Anda di halaman 1dari 14

1

PENDIDIKAN MASA DAULAH ABBASIYAH (MASA PERKEMBANGAN)


Oleh: Sy. Japar Sadiq
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung pada zaman Abbasiyah
hampir belum ditemukan kesamaannya dalam perkembangan peradaban dunia Islam
sesudahnya. Peradaban yang ditemukan dan dihasilkan dalam kurun zaman itu belum
maksimal menjadi rujukan berharga bagi peradaban umat Islam saat ini. Malah Islam
sebagai ajaran pengetahuan tidak teraplikasi kecuali hanya pada aspek normatifnya
belaka yang berupa ibadah. Spirit kekaryaan belum sepenuhnya membumi
sebagaimana seharusnya. Akhirnya tampak beberapa ajaran yang menghendaki
kedinamisan dan kekreatifitasan dalam mengelola alam tidak terbukti kecuali hanya
ucapan ucapan lisan yang tak berbekas.
1

Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan
Daulah Bani Umayah yang telah runtuh di Damaskus, dinamakan kekhalifahan
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturuna Abbas paman
Nabi Muhammad saw. Dinasti ini berkusa selama lebih kurang lima setengah abad,
muli dari tahun 132-656 H/ 750-1258 M.dengan pusat pemerintahan dikota Bagdad.
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam
berbagai bidang, kususnya bidang ilmu pengetahuan. Pada zaman ini umat Islam
telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu

1
http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-tanpa-
dikotomi/#more-50. Diakses pada tanggal 8 Mei 2014.
2

pengetahuan baik pengetahuan Aqli (rasional) maupun pengetahuan yang Naqli
mengalami kemajuan dengan sangat pesat. sehingga pada zaman itu merupakan
zaman kebangkitan dan keemasan umat Islam yang sangat gemilang.
2

Sebagaimana di uraikan di atas puncak perkembangan pemikiran dan
pengetahuan Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, tidak berarti
seluruhnya berawal dari kemauan dan kreativitas para penguasa pada saat itu, yakni
penguasa pada Bani Abbasiyah itu sendiri.
Pada zaman pemerintahan Daulah Abbasiyah, pendidikan Islam sudah
menjadi perhatian yang tinggi bagi pemimpin yakni dengan adanya lembaga
pendidikan yang sudah mulai berkembang dan proses pengalihan ilmu pengatahuan
yang juga mulai berkembang. Lembaga pendidikan sudah mulai berkembang ketika
itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
1. Maktab atau Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-
anak mengenal dasar bacaan, hitungan dan tulisan dan tempat para remaja belajar
dasar-dasar ilmu seperti tafsir, hadis, fiqhi dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, meramu
untuk memuntut ilmu kepada Seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu ibadah atau
agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama
bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan berlangsung di istana atau di rumah
penguasa terasebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani
Abbas, dengan bedirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu

2
Murodi, dkk, Sejarah Kebubayaan Islam (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2003), h. 68
3

lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana
orang juga dapat membaca menulis dan berdiskusi.
Lembaga pendidikan Islam yang untuk pengajaran dan pendidikan adalah
didirikannya Bait Al-Hikmah (Rumah Kebajikan) yang didirikan oleh Al-Mamun
pada tahun 830 M di kota Bagdad sebagai ibu kota Negara. Dengan adanya lembaga
ini memberikan efek positif yakni tempat itu dijadikan sebagi pusat pembelajaran,
dan penerjemahan buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti buku-buku karya
bangsa-bangsa Yunani, Romawi, dan Persia serta berbagi naskah yang ada di
kawasan timur tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.
3

Perkembangan pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah mengalami
kemajuan seiring dengan tingginya perhatian pada ilmu pengetahuan dan
didirikannya lembaga dan lahirnya tokoh-tokoh yang ahli di berbagai bidang
keilmuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik permasalah pokok yaitu, bagaimana
Pendidikan Masa Daulah Abbasiyah (Masa Perkembangan). Untuk terarahnya
pembahasan dalam makalah ini, penulis merumuskan sub masalah sebagai berikut:
A. Bagaimana perkembangan pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah?
B. Bagaimana bentuk dan jenis pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah?



3
Murodi, dik., Sejarah Kebubayaan Islam (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2003), h. 69
4


II. PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Daulah Abbasiyah
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah The Golden Age. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak
kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga
telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan
banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini
kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan
berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
4

Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak
pemerintahan pengganti Khalifah Abu Jafar al-Mansur yaitu pada masa Khalifah al-
Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun
Al-Rasyid. Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis Kesenian,
terutama kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai
buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India
misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai
cerita Fabel yang bersifat anonim. Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada
bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli.
Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu
pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang

4
A. Hasjmi. Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997), h. 212
5

pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang
sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang
memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
5

Di samping itu kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pada masa
pemerintahan bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk islam.
Asimilasinya berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu
memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pengaruh Persia, sangat kuat dibidang pemerintahan. Selain itu bangsa Persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India
terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan
pengaruh Yunani masuk dalam banyak bidang ilmu terutama filsafat.
6

2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Pertama, pada khalifah al-
Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan
adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung
mulai masa khalifah al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan yaitu dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas,
bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
7


5
A. Hasjmi. Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997), h. 212
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 55.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, h. 56.
6

Perkembangan Pendidikan Islam pada masa Abbasiyah merupakan capaian
kemajuan dunia Islam sepanjang sejarah yang pernah ada.
B. Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya
kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai
pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk
pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam
berbagai aspek budaya kaum muslimin.
8

Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana
pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada
bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum
sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan berenang.
Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa, kurikulum tingat rendah sedikit
berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran, ilmu sejarah,
cerita perang, cara-cara pergaulan, di samping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran,

8
E. Abdul Aziz Tirbisi, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam (Tangerang: Usaha
Nasional, 2007), h. 395.
7

syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih
bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan
formal, seperti masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus
dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran
yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu
aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari
seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan
bisa berupa dikte, ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum
dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu
pelajaran, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di
benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah
sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.
9

Penulis berkesimpulan bahwa sistem pendidikan pada masa Abbasiyah ini
menjadi cikal bakal sistem pendidikan Islam selanjutnya.
C. Bentuk dan J enis Pengetahuan yang Berkembang pada Masa Daulah
Abbasiyah

9
Badri Yatim, Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2006), h. 101-102
8

Di masa Bani Abbas inilah perhatian kepada ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani memuncak, terutama di zaman Harun al-Rasyid dan al-Mamun. Buku-buku
ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kegiatan penerjemahan buku-buku ini berjalan
kira-kira satu abad. Bait al-Hikmah, yang didirikan al-Mamun, bukan hanya
merupakan pusat penerjemahan tetapi juga akademi yang mempunyai perpustakaan.
Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah
ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah dan
filsafat.
10

Cendekiawan-cendikiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan
dan filsafat yang mereka pelajar dari buku-buku Yunani, tetapi memindahkan ke
dalamnya hasil-hasil penyedilikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan hasil pemikiran mereka sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan
dan hasil pemikiran mereka dalam filsafat. Dengan demikian timbullah ahli-ahli
pengetahuan dan filosof-filosof Islam.
11

Bentuk dan jenis pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1. Ilmu Astronomi
Dalam lapangan ilmu pengetahuan astronomi terkenal nama al-Fazari (abad
VIII) sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolabe (alat yang
dahulu dipakai untuk mengukur tinggi bintang-bintang dan sebagainya). Al-
Fargani yang dikenal di Eropa dengan Fragnus, mengarang ringkasan tentang ilmu

10
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Cet. V; Jakarta: UI Press, 2010),
h. 65.
11
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 66.
9

astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan
Johannes Hispalensis.

2. Ilmu Optika
Dalam optika, Abu Ali al-Hasan Ibu al-Haytham (abad X) yang namanya di-
Eropa-kan dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang
pendapat bahwa mata yang mengirim cahaya kepada benda yang dilihat. Menurut
teorinya yang kemudian ternyata kebenarannya, bendalah yang mengirim cahaya
ke mata dan karena menerima cahaya itu mata melihat benda yang bersangkutan.
3. Ilmu Kimia
Dalam ilmu kimia, Jabir Ibnu Hayyan terkenal sebagai bapak al-kimia, dan
Abu Bakar Zakaria al-Razi (865-925 M) mengarang buku besar tentang al-kimia
yang baru dijumpai di abad XX ini kembali. Pengetahuan yang diperoleh Islam
dari Yunani sedikit sekali, pengetahuan ini banyak berkembang sebagai hasil
penyelidikan ahli-ahli Islam.
4. Ilmu Fisika
Dalam lapangan fisika, Abu Raihan Muhammad al-Baituni (973-1048 M)
sebelum Galileo telah mengemukakan teori tentang bumi berputar pada porosnya.
Selanjutnya ia mengadakan penyelidikan tentang kecepatan suara dan cahaya dan
berhasil dalam menentukan berat dan kepadatan 18 macam permata dan metal.
5. Ilmu Geografi
Dalam bidang geografi Abu al-Hasan Ali al-Masud adalah seorang
pengembara yang mengadakan kunjungan ke berbagai dunia Islam di abad X dan
10

menerangkan dalam bukunya Maruj al-Zahab tentang geografi, agama, adat
istiadat dan sebagainya daerah yang dikunjunginya.


6. Ilmu Kedokteran
Pengaruh Islam yang terbesar terdapat dalam lapangan ilmu kedokteran dan
filsafat. Dalam ilmu kedokteran, al-Razi yang di Eropa dikenal dengan nama
Rhazes, mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin, Inggeris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Begitu
pentingnya buku ini bagi Eropa sehingga terjemahan Inggrisnya dicetak empat
puluh kali di antara tahun 1498 dan 1866 M. Bukunya Al-Hawi, yang terdiri atas
20 jilid, membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin di tahun 1279 dan menjadi buku pegangan penting berabad-
abad lamanya di Eropa. Al-Hawi merupakan salah satu dari kesembilan karangan
seluruh perpustakaan Fakultas Kedokteran Paris di tahun 1395 M. Ibnu Sina (980-
1037 M) selain dari filosof, dia juga seorang dokter yang mengarang suatu
ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama al-Qanun fi al-
Tib. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, berpuluh kali dicetak
dan tetap dipakai di Eropa sampai pertengahan kedua dari abad XVII.
7. Ilmu Filsafat
Dalam lapangan filsafat, nama al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd terkenal.
Al-Farabi mengarang buku-buku dalam filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika,
dan interpretasi tentang filsafat Aristoteles. Sebagian dari karangannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan masih dipakai di Eropa pada abad XVII.
11

Ibnu Sina banyak mengarang dan yang termasyhur ialah Al-Syifa, suatu
ensiklopedia tentang fisika, metafisika dan matematika yang terdiri atas 18 jilid.
Bagi Eropa Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarang tentang filsafat Aristoteles
lebih masyhur daripada al-Farabi, tetapi di antara semuanya, Ibnu Rusyd atau
Averroeslah yang banyak berpengaruh di Eropa dalam bidang filsafat, sehingga di
sana terdapat aliran yang disebut Averroisme.
12

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju, terutama melalui gerakan
terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum.
Tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal
dua metode penafsiran. Pertama, tafsir bi al-matsur yaitu, interpretasi tradisional
dengan mengambil interpretasi dari Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya.
Kedua, tafsir bi al-rayi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada
pendapat dan pikiran bersumber dari hadis dan pendapat sahabat. Kedua metode ini
memang berkembang pada masa pemerintahan Abbasiyah, akan tetapi jelas sekali
bahwa tafsir dengan metode bi al-rayi (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh
perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan, hal yang sama juga terlihat
dalam ilmu fiqh, dan terutama dalam ilmu teologi perkembangan logika di kalangan
umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
13

Perhatian dan minat orang Arab Islam pada masa paling awal tertuju pada
bidang ilmu pengetahuan yang lahir karena motif keagamaan. Kebutuhan untuk
memahami dan menjelaskan al-Quran, kemudian menjadi landasan teologis yang
serius. Interaksi dengan dunia kristen di Damaskus telah memicu munculnya

12
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 66-68.
13
http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-bani-
abbasiyah/ Diakses pada 8 Mei 2014.
12

pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan madzhab pemikiran Murjiah dan
Qadariyah. Untuk mempelajari teologi disediakan madrasah yang sudah diakui oleh
negara yaitu Madrasah Nizhamiyah, khususnya untuk mempelajari madzhab syafii
dan teologi asyariyah.
14

Di periode ini pula ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam disusun. Dalam
lapangan penyusunan hadis-hadis Nabi menjadi buku, terkenal dengan nama Bukhari
dan Muslim (abad IX) dalam lapangan fiqhi atau hukum Islam nama-nama Malik Ibn
Anas, al-Syafii, Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal cukup dikenal (abad VIII dan
IX), dalam bidang tafsir, al-Tabari (839-923 M), dalam lapangan sejarah Ibn Hisyam
(abad VIII), Ibn Saad (abad IX), dan lain-lainnya, dalam lapangan ilmu kalam atau
teologi Wasil Ibn Ata, Ibn Huzail, al-Allaf dan lain-lainnya dari Mutazilah, dari ahli
sunnah Abu al-Hasan al-Asyari dan al-Maturidi (abad IX dan X) dan dalam lapangan
tasawuf atau mistisisme Islam, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn
Mansur al-Hallaj dan sebagainya. Dalam lapangan sastra terkenal Abu al-Farraj al-
Isfahani dengan bukunya Kitab Al-Aghani. Di pertengahan abad X keluar pula Alfu
Lailah Wa Lailah yang disusun oleh al-Jasyiari.
15

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan pendidikan dan perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Abbasiyah telah memberikan sumbangsih bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan modern yang telah diletakkan dasar-
dasarnya pada masa keemasan Islam.



14
Philip K. Hitti, History of the Arabs (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 514.
15
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 68-69
13



III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah sangat pesat dan
merupakan masa keemasan Islam ditandai dengan diajarkannya berbagai
macam jenis keilmuan dalam lembaga pendidikan.
2. Bentuk dan jenis pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah antara lain; Ilmu Astronomi, Ilmu Optika, Ilmu Kimia, Ilmu
Fisika, Ilmu Geografi, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Filsafat. Dalam bidang
keagamaan lahir ilmu hadis, fiqhi atau hukum Islam, tafsir, sejarah, ilmu
kalam atau teologi, tasawuf atau mistisisme Islam dan sastra.

B. Saran
Adapun saran penulis sebagai berikut:
1. Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap dapat
meluruskannya.
2. Disarankan agar membandingkan dengan literatur-literatur yang berkenaan
dengan pembahasan ini sehingga bisa lebih menyempurnakan pembahasan materi
dalam makalah ini.

14



DAFTAR PUSTAKA
Hasjmi A.. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.
http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-
bani-abbasiyah/ Diakses pada 8 Mei 2014.
http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-
tanpa-dikotomi/#more-50. Diakses pada tanggal 8 Mei 2014.
Murodi, dkk. Sejarah Kebubayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra, 2003.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Cet. V; Jakarta: UI Press,
2010.
Tirbisi, E. Abdul Aziz. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. Tangerang: Usaha
Nasional, 2007.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000.
-------. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah. Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2006.

Anda mungkin juga menyukai