Dosen Pembimbing
Dr.H. rofi'i
Disusun Oleh:
2021/2022
Kejayaan Pendidikan Islam Pijakan Peradaban Manusia
(
OPINI— Mengkaji sejarah Pendidikan Islam kita akan mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan Pendidikan Islam sejak awal diangkatnya Rasulullah Muhammad SAW.
menjadi Rasul sampai sekarang yang di mulai dari masa pertumbungan, perkembangan,
kemajuan bahkan kemunduran, serta kebangkitan Pendidikan Islam.
Untuk lebih memahami tahapan-tahapan pelaksanaan pendidikan dapat dilihat dari
periodisasi Pendidikan Islam. Ini merupakan salah satu kekhasan kajian sejarah karena terkait
dengan peristiwa yang terjadi pada masa lampu dengan berdasarkan pengembangan
Pendidikan Islam dengan menitikberatkan pada kajian kapan terjadi, dimana tempat
terjadinya, siapa yang menjadi tokohnya, mengapa hal itu bisa terjadi, dan apa yang terjadi
pada masa itu.
Menurut Zuhairini, dkk pemilahan periodisasi dalam sejarah Pendidikan Islam untuk
memudahkan urutan pembahasan. Peristiwa sejarah dilatarbelakangi oleh peristiwa lain
sebelumnya, serta berhubungan secara langsung dengan peristiwa-peristiwa lain yang
semasa, sehingga berakibat terjadinya rentetan peristiwa-peristiwa berikutnya. Hal ini
menjadi landasan bahwa betapa pentingnya untuk memperhatikan periodesasi untuk
memudahkan kajian terkait kesinambungan peristiwa tersebut dari waktu ke waktu.
Periodisasi sejarah Pendidikan Islam dapat dibagi 5 masa, yaitu: Pertama masa
Pembinaan Pendidikan Islam, dimulai sejak Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul
sampai wafatnya beliau. Pada masa pembinaan ini melalui 2 periode, yaitu periode Mekkah
(13 Tahun), dan Periode Madinah (10 Tahun) mulai tahun 610 M s.d 632 M/ 13 S.Hijriah s.d
11 Hijriah. Kedua, masa Pertumbuhan Pendidikan Islam, dimulai sejak wafat Rasulullah
SAW. hingga masa Bani Umayyah. Masa ini terbagi 2 periode , yaitu periode
Khulafaurrasyidin (632 s.d 661 M), dan periode Bani Umayyah (661 s.d 750 M). Ketiga,
masa Kejayaan Pendidikan Islam, diawali sejak berdirinya Daulah Bani Abbasiyah sampai
jatuhnya Baqdad (750 M s.d 1250 M), Keempat, masa Kemunduran Pendidikan Islam,
ditandai saat Baqdad dihancurkan Hulagu Khan sampai wilayah Mesir di bawah kekuasaan
Napolen Boneparte (1250 M s.d 1798 M). Kelima, masa Pembaharuan, diawali sejak Mesir
dikuasai Napoleon sampai masa modern sekarang (1798 M s.d sekarang)
Berdasarkan periodisasi tersebut yang menarik untuk dikaji, yaitu masa kejayaan
Pendidikan Islam. Pada periode ini, Islam di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, pada masa
ini diwarnai berkembangnya ilmu-ilmu aqliah, berdirinya madrasah dan universitas,
munculnya ilmuwan-ilmuwan saintik, serta puncak perkembangan kebudayaan Islam.
Kejayaan Pendidikan Islam
Pada periode ketiga Pendidikan Islam mengalami masa kejayaan. Masa Kejayaan ini
di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak Tahun 750 M – 1258 M/ 132H –
656 M). Masa ini ditandai dengan berkembang pesatnya lembaga-lembaga pendidikan baik
formal maupun informal. Bermunculannya lembaga-lembaga pendidikan ini mendominasi
dalam dunia Islam sehingga mempengaruhi pola hidup dan budaya masyarakat Islam.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan budaya Islam pada masa
kejayaan Islam menggungguli dan bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Wilayah
kekuasaan Islam menjadi pusat-pusat pendidikan yang diminati buhkan hanya kalangan Islam
tetapi juga kalangan non-Islam.
Harun al Rasyid (170-193 H) yang merupakan khalifah ke-7 Dinasti Bani Abbasiyah,
pada masa pemerintahannya Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan. Masa masa
kepemimpinan beliau sangat memberi motivasi dan perhatian penuh terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan.Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, Harun Al-Rasyid merupakan seorang
yang cerdas dan mencintai ilmu pengetahuan. Negara di bawah kendalinya aman, tentram,
makmur, damai dengan dukungan sarana dan prasarana pembangunan sehingga dunia Islam
menjadi pusat ilmu pengetahuan.Umat Islam yang cinta ilmu melakukan rihlah ilniyah.
Perjalanan yang dilakukan mencari ilmu dari wilayah pusat ilmu pengetahuan. Sistem
pendidikan masa Dinasti Abbasiyah memberi keleluasaan para pencari ilmu untuk mencari
guru-guru mereka sesuai dengan bidang kajian yang diminati. Demikian pula para guru
melakukan perjalanan selain untuk belajar juga mengajar. Mencermati sistem ini dapat
disebut dengan learning society yaitu proses pembelajaran non-formal dengan menjadikan
masyarakat/orang lain sebagai pendidik.
Nicholson menjelaskan sebagaimana yang dikutip Syalabi bahwa melakukan
perjalanan ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka
kembali ke kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis. Proses culture contact
berlangsung terus menerus hingga menimbulkan adanya dinamika sosial baik antar
masyarakat Islam maupun masyarakat non-Islam. Dinamika sosial akan melahirkan ilmu-
ilmu baru.
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
Pelaksanaan pendidikan pada masa Dinasti Bani Abbasiyah melalui lembaga-lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan tersebut melakukan proses pendidikan sesuai dengan
kurikulum dan tujuan pembelajarannya.
1. Kutab
Sejarah khuttab telah ada sebelum Islam. Kutab merupakan lembaga pendidikan dasar.
Kurikulum sesuai makna kata dasar kattaba yang berarti menulis atau tempat menulis.
Lembaga ini tetap menjadi lembaga awal dalam pendidikan Islam. Pada akhir abad pertama
hijriyah, kutab selain mengajarkan menulis dan membaca, materi ajar ditambah dengan
pembelajaran membaca al Qur`an serta pokok ajaran Islam serti tauhid, aqidah, dan akhlak.
2. Pendidikan di Istana
Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana
orang tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang
mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan
kecerdasan serta pengetahuan. Pendidikan ini bertujuan untuk menyiapkan calon-calon
pemimpinan yang berkahlak.
3. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-rumah
para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, al Ghazali, Ali Ibnu Muhammad al Fashihi,
Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan al Aziz Billah al Fathimy.
4. Majelis Kesusasteraan
Khalifah melakukan Majelis khusus yang dikenal dengan istilah majelis kesusasteraan.
Majelis ini dilaksanakn di Istana untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Pada
masa kekuasaan khalifah Harun Arrasyid, majelis ini berkembang dengan pesat, hal ini
disebabkan keterlibatan langsung khalifah karena kecintaannnya terhadap ilmu pengetahuan.
Ulama-ulama yang terkenal yang memanfaatkan majelis ini untuk berdiskusi, antara lain
Sibawaih, Al-Kisa’I, Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
5. Toko-Toko Kitab
Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga sebagai tempat
berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk berdiskusi,
berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga
pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam.
6. Badiah
Badiah merupakan wilayah padang pasir tempat tinggal orang-orang Badui. Wilayah ini
masih murni dari budaya Arab asli, tidak berasimilasi dengan budaya luar. Badiah merupakan
lembaga pendidikan non-formal digunakan sebagai untuk mempelajari bahasa Arab yang
fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab dari penutur aslinya.
7. Bimaristan (Rumah Sakit)
Pada masa Dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al Rasyid, yang
memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit di Baghdad.
Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan ilmu kedokteran dan
ilmu obat-obatan.
8. Lembaga Perpustakaan
Lembaga Perpustakaan merupakan salah satu pusat pengembangan pendidikan Islam,
literatur-literatur, manuscript dari hasil karya ilmuan-ilmuan klasik menjadi bahan kajian.
Perpustakan bukan hanya tempat untuk membaca, tetapi dijadikan tempat untuk mengkaji
dan berdiskusi antara satu dengan lainnya. Hasil diskusi dan perdebatan ini melahirkan ilmu-
ilmu baru.Khalifah Harun al-Rasyid mendirikan Khizanah Al-Hikmah atau dikenal juga
dengan nama baitul hikmah di Baghdad. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan
bahasa Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India, Qibty,
dan Arami. Khizanah Al-Hikmah dipimpin seorang Nasrani Yuhana bin Maskawaih, selain
mengelola perpustakaan juga menterjemahkan literatur asing ke dalam bahasa Arab.
Selain Khizanah al-Hikmah bermunculan perpustakaan dari berbagai wilayah, antara lain:
Perpustakaan al Haidariyah di Najaf (Irak), Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah,
Perpustakaan Sabur, Darul Hikmah di Kairo (Mesir), perpustakaan al Fath bin Khagan Wazir
al Mutawakkil al Abbasy, Perpustakaan Hunain bin Ishaq, dan Perpustakaan Ibnu al
Khassyah, perpustakaan di Kurtubah (Cordova).
9. Madrasah Nizamiyah
Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk pada tahun 1065 M – 1067 M. merupakan pendiri
Madrsah Nizamiyah Pada tiap kota kekuasaanya ia mendirikan satu madrasah besar, di
antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan, Basran, Marw, dan Mausul.
Pendirian Madrasah Nizamiyah merupakan rintisan lembaga pendidikan formal pertama yang
menggunakan sistem manajeemen sekolah. Ini merupakan cikal bakal lahirnya sekolah
modern yang menjadi model pendidikan di Barat. Kemasyhuran madrasah Nizamiyah
sehingga kota-kota tempat madrasah ini didirikan menjadi pilihan para pelajar dari berbagai
daerah untuk menuntut ilmu pengetahuan.
10. Madrasah Nuruddin Zanki
Kekuasaan Daulah Zankiyah ketika dipimpin Nuruddin Zanki (541H/1146 M) melakukan
gerakan pembangunan madrasah yang bertujuan mengukuhkan madzhab Sunni untuk
melawan madzhab Syi’ah. Pada masa kekuasaannya mendirikan madrasah yaitu madrasah an
Nuriyah al Qubra di Damaskus, Madrasah Al-Asruniyah di Aleppo, Madrasah Shuabiyah di
Aleppo, Madsarah Al-Halawiyah di Aleppo, Madrasah al-Imadiyah di Damaskus.
11. Perguruan Tinggi Baitul Hikmah di Baghdad
Sebagaimana diketahui pada masa Harun al Rasyid (170-193 H) mendirikan baitul hikmah.
Kurikulum Baitul Hikmah antara lain: ilmu-ilmu agama Islam, ilmu alam, kimia, falaq, dan
lain-lain. Padan Baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam bermacam-
macam bahasa seperti bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia yang menjadi
bahan kajian. Pada perkembangannya al-Mak`mun mendirikan peneropong bintang yang
disebut peneropong al Ma`muni.
12. Darul `Ilmi di Kairo.
al Hakim Biamrillah al Fathimi mendirikan Darul ilmi di pinggir sungai Nil untuk menyaingi
Baitul Hikmah di Baghdad. Darul `Ilmi didirikan di al Kharun Fusy atas perintah al Hakim
Biamrillah al Fathimi. Ilmu yang diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq, kedokteran, dan
berhitung.
13. Universitas Al-Azhar di Mesir
Awal mula pendirian Al-Azhar pada masa kekuasaan Dinasti Fatimiyah atas perintah
Khalifah Al-Mu’izz Linillah. Tujuan pendiriannya dilatarbelakangi kepentingan mazhab
penguasa yaitu mazhab syiah. Proses pembelajaran untuk menguatkan mazhab syiah di
tengah mazhab sunni yang dianut masyarakat Mesir pada waktu itu. Perkembangan
selanjutnya setelah Mesir dibawah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah Universitas Al-Azhar
diambil alih dan ditata dengan materi pembelajaran disesuaikan dengan mazhab sunni.
14. Universitas Cordoba di Spanyol
Salah satu wilayah kekuasaan Islam di Eropa yang diawali pada masa kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah telah memberi torehan sejarah di daratan Eropa. Pada masa kekuasaaan
Abdurrahman III didirikan Universitas Cordoba yang menjadi kebanggaan umat Islam.
Banyak mahasiswa dari kalangan non-muslim dari berbagai belahan dunia menempuh
pendidikan pada universitas tersebut. Bahkan menjadi inspirasi penulis Barat
menggambarkan bahwa Cordoba cikal bakal kemajuan barat. Cordoba merupakan the
greatest of learning di Eropa.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Bukti Kejayaan
Bukti kejayaan dari aspek ilmu pegetahuan, baik naqliyah, maupun aqliyah dapat dilihat
bermunculannya ulama-ulama besar dengan kitab hasil karyanya, demikian pula ilmuan-
ilmuan yang memiliki karya besar yang memberi pengaruh pada perkembangan sains dan
teknologi di belahan dunia ini.