: 2015).

5. Pengaruh madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizhamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik


dibidang politik, ekonomi maupun bidang sosial keagamaan.

Nizham al-Mulk sebagai pejabat pemerintah yang memiliki andil besar dalam pendirian
dan penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingan nya dalam pemerintahan merupakan
suatu yang sangat menentukan. Dalam batas ini madrasah merupakan kebijakan religio-politik
penguasa
Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk
mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan administrasi di
samping sebagai lembaga untuk mengajar ilmu Syari'ah dalam rangka mengembangkan ajaran
sunni.

Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan
keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :

1) Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan
ajaran yang dianut oleh sebahagian besar masyarakat pada saat itu.

2) Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama yang terkemuka.

3) Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqih yang dianggap sesuai dengan
kebutuhan masyarakat umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran dan keyakinan mereka (Abuddin: 2004).
KESIMPULAN

Nizam al-Mulk dnegan beberapa madrasahnya tersebut membangun sebuah lembaga


jaringan pendidikan tinggi padamasanya, dan ia adalah orang pertama yang mampu melakukan hal
itu. Sekalipun demikian madrasah Nizhamiyah bukanlah madrasah pertama yang ada dalam
sejarah pendidikan Islam. Sebab telah terdapat banyak madrasah sebelum era Nizam al-Mulk. Hal
ini terjadi barangkali karena ia memandang eksistensi madrasah itu menjadi sebuah institusi sudah
ada pada waktu itu.

Madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan sebelumnya.
Madrasah ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya, didirikan oleh seorang perdana mentri itu
bernama Nizham al-Mulk dengan memakai sistem modern.

Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem belajar klasikal, yaitu seorang tenaga pengajar
beridiri didepan ruang kelas menyajikan materi perkuliahan. Sementara para pelajar duduk dan
mendengarkan diatas bangku yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog antara
pengajar dan siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.
Dengan semikian dapat dikatakan bahwa madrasah Nizamiyah adalah perupakan madrasah
pertama yang menerapkan sistem pengelolaan yang baik dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2004, Sejarah Pendidikan Islam periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Alfurqan, A., & Harmonedi, H. “Pandangan Islam Terhadap Manusia: Terminologi Manusia Dan
Konsep Fitrah Serta Implikasinya Dengan Pendidikan.” Journal of Educational Studies 2,
no. 2 (2017): 129–44. http://dx.doi.org/10.30983/educative.v2i2.46 8.

Asma Hasan Fahmi, 1979, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Badri Yatim, 1993, Sejarah Peradaban Islam II, Jakarta: Grafindo Persada.

Hasan As'ari, 1994, Menyikap Zaman Keemasan Islam, kajian atas Lembaga Pendidikan,
Bandung: Mizan.

Mahmud Yunus, 1990, Sejarah pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung

Mahroes, Serli, 2015, “Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah Pendidikan
Islam.” Jurnal TARBIYA.

Samsul Nizar, 2011, Sejarah Pendidikan Islam menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai