Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag
Disusun Oleh:
Munfa’ati El Zamzama (220101220024)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lembaga pendidikan adalah institusi atau pranatanya yang telah terbentuk secara ajeg
dan mapan di tengah-tengah masyarakat, salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang
muncul pada abad IV Hijriyah adalah madrasah. 1 Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah
lembaga yang didirikan pada tahun 457- 459 H pada abad ke IV oleh Nizhamiyah Al-Mulk dari
dinasti Saljuk yang merupakan madrasah yang pertama muncul dalam sejarah pendidikan Islam
yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh
pemerintah
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa tersebut mengalami prioritas, dari mulai
tingkat pendidikan yang paling rendah sampai paling tinggi. Dari yang dikelola oleh perorangan
sampai pemerintah, seperti pendidikan yang dilaksanakan di rumah-rumah, kuttab-kuttab,
dimesjid serta madrasah. Dari sinalah para pelajar dan sarjana muslim bahkan non muslim
menuntut berbagai disiplin ilmu.
Disamping itu, sistem madrasah dipandang sebagai jalur pendidikan formal yang di
dalamnya terjadi komunikasi secara pedagogis antara pendidik dan anak didik, sehingga
terwujud proses belajar mengajar yang dapat mengarah kepada tujuan instruksional
(Ramayulis: 158) yang memainkan peran mendasar dalam tingkat melek huruf (literacy) yang
relatif tinggi di dunia Islam. Dengan demikian madrasah dianggap sebagai simbol kebangkitan
sistem pendidikan Islam secara keseluruhan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Berbicara mengenai lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan
atau konsep Islam itu sendiri mengenai pendidikan. Pendidikan Islam merupakan wujud dari
pengaruh berbagai kebudayaan atau peradaban yang pernah ada dalam sejarah. Namun
demikian para ahli pendidikan Islam biasanya berpandangan bahwa pendidikan Islam
memiliki karakter dan tujuannya sendiri yang khas, karena ia didasarkan kepada tujuan yang
bersifat metafisis transendental.
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah Madrasah (Asma Hasna: 1979). Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga
pendidikan yang didirikan pada tahun 457-459 H/1065-1067 M abad IV oleh Nizham al-Mulk
(Badri Yatim: 1993). Madrasah Nizhamiyah dibangun diberbagai tempat/kota terutama
daerah kekuasaan dinasti Saljuk dalam membangun sejumlah lembaga secara besar-besaran
dan menggunakan Mesjid-khan sebagai model madrasah yaitu masjid yang di sisinya
didirikan khan (asrama atau pemondokan) sebagai tempat penginapann bagi para pelajar yang
datang dari berbagai kota. jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiyah
adalah madrasah yang pertamakali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk
lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah (Samsul
Nizar: 2011).
Nizam Al-Mulk adalah seorang yang sangat mengagungkan ilmu pengetahuan dan
pendidikan, sehingga jika ia memperhatikan berkembangnya institusi pendidikan adalah
sesuatu yang wajar dan penting. Disamping itu kehadiran madrsah memang dibutuhkan
untuk melengkapi berbagai kelemahan sistem pendidikan di mesjid.
Pada saat Nizam Al-Mulk mula-mula diangkat menjadi perdana menteri, para
penganut mazhab Syafi’i yang beraliran Asy’ariyah, merasa terusir dan teraniaya. Hal ini
adalah merupakan warisan kebijkan pendahulunya, wazir Al-Kunduri yang bermazhab
hanafi dan pendukung aliran Mu’tazilah. Sebagai seorang Syafi’iyah, Nizam
memperbaiki dan mengangkat kembali citra kehormatan para ulama Syafi’iyah-
Asy’ariyah. Dan memang dibangunnya madrasah adalah untuk diperuntukkan bagi para
penganut faham yang sama.
Jaringan madrash yang dibangun Nizam Al-Mulk secara politis tidak dapat
dipisahkan dari perannya sebagai wazir. Menggunakan madrasah sebagai alat untuk
melindungi kelompok Syafi’iyyah yang bgeraliran Asy’ariyah yang membentuk suatu
kesatuan yang medukung kebijakannya. Para ulama dididik dan mengajar pada lembaga
yang dikontrol oleh Nizam Al-Mulk melalui otoritasnya dalam mengangkat staf.
Dari sekian banyak madrasah yang dibangun oleh Nizam Al-Mulk, madrasah di Baghdad
adalah yang paling terkenal. Dibangun pada tahun 1065 M. Hal-hal penitng yang bersifat
prinsipil dituangkan dalam dokumen piagam pendirian madrasah. Isi dokumen tersebut adalah
sebagai berikut:
b. Harta benda yang diwakafkan pada Nizamiyah adalah untuk kepentingan penganut
mazhab Syafi’i.
c. Pejabat utama Nizamiyah harus penganut mazhab syafi’i, hal ini mencakup mudaris,
wa’idh atau asisten, dan pustakawan.
d. Nizamiyah harus mempunyai seorang tenaga pengajar bidang Al-Qur’an dan seorang
pengajar Bahsa Arab.
e. Setiap staf menerima bagian tertentu dari penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf.
Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem belajar klasikal, yaitu seorang tenaga pengajar
berdiri di depan ruang kelas menyajikan materi perkuliahan. Sementara para pelajar duduk
dan mendengarkan diatas bangku yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dnegan dialog (soal
jawab) antara pengajar dam siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat
keilmuan yang tinggi.
1. Metode lisan, terdiri dari dikte (imla’), ceramah (al-sama’), bacaan (qira’ah), dan
diskusi. Metode imla’ adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan. Jika daya ingat pelajar
tidak kuat, catatan bisa membantunya. Metode ceramah disebut juga metode al-sama’,
sebab dalam metode ceramah, guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku
dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru berhenti
dan memberi kesempatan kepada pelajar untuk menulis dan bertanya. Metode qira’ah
atau membaca, biasanya digunakan untuk belajar membaca. Sedangkan diskusi,
banyak digunakan dalam pengajaran ilmu-ilmu yang bersifat filosofis dan fiqh.
2. Metode hafalan, sangat ditekankan dalam pendidikan Islam karena seorang pelajar
akan mengkontekstualisasi pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi atau
perdebatan dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang
baru ketika dalam perdebatan atau diskusi.
3. Metode tulisan, Metode ini perlu untuk mengkopi karya-karya ulama, karena pada saat
itu tidak ada mesin cetak. Dalam pengkopian buku-buku, terjadi proses intelektualisasi
sehingga tingkat penguasaan ilmu seseorang semakin meningkat, dan akhirnya
menimbulkan sistem ta’liqah terhadap karya-karya ulama (Serli Mahroes: 2015).
Nizham al-Mulk sebagai pejabat pemerintah yang memiliki andil besar dalam pendirian
dan penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingan nya dalam pemerintahan merupakan
suatu yang sangat menentukan. Dalam batas ini madrasah merupakan kebijakan religio-politik
penguasa
Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk
mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan administrasi di
samping sebagai lembaga untuk mengajar ilmu Syari'ah dalam rangka mengembangkan ajaran
sunni.
Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan
keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
1) Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan
ajaran yang dianut oleh sebahagian besar masyarakat pada saat itu.
3) Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqih yang dianggap sesuai dengan
kebutuhan masyarakat umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran dan keyakinan mereka (Abuddin: 2004).
KESIMPULAN
Madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan sebelumnya.
Madrasah ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya, didirikan oleh seorang perdana mentri itu
bernama Nizham al-Mulk dengan memakai sistem modern.
Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem belajar klasikal, yaitu seorang tenaga pengajar
beridiri didepan ruang kelas menyajikan materi perkuliahan. Sementara para pelajar duduk dan
mendengarkan diatas bangku yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog antara
pengajar dan siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.
Dengan semikian dapat dikatakan bahwa madrasah Nizamiyah adalah perupakan madrasah
pertama yang menerapkan sistem pengelolaan yang baik dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2004, Sejarah Pendidikan Islam periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Alfurqan, A., & Harmonedi, H. “Pandangan Islam Terhadap Manusia: Terminologi Manusia Dan
Konsep Fitrah Serta Implikasinya Dengan Pendidikan.” Journal of Educational Studies 2,
no. 2 (2017): 129–44. http://dx.doi.org/10.30983/educative.v2i2.46 8.
Asma Hasan Fahmi, 1979, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Badri Yatim, 1993, Sejarah Peradaban Islam II, Jakarta: Grafindo Persada.
Hasan As'ari, 1994, Menyikap Zaman Keemasan Islam, kajian atas Lembaga Pendidikan,
Bandung: Mizan.
Mahroes, Serli, 2015, “Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah Pendidikan
Islam.” Jurnal TARBIYA.
Samsul Nizar, 2011, Sejarah Pendidikan Islam menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.