Anda di halaman 1dari 47

Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abasiyah

BAB 11 PEMBAHASAN A. Dinasti Abassiyah Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass.1[1] Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamum (813-833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan, Kritik sastra, filsafat, puisi, kedokteran, matematika, dan astronomi berkembang pesat tidak saja di Baghdad tetapi juga di Kufah, Basrah, Jundabir, dan Harran. Pada masa-masa awal sudah ada sekitar 800 orang dokter dengan berbagai kehliannya, apoteker, dan kelengkapan-kelengkapan kesehatan lainnya. Sementara putranya alMamun, dikenal sebagai khalifah yang cinta ilmu. Pada masanya, penerjemahan buku -buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia memberi gaji penerjemahpenerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah. Salah satu karya besarnya adalah pembangunan Bait al-Hikmah sebagai perpustakaan besar..2[2]dan digunakan juga sebagai pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama Darul Ilmi yang berisi buku-buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya. Pada masa Al-Mamun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kekota inilah para pencari ilmu datang berduyun-duyun.3[3] B. Perkembangan ilmu pengetahuan
1[1] http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-baniabbasiyah/ 18 OKT 2011,5.57 2[2] http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-tanpa-dikotomi/
3[3] http://miftah-effendi.blogspot.com/2010/04/pendidikan-islam-pada-zaman-bani.html

Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas bani Abbas sendiri. Sebagian diantarannya sudah dimulai pada awal kebangkitan islam. Lembaga pendidikan sudah berkembang, ketika itu lembaga pendidikan ini terdiri dari dua tingkat : 1. Maktab/Kuttab dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat para remaja belajar dasar-dasar agama, seperti tafsir, hadis, fiqh, dan bahasa. 2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memper dalam ilmunya, pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Ilmu yang dituntut umumnya ilmu agama, pengajarannya biasanya berlangsung di mesjid-mesjid atau di rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut, dengan memanggil ulama ahli kesana. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yapitu : 1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk islam. Asimilasinya berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh Persia, sangat kuat dibidang pemerintahan. Selain itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk dalam banyak bidang ilmu terutama filsafat.4[4] 2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Pertama, pada khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Mamun hingga tahun 300H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan yaitu dalam bidang filsafat dan kedokteran.

4[4] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam dirasah islamiyah II, PT Raja Grafindo Persada, th. 2000,h. 55

Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H, terutama setelah adanya pembuatan kertas, bidangbidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.5[5] Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum. Tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran, pertama, tafsir bi al-matsur yaitu, interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi SAW dan para sahabatnya. Kedua, tafsir bi al-rayi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Abbasiyah, akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al rayi (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan, hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh, dan terutama dalam ilmu teologi perkembangan logika dikalangan umat islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.6[6] Perhatian dan minat orang Arab Islam pada masa paling awal tertuju paada bidang ilmu pengetahuan yang lahir karena motif keagamaan. Kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan al-Quran, kemudian menjadi landasan teologis yang serius. Interaksi dengan dunia kristen di Damaskus telah memicu munculnya pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan madzhab pemikiran Murjiah dan Qodariyah. Untuk mempelajari teologi di sediakan madrasah yang sudah diakui oleh negara yaitu Madrasah Nizhamiyah, khususnya untuk mempelajari madzhab syafii dan teologi asyariyah.7[7] . Bidang kajian berikutnya adalah Hadits, yaitu perilaku, ucapan, persetujuan Nabi. Yang kemudian menjadi sumber ajaran paling penting, awalnya hanya diriwayatkan dari mulut kemulut, kemudian direkam pada abad ke-2 hijriyah.8[8] Lahirnya ilmu kalam atau teologi itu dikarenakan dua faktor : 1. Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat,

5[5]5[5] Ibid badri Yatim 56 6[6] http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-bani-abbasiyah/ 7[7] Philip K.Hitti, History of the Arabs, PT. Serambi Ilmu Semesta, jakarta, 2005, h.514 8[8] ibid. 492

2. Karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa ke pola akal dan ilmu.9[9]

Faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan sains dan filsafat di masa dinasti Abassiyah, diantarannya adalah : 1. Kontak antara slam dan Persia menjadi jembatan perkembangan sainsdan filsafat karena secara kultural persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan Yunani. 2. Etos ke ilmuan para khalifah Abbasiyah tampak menonjol terutama pada dua khalifah terkemuka yaitu Harun Ar-rassyid dan Al-Mamun yang begitu mencintai Ilmu. 3. Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil oleh khalifah untuk mendidik keluarga istana dalam hal pengembangan keilmuan. 4. Aktifitas penerjemahan literatur-literatur Yunani kedalam bahasa Arab demikian besar dan ini didukung oleh khalifah yang memberi imbalanyang besar terhadap para penterjemah. 5. Relatif tidak adanya pembukaan daerah dan pemberontakan-pemberontakan menyebabkan stabilitas negara terjamin sehingga konsentrasi pemerintah untuk memajukan aspek sosial dan intelektual menemukan peluangnya. 6. Adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dan kebudayaan lain. 7. Situasi sosial baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam suku, ras dan etnis serta masing-masing kulturalyang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.10[10]

Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upayaupaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat ihat dari bangunan-bangunan yang berupa:

9[9] Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik perkembangan ilmu pengetahuan islam, prenada Media, 2003, h. 68 10[10] Didin Saefudin, Zaman ke emasaan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti Abassiyah, Pt Grasindo, Jakarta, 2002, h. 147-148.

a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah. b. Majlis Muhadharah,yaitu untuk tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan

pujangga

membahas

masalah-masalah

ilmiah.

c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.

d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam e. bentuk Masjid, yang Biasanya ada sampai sekarang untuk ini, dengan tinggi nama dan Madrasah. tahassus.

dipakai

pendidikan

Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur. C. Tokoh-tokoh/ Para ilmuwan zaman Abbasiyah

1. Bidang Astronomi Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe 2.Bidang Kedokteran Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib. Ia juga berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. 3.Bidang Optika Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihatnya. 4.Bidang Kimia Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak 5.Bidang Matematika Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah 6.Bidang Sejarah Al-Masudi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Maadin al-Jawahir Ibn Saad 7.Bidang Filsafat

Al-Farabi, banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles 8.Bidang Tafsir Ibn Jarir ath Tabary 9.Bidang Hadis Imam Bukhori 10.Bidang Kalam Al-Asyari 11.Bidang Geografi Syarif Idrisy 12.Bidang Tasawuf Shabuddin Sahrawardi11[11]

11[11] http://paistudy.blogspot.com/2011/06/sejarah-daulah-abbasiyah.html

KESIMPULAN 1. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. 2. Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas bani Abbas sendiri. Sebagian diantarannya sudah dimulai pada awal kebangkitan islam. Lembaga pendidikan sudah berkembang, ketika itu lembaga pendidikan ini terdiri dari dua tingkat : - Maktab/Kuttab dan mesjid - Tingkat pendalaman 3. Lahirnya ilmu kalam atau teologi itu dikarenakan dua faktor : Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat, Karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa ke pola akal dan ilmu 4. bangunan-bangunan masa Abassiyah a. Kuttab, b. Majlis Muhadharah c. Darul Hikmah d. Madrasah e. Masjid 5. Para ilmuwan zaman Abbasiyah Al-Fazari,, Ibnu Sina, Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani, Jabir ibn Hayyan, Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, Al-Masudi, Al-Farabi, Ibn Jarir ath Tabary, Imam Bukhori, Al-Asyariif Idrisy, Shabuddin Sahrawardi.

DAFTAR PUSTAKA

Saefudin, Didin, Zaman ke emasaan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti Abassiyah, Pt Grasindo, Jakarta:2002. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam dirasah islamiyah II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2000. Hitti, K. Philip, History of the Arabs di terjemahkan dari history of Arabs, PT. Serambi Ilmu Semesta, jakarta: 2005. Prof. Dr. Hj. Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu pengetahuan Islam, Prenada Media, Jakarta Timur:2003. http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-baniabbasiyah/ http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-tanpadikotomi/ http://miftah-effendi.blogspot.com/2010/04/pendidikan-islam-pada-zaman-bani.html http://paistudy.blogspot.com/2011/06/sejarah-daulah-abbasiyah.html

Diposkan oleh Imam_S di 07.46

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa pemerintahan bani Abbasyiyah merupakan puncak perkembangan pendidikan Islam di dunia. Selama pemerintahan bani Abbasyiyah, banyak bidang pendidikan Agama maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan pendidikan tersebut.

Pendidikan Islam yang sangat berkembang pada masa Bani Abbasyiyah yaitu pada pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, pendidikan Islam sangat berkembang pesat sehingga banyak ilmu-ilmu baru yang sampai saat ini terus dikembangkan, misalnya dalam ilmu umum diantaranya bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika, dan lain-lain. Juga dalam ilmu agama diantaranya tafsir, kalam, tasawuf, dan lainlain. 1.2.Tujuan 1. Memahami sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah. 2. Mengetahui tokoh-tokoh pendidikan islam yang berpengaruh pada masa bani Abbasyiyah. 3. Mengetahui lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah. 4. Mengetahui kurikulum pendidikan yang terapkan pada masa bani Abbasyiyah. 1.3.Rumusan masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah? 2. Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan islam yang berpengaruh pada masa bani Abbasyiyah? 3. Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah? 4. Bagaimana kurikulum pendidikan yang diterapkan pada masa bani Abbasyiyah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sekilas Sejarah Bani Abbasyiyah Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M). Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode: 1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama. 2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. 4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung). 5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol. 2.2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamum (813-833 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi. 2.3. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah Beberapa ilmuwan muslim pada masa Daulat Abbasyiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya: Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit

dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina. Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan. Al Yaqubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah i lmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Yaqubi historiae. Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri). Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah. Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain : 1. Ilmu Umum a. Ilmu Filsafat 1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul. 2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun. 3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H) 4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H) 5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain 6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lain-lain

7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain b. Bidang Kedokteran 1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia. 2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing. 3) Thabib bin Qurra (836-901 M) 4) c. Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin. Bidang Matematika 1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad. 2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0). d. Bidang Astronomi Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti : 1) Al Farazi : pencipta Astro lobe 2) Al Gattani/Al Betagnius 3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan 4) Al Farghoni atau Al Fragenius e. Bidang Seni Ukir Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan. 2. Ilmu Naqli a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lainlain b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mutazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asyary, Hujjatul Islam Imam Ghazali

d.

Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H) karangannya: ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H) karangannya: Awariful Maarif, Imam Ghazali : karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.

e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syiah (Hasjmy, 1995:276-278). 2.4. Lembaga-Lembaga Pada Masa Bani Abbasyiyah Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunanbangunan yang berupa: a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah. b. c. Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana, ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah. Darul Hikmah, adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar. d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah. e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus. Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah Adapun lembaga-lembaga pendidikan islam yang sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik, adalah: 1. Suffah Pada masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu tempat yang dipakai untuk aktivitas pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari membaca dan menghafal al-quran secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan langsung dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga menawarkan pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi dan ilmu filsafat. 2. Kuttab atau maktab

Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab atau maktab berarti tempat untuk menulis atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Dengan adanya perubahan kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa kuttab pada awal perkembangan merupakan lembaga pendidikan yang tertutup dan setelah adanya persentuhan dengan peradaban helenisme menjadi lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum, termasuk filsafat. 3. Halaqah Halaqah artinya lingkaran. Artinya proses belajar mengajar disini dilaksanakan dimana murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk megajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat. 4. Majlis Istilah majlis telah dipakai dalam pendidikan sejak abad pertama islam, mulanya ia merujuk pada arti tempat-tempat pelaksanakan belajar mengajar. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, diantaranya: Majlis al-hadits, Majlis al-tadris, Majlis al-munazharah, Majlis muzakarah, Majlis al-syuara, Majlis al-adab, dan Majlis al-fatwa dan al-nazar. 5. Masjid Semenjak berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan. Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-pejabat pemerintah, seperti, qodhi, khotib dan iman masjid. 6. Khan Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di bagdad. 7. Ribarth

Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah. 8. Rumah Ulama Rumah sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, namun para ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. 9. Toko-toko buku dan perpustakaan Toko-toko buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu. Disamping tokobuku, perpustakan juga memilki peranan penting dalam kegiatan transfer keilmuan islam. 10. Rumah sakit Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup pesat. Rumah sakit juga merupakan tempat praktikum sekolah kedokteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan .

11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui) Badiah merupakan sumber bahasa arab yang asli dan murni, dan mereka tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa arab. Oleh karena itu badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang asli dan murni. Sehingga banyak anak-anak khulifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab. Dengan begitu badiah-badiah telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Madrasah 1. Sejarah dan motivasi pendirian madrasah Lahirnya mesjid-mesjid. lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di

Disisi lain, syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, menurutnya madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak hanya kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal madrasah. Meskipun madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran didunia islam baru timbul sekitar abad ke-14 H, ini bukan berarti bahwa sejak awal perkembangannya islam tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Pada awal telah berdiri madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya madrasah nizamiyah, madrasah tersebut berada diwilayah Persia, tepatnya di daerah Nisyapur, misalnya madrasah al-baihaqiyah, madrasah saidiyah dan madrasah yang terdapat di Khusan. 2. Madrasah Nizhamiyah. Madrasah nizhamiyah merupakan pertotipe awal bagi lembaga pendidikan tinggi, ia juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan islam sebagai suatu lembaga pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintah atau penguasa ikut terlibat didalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik dan lain-lain. Kendati madrasah nizhamiyah mampu melestarikan tradisi keilmuan dan menyebarkan ajaran islam dalam persi tertentu. Tetapi keterkaitan dengan standarisasi dan pelestarian ajaran kurang mampu menunjang pengembangan ilmu dan penelitian yang inofatif. 3. Madrasah di Mekah dan Madinah. Secara kuantitatif madrasah di Mekah lebih banyak dibandingkan di Madinah. Diantaranya madrasah Abu Hanifah, Maliki, madrasah Ursufiyah, madrasah Muzhafariah, sedangkan madrasah megah yang dijumpai di Mekah adalah madrasah qoiit bey, didirikan oleh Sultan Mamluk di Mesir. 2.5. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Bani Abbasyiyah Kurikulum Pendidikan Sebelum Berdirinya Madrasah. a. Kurikulum pendidikan rendah/dasar Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis al-quran, kadang diajarkan bahasa nahwu dan arudh. Sedangkan kurikulum yang

ditawarkan oleh Ibnu Sina untuk tingkat ini adalah mengajari al-quran, karena anak-anak dari segi fisik dan mental telah siap menerima pendiktean. Berikut sebuah riwayat yang bisa memberikan gambaran tentang kurikulum pendidikan pada tingkat dasar pada saat itu. Al Mufadhal bin Yazid menceritakan bahwa pada suatu hari ia berjumpa seorang anak-anak laki dari seorang baduwi. Karena merasa tertarik dengan anak itu, kemudian ia bertanya pada ibunya. Ibunya berkata kepada Yazid: apabila ia sudah berusia lima tahun saya akan menyerahkannya kepada seorang muaddib (guru), yang akan mengajarkannya menghapal dan membaca Al-Quran lalu dia akan mengajarkannya syair. Dan apabila dia sudah dewasa, saya akan menyuruh orang mengajarinya naik kuda dan memanggul senjata kemudian dia akan mondar-mandir di lorong-lorong kampungnya untuk mendengarkan suara orang-orang yang minta pertolongan. b. Kurikulum pendidikan tinggi. Kurikulum pendidikan tinggi, berpariasi tergantung pada syaikh yang mau mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan. Al-Khuwarazmi (Yusuf al-kutub, tahun 976) meringkas kurikulum agama sebagai berikut: Ilmu Fiqih, ilmu nahwu, ilmu kalam, ilmu kitabah (sekretaris), ilmu arudh, dan lainlain. Ikhwan Al-Ahafa mengklasifikasikan ilmu-ilmu umum kepada: 1) Disiplin-disiplin umum: tulis baca, arti baca gramatika, ilmu hitung, satra, ilmu tentang tanda dan isyarat, ilmu sihir, jimat, kimia, sulap, dagang, dan sebagainya. 2) Ilmu-ilmu filosofis: matematika, logika, ilmu angka-angka, geometri, astronomi, musik, aritmatika dan hukum-hukum geometri, dan sebagainya. Kurikulum Pendidikan Setelah Berdirinya Madrasah. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan, mendirikan madrasah dianggap krusial. Pendirian lembaga pendidikan tinggi islam ini terjadi di bawah patronase wazir Nizam Al-Mulk (1064 M). Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk seorang ahli fiqih yang termasyhur dalam suatu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan Halab beberapa madrasah untuk mazhab Hanafi dan Syafii dan telah dibangun juga sebuah madrasah untuk mazhab ini di kota Mesir.

Berdirinya madrasah, pada satu sisi, merupakan sumbangan islam bagi peradaban sesudahnya, tapi pada sisi lain membawa dampak yang buruk bagi dunia pendidikan setelah hegomoni negara terlalu kuat terhadap madrasah ini. Akibatnya kurikulum madrasah ini dibatasi hanya pada wilayah hukum (fiqih) dan teologi. pemakruhan penggunaan nalar setelah runtuhnya Mutazilah, ilmu-ilmu profan yang sangat dicurigai dihapus dari kurikulum madrasah, mereka yang punya minat besar terhadap ilmu-ilmu ini terpaksa belajar sendirisendiri. Karenanya ilmu-ilmu profan banyak berkembang di lembaga nonformal. BAB III KESIMPULAN Pada masa bani Abbasyiyah, pendidikan islam sangat berkembang pesat terutama pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, banyak bermunculan pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan dengan ilmu agama dan ilmu umum. Dan juga bermunculah tokoh-tokoh pendidikan islam yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan agama maupun pendidikan umum. Pada masa pemerintaha Ar-Rasyid banyak dibangun lembaga-lembaga pendidikan seperti Suffah, kuttab/maktab, halaqoh, majlis, masjid, khan, ribbat, rumah ulama, rumah sakit, toko buku perpustakaan, dan badiah. Juga yang sampai saat ini masih dipergunakan oleh para pelajar untuk belajar pendidikan umum dan agama, yaitu Madrasah.

DAFTAR PUSTAKA http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-baniabbasiyah/ http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah http://auliaarif99.blogdetik.com/2011/09/15/jejak-kegemilangan-umat-islam-dalam-pentassejarah-dunia/ http://irvanzaky.blogspot.com/2011/05/pendidikan-pada-masa-kemunduran-dinasti.html http://www.alenatore.com/tag/pendidikan-islam-pada-masa-dinasti-abbasiyah http://miftah-effendi.blogspot.com/2010/04/pendidikan-islam-pada-zaman-bani.html Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN


PENDAHULUAN Pendidikan Islam telah dimulai sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manuisa terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan dan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengaja r atau pendidik (mualim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-quran. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslim pertama. Setelah Rasulullah wafa maka pemerinah Islam dipegang secara bergantian leh Abu Bakar, Umar bin Khtab, Ustman bin Afan, dan Ali bin Abi Thalib. Pendidikan islam pada saat itu adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa sekitar jazirah Arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan Al-quran dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsabangsa secara luas pula. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam pendidikan islam pada masa itu. Yang kemudian digantikan oleh para tabiin, namun berkembang sebagaimana masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nai Muhammad SAW. yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam. Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan banu Ummayah serta Bani Abbasiyah, yang menemui puncak kejayaan pendidikan Islam pada masa bani Abbasiyah. Kemajuan yang tidak ada tantinannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan pendidikan serta peradaban dan kebudyaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa Bani Abbasiyah periode pertama.

BAB II PEMBAHASAN PENYAJIAN DATA SEJARAH Pendidikan Islam Di masa Nabi Muhammad SAW. Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sebagai tanda datangnya Islam sampai sekarang telah berjalan sekitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode . Pertama, periode klasik antara tahun 650-1250 M. Kedua, periode pertengahan antara tahun 1250-1800 M. Ketiga, periode modern sejak tahun 1800 M, pendidikan Islam mempunyai sejaran yang panjang simulai sejak jaman klasik. Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW. merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagai mana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis dalam terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam dapat ditemukan di Mekkah pda zaman Rasulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dengan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam dan perkembangan agam Islam. Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnnya pengembangann bidang kailmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. adalah untuk membuka gerbang ilmu pengetahuan bagi manusia dengan jlan mendidik atau mengajar. Nabi Muhammad sebagai salah seorang yang d iangkat sebagai pengajar atau pendidik (mualim). Disamping itu beiau diperintahkan oleh Allah untuk menyebrak an pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-Quran . dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslin yang pertama. Pada masa ni pendidikan diartikan sebagai pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsure budaya bangsa Arab dan menyatu di dalamnya. Dengan pembudayaan Islam kedalam system dan lingkungan budaya Arab tersebut, maka terbentukkah system budaya Islam dalam lingkungan budaya Arab . Dalam proses pembudayaan ajaran Islam kedalam lingkungan budaya Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalnya Islam mendatangkan sesuatu ajaran yang bersifat memperkya dan melengkapi unsure budaya yang telah ada dengan menambah yang baru. Ada kalnya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan unsure budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi kebiasaan adat istiat. Adakalanya islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang

praktiknya menyimpang dari ajaran Islam. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin. Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam member contoh bagaimana cara menegndalikan negara dengan bijaksana (hikamt), kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak,berpikir, bertindak, berlaku, berbuat, yang dalam istilah sekaran disebut taktik, strategi dalam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Alquran dan al-Hadits telah mentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir , bermusyawarah, dan bertindak. Setelah Rasulullah wafat , maka pemerintahan Islam dipegang secara bergantian oeleh Abu Bakar, Uamar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, pada awal pemerintahannya diguncang oleh pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan oranmg-orang yang tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatian untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan dapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam. Pada masa ini juga sudah terdapat engajaran bahasa Arab, dengan dikuasainya wiyah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Orang-rang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dann mendalam ajaran Islam. Pada masa khalifah utsman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan dengan masa sebelumnya. Para sahaba diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan Madianh untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersearnya sahabat-sahant besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat ytang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah terdekat Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran Islam kedalam lingkungan budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah Arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembngan pendidikan Islam pada masa ini sebgaian besar memang diwarnai oleh pengajaran dan pembudayan la-quran dan sunnah kedalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas pula. Para khulafaur Rasidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan pada masa ini, yang kemudian digantikan oleh para tabiin, namun berkembang sebagaiman masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW. yang menekankan pada pengajaran baca tulus dan ajaran ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik, khsusunya dimasa ali bin Abi Thalib. Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Muawiyah, Abbasiyah dan Kekhalifahan Selanjutnya Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan bani Umayyah. Selama pemerintahan Muawiyyah, daerah kekuasaan umat Islam meluas sampai Lahore di Psakistan. Perharian khalifah diarahkan ke Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Muawiyyah mencapai 1700 kapal perang, membuat Muawiyyah dapat menundukkan banyak pulau diantaranya ialah Rodhes dan pulau yang lain di Yunani. Adapun kemajuan penddidikan dan peradaban Abbasiyahmencapai kejayaan terutama pama masa khalifah al-Mahdi dan puncak popularitas baru setelah pemerintahan Harun al-Rasyid yang diteruskan putranya al-Makmur. Masa kejayaan ini ditandai dengan perkembangan pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri. Dengan berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan juga merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan kebudayaan-kebudayaan islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sangat cepat , merupakan cirri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsure-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsure unsure yang berasal dari luar, yaitu unsure budaya perseia, Yunani, Romawi, India, dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsure budaya dari luar itu, kemudian mengembangkan lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsure unsur Islamnya Nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. Filsafat Yunani mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab.

Al-Mamun adalah Khalifah yang banyak jasanya dalam menerjemahkan berupa emas seberat yang diterjemahkannnya. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai masam ilmu pengethauan yang baru. Unsur dialektika dari Socrates, idealism Plato dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam seperti, Qadariyah, Asyariyah, dan Mutazilah. Metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Khindi, Alrazi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya. Melalui orang-orang kreaif seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Cina, Al-Masudi, Al-Tabrani, Al-Ghazali, AlKhawarizmi, Nasil Khusru, Omar Khayyam, dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah. Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat : Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan erendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits , fiqh dan bahasa. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah kepada seorang atau beberapa ahli dalam bidangnya msing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengjarannya berlangsung di masjid-masjid atau dirumah-rumah ulama yang bersangkutan. Bagi anak-anak penguasa, pendidikan dapat dilakukan di Istasa atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana. Lembaga-lembaga ini kemudian erkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitabkitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sanat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak jaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengn bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas , bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk islam . Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernialai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu salam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat dibidang pemerintahan. Disamping itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu , filsafat, dan sastra. Pengaruh Idian terlihat dalam bisang kedokteran , ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai pada mada khalifal al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung sejak tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan sedemikian luas. Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut , terutama melalui gerkan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-matsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-Rayi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pemikiran daripada hadts dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-rati (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga dilihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika dikalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut. Imam-imam mazhan hokum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abasiyah pertama, Imam Abu Hanifah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada ditengah-tengah kbudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadis. Muridnya sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudaht di jaman Harun al-Rasyid. Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab itu ditengahi oleh Imam SyafiI (767 -820 M) dan Imam Ahmad Hambal (780-855).

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan asronomi terkenal nama al-Farazi sebagai astrnomi Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani yang terkenal di Eropa dengan nama al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan kedalam bahasa lain oleh, Gerard Cremona dan Juhannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibnu Sina . al-Razi adalah tokoh pertema yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang yang pertama menysusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokeran berada ditangann Ibnu Sina. Ibnu Sina yang juga seorang Filosof berhadil menemukan system peredaran darah pada manusia . diantaranya karyanya adalah al-Qoonum fi al-Thibb yang merupakan endiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah. Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya kebenda yang dilihat. Menurut teorinya kemudian terukti kebenarannnya, bendalah yang mengirim cahaya kepada mata. Dibidang kimia, erkenal dengan nama Jabir ibnu Hayyan, dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emad atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Dibidang matematika dikenal nama Muhammad ibnu Musa alKhawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi . dialah yang menciptakan ilmu al-jabar. Kata aljabar berasal dari bukunya , al-jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al -Masudi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi , diantara karyanya adalah muuruj al-zayhab wa Maaadzin al-Jawahir. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, antara lain logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat aristoteles. Ibnu dina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal diantaranya adalah al-Syifa . Ibnu Rusyd yang di barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan Averroesme. 4. Puncak Kemajuan Ilmu dan Kebudayaan islam Sebagaimana tdikemukakan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, adalah sebagai akibat dari berpadunya unsure-unsur pembawaan ajaran Islam dengan unsure-unsur yang berasal dari luar. Henry Margenan dan David Bergamini dalam The Scienthis sebagaimana diolah oleh Jujun S. Surisumantri, telah mendaftar sederetan cabang ilmu pengetahuan yang telah dikembanghkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan Ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya. Yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah ke dunia barat sebagai berikut: Dalam bidang matematika, telah dikembangkan oleh para sarjan muslim berbagai cabang ilmu pengetahuan, sperti teori bilangan, al-jabar, geometri analit, dan trigonometri. Dalam bidang fisika mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika. Dalam kimia, telah berkembang ilmu kimia. Dalam bidang astronomi, kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit. Dalam bidang geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslim telah mengembangkan Geodesi, Minerologi, dan meteorology. Dalam bidang biologi, mereka telah memiliki ilmu-ilmu Pisiologi, Anatomi, botani, zoology, embriologi, dan pathologi. Dalam bidang social telah pula berkembang ilmu politik. Pada abad ke-10, di dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan tinggi bertaraf internasional. System pengajarannya pun terbilang moderen di jamannya. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut menyangga pilar-pilar peradaban Islam, karena mampu mensiptakan produk-produk budaya tinggi, seperti ilmu pengetahuan yakni: Di Kairo Mesir berdiri Universitas Al-Azhar sejak 988 M. Universitas tertua di dunia ini merupakan tempat yang memadai untuk mempelajari bahasa Arab dan Ilmu-ilmu agama. Disamping itu, ia berperan membentengi akidah umat, terutama selama penyerbuan tentara salib selama 200 tahun dan dilanjutkan dengan era klonialisme di era moderen. Di Baghdad , berdiiri sekolah Nizamiyah pada tahun 1067 M. Philip K Hitti menuturkan, Madrasah Nizamiyah saat itu sudah mempunyai srana belajar yang memadai untuk pengembangan keilmuan para penuntut ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan system yang mendekati system pendidikan yang dikenal sekarang. Di kota yang sama juga berdiri sekolah tinggi Al-Mustansiriyah pata tahun 1226 M. Para pelajar di Al- Muntansiriyah sejak dini dikenalkan fiqh sunni empat mahzab, yakni Hambali , Maliki, SyafiI, Hanafi. Guna menunjang proses belajar mengajar diperkuliahan, pihak kesultanan mendirikan sebuah perpustakaan yang dangat besar. Ibnu Batutta penjelajah muslim asal Maroko, sempat mengutarakan kekagumannya pada kebesaran dan kemegahan perpustakaan di kampus Al-Mustansiriyah ini. Lembaga pendidikan Islam ternama lainnya adalah universitas al-Qawariyyin di kota Fez, Maroko. Universitas ini tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi prestisius diabad pertengahan. Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.

B. ANALISIS FAKTA SEJARAH Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya, yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah. Masa kejayaan ini ditandai dengan perkembangan pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri. Dengan berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan juga merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan kebudayaan-kebudayaan islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sangat cepat , merupakan cirri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsure-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsure unsure yang berasal dari luar, yaitu unsure budaya perseia, Yunani, Romawi, India, dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsure budaya dari luar itu, kemudian mengembangkan lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsure unsur Islamnya Nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab. Unsur dialektika dari Socrates, idealism Plato dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam seperti, Qadariyah, Asyariyah, dan Mutazilah. Selain itu metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, AlKhindi, Al-razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya. Melalui orang-orang kreaif seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Cina, Al-Masudi, Al-Tabrani, Al-Ghazali, AlKhawarizmi, Nasil Khusru, Omar Khayyam, dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah. Memang puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat : Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan erendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits , fiqh dan bahasa. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah kepada seorang atau beberapa ahli dalam bidangnya msing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengjarannya berlangsung di masjid-masjid atau dirumah-rumah ulama yang bersangkutan. Bagi anak-anak penguasa, pendidikan dapat dilakukan di Istasa atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana. Kemudian lembaga-lembaga ini kemudian erkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Berkembangnya lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sanat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak jaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengn bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas , bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk islam . Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernialai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu salam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat dibidang pemerintahan. Disamping itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu , filsafat, dan sastra. Pengaruh Idian terlihat dalam bisang kedokteran , ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai pada mada khalifal al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung sejak tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan sedemikian luas.

Berasal dari pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut , terutama melalui gerkan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-matsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-Rayi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pemikiran daripada hadts dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-rati (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga dilihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika dikalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut. Dalam dunia pendidikan Islam telah berkembang pendidikan tinggi bertaraf internasional pada abad ke-10,. System pengajarannya pun terbilang moderen di jamannya. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut menyangga pilar-pilar peradaban Islam, karena mampu mensiptakan produk-produk budaya tinggi, seperti ilmu pengetahuan yakni: Di Kairo Mesir berdiri Universitas Al-Azhar sejak 988 M. Universitas tertua di dunia ini merupakan tempat yang memadai untuk mempelajari bahasa Arab dan Ilmu-ilmu agama. Disamping itu, ia berperan membentengi akidah umat, terutama selama penyerbuan tentara salib selama 200 tahun dan dilanjutkan dengan era klonialisme di era moderen. Di Baghdad , berdiiri sekolah Nizamiyah pada tahun 1067 M. Philip K Hitti menuturkan, Madrasah Nizamiyah saat itu sudah mempunyai srana belajar yang memadai untuk pengembangan keilmuan para penuntut ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan system yang mendekati system pendidikan yang dikenal sekarang. Di kota yang sama juga berdiri sekolah tinggi Al-Mustansiriyah pata tahun 1226 M. Para pelajar di Al- Muntansiriyah sejak dini dikenalkan fiqh sunni empat mahzab, yakni Hambali , Maliki, SyafiI, Hanafi. Guna menunjang proses belajar mengajar diperkuliahan, pihak kesultanan mendirikan sebuah perpustakaan yang dangat besar. Ibnu Batutta penjelajah muslim asal Maroko, sempat mengutarakan kekagumannya pada kebesaran dan kemegahan perpustakaan di kampus Al-Mustansiriyah ini. Lembaga pendidikan Islam ternama lainnya adalah universitas al-Qawariyyin di kota Fez, Maroko. Universitas ini tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi prestisius diabad pertengahan. Masyarakat Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah mengalami kenajuan ilmu pengetahuan yang sangat peasat karena yang dipengaruhi oleh factor-faktor: 1. Faktor Politik Pindahnya Ibu kota negara dari Syiam ke Irak dan Baghdad sebagai ibu Kotanya. Baghdad pada waktu itu merupakan kota yang paling tinngi kebudayaannya dan lebih dulu mencapai tingkat ilmu pengetahuan. 2. Faktor Sosiografi Meningkatnya kemakmuran umat Islam pada waktu itu kerena luasnya kekuasaan Islam yang menyebabkan bnayak orang Persia dan Romawi yang masuk Islam kemudian menjadi muslim. 3. Aktifitasd Ilmiyah Ada beberapa aktifitas ilmiah yang berlangsung dikalangan umat Islam pada mada itu yang dapat mengantarkan mereka mencapai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan seperti penyusunan buku-buku ilmiah hadits, tafsir, fiqh dan lain-lain kemudian penerjemah merupakan aktifitas yang paling besar perannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Selain itu perkembangan kemajuan pendidikan Islam Nampak adanya dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. 1. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam: Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar pendidikan rendah di Istana Toko-toko kitab Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan) Majlis atau salon kesusteraan Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi) Rumah sakit Perpustakaan Masjid 2. Sistem pendidikan disekolah-sekolah Diantara factor-faktor yang meneybabkan berdirinya sekolah-sekolah diluar masjid adalah bahwa: Khaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai, sering satu sama lain saling mengganggu, disamping sering pula mengganggu orangorang yang beribadah dalam masjid. Keadaan demikian, mendorong untuk dipindahkan khalqah-khalaqah tersebut keluar lingkungan masjid, dan didirikanlah bangunan-bangunan sebagai ruang kuuliah atau kelas-kelas yang tersendiri. Dengan berekmbangnya ilmu pengetahuan bauik mengenai agama maupum umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah-khlaqah (lingkaran-lingkaran pengajaran), yang tidak mungkin semua tertampung dilingkungan masjid.

Rencana pelajaran pada pendidikan tinggi, ada umumnya rencana pelajaran pada perguruan tigigi Islam, dibagi menjadi dua jurusan: Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa sastra Arab, yang juga disebut sebagai ilmu-ilmu Naqiyah, yang meliputi : Tafsir Al-qurn, Hadist, Fiqih, dan ushul fiqh, Nahwu/Sorof, Balaghah, bahasa arab dan kesusastraan. Juruan ilmu-ilmu umu, yang disebut sebagai ilmu aqliyah melipui: mantiq, ilmu alam, dan kimia.musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu falak, ilmu hahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan dan kedokteran. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya, yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah. Perkembangan kemajuan pendidikan Islam ada dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. Faktor dari dalam yang berupa pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri, dan ekstern seperti; Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab. Metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Khindi, Al-razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.

B. SARAN Majunya pendidikan islam pada saat tu merupakan upaya-upya yang dilakukan para cendikiawan muslim untuk memajukan umat Islam tentunya, yang saat ini masih dapat dirasakan keberadaannya. Untuk itu sebagai seorang peljar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ulmi pengetahuan yang berguna tentunya, untuk mencapai ridha illahi dan mampu untuk memajukan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah dikalangan kaum muslimin pada masa jayanya, harus mampu untuk dipelajari sebagai bekal kita untuk mengembangkan serta memajukan pendidikan Islam. Semoga apa yang telah dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu seagai upaya yang telah dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi para pelajar untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasinya, bagi pendidikan Islam.

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN


PENDAHULUAN Pendidikan Islam telah dimulai sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manuisa terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan dan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mualim). Disamping itu beliau

diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-quran. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslim pertama. Setelah Rasulullah wafa maka pemerinah Islam dipegang secara bergantian leh Abu Bakar, Umar bin Khtab, Ustman bin Afan, dan Ali bin Abi Thalib. Pendidikan islam pada saat itu adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa sekitar jazirah Arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan Al-quran dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsabangsa secara luas pula. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam pendidikan islam pada masa itu. Yang kemudian digantikan oleh para tabiin, namun berkembang sebagaimana masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nai Muhammad SAW. yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam. Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan banu Ummayah serta Bani Abbasiyah, yang menemui puncak kejayaan pendidikan Islam pada masa bani Abbasiyah. Kemajuan yang tidak ada tantinannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan pendidikan serta peradaban dan kebudyaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa Bani Abbasiyah periode pertama.

BAB II PEMBAHASAN PENYAJIAN DATA SEJARAH Pendidikan Islam Di masa Nabi Muhammad SAW. Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sebagai tanda datangnya Islam sampai sekarang telah berjalan sekitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode . Pertama, periode klasik antara tahun 650-1250 M. Kedua, periode pertengahan antara tahun 1250-1800 M. Ketiga, periode modern sejak tahun 1800 M, pendidikan Islam mempunyai sejaran yang panjang simulai sejak jaman klasik. Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW. merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagai mana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis dalam terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam dapat ditemukan di Mekkah pda zaman Rasulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dengan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam dan perkembangan agam Islam. Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnnya pengembangann bidang kailmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. adalah untuk membuka gerbang ilmu pengetahuan bagi manusia dengan jlan mendidik atau mengajar. Nabi Muhammad sebagai salah seorang yang d iangkat sebagai pengajar atau pendidik (mualim). Disamping itu beiau diperintahkan oleh Allah untuk menyebrakan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-Quran . dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslin yang pertama. Pada masa ni pendidikan diartikan sebagai pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsure budaya bangsa Arab dan menyatu di dalamnya. Dengan pembudayaan Islam kedalam system dan lingkungan budaya Arab tersebut, maka terbentukkah system budaya Islam dalam lingkungan budaya Arab . Dalam proses pembudayaan ajaran Islam kedalam lingkungan budaya Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalnya Islam mendatangkan sesuatu ajaran yang bersifat memperkya dan melengkapi unsure budaya yang telah ada dengan menambah yang baru. Ada kalnya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan unsure budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi kebiasaan adat istiat. Adakalanya islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang praktiknya menyimpang dari ajaran Islam. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin. Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam member contoh bagaimana cara menegndalikan negara dengan bijaksana (hikamt), kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak,berpikir, bertindak, berlaku, berbuat, yang dalam istilah sekaran disebut taktik, strategi dalam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Alquran dan al-Hadits telah mentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir , bermusyawarah, dan bertindak. Setelah Rasulullah wafat , maka pemerintahan Islam dipegang secara bergantian oeleh Abu Bakar, Uamar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, pada awal pemerintahannya diguncang oleh

pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan oranmg-orang yang tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatian untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan dapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam. Pada masa ini juga sudah terdapat engajaran bahasa Arab, dengan dikuasainya wiyah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Orang-rang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dann mendalam ajaran Islam. Pada masa khalifah utsman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan dengan masa sebelumnya. Para sahaba diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan Madianh untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersearnya sahabat-sahant besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat ytang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah terdekat Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran Islam kedalam lingkungan budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah Arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembngan pendidikan Islam pada masa ini sebgaian besar memang diwarnai oleh pengajaran dan pembudayan la-quran dan sunnah kedalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas pula. Para khulafaur Rasidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan pada masa ini, yang kemudian digantikan oleh para tabiin, namun berkembang sebagaiman masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW. yang menekankan pada pengajaran baca tulus dan ajaran ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik, khsusunya dimasa ali bin Abi Thalib. Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Muawiyah, Abbasiyah dan Kekhalifahan Selanjutnya Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan bani Umayyah. Selama pemerintahan Muawiyyah, daerah kekuasaan umat Islam meluas sampai Lahore di Psakistan. Perharian khalifah diarahkan ke Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Muawiyyah mencapai 1700 kapal perang, membuat Muawiyyah dapat menundukkan banyak pulau diantaranya ialah Rodhes dan pulau yang lain di Yunani. Adapun kemajuan penddidikan dan peradaban Abbasiyahmencapai kejayaan terutama pama masa khalifah al-Mahdi dan puncak popularitas baru setelah pemerintahan Harun al-Rasyid yang diteruskan putranya al-Makmur. Masa kejayaan ini ditandai dengan perkembangan pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri. Dengan berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan juga merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan kebudayaan-kebudayaan islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sangat cepat , merupakan cirri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsure-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsure unsure yang berasal dari luar, yaitu unsure budaya perseia, Yunani, Romawi, India, dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsure budaya dari luar itu, kemudian mengembangkan lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsure unsur Islamnya Nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. Filsafat Yunani mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab. Al-Mamun adalah Khalifah yang banyak jasanya dalam menerjemahkan berupa emas seberat yang diterjemahkannnya. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai masam ilmu pengethauan yang baru. Unsur dialektika dari Socrates, idealism Plato dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam seperti, Qadariyah, Asyariyah, dan Mutazilah. Metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Khindi, Al-

razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya. Melalui orang-orang kreaif seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Cina, Al-Masudi, Al-Tabrani, Al-Ghazali, AlKhawarizmi, Nasil Khusru, Omar Khayyam, dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah. Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat : Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan erendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits , fiqh dan bahasa. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah kepada seorang atau beberapa ahli dalam bidangnya msing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengjarannya berlangsung di masjid-masjid atau dirumah-rumah ulama yang bersangkutan. Bagi anak-anak penguasa, pendidikan dapat dilakukan di Istasa atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana. Lembaga-lembaga ini kemudian erkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitabkitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sanat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak jaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengn bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas , bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk islam . Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernialai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu salam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat dibidang pemerintahan. Disamping itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu , filsafat, dan sastra. Pengaruh Idian terlihat dalam bisang kedokteran , ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai pada mada khalifal al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung sejak tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan sedemikian luas. Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut , terutama melalui gerkan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-matsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-Rayi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pemikiran daripada hadts dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-rati (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga dilihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika dikalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut. Imam-imam mazhan hokum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abasiyah pertama, Imam Abu Hanifah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada ditengah-tengah kbudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadis. Muridnya sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudaht di jaman Harun al-Rasyid. Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab itu ditengahi oleh Imam SyafiI (767 -820 M) dan Imam Ahmad Hambal (780-855). Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan asronomi terkenal nama al-Farazi sebagai astrnomi Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani yang terkenal di Eropa dengan nama al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan kedalam bahasa lain oleh, Gerard Cremona dan Juhannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibnu Sina . al-Razi adalah tokoh pertema yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang yang pertama menysusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokeran berada ditangann Ibnu Sina. Ibnu Sina yang juga seorang Filosof berhadil menemukan system peredaran darah pada manusia . diantaranya karyanya adalah al-Qoonum fi al-Thibb yang merupakan endiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah. Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal

sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya kebenda yang dilihat. Menurut teorinya kemudian terukti kebenarannnya, bendalah yang mengirim cahaya kepada mata. Dibidang kimia, erkenal dengan nama Jabir ibnu Hayyan, dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emad atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Dibidang matematika dikenal nama Muhammad ibnu Musa alKhawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi . dialah yang menciptakan ilmu al-jabar. Kata aljabar berasal dari bukunya , al-jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al -Masudi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi , diantara karyanya adalah muuruj al-zayhab wa Maaadzin al-Jawahir. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, antara lain logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat aristoteles. Ibnu dina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal diantaranya adalah al-Syifa . Ibnu Rusyd yang di barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan Averroesme. 4. Puncak Kemajuan Ilmu dan Kebudayaan islam Sebagaimana tdikemukakan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, adalah sebagai akibat dari berpadunya unsure-unsur pembawaan ajaran Islam dengan unsure-unsur yang berasal dari luar. Henry Margenan dan David Bergamini dalam The Scienthis sebagaimana diolah oleh Jujun S. Surisumantri, telah mendaftar sederetan cabang ilmu pengetahuan yang telah dikembanghkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan Ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya. Yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah ke dunia barat sebagai berikut: Dalam bidang matematika, telah dikembangkan oleh para sarjan muslim berbagai cabang ilmu pengetahuan, sperti teori bilangan, al-jabar, geometri analit, dan trigonometri. Dalam bidang fisika mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika. Dalam kimia, telah berkembang ilmu kimia. Dalam bidang astronomi, kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit. Dalam bidang geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslim telah mengembangkan Geodesi, Minerologi, dan meteorology. Dalam bidang biologi, mereka telah memiliki ilmu-ilmu Pisiologi, Anatomi, botani, zoology, embriologi, dan pathologi. Dalam bidang social telah pula berkembang ilmu politik. Pada abad ke-10, di dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan tinggi bertaraf internasional. System pengajarannya pun terbilang moderen di jamannya. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut menyangga pilar-pilar peradaban Islam, karena mampu mensiptakan produk-produk budaya tinggi, seperti ilmu pengetahuan yakni: Di Kairo Mesir berdiri Universitas Al-Azhar sejak 988 M. Universitas tertua di dunia ini merupakan tempat yang memadai untuk mempelajari bahasa Arab dan Ilmu-ilmu agama. Disamping itu, ia berperan membentengi akidah umat, terutama selama penyerbuan tentara salib selama 200 tahun dan dilanjutkan dengan era klonialisme di era moderen. Di Baghdad , berdiiri sekolah Nizamiyah pada tahun 1067 M. Philip K Hitti menuturkan, Madrasah Nizamiyah saat itu sudah mempunyai srana belajar yang memadai untuk pengembangan keilmuan para penuntut ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan system yang mendekati system pendidikan yang dikenal sekarang. Di kota yang sama juga berdiri sekolah tinggi Al-Mustansiriyah pata tahun 1226 M. Para pelajar di Al- Muntansiriyah sejak dini dikenalkan fiqh sunni empat mahzab, yakni Hambali , Maliki, SyafiI, Hanafi. Guna menunjang proses belajar mengajar diperkuliahan, pihak kesultanan mendirikan sebuah perpustakaan yang dangat besar. Ibnu Batutta penjelajah muslim asal Maroko, sempat mengutarakan kekagumannya pada kebesaran dan kemegahan perpustakaan di kampus Al-Mustansiriyah ini. Lembaga pendidikan Islam ternama lainnya adalah universitas al-Qawariyyin di kota Fez, Maroko. Universitas ini tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi prestisius diabad pertengahan. Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. B. ANALISIS FAKTA SEJARAH Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya, yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah. Masa kejayaan ini ditandai dengan perkembangan pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri. Dengan berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan juga merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan kebudayaan-kebudayaan islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sangat cepat ,

merupakan cirri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsure-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsure unsure yang berasal dari luar, yaitu unsure budaya perseia, Yunani, Romawi, India, dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsure budaya dari luar itu, kemudian mengembangkan lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsure unsur Islamnya Nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab. Unsur dialektika dari Socrates, idealism Plato dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam seperti, Qadariyah, Asyariyah, dan Mutazilah. Selain itu metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, AlKhindi, Al-razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya. Melalui orang-orang kreaif seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Cina, Al-Masudi, Al-Tabrani, Al-Ghazali, AlKhawarizmi, Nasil Khusru, Omar Khayyam, dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah. Memang puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat : Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan erendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits , fiqh dan bahasa. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah kepada seorang atau beberapa ahli dalam bidangnya msing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengjarannya berlangsung di masjid-masjid atau dirumah-rumah ulama yang bersangkutan. Bagi anak-anak penguasa, pendidikan dapat dilakukan di Istasa atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana. Kemudian lembaga-lembaga ini kemudian erkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Berkembangnya lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sanat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak jaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengn bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas , bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk islam . Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernialai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu salam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat dibidang pemerintahan. Disamping itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu , filsafat, dan sastra. Pengaruh Idian terlihat dalam bisang kedokteran , ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai pada mada khalifal al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung sejak tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan sedemikian luas. Berasal dari pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut , terutama melalui gerkan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-matsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-Rayi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pemikiran daripada hadts dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-rati (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga dilihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika dikalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut. Dalam dunia pendidikan Islam telah berkembang pendidikan tinggi bertaraf internasional pada abad ke-10,. System

pengajarannya pun terbilang moderen di jamannya. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut menyangga pilar-pilar peradaban Islam, karena mampu mensiptakan produk-produk budaya tinggi, seperti ilmu pengetahuan yakni: Di Kairo Mesir berdiri Universitas Al-Azhar sejak 988 M. Universitas tertua di dunia ini merupakan tempat yang memadai untuk mempelajari bahasa Arab dan Ilmu-ilmu agama. Disamping itu, ia berperan membentengi akidah umat, terutama selama penyerbuan tentara salib selama 200 tahun dan dilanjutkan dengan era klonialisme di era moderen. Di Baghdad , berdiiri sekolah Nizamiyah pada tahun 1067 M. Philip K Hitti menuturkan, Madrasah Nizamiyah saat itu sudah mempunyai srana belajar yang memadai untuk pengembangan keilmuan para penuntut ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan system yang mendekati system pendidikan yang dikenal sekarang. Di kota yang sama juga berdiri sekolah tinggi Al-Mustansiriyah pata tahun 1226 M. Para pelajar di Al- Muntansiriyah sejak dini dikenalkan fiqh sunni empat mahzab, yakni Hambali , Maliki, SyafiI, Hanafi. Guna menunjang proses belajar mengajar diperkuliahan, pihak kesultanan mendirikan sebuah perpustakaan yang dangat besar. Ibnu Batutta penjelajah muslim asal Maroko, sempat mengutarakan kekagumannya pada kebesaran dan kemegahan perpustakaan di kampus Al-Mustansiriyah ini. Lembaga pendidikan Islam ternama lainnya adalah universitas al-Qawariyyin di kota Fez, Maroko. Universitas ini tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi prestisius diabad pertengahan. Masyarakat Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah mengalami kenajuan ilmu pengetahuan yang sangat peasat karena yang dipengaruhi oleh factor-faktor: 1. Faktor Politik Pindahnya Ibu kota negara dari Syiam ke Irak dan Baghdad sebagai ibu Kotanya. Baghdad pada waktu itu merupakan kota yang paling tinngi kebudayaannya dan lebih dulu mencapai tingkat ilmu pengetahuan. 2. Faktor Sosiografi Meningkatnya kemakmuran umat Islam pada waktu itu kerena luasnya kekuasaan Islam yang menyebabkan bnayak orang Persia dan Romawi yang masuk Islam kemudian menjadi muslim. 3. Aktifitasd Ilmiyah Ada beberapa aktifitas ilmiah yang berlangsung dikalangan umat Islam pada mada itu yang dapat mengantarkan mereka mencapai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan seperti penyusunan buku-buku ilmiah hadits, tafsir, fiqh dan lain-lain kemudian penerjemah merupakan aktifitas yang paling besar perannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Selain itu perkembangan kemajuan pendidikan Islam Nampak adanya dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. 1. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam: Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar pendidikan rendah di Istana Toko-toko kitab Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan) Majlis atau salon kesusteraan Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi) Rumah sakit Perpustakaan Masjid 2. Sistem pendidikan disekolah-sekolah Diantara factor-faktor yang meneybabkan berdirinya sekolah-sekolah diluar masjid adalah bahwa: Khaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai, sering satu sama lain saling mengganggu, disamping sering pula mengganggu orangorang yang beribadah dalam masjid. Keadaan demikian, mendorong untuk dipindahkan khalqah-khalaqah tersebut keluar lingkungan masjid, dan didirikanlah bangunan-bangunan sebagai ruang kuuliah atau kelas-kelas yang tersendiri. Dengan berekmbangnya ilmu pengetahuan bauik mengenai agama maupum umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah-khlaqah (lingkaran-lingkaran pengajaran), yang tidak mungkin semua tertampung dilingkungan masjid. Rencana pelajaran pada pendidikan tinggi, ada umumnya rencana pelajaran pada perguruan tigigi Islam, dibagi menjadi dua jurusan: Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa sastra Arab, yang juga disebut sebagai ilmu-ilmu Naqiyah, yang meliputi : Tafsir Al-qurn, Hadist, Fiqih, dan ushul fiqh, Nahwu/Sorof, Balaghah, bahasa arab dan kesusastraan. Juruan ilmu-ilmu umu, yang disebut sebagai ilmu aqliyah melipui: mantiq, ilmu alam, dan kimia.musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu falak, ilmu hahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan dan kedokteran. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya, yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah. Perkembangan kemajuan pendidikan Islam ada dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. Faktor dari dalam yang berupa pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri, dan ekstern seperti; Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa Arab. Metode-metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga mucul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Khindi, Al-razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Ummar Khayyan, Ibnu Rusyid dan sebagainya Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah simulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sedah mulai berkembang. Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana juga orang dapat membaca , menulis, memahami dan berdiskusi. Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.

B. SARAN Majunya pendidikan islam pada saat tu merupakan upaya-upya yang dilakukan para cendikiawan muslim untuk memajukan umat Islam tentunya, yang saat ini masih dapat dirasakan keberadaannya. Untuk itu sebagai seorang peljar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ulmi pengetahuan yang berguna tentunya, untuk mencapai ridha illahi dan mampu untuk memajukan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah dikalangan kaum muslimin pada masa jayanya, harus mampu untuk dipelajari sebagai bekal kita untuk mengembangkan serta memajukan pendidikan Islam. Semoga apa yang telah dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu seagai upaya yang telah dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi para pelajar untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasinya, bagi pendidikan Islam.

PENDIDIKAN ISLAM MASA ABBASIYAH DI BAGHDAD Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SEJARAH SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM Dosen Pembimbing Prof.Dr.H.Miftah Arifin, M.Ag

By. Imam Fathollah


PROGRAM PASCA SARJANA STAIN JEMBER
OKTOBER 2012
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berkembangnya pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meniru pola pendidikan Islam pada masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama setelahnya. Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang lembagalembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid. Sejarah pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meneladani model-model pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid. Pada masa Nabi, masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah, tapi juga sebagai tempat menyiarkan ilmu pengetahuan pada anak-anak dan orang-orang dewasa, disamping sebagai tempat peradilan, tempat berkumpulnya tentara dan tempat menerima duta-duta asing.Bahkan di masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh penguasa umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendidikan seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu.Sebelum al-Azhar didirikan di Kairo, sesungguhnya sudah banyak masjid yang dipakai sebagai tempat belajar, tentunya dengan kebijakan-kebijakan penguasa pada saat itu. Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa membaca dan menulis dan dapat memahami isi dan kandungan al-Quran dengan baik. Pada masa ini murid-murid di tingkat dasar mempelajari pokok-pokok umum yang ringkas, jelas dan mudah dipahami tentang beberapa masalah.Pendidikan di tingkat dasar ini diselenggarakan di masjid, dimana al-Quran merupakan buku teks wajib.Pada tingkat pendidikan menengah diberikan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan rinci terhadap materi yang sudah diajarkan pada tingkat pendidikan dasar.Selanjutnya pada tingkat universitas sudah diberikan spesialisasi, pendalaman dan analisa.

B. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang tersebut berikut akan kami paparkan makalah dengan judul Pendidikan Islam Masa Abbasiyah di Baghdad Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terfokus, maka kami paparkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Sejarah berdirinya dinasti Bani Abbasiyah 2. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah 3. Kemajuan Pendidikan Islam pada masa Bani Abbasiyah 4. Tokoh-tokoh/ ilmuwan pada masa Bani Abbasiyah

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah Ibn Al-Abbas.Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H ( 750 M) s.d 656 H (1258 M).12[1]Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola

pamerintahandan politik itu, parasejarawan membagi masa kekuasaan Daulah Abbasiyah dalam lima periode,13[2] yaitu : 1. Periode I (132 H/750 M 232 H/ 847 M) masa pengaruh Persia Pertama 2. Periode II (232 H/ 847 M 334 H/ 945 M) Masa pengaruh Turki Pertama 3. Periode III (334 H/945 M 447 H/ 1055 M) masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, pengaruh persi kedua. 4. Periode IV (447 H/ 1055 M 590 H/ 1194 M) masa bani saljuk, pengaruh Turki kedua. 5. Periode V (590 H/1104 M 656 M/ 1250 M) masa kebebasan dari pengaruh dinasti lain. Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya pada periode I, para kholifah pada masa periode I dikenal sebagai tokoh yang kuat, pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.Kemakmuran masyarakat pada saat ini mencapai tingkat yang tinggi.Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M-809 M) dan putranya Al-Makmun (813 M-833 M). Kekayaan yang dimiliki khalifah Harun Al-Rasyid dan putranya Al-Makmun digunakan untuk kepentingan social seperti: lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan. Al-makmun khalifah yang cinta kepada ilmu dan banyak mendirikan sekolah.14[3] Menurut Ahmad Syam, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Nizar dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam bahwa faktor-faktor pendorong berdirinya Daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya, adalah sebagai berikut:15[4] 1. Banyak terjadi perselisihan antara bani Umayyah pada decade terakhir pemerintahannya, di antara penyebabnya yaitu memperebutkan kursi kekahalifahan dan harta.

2. Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani Umawiyah, seperti khalifah Yazid bin Al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan. 3. Putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota. 4. Bergabungnya sebagian afrad keluarga Umawi kepada madzhab-madzhab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al-Qadariyah. 5. Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani Umawiyah. 6. Kesombongan pembesar-pembesar bani Umawiyah pada akhir pemerintahannya. 7. Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-Arab) Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.Pada periode ini, segala potensi yang terkandung dalam kebudayaan yang didasari nilai-nilai Islam mulai bergerak secara perlahan namun strategis.Selain terjadi kemajuan pada bidang sosio-ekonomik, terjadi pada kemajuan pada bidang intelektual.Kemajuan intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan baik institusi, insfrastruktur maupun kemajuan sains dan obyek-obyek studinya.16[5] Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakangerakan itu seperti gerakan-gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syiah dan konflik antarbangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

B. Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat non fomal.Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengannya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal

yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang becorak non formal tersebut adalah :17[6] 1. Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis.Jadi kataba adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam Kuttab telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak dikenal. Diantara penduduk makkah yang mula-mula belajar menulis huruf arab di kuttab ialah Sufyan ibnu Umayyah ibnu Abdu Syams dan Abu Qais Ibnu Abdi manaf ibnu Zuhroh ibnu Kilab.18[7]

2. Pendidikan Rendah di Istana Corak pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttabkuttab, pada umumnya di istana para orang tua siswa (para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak orang tua mereka.19[8] Guru yang mengajar di Istana disebut Muaddib.Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi pekerti atau meriwayatkan.guru pendidikan di istana disebut muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.20[9]

3. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan) Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah merupakan tempat yang baik untuk tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan karena ulama dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya. Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina, AlGazali, Ali ibnu Muhammad Al-Fasihi, Yakub Ibni Killis, Wazir khalifah Al-Aziz billah Alfatimy, dan lain-lainnya. 4. Rumah Sakit Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan Islam, dalam rangka menyebarkan kesejahteraan dikalangan umat Islam, maka banyak didirikan rumah sakit oleh kholifah dan pembesar-pembesar Negara.Rumah-rumah sakit tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. 5. Perpustakaan Para ulama dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk diajarkan atau disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama dan sarjana tersebut memberikan kesempatan kepada para penuntut ilmu untuk belajar diperpustakaan pribadi mereka. Baitul hikmah di Baghdad yang didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu.21[10] Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.22[11]

6. Masjid Semenjak berdirinya dizaman nabi Muhammad SAW masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin.Ia, menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat menyelenggarakan pendidikan. Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya di perlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.23[12]

C. Kemajuan Pendidikan IslamPada Masa Bani Abbasiyah Pada masa Abbasiyah banyak kemajuan- kemajuan dalam bidang pendidikan diantaranya yaitu: 1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbas Dibidang ilmu pengetahuan masa abbasiyah mencatat dimulainya sistemasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadits, dan Fiqh. Khususnya sejak tahun 143 H. para ulama mulai menyusun buku dalam bentuknya yang sistematis baik dibidang ilmu tafsir, hadits, maupun ilmu fiqh.24[13] Diantara ulama tersebut yang terkenal adalah Ibnu Juraij (w.150 H) yang menulis kumpulan hadisnya dimekah, Malik Ibn Anas (w.171 H) yang menulis al muwatta` nya di madinah, Al Awza`I di wilayah syam, Ibn Abi Urubah dan Hammad Ibn salamah di Basrah, Ma`mar di Yaman, Sufyan Al Tsauri di kufah, Muhamad Ibn Ishaq (w.175 H) yang menulis buku sejarah (Al Maghazi) Al Layts Ibn Sa`ad (w.175 H) serta Abu Hanifah.

Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari Naqli (Al Quran dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam.25[14]Ilmu-ilmu itu diantaranya : a. Ilmu Tafsir Al Quran adalah sumber utama dalam agama Islam. oleh karena itu semua perilaku umat Islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, ada dua cara penafsiran, yaitu : yang pertama, tafsir bi al ma`tsur, yaitu penafsiran Al Quran berdasarkan sanad meliputi al Quran dengan al Quran, al Quran dengan aL Hadits. Yang kedua, tafsir bi ar ra`yi, yaitu penafsiran Al Quran dengan mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya. Ahli tafsir bi al ma`tsur dipelopori oleh As Subdi (w.127 H), Muqatil bin Sulaiman (w.150 H), dan Muhamad Ishaq. Sedangkan tafsir bi ar ra`yi banyak dipelopori oleh golongan Mu`tazilah.Mereka yang terkenal antara lain Abu Bakar al Asham (w.240 H), Abu Muslim al Asfahani (w.522 H) dan Ibnu Jarwi al Asadi (w.387 H).26[15] b. Ilmu Hadits Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran. Karena kedudukannya itu, maka setiap muslim selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikannya. Pada masa Abbasiyah, kegiatan pengkodifikasian/ pembukuan Hadits dilakukan dengan giat sebagai kelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya.Sejarah penulisan hadis-hadis Nabi memunculkan tokoh-tokoh seperti Ibn Juraij, Malik ibn Anas, juga Rabi` ibn Sabib (w.160 H) dan ibn Al Mubarak (w.181 H). Selanjutnya pada awal-awal abad ketiga, muncul kecenderungan baru penulisan hadits Nabi dalam bentuk musnad. Di antara tokoh yang menulis musnad, antara lain Ahmad ibn Hanbal, Ubaydullah ibn Musa al `Absy al Kufi, Musaddad ibn Musarhad al Basri, Asad ibn Musa al Amawi dan Nuaim ibn Hammad al KhuzaI, perkembangan penulisan hadits berikutnya, masih pada era Abbasiyah, yaitu mulai pada pertengahan abad ketiga, muncul tren

baru yang bisa dikatakan sebagai generasi terbaik sejarah penulisan Hadits, yaitu munculnya kecenderungan penulisan Hadits yang di dahului oleh tahapan penelitian dan pemisahan haditshadits sahih dari yang dhaif sebagaimana dilakukan oleh al Bukhari (w.256 H), Muslim (w.261 H), Ibn Majah (w.273 H), Abu Dawud (w.275 H), Al Tirmidzi (w.279 H), serta Al NasaI (w.303 H), yang karya-karya haditsnya dikenal dengan sebutan Kutubu Al- Sittah.

c.

Ilmu Fiqh Ilmu Fiqh pada zaman ini juga mencatat sejarah penting, dimana para tokoh yang disebut sebagai empat imam mazhab fiqh hidup pada era tersebut, yaitu Abu Hanifah (w.150 H), Malik ibn Anas (w.179 H), Al ShafiI (w.204 H), dan Ahmad ibn Hanbal (w.241 H).dari sini memunculkan dua aliran yang berbeda dalam metode pengambilan hukum, yaitu ahli Hadits dan ahli ra`yi. Ahli hadits dalam pengambilan hukum, metode yang dipakai adalah mengutamakan hadits-hadits nabi sebagai rujukan dalam istinbat al ahkam.Pemuka aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikutnya, pengikut imam SyafiI, pengikut Sufyan, dan pengikut Imam Hanbali.Sedangkan ahli rayi adalah aliran yang memepergunakan akal dan fikiran dalam menggali hukum.Pemuka aliran ini adalah Abu Hanifah dan teman-temannya fuqaha dari Iraq.

d. Ilmu Tasawuf Ilmu tasawuf yaitu ilmu syariat. Inti ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan atau menjauhkan diri dari kesenangan dan perhiasan dunia.27[16] Dalam sejarahnya sebelum muncul aliran Tasawuf, terlebih dulu muncul aliran Zuhud. Aliran ini muncul pada akhir abad I dan permulaan abad II H, sebagai reaksi terhadap hidup mewah khalifah dan keluarga serta pembesar-pembesar Negara sebagai akibat kejayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syria, mesir, Mesopotamia, dan Persia. Aliran zuhud mulai nyata kelihatan di kufah. Sedangkan dibasrah sebagai kota yang tenggelam atas kemewahan, aliran zuhud mengambil corak yang lebih ekstrim. Zahid yang terkenal disini adalah Hasan al Bisri dan Rabiah al Adawiyah. Bersamaan dengan lahirnya ilmu tasawuf muncul pula ahli-ahli dan ulama-ulamanya, antara lain adalah al Qusyairy (w.465 H), kitab beliau yang terkenal adalah ar risalatul Qusy

Airiyah; Syahabuddari, yaitu abu Hafas Umar ibn Muhammad Syahabuddari Sahrowardy (w.632 H), kitab karangannya adalah Awwariffu Maarif; Imam Ghazali (w.502 H), kitab karangannya antara lain : al Basith, Maqasidul, Falsafah, al Manqizu Minad Dhalal, Ihya Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, Jawahirul Quran, dan lainsebagainya. e. Ilmu Bahasa Pada masa bani Abbasiyah, ilmu bahasa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa Arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh, yang dimaksud ilmu bahasa adalah: nahwu, sharaf, maani, bayan, badarudh, qamus, dan insya.Di antara ulama yang termasyhur adalah : 1) Sibawaih (w.153 H), 2) Muaz al Harro (w.187 H), mula-mula membuat tashrif, 3) Al Kasai (w.190 H), pengarang kitab tata bahasa, 4) Abu Usman al Maziny (w.249 H), karangannya banyak tentang nahwu. 2. Metode Pendidikan Pada Masa Abbasiyah Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan/pengajaran merupakan salah satu aspek pendidikan/pengajaran yang sangat penting guna mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para muridnya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan gurunya. Pada masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan tulisan. a. Metode Lisan Metode lisan berupa dikte, ceramah, qiraah dan diskusi. Metode dikte (imla) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan imla ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode as-sama, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya.Metode qiroah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini. b. Metode Menghafal Metode menghafal Merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini.Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak

mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru. c. Metode Tulisan Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi.28[17] 3. Materi Pendidikan Pada Masa Abbasiyah Materi pendidikan dasar pada masa daulat Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, disamping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat pillihan (ikhtiari).Hal ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan dasar pada masa sekarang.Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan.Materi pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi. Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) sebagai berikut : a) Al-Quran b) Shalat c) Doa d) Sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya yang dipelajari baru pokok-pokok dari ilmu nahwu dan bahasa arab belum secara tuntas dan detail). e) Membaca dan menulis Sedangkan materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah ;

a) b)

Berhitung Semua ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya nahwu yang berhubungan dengan ilmu nahwu dipelajari secara tuntans dan detail);

c) d)

Syair-syair Riwayat/ Tarikh Arab.29[18]

D. Tokoh-Tokoh/ Ilmuwan Masa Abbasiyah Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru.Untuk mengungkap rahasia alam, para ilmuan mulai mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani Kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya.Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad, lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitian, Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut : 1. Bidang filsafat antara lain tercatat: Al-Farabi, banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina (Avicenna) juga mengarang tentang buku filsafat yang terkenal diantaranya ialah al Syifa dan Ibnu Rusyd banyak berpengaruh di Barat lebih dikenal dengan nama (Averroes), sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.30[19] 2. Bidang Kedokteran : Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib. Ia juga berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Al-Thabari, Ar-Razi (Rhazes). 3. Bidang ilmu fiqih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafiie, dan Ahmad bin Hanbal.

4. Bidang ilmu kalam ada Washil bin Atha, Ibnu Huzail, Al-Asyari, dan Maturidi. 5. Bidang ilmu Tafsir adaIbn Jarir ath -Thabari dan Zamakhsyari. 6. Bidang lmu hadits, yang paling populer adalah Bukhari dan Muslim. 7. Bidang ilmu tasawuf terdapat Rabiah Al- Adawiyah, Ibnu Arabi, Al-Hallaj, Hasan al-Bashri, dan Abu Yazid Al-Bustami.31[20] 8. Sejak Akhir abad ke-10, muncul sejumlah tokoh wanita dibidang ketatanegaraan dan politik seperti Khaizura, Ulayyah, Zubaidah, dan Bahrun. Di bidang kesusastraan dikenal Zubaidah dan Fasl. Di bidang Sejarah, muncul Shalikhah Shuhda. Di bidang kehakiman, muncul Zainab Umm Al Muwayid. di bidang seni musik, Ullayyah dikenal dan sangat tersohor pada waktu itu. 9. Bidang Astronomi : Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kalimenyusun astrolobe. 10. Bidang Optik :Ibnu Haytsam dan Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihatnya. 11. Bidang Kimia : Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak 12. Bidang Matematika : Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. 13. Bidang Sejarah : Al-Masudi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Maadin al-Jawahir Ibn Saad 14. Bidang geografi ada Al-Khawarizmi, Al-Yaqubi, dan Al-Musudi. Demikian kemajuan dan perkembangan pendidikan Islamyang pernah dicapai pada masa Abbasiyah.Sampai sekarangpun diakui bahwa pada periode sejarah peradaban Islam yang paling cemerlang dan mencapai masa keemasannya terjadi pada masa pemerintahan daulat abbasiyah di Bagdad.

BAB III PENUTUP Berdasarkan pembahasan tentang Pendidikan Islam Masa Abbasiyah di Baghdad , maka dapat disimpulkan: 1. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani

Umayyah.Puncak keemasan

dan kejayaannya terjadi pada periode I terutama pada masa

Khalifah Harun al Rasyid(786M-809M) dan putranya al-Makmum (813M-833M) yang sangat fokus pada perkembangan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan. 2. Lembaga-lembaga pendidikan baik yang sudah ada sebelumnya kemudian dilanjutkan pada masa Abbasiyah diantaranya : a). Kuttab b). pendidikan rendah istana c). Rumah-rumah para ulama d). rumah sakit e). perpustakaan dan f). masjid. 3. Kemajuan pendidikan Islam dapat dilihat dari metode-metode dan materi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Metode pendidikan yang digunakan ada tiga macam : 1) metode lisan, dengan system imla, ceramah, qiraah dan diskusi. 2). Metode menghafal, dimana murid-murid diharuskan membaca berulang-ulang pelajarannya sampai melekat dibenak mereka. 3). Metode tulisan, yaitu pengkopian karya-karya ulama. Materi pelajaran yang digunakan ada yang bersifat wajib (ijbari) dan bersifat pilihan (ikhtiari). Materi yang bersifat wajib ialah : Al-Quran, shalat, doa, sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab dan membaca dan menulis. Sedangkat materi yang bersifat pilihan ialah : berhitung, semua ilmu nahwu dan bahasa arab secara keseluruhan, syairsyair dan riwayat/ tarikh Arab. 4. Pada masa Abbasiyah muncul ilmuwan-ilmuwan muslim yang turut memperluas dan mengembangkan metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga tumbuhlah sarjana-sarjana yang ahli sesuai bidang keilmuan yang dimiliki, diantaranya : Alfarabi, Ibnu Sina, Al-farghani, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafiie Bukhari dan Muslim, Rabiah AlAdawiyah dan Ahmad bin Hambal, dan banyak lagi yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Muchtarom, Zuhairi, 1995, Sejarah pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Nizar, Samsul, 2011, Sejarah Pendidikan Islam: menelusuri jejak sejarah pendidikan era Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta: Kencana. Soebahar, Abd. Halim ,2002, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia.

Suwito, 2008, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta. Kencana Syam,Ahmad , 1986, Daulah Al-Islamiyah fi Al-Asry Al-Aabasy Al-Awal, Maktabah Al Jalu Al Misriyah. Yatim, Badri, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai