Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah zaman keemasan peradaban Islam. Berkembangnnya
pemikiran Intelektual keagamaan pada periode ini anatara lain karena kesiapan umat Islam dalam
menerima Khazanah peradaban yang besar dan mengembangkannya secara kreatif. Sikap umat Islam
yang terbuka terhadap seluruh umat manusia mendorong orang-orang non Arab ( Mawali untuk masuk
Islam ), Memberikan sumbangan bagi kemajuan peradaban, para ilmuwan pada masa ini menduduki
Ajaran Islam yang semula hanya dianut oleh minoritas para penguasa, namun pada periode ini
menjadi panutan massal, mula-mula ada kecenderungan dikalangan Muslim Arab pendatang untuk
membiarkan rakyat pribumi tetap menganut agama tradisi mereka. Mereka yang melekatkan diri mereka
dengan keluarga Arab tertentu ( Wali ), karena itu mereka disebut Mawali. Peluasan Islam tidak saja telah
memperbanyak penganut Islam, tetapi juga ikut membangun bentuk peradaban islam. Perluasan wilayah
Islam ini dalam waktu yang begitu singkat telah memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk belajar
dari berbagai kelompok masyarakat yang telah memiliki tradisi keilmuan yang maju.
Dalam waktu yang bersamaan hal ini juga menjadi tantangan bagi para ulama untuk
mempertahankan dan membela agamanya. Serangan dan tantangan berbagai agama yang telah lama
berkembang sebelum Islam, dengan sistem teologi dan tradisi keagamaannya yang khas, telah mendorong
para ulama untuk menyusun dasar-dasar keyakinan atau teologi dan hukum Islam yang kokoh. Oleh
karena itu, ilmu tauhid /kalam fiqih, Ushul fiqih, pengalaman mengalami perkembangan. kontak umat
Islam dengan umat yang memiliki peradaban lain yang sangat maju, seperti India, Mesir, dan Yunani,
Faktor ajaran Islam sendiri menjadi penting bagi pengembangan peradaban. Alquran sebagai
sumber normatif, memiliki posisi yang sangat khusus dan memainkan peranan sentral dalam kehidupan
kaum muslim karena senantiasa menjadi sumber inspirasi keagamaan dan keilmuan. Bahkan, pihak-pihak
yang bertikai merujuk dan menggunakan ayat Alquran sebagai alasan pendirian dan tindakan mereka
masing-masing. Di samping itu pada abad ke-9 hadis juga telah mendapatkan kedudukan penting dalam
kehidupan keagamaan muslim pada masa ini, sebagian ulama mempertahankan praktik musafir, yaitu
melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain untuk mengumpulkan hadis.
Dari dua sumber utama ini (Alquran dan hadis), ilmu-ilmu lain kemudian berkembang. baik ilmu-
ilmu Alquran maupun hadis merupakan dua serangkai pengetahuan yang menjadi pokok perhatian dan
fokus pendidikan ketika itu Perhatian terhadap Alquran dapat dilihat antara lain dengan banyaknya Kitab
yang ditulis untuk menjelaskan ayat-ayat Alquran. Hampir setiap cabang ilmu yang berkembang diawali
Begitu pula ilmu tafsir berkembang dengan pesat. Ilmu tafsir adalah cabang ilmu yang sangat
penting bagi perkembangan keagamaan dan keilmuan umat Islam. Diantara buku-buku tafsir yang ditulis
pada periode ini dan masih menjadi rujukan hingga sekarang ialah kitab Al Jami al-bayan
yang ditulis oleh at-Tabari (225 H/839 M-310 H/923 M), dan Al Kasysyaf oleh az-Zamkhsyari (467
H/1075 M-538 H/1144 M). dan Mafatih Al-Gaib oleh Fakhruddin ar-Razi (543 H/1149 M-606 H/1189
M). di samping itu, berbagai koleksi hadits juga dilakukan oleh para ulama. Pada awalnya hadits
dikumpulkan tidak berdasarkan berdasarkan isinya, tetapi lebih menurut perawinya. Metode
pengumpulan hadits seperti ini disebut Al musnad. Al musnad yang paling terkenal ialah yang dihimpun
Tetapi pada masa belakangan, hadis juga disusun sesuai dengan isinya dan dibagi atas bab-bab
tertentu yang terkait dengan pembahasan fiqih. Kumpulan seperti ini sering disebut musannaf. Ada 6 dari
kitab jenis ini yang secara umum diakui oleh mayoritas umat Islam yang dikenal dengan Al qutub Al
sittah (kitab yang 6). keenam pengumpulan hadits yang hidup pada zaman dinasti Abbasiyah ini yaitu :
Sejak saat itu, bangunan peradaban Islam era Abbasiyah sangat diwarnai oleh pesatnya perkembangan
Masyarakat Arab sangat membanggakan kesusastraan dan asal usul mereka titik oleh karena itu,
untuk memahami sumber ajaran agama, ada dua cabang ilmu pengetahuan yang menjadi fokus perhatian
mereka yaitu ilmu bahasa Arab dan sejarah titik ilmu bahasa Arab tumbuh karena ada Alquran.
Mempelajari berbagai cabang ilmu bahasa Arab mutlak perlu bagi umat Islam terutama yang non Arab.
Cara ini adalah kunci untuk memahami ajaran yang terkandung di dalam Alquran titik dengan cara ini
umat Islam bisa lebih menghayati sekaligus menyempurnakan pemahaman dan menerapkan secara praktis
Di samping pada sastra perhatian pada sejarah juga sudah membudaya di kalangan bangsa Arab
bahkan sejak sebelum Islam. cerita tentang peperangan dan kemenangan serta silsilah merupakan
pengetahuan bersama anggota kelompok sosial. Mereka yang menguasai materi ini akan mendapatkan
kedudukan terhormat dalam komunitas tersebut. Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui silsilah
dirinya dan garis keturunan keluarganya serta meluapkan sejarah kemenangan sukunya akan menjadi
bahan cemoohan warga lain. Dengan demikian kemenangan demi kemenangan yang diraih umat Islam
Bagian sejarah yang paling penting adalah riwayat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
sebagian besar sejarawan periode Abbasiyah mempelajari dan menulis tentang sejarah hidup Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam (sirah) salah satu sirah yang terkenal ialah yang ditulis oleh
Muhammad bin Ishaq (150 H/ 767 M) ia menguasai dari Madinah antara lain karena para ulama di sana
lebih memutuskan perhatian pada aspek hukum daripada sejarah yang lebih objektif. dan Muhammad bin
Ishak mendapatkan perlindungan dan dukungan dari Khalifah Abu Jafar al mansur untuk menyiapkan
sejarah hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lengkap. Bukunya mengenai sejarah hidup
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam merupakan buku tertua. Akan tetapi karya penting Ibnu
Ishaq ini hanya dapat dibaca melalui ringkasannya yang disusun oleh Ibnu Hisyam (218 H/834 M). Yang
Masa pemerintahan dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan umat Islam dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. pada zaman ini umat Islam telah banyak melakukan kajian dan
penelitian sehingga ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi karena
melalui upaya penerjemahan berbagai karya orang-orang Yunani kuno di samping melakukan
penelitian sendiri.
Para ahli sering mendiskusikan hasil temuannya dengan ahli lainnya kemudian hasilnya ditelaah
sehingga mencapai kesimpulan. dari hasil inilah pengetahuan berkembang tidak hanya di kalangan umat
Umat Islam pada masa itu menyadari bahwa hanya dengan cara belajar serius, ilmu akan
berkembang dan akan memberi makna untuk maslahatan umat manusia mereka bersandar pada Alquran
bahwa hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan ditingkatkan derajatnya oleh Allah subhanahu
wa ta'ala seperti yang tertulis dalam Alquran surat al-mujadilah ayat 11 sebagai berikut :
( يعرف هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجاتAl- Mujadilah: 11)
Artinya :
“ Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu
Ilmu sangat dihargai oleh Islam, itu sebabnya menuntut ilmu hukumnya wajib orang yang lalai
menuntut ilmu niscaya akan tertinggal jauh dengan yang lainnya. Oleh karena itu penghargaan Islam pada
ilmu begitu tinggi sampai-sampai melarang seseorang mengerjakan suatu perkara tanpa dengan ilmunya.
Inilah yang diterapkan oleh para khalifah pada zaman Abbasiyah dalam mencari ilmu pengetahuan.
mereka (para khalifah) menyadari bahwa keberlangsungan pemerintahannya akan lancar apabila dibekali
dengan ilmu pengetahuan. dengan ilmu, semuanya akan mudah dikerjakan dan diatasi.
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa pemerintahan
khalifah Harun Ar Rasyid dan Al Makmun kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat bahkan
menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam. Dari kegiatan
tersebut lahirlah para filsuf Islam yang pada akhirnya menjadi bintangnya dunia filsafat.
1. Abu Ishaq Al kindi. Ia merupakan seorang filsuf Arab terkenal. karyanya lebih dari 231 judul
3. Ibnu Sina. Selain sebagai filsuf, ia juga terkenal sebagai dokter keluarga istana ke-6 karyanya
6. Al Ghazali. ia diberi gelar hujjat Al Islam. diantara karyanya yang terkenal adalah ihya ulum Al
Thafut al-Tahafut.