Anda di halaman 1dari 23

MATRIKULASI PAI

REVIEW BUKU
( BUKU AQIDAH, FIQH, SKI, ULUMUL QUR’AN, ULUMUL HADIST DAN BUKU
AKHLAK )

Tugas ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Matrikulasi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Alfauzan Amin, M.Ag

Disusun Oleh :

Nama : MUTIARA MATONDANG


NIM : 2223540029

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
(UINFAS) BENGKULU
2023
REVIEW BUKU BIDANG SEJARAH ISLAM
A. Identitas Buku
Judul Buku : Sejarah Islam Klasik ( Pengembangan pengetahuan Islam)
Penulis : Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto
Buku Tebal : 285 hal.
Penerbit : Prenada Media
Tahun : Juli 2013
Oleh : Mutiara Matondang

B. Ulasan
Mencoba menelaah Tentang buku-buku sejarah Islam, khususnya di
bidang pengetahuan tidak akan pernah Ada akhirnya, karena begitu banyak buku
tentang sejarah Islam. Diantara Salah satunya adalah buku yang saya pilih. untuk
ulasan saya adalah buku karya Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto berjudul Sejarah
Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam). Berharap Saya berharap
dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
Dalam buku ini Ada tujuh bab yang dari tujuh bab itu akan saya uraikan bab demi
bab satu. Satu per satu.
Bab satu, tentang Bab satu buku ini membahas perkembangan
pengetahuan pada masa Rasulullah dan Khulafaur Ar-R asyidin. Pada masa Rasul,
komunitas Arab dikenal sebagai jahiliyah (zaman Kebodohan) Kebodohan yang
dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada moralitas tetapi juga sains.
Pengetahuan dalam buku ini ditulis bahwa hanya sedikit yang sebagian rasial atau
kelompok pengganda yang dapat membaca dan menulis suku Aus dan Khajraj.
Ketika Rasulullah hadir dan diberi wahyu pertama yaitu QS. Al-Alaq 1-5 memulai
Rasulullah Menempatkan prinsip-prinsip pendidikan Islam, Rasulullah SAW juga
mengajarkan kepada Para sahabat untuk membaca dan menulis wahyu yang
ditulis dengan baik daun kurma, kulit unta dan media tradisional lainnya.
Rasulullah Mendirikan pusat kegiatan rakyat bernama Dar al-Arqam di rumah
salah satu sahabat bernama Abu Al-Arqam. Ini menunjukkan bahwa Nabi SAW
berhasil membawa orang-orang Arab yang jauh Dari peradaban sains ke bangsa
Orang Arab yang mencintai sains. Pada saat itu Khulafaur Ar-Rasyidin salah
seorang khalifah yang sangat mencintai dan taat ilmu adalah Umar Bin
Khattabnya adalah salah satu khalifah yang memiliki pengaruh besar pada
Perkembangan ilmu pengetahuan, Umar bin khattab adalah sahabat yang melamar
pembukuan Al-Qur'an. Hal itu dilakukan karena semakin luasnya wilayah
kekuasaan Islam upaya Khalifah Abu membakar As-sidiq, dan akhirnya Al-Qur'an
dapat dibukukan pada masa pemerintahan khalifah Usman Bin Affan dan diberi
nama Mushaf Usmani. Dalam buku ini juga dikatakan bahwa sistem Administrasi
juga sudah mulai didirikan, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan, Dengan
pindahnya orang-orang Arab keluar dari jazirah Arab dan Orang-orang Ajam
memasuki jazirah arab, ini pasti berdampak besar terhadap perkembangan budaya
dan ilmu pengetahuan di jazirah Arab karena orang Ajam adalah orang yang
peradabannya telah maju meskipun sama ilmiahnya Tidak terlalu tinggi.
Bab dua, dalam bab dua buku ini membahas Ilmu Waktu Bani Umayyah.
Pada zaman Umayyah sistem pemerintahan mulai berubah dari Sistem
musyawarah menjadi sistem Monarki. Jika pada zaman Rasulullah dan Khulafur
Perhatian Ar-Rasyidin terhadap ilmu diarahkan kepada Al-Qur'an sunnah, aqidah,
akhlak, Tauhid, ibadah dan muamalah pada zaman Bani Umayyah, perhatian ilmu
pengetahuan tidak hanya diarahkan kepada ilmu agama tetapi serta ilmu-ilmu di
luar agama di antaranya ilmu pengetahuan dan kedokteran, cucu dari Muawiyah
begitu cinta dengan kimia dan obat-obatan sehingga dia bersedia menyediakan
sejumlah harta untuk membiayai penerjemahan buku-buku medis Bahasa Yunani
ke dalam bahasa Arab, ini adalah terjemahan pertama di bidang sains. Ketika
Khalifah Umar bin Abdul Aziz Itu mimpi, Khalifah memerintahkan ulama secara
resmi untuk kitab hadits Nabi SAW. Pada masa Bani Umayyah juga terjadi bani
Bidang pengetahuan di bidang agama, sains pengetahuan tentang bidang sejarah,
pengetahuan tentang bidang bahasa, dan pengetahuan bidang filsafat. Pada masa
bahasa bani Umayyah Bahasa Arab adalah bahasa resmi negara dan ilmu
pengetahuan sudah mulai terstruktur sedemikian rupa sistematis.
Bab Tiga, pada bab tiga buku ini membahas perkembangan ilmu
pengetahuan pengetahuan pada masa bani Abbasiyah. Kita semua tahu bahwa
Abbasiyah bani adalah salah satu Bani yang bertanggung jawab atas kekhalifahan
Islam, yang memberikan Sebuah kontribusi besar bagi kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Pengetahuan Pengetahuan dipandang sangat
penting dan mulia. Para khalifah dan pejabat tinggi Lain membuka
kemungkinans-lebar untuk kemajuan pengembangan pengetahuan. Secara umum
khilafah sendiri adalah seorang ulama yang mencinilmu, hormati sarjana dan
memuliakan penyair. Kebebasan berpikir diberikan secara penuh, inilah yang
menyebabkan munculnya berbagai pemikiran, ilmu, dan akhirnya mengarah
Perkembangan besar dalam sains Pengetahuan. Gerakan membangun pengetahuan
secara besar-besaran dibangun oleh khilafah Abu Ja'far Al-Mansur, setelah ia
mendirikan kota Baghdad ia jadikan kota Baghdad Menjadi pusat peradaban
termasuk ilmu pengetahuan, Khalifah menarik para ulama dan cendekiawan dari
berbagai daerah datang dan menetap di Baghdad. Dia Juga merangsang upaya
pembukuan atas pengetahuan yang baik tentang Naqli dan Aqli. Di Masa
Abbasiyah Bani terjadi terjemahan besar-besaran buku-buku ke dalam bahasa
tersebut Arab, banyak muncul – muncul tokoh-tokoh di bidang ilmu pengetahuan
seperti fiqih, hadits, interpretasi, kedokteran, astronomi, filsafat, bahasa, kalam,
tasawuf , optik , Hitungan, kimia, dan banyak lainnya. Kemajuan ilmu
pengetahuan juga ditunjukkan dengan pembangunan perpustakaan di kota
Baghdad bernama baitul Kebijaksanaan.
Bab Empat, dalam bab empat buku ini kita akan berbicara tentang
perkembangan ilmu pengetahuan di negara bagian provinsi. Di Dikatakan bahwa
kekuatan bani Abbasiyah hanya mengalami kekuasaan secara penuh hanya dalam
100 tahun pertama pemerintahan. Bani Abbasiyah di Baghdad semakin
mengalami kelemahan, sehingga banyak dari sedikit daerah Provinsi berlomba
untuk menyamai kota Baghdad, tidak hanya dalam hal politik tetapi juga dari segi
ilmu pengetahuan, di antaranya Bani Umayyah II di Andalusia, di Afrika dan
Murabbitin, di Mesir berdiri Fatimiyah dan daulah Ayyubiyah. Perkembangan
ilmu pengetahuan Saat ini yang paling menonjol adalah Fiqh, Hadits, Tafsir,
Kalam, Sejarah, Bahasa Arab, dan Filsafat. Bani Umayyah II di Cordova
mendirikan perpustakaan besar di Cordova sehingga menjadi pustakawan besar di
Eropa. Di Afrika utara daulah Murabbitun dan Muwahidin juga memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah,
di bidang sains mendirikan Universitas Al-Azhar. Universitas Al-Azhar
memberikan pengaruh besar pada perkembangan pengetahuan, banyak siswa dari
Eropa datang ke Mesir untuk belajar. Dinasti Ayyubiyah, khalifah pertama
bernama Shalahudin Yusuf Al-Ayyubi adalah seorang yang mencintai ilmu, ia
membawa ulama dari berbagai negara ke menjadi instruktur dimadrasah dan
masjid masjid di Mesir.
Bab Lima, di bab lima kita akan berbicara tentang waktu invasi. Serangan
dilakukan di berbagai negara Islam termasuk ke B. Baghdad diserang oleh bangsa
Mongol. Menghancurkan semua peradaban, Warisan, buku, bangunan, madrasah,
dan perpustakaan, yang Sudah dibangun selama ratusan tahun. Buku yang berisi
tentang Ilmu-ilmu itu dibakar, dihancurkan, dan dicuci sampai sungai Air sungai
berwarna hitam dengan tinta, kemudian sebagian dibawa ke Eropa untuk Di
sinilah kemunduran Islam mulai terjadi, kemunduran dalam segala hal, termasuk
ilmu pengetahuan. Muslim mengalami kemunduran dan Pengabaian Barat.
Bab Enam, dalam buku ini berjudul Sejarah Islam Klasik dalam bab enam
dari kita akan membahas perkembangan pengetahuan di dunia Islam setelah
Baghdad Hancur. Setelah Baghdad menghancurkan kekuatan wilayah Islam
diperintah oleh bangsa Mongol. Di bidang ilmu banyak pusat - Pusat sains pindah,
salah satu dari Baghdad pindah ke Mesir, dan Banyak ilmu-ilmu baru yang
muncul, yaitu ilmu umran (sosiologi) dan filsafat. Tanggal. Banyak perpustakaan
hancur Pada saat ini, bagaimanapun juga muncul sekolah dan madrasah dengan
Pinggiran kota. Meskibegitu, umat Islam tetap menghasilkan ilmu-ilmu yang
hebat, seperti ibnu Taimiyah, dan Nasir Ad-din Tusi. Dinasti Mamluk juga
melahirkan banyak ilmu-ilmu besar di Mesir, di antaranya sarjana kedokteran
Ibnu Nafis Abu Fida, seorang ahli Geografi dan Sejrah.
Bab Tujuh, dalam bab terakhir Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunato ini akan kita
bahas masa-masa kemunduran Islam. Di Kemunduran ini dimulai dengan
runtuhnya bangsa Mongol dan kehendak lapangan Politik tiga kerajaan besar
Islam, Turki, Safawi dan Moghol. Posting tiga Kerajaan mengalami kemunduran
sehingga peradaban Islam jatuh ke kekuasaan bangsa barat, kitab-kitab para Para
cendekiawan dan pendeta sebelumnya hanya digunakan sebagai barang antik di
museum dan Yang dipelajari adalah kitab-kitab mutaakhirin hal ini yang juga
menghasilkan Pengetahuan Islam semakin menyempit dan melemah.
Dari buku ini Kita bisa mengambil banyak pelajaran yang dialami bangsa
Muslim Kemajuan luar biasa termasuk dalam bidang pengetahuan, tetapi pada
Akhirnya ada kemunduran, dan tugas kita untuk mengembalikannya lagi.
Keberhasilan Islam sedikit demi sedikit.
REVIEW BUKU BIDANG AKIDAH ISLAM
Judul Buku : Kuliah Aqidah Islam
Penulis : Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
Penerbit : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI). Jl.
Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
55183
Tebal Halaman : 193 Lembar

Akidah adalah keyakinan yang kukuh di dalamhati. Akidah juga disebut


dengan Iman dan tauhid. Ruang lingkup akidah dibagimen jadi
Ilahiyat( pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan denganallah),
Nubuwwat ( pembahasan tentang Nabi dan Rasul,dan kitab-kitab Allah),
Ruhaniyyat (pembahasan tentang segalasesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik). Sumber akidah islam adalah al-qur’an dan sunnah.
Allah SWT menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan. Setiapanak
manusia dilahirkan dalam keadaan muslim. Fitrah manusia berupa potensi yang
harus dijaga dan dikembangkan. dengan akal pikiran untuk merenungkan diri
sendiri, alam semesta seorang manusiabisa membuktikan adanya Allah SWT. Al-
qur’andan Sunnah digunakan untuk membimbing manusia, karena fitrah dan akal
tidak bisa menjelaskan siapa tuhan sebenarn yaitu (Allah SWT).
Esensi iman kepada Allah SWT adalah tauhid yaitu mengesakan-Nya,
baikdalam zat, asma wasifat, maupun perbuatan-Nya.Tauhid dibagi menjadi 3,
yaitu tauhid rububiyah, Mulkiyah, danIlahiyah.
Kalimat LaaIlaahaIllallaah mempunyai banyak makna, namun makna yang
biasanya dipakai adalah sesungguhnya tidak ada Tuhan yang benar-benar berhak
disebut Tuhan selain Allah SWT.
Seorang muslim yang mengiqrarkan 2 kalimat syahadat akan memberikan
cinta yang pertama dan utama sekali kepada Allah SWT, kemudian kepada
Rasulullah saw, anak-anak, suami/istri, dan lain lain.
Banyaksikapatauperbuatan yang bisamembatalkanduakalimatsyahadat.
Beberapa perbuatan itu adalahBertawakal bukan karena Allah SWT, beramal
dengan tujuan selain Allah SWT, membenci islam,seluruh atau sebagiannya, dan
lain lain.
Allah SWT mempunyai nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke
Maha sempurnaan-Nya. Rasulullah saw menjanjikan surga bagi orang yang
menghafal AsmaulHusna. Banyak ayat al-Qur’an dan hadist-hadist nabi yang lain
yang berisi perintah dan larangan untuk menghafal Asmaul Husna.
Ilmu Allah tidak terbatas, Dia mengetahui apa saja yang ada dilangit dan
di bumi, baik yang ghoib maupun yang nyata. Allah SWT menuangkan sebagian
kecil dariilmu-Nya kepada umat manusia melalui ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat
kauniyah, atau melalui wahyu dan alam semesta.
Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak
karena langsung berasal dari Allah danRasul-Nya. Syirik adalah
mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, baikdalam dimensi
rububiyah, mulkiyah, maupun ilahiyah baik secara langsung ataupun tidak. Syirik
dibagi menjadi2 :syirikbesar (menyembah berhala,dll) dan kecil (sihir, bersumpah
dengan selain Allah, dll).
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah SWT dari cahaya
dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Malaikat selalu memperhambakan diri
kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat
maksiat dan durhaka kepada Allah SWT. Jumlah malaikat sangat banyak. Tapi
yang wajib kita ketahui ada 10, yaitu Jibri, Mikail, Isrofil, Izroil, Rakib, Atid,
Munkar, Nakir, Malik, danRidwan. Manusia itu lebih mulia dari pada Malaikat.
Jin adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari api. Yang
durhaka pertama kali adalah iblis, anakcucunya disebut setan.
Kitab-kitab Allah adalah kitabsuci yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada para Nabi dan Rasul-Nya.Kitab Allah berguna sebagai Wahyu.
Kitab-kitab Allah sebelum al-qur’an ada 5, yaitu taurat, injil, zabur, shuhu
Ibrahim dan Musa. Al-qur’an terjamin keutuhan dan keasliannya. Hal itu bisa
terjadi pertama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah SWT.
Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah
SWT untuk menerima wahyu. Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya
oleh Allah SWT dengan memberiberitanya. Sedangkan Rasul adalah seseorang
yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi,peran.
Rasul yang digelari ululazmi ada5 ; Muhammad, Nuh, Isa, Ibrahim, dan
Musa. Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad saw.
Kita wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah
SWT,baik yang disebutkan namanya ataupun tidak.
Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang
fana ini berakhir. Prosesnya dari alam kubur – kiamat – kebangkitan - berkumpul
di mahsyar -perhitungan dan penimbangan – pembalasan - halhal lain.
Seorang mukmin wajib berimandengan hari akhirdengan segala proses,
peristiwadankeadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah
diberitakan di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah tanpa mengurangi dan
menambah-nambahnya.
Qadha adalah kehendak atau ketetapan hokum Allah SWT terhadap segala
sesuatu. Sedangkan qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT
terhadapsegala sesuatunya.
Seorangmuslim wajib beriman kepada taqdir sebagaimana yang sudah
dijelaskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Kita memahami taqdir harus secara benar, Karena kesalahan memahami taqdir
akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh
kehidupan di dunia ini.
REVIEW BUKU BIDANG HADIS
A. Identitas Buku
Judul Buku : Kaidah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan
Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah.
Penulis : Prof. Dr. M. Syuhudi Ismail
Penerbit : PT Bulan Bintang
Cetakan : Cetakan ke – 3, Jumadil Awal 1426 / Juli 2005
NO ISBN : 979 – 418 – 134 – X
Tebal buku : 270 halaman
Teks Bahasa : Indonesia

B. Kepengarangan
Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur,
pada tanggal 23 April 1943. Setelah menamatkan Sekolah Rakyat Negeri di
Sidorejo, Lumajang Jawa Timur (1955), ia meneruskan pendidikannya ke
Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 tahun di Malang ( tamat 1959);
Pendidikan Hakim Ilam Negeri (PHIN) di Yogyakarta (tamat 1961); Fakultas
Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) “Sunan Kalijaga” Yogyakarta ,
cabang Makassar (kemudian menjadi IAIN “Alauddin” Makassar), berijazah
Sarjana Muda (1965); Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang (tamat
1973); Studi Purna Sarjana (SPS)) di Yogyakarta (Tahun Akademi 1978/1979),
dan Program – Program Studi S2 pada Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (tamat 1985).
Adapun karya-karya dari Syuhudi Ismail di antaranya sebagai berikut:
1. Pengantar Ilmu Hadis diterbitkan oleh Angkasa kota Bandung.
2. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis diterbitkan oleh PT Bulan Bintang kota
jakarta.
3. Metodologi Penelitian Hadits Nabi diterbitkan oleh Bulan Bintang kota
jakarta.
4. Hadits Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan Pemalsunya diterbitkan oleh
Gema Insani Press kota Jakarta.
5. Hadits Tekstual dan Kontekstual (Telaah Ma`anil Hadits tentang Ajaran Islam
yang Universal, Temporal, dan Lokal) diterbitkan oleh Bulan Bintang kota
Jakarta.

C. Pendahuluan
Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, taqrir dan hal-ihwal Nabi
Muhammad SAW., merupakan sumber ajaran islam yang kedua setelah Qur’an.
Pada zaman Nabi, sesungguhnya telah ada beberapa sahabat Nabi yang menulis
hadis Nabi, tetapi jumlah mereka selain tidak banyak, juga materi (matn) hadis
yang mereka catat masih terbatas.
Sejarah penulisan dan penghimpunan hadis secara resmi dan massal,
tenggang waktunya sekitar 90 tahun sesudah Nabi wafat. Dalam masa yang cukup
panjang ini, telah terjadi pemalsuan-pemalsuan hadis yang dilakukan oleh
beberapa golongan dengan berbagai tujuan. Atas kenyataan ini, maka ulama hadis
dalam usahanya menghimpun hadis Nabi, selain harus melakukan perlawatan
untuk menghubungi para periwayat yang tersebar diberbagai daerah yang jauh,
juga harus mengadakan penelitian dan penyeleksian terhadap semua hadis yang
mereka himpunkan. Karena itu, proses penghimpunan hadis secara menyelutuh
terpaksa mengalami waktu yang cukup panjang, yakni sekitar lebih dari satu abad.
Kitab-kitab hadis yang mereka hasilkan bermacam-macam jenisnya, baik dari segi
kuantitas dan kualitas hadis yang dimuatnya, maupun cara penyusunannya.

D. Review Buku
Menurut hasil penelitian ulama hadis, suatu hadis yang sanadnya sahih
belum tentu matannya juga sahih. Mengapa kesenjangan kualitas itu terjadi;
apakah kesenjangan disebabkan oleh kaidah kesahihan sanad hadis yang kurang
akurat, ataukah disebabkan oleh faktor – faktor lain. Masalah pokok yang diteliti
adalah tingkat akurasi kaidah kesahihan sanad hadis. Untuk menjawab masalah
pokok tersebut unsur – unsur kaidah ditelaah secara kritis, kemudian kaidah itu
ditinjau dengan menggunakan seperangkat teori ekstrem ilmu sejarah. Oleh
karena itu dalam buku yang berjudul kaidah kesahihan sanad Hadis telaah kritis
dan tinjauan dengan pendekatan ilmu sejarah yang ditulis Prof. Dr. M. Syuhudi
Ismail dijelaskan tentang apa yang saya tuliskan diatas.
Buku ini boleh dikatakan sebagi buku pedoman untuk mengkaji hadis
Nabi khususnya cara mengkaji kesahihan matan hadis telaah kritis dan tinjuan
dengan pendekatan ilmu sejarah. Tampaknya M. Syuhudi Ismail pengarang buku
ini telah berusaha untuk menghindarkan diri dari “keruwetan” yang menjadi salah
satu ciri khusus dalam ilmu hadis. Tentunya dengan tujuan agar mereka yang baru
melangkah ke pengkajian dan penelitian hadis dapat mudah memahami uraian
buku ini.
Buku ini dengan sampul warna hijau tua, berisi kata pengantar lima bab
pembahasan dan bab kesimpulan, dilengkapi daftar ikhtisar, daftar gambar, daftar
kepustakaan, transliterasi arab latin dan indeks. Bab I pendahuluan; Bab II tentang
periwayatan hadis; Bab III tentang faktor – faktor yang mendorong ulama
mengadakan penelitian sanad hadis; Bab IV tentang Kesahihan sanad hadis; Bab
V tentang kualitas periwayatan dan persambungan sanad; dan Bab VI tentang
kesimpulan. Apabila dilihat dari urut – urutan bab dapat diketahui bahwa isi buku
sangat runtut dan alur pikirnya mudah diikuti pembaca. Disamping alurnya mudah
diikuti, pembaca ang belum akrab dengan istilah – istilah dalam ilmu hadis bisa
mengenalnya sekilas karena dijelaskan terlebih dahulu di tiap awal judul dan sub
judul seperti pengetian hadis, sanad, dan matan hadis, takhrij hadis dan
sebagianya.
Dalam buku ini berisi pemikiran penulis tentang kesahihan hadis. Dalam buku ini
pengarang memperkenalkan istilah kaedah “Mayor” dan “Minor” sebagai acuan
sanad dan matan. Kaedah mayor adalah acuan semua syarat, kriteria, acuan yang
berstatus umum pada sanad dan matan, sedangkan kaedah minor bersatus khusus.
Melihat dari keumuman pengertian Hadits yang disepakati ulama, unsur-unsur
sanad terdiri dari, 1) sanad bersambung, 2) rawi harus `adil, 3) rawi harus `dhabit,
4) sanad hadits harus terhindar dari syaz , dan 5) sanad hadits harus terhindar dari
`illah. Akan tetapi dalam pola Hadits menurut Syuhudi Islam menetapkan tiga
unsur kaidah mayor saja, yaitu: sanad bersambung; perawi bersifat „adil; dan
perawi bersifat dhabith atau tamm al-dhabth.
Sedangkan unsur-unsur kaidah minor untuk sanad bersambung yaitu:
muttashil (mawshul); marfu’ ; mahfuz ; dan bukan mu’al (bukan Hadits yang
mengandung ‘illah). Untuk perawi bersifat ‘adil yaitu: beragama Islam; mukallaf;
melaksanakan ketentuan agama; dan memelihara muru’ah. Sedangkan untuk
perawi bersifat dhabith atau tamm al-dhabth yaitu: hafal dengan baik hadis yang
diriwayatkannya; mampu dengan baik menyampaikan Hadits yang dihafalnya
kepada orang lain; terhindar dari syaz; dan terhindar dari ‘illah.
Dalam buku ini, perbedaan unsur-unsur kaedah mayor dan minor hanya
terletak pada pengorganisasian saja. Menurutnya, mayoritas ulama Hadits
memasukkan kedua unsur syaz dan ‘illah sebagai unsur-unsur kaedah mayor
kesahihan sanad hadis dimaksudkan sebagai penekanan dan sikap kehati-hatian
semata. Sekiranya, benar dugaan bahwa kedua unsur tersebut memang
merupakan unsur-unsur yang mandiri, terlepas dari ketiga unsur kaedah mayor
yang lain, maka berarti ada sanad yang benar- benar bersambung dan
diriwayatkan oleh para perawi yang benar-benar ‘adil dan dhabith ternyata masih
mengandung syaz ataupun „illah. Hal ini menurut Syuhudi Ismail tidak mungkin
terjadi. Sebab, sanad yang mengandung syaz dan ‘illah, penyebab utamanya
ternyata ada yang karena tidak bersambung sanadnya atau tidak sempurna ke-
dhabith-an perawinya.
Kekurangan buku ini adalah Bahasa yang digunakan oleh penulis sulit
untuk dipahami, sehingga pembaca harus membaca berulang kali untuk
memahami isi buku ini. Sedangkan kelebihannya buku ini adalah buku ini banyak
terdapat banyak catatan kaki dan penulis menerangkan secara detail dan kritis.
REVIEW BUKU BIDANG AKHLAK
Judul Buku : AKHLAK TASAWUF
Penulis : Dr. H. Badrudin, M.Ag
Penerbit : IAIB PRESS
Cetakan : Cetakan ke – 2, Septembr 2015
NO ISBN : 978-602-1708-02-6
Tebal buku : 200 halaman
Teks Bahasa : Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Akhlak mempunyai peranan yang sangat


penting dalam kehidupan. Dalam kaitan ini pula peranan pendidikan agama Islam
di kalangan umat Islam termasuk kategori manifestasi dari cita-cita hidup Islam
dalam melestarikan dan mentransformasikan nilai-nilai Islam kepada pribadi
generasi penerusnya. Moral yang terbimbing dalam naungan Ilahiyah akan
melahirkan etika yang lurus dan terarah. Untuk itu nilai-nilai Islam yang
diformulasikan dalam cultural religious tetap berfungsi dan berkembang di
masyarakat dari masa ke masa.1 Untuk itu pendidikan yang mengarah kepada
pembinaan akhlak sangat perlu diberikan dalam pengajaran dan pendidikan baik
yang formal, nonformal maupun informal. Dalam fenomena kehidupan di
masyarakat, setiap warga masyarakat wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya
menurut situasi aktual yang ada di hatinya dan mengadaptasikan dengan situasi
lingkungan tempat ia berada. Peranan yang paling tepat ialah bilamana ia mampu
bertindak multi peranan, peranan silih berganti, ia harus mampu memerankan diri
sebagai individu dan juga sebagai anggota masyarakat. Keberhasilan seseorang
dalam mempertemukan titik optimum, yakni peran individu dan peran sosial, telah
sampai pada tingkat “matang” atau “dewasa”.2 Matang atau dewasa dalam arti
sosial.
kerelaan hati seseorang dan sikap lapang dada sehingga menimbulkan
ketenangan batin bagi yang memilikinya. Hakikat pembentukan nilai akhlak
syukur ada tiga hal, yaitu: Mengakui segala nikmat yang datang dari Allah,
meskipun diterima melalui tangan manusia. Karena hal ini pada hakikatnya
manusia digerakkan untuk meneruskan nikmat itu oleh Allah. Membesarkan
syukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan (senantiasa bersyukur kepada-
Nya). Mempergunakan segala nikmat untuk berbuat kebajikan dan kemaslahatan
(digunakan untuk beribadah). Kesimpulannya, orang yang bertakwa tidaklah
sepatutnya mengandalkan sesuatu selain mencari keridhoan Ilahi, keselamatan diri
dan masyarakat serta kebaikan kehidupan di dunia dan akhirat. Demikian pula
berusaha untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian yang bersemayam jauh
di lubuk hati, seraya menjauhkan diri dari dosa-dosa dan segala yang
mendatangkan nista. Dalam hal ini, mereka tidak terlalu mengindahkan siapa pun
di antara manusia yang telah disibukkan dengan kepentingannya sendiri dan untuk
segala yang mendatangkan kebaikan baginya di dunia. Oleh karenanya dalam
nilainilai akhlak Islami yang ideal senantiasa istiqomah berpegang teguh dengan
tali Allah SWT. Jika nilai-nilai akhlak di atas tekanannya pada kepribadian
muslim, maka dalam pembentukan nilai-nilai akhlak dapat dilakukan lembaga-
lembaga pendidikan, formal, non-formal, dan informal, bahkan dalam kegiatan
lainnya yang dilakukan masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga
lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan
terbentuk.
Kehidupan orang-orang mu’min yang shalih (shalihul mu’min) dalam
meraih nilai-nilai kebaikan dari amal shalih-nya adalah untuk mencapai ridha
Allah. Untuk mencapai hal tersebut tentunya didasari dengan keimanan dan
keikhlasan yang merupakan pondasi dalam memperoleh keridhaan-Nya. Oleh
sebab itu ibadah shalat merupakan penentu terhadap eksistensi ibadah-ibadah
lainnya baik dalam jajaran ibadah mahdhah (shalat, zakat, puasa, dan haji)
maupun dalam ibadah ghair mahdhah, yakni porsi seluruh kehidupan individu dan
kehidupan sosial bermasyarakat yang dilandasi karena untuk keridhaan Allah
SWT dengan niat yang suci (ikhlas). Hal ini berarti ibadah shalat dan ajaran
ibadah mahdhah lainnya dalam aspek ritual merupakan aspek penentu bagi aspek
sosial. Pemahaman ini dapat dilihat dalam salah satu ayat AlQur'an:
“Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar”. Dari
serangkaian pembahasan di atas, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1.
Waliyullah adalah orang yang beriman dan bertakwa, barang siapa yang
memenuhi hakikat keimanan dan ketakwaan dengan intens (kontinyu) dan
istiqomah berarti ia termasuk waliyullah (kekasih Allah). 2. Eksistensi
(keberadaan) para waliyullah itu memberi teladan yang baik bagi kehidupan
manusia dan Allah mengadakan mereka untuk membuat burhan nabawi dan
sebagai sarana untuk shalih seorang muslim atau mu’min tidak dapat dihitung
sebelum penghitungan nilai ibadah shalatnya selesai. QS. 29:45. Selain itu, dalam
suatu hadits disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia (HR. Ahmad). Dengan melaksanakan
ibadah yang lebih intens sehingga terjalin hubungan yang qarib dengan Khaliq.
Semangat taqarrub ilallah adalah kunci terbukanya hidayah. Allah untuk kita dan
terbukanya pintu kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
bermacam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Objek kajiannya adalah perbuatan manusia dan norma (aturan)
yang dijadikan untuk mengukur perbuatan dari segi baik dan buruk.
Pembentukannya secara integral melalui rukun iman dan rukun Islam. Rukun
Iman bertujuan tumbuhnya keyakinan akan ke-esaan Tuhan (unity of God) dan
kesatuan kemanusiaan (unity of human beings). Kesatuan kemanusiaan
menghasilakn konsep kesetaraan sosial (social equity). Rukun Islam menekankan
pada aspek ibadah yang menjadi sarana pembinaan akhlak, karena ibadah
memiliki fungsi sosial. Dalam menghadapi problematika kehidupan, diantara
caranya adalah dengan mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan
bertasawuf. Untuk pengkajiannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
penelitian dan pengembangan dalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena
itu dalam pengembangannya diperlukan untuk mengembalikan kembali dalam
kajian-kajian akhlak tasawuf Islami ke sumber yang pokok yaitu Al-Qur’an dan
Hadits-hadits Nabawi. Kemudian menghilangkan praktek-praktek yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan demikian sudah semestinya kajian-
kajian tentang akhlak dan tasawuf perlu diajarkan dalam lembaga-lembaga
pendidikan formal, informal, dan non-formal. Untuk itu dalam pendidikan dan
pengajarannya disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuannya sesuai
dengan jenjang pendidikannya.

REVIEW BUKU BIDANG TAFSIR


Judul Buku : Diskursus Munasabah Al-Qur`an Dalam Tafsir Al-
Mishbah
Penulis : Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.
Penerbit : AMZAH
Cetakan : April 2015
NO ISBN : 978-602-1708-02-6
Tebal buku : 294 halaman
Teks Bahasa : Indonesia

A. Munasabah dalam Kajian Al-Qur’an


Dalam buku ini dijelaskan, kajian tentang munasabah berawal dari
kenyataan bahwa sistematika urutan ayat-ayat atau surah-surah Al-Qur’an
sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani sekarang tidak berdasarkan pada
kronologis turunnya. Dalam Al-Qur’an, ada beberapa indikasi yang mempunyai
sinyal kuat yang menunjukan bahwa Al-Qur’an adalah satu kesatuan yang
memiliki keserasian (munasabah).
Ulama sepakat akan kemukjizatan Al-Qur’an. Pendapat bahwaAl-Qur’an
memiliki kemukjizatan dari setiap dimensinya dapat dipahami sebagaimana
dipaparkan Al-Zarkasyi bahwa Alqur’an bukanlah kalam yang diturunkan secara
tidak sengaja, kebetulan, serta tanpa sasaran dan tujuan tertentu. Dengan
demikian, setiap penggunaan dan susunan kata yang, konstruksi ayat dan surah
serta peralihan tema yang terdapat di dalamnya memiliki kekuatan konsep sebagai
suatu kalam yang utuh dan padu.
B. Melacak Tradisi Awal Munasabah
Susunan ayat dan surah dalam Al-Qur’an memiliki keunikan yang luar
biasa karena sesungguhnya tidak secara berurutan saat wahyu diturunkan. Studi
tentang munasabah atau korelasi ayat dengan ayat atau surah dengan surah
mempunyai arti penting dalam memahami makna Al-Qur’an serta membantu
proses penakwilan dengan baik dan cermat.
Timbulnya ilmu munasabah ini bertolak dari fakta sejarah bahwa susunan
ayat dan surah Al-Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam mushaf sekarang
(mushaf Utsmani), tidak didasarkan kronologis. Kronologis turunnya ayat atau
surah tidak diawali dengan Surah Al-Fatihah, tetapi diawali dengan Surah Al-Alaq
ayat 1-5. Selanjutnya surah kedua yang turun adalah Surah Al-Muddatstsir, namun
surah kedua dalam mushaf Utsmani adalah Surah Al-Baqarah. Persoalan inilah
yang kemudian melahirkan kajian munasabah dalam konteks ‘ulum Al-Qur’an.

C. Munasabah Perspektif Pakar Ilmuwan Al-Qur’an dari Klasik Hingga


Pramodern
Tokoh yang bisa dibilang pencetus pertama kajian munasabah adalah Al-
Naisaburi (324 H). Namun, Muhammad Husain Al-Dzahabi memaparkan bahwa
karya ini sayangnya sudah tidak ditemukan lagi. Selanjutnya, ada dua ulama
klasik yang dijadikan acuan dalam pemikiran munasabah, yaitu Al-Zarkasyi dan
Al-Biqa’i.
Al-Zarkasyi (745-794 H) muncul jauh setelah Al-Naisaburi (324 H).
Kajiannya tentang munasabah tertuang dalam kitab Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an.
Ada dua pola munasabah yang dikenalkan olehnya, yaitu pola munasabah
antarsurah dan pola munasabah antarayat. Terlihat dari karyanya bahwa Al-
Zarkasyi memiliki kepekaan sekaligus kelihaian membuat korelasi antara satu
ayat dan ayat berikutnya. Ini semakin menguatkan bahwa Al-Qur’an memiliki
hubungan yang sangat erat antar yang satu dengan yang lainnya.
Ulama klasik yang kedua adalah Burhanuddin Al-Biqa’i (809-885 H/
1406-1480 H). Ia mampu merangkum pemikirannya mengenai munasabah
dalam Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar. Didalamnya terdapat
tafsir komprehensif dan cermat terhadap Al-Qur’an. Dalam pandangan Al-Biqa’i,
ilmu munasabah pada umumnya adalah kajian tentang hubungan logis antara
sejumlah susunan ayat atau ide sehingga diperoleh keterkaitan satu ayat atau
kandungannya dengan ayat atau kandungan sebelum dan sesudahnya.

D. Munasabah dalam Tinjauan Ilmuwan Al-Qur’an Kontemporer


Saat berbicara tentang kajian Al-Qur’an, atau lebih spesifik pada tataran
Al-Qur’an Kontemporer, terdapat tiga bidang kajian yang mesti dibedakan, yaitu
teks orisinal Islam, pemikiran Islam yang dianggap sebagai bentuk interpretasi
atas teks, dan perwujudan praktik sosio-historis yang berbeda-beda.
Di antara sarjana kontemporer yang mempunyai banyak perhatian
terhadap kajjian Al-Qur’an adlaah Amin Al-Khuli (1895-1966), Aisyah
Abdirrahman Bintu Al-Syathi’ (1913-1998), Nashr Hamid Abu Zaid (1943-2010),
Muhammad Abid Al-Jabiri (1. 1936), Hasan Hanafi (1. 1935). Tokoh yang bisa
dikatakan pengkaji ulum Al-Qur’an kontemporer ini sebagian besar memiliki
berbagai bekal metodologi baru dan mencoba mendekati Al-Qur’an dengan
kacamata baru. Meskipun produk dari kajian mereka tersebut, baik setuju maupun
tidak, baik mengundang pro maupun kontra, yang jelas studi mereka terhadap Al-
Qur’an menyegarkan dan menggairahkan kembali diskursusIslamic studies yang
selama ini lesu atau mungkin dianggap sebagian kalangan sudah mapan dan final.

E. Menyoal Munasabah: Respons Terhadap Kritik Ilmuwan Barat dan


Orientalis
Al-Qur’an menyatakan dirinya sebagai kitab yang terhindar dari keraguan,
dijamin autentisitasnya, dan bahkan sampai saat ini tidak ada kitab tandingannya.
Meskipun demikian, telah terjadi pergeseran cara pandang di kalangan sarjana
terhadap Al-Qur’an sejak sebelum akhir abad XX. Huston Smith dalam The
World’s Religionsmengatakan bahwa belum pernah ada kitab dalam khazanah
keagamaan pada kebudayaan lain yang demikian sulit dimengerti oleh orang
Barat, selain Al-Qur’an. Berbicara mengenai Barat, tidak lepas dari orientalis atau
orientalisme. Ia adalah ilmu yang membahas tentang bahasa, budaya, agama, dan
kesusastraan masyarakat Timur.
Beberapa nama ilmuwan Barat dan orientalis yang fokus terhadap kajian
Al-Qur’an, antara lain, Theodor Noldeke (1836-1930), Goldziher, Yosep Schat,
Flugel, Blachere, Mingana, Joseph Puin, Richard Bell dan W. Montgomery Watt.
Dalam subbab ini, dapat diketahui teori, pendapat, serta kritikan terhadap Al-
Qur’an menurut beberapa penulis dari kalangan Barat dan orientalis.

F. KELEBIHAN BUKU
Kelebihan buku ini adalah mampu memberikan informasi secara lengkap
dan terperinci tentang peran munasabah sebagai instrumen penafsiran Al-Qur’an.
Dalam buku ini juga memberikan informasi mengenai sejarah awal munasabah,
serta munasabah dalam tinjauan ilmuwan Al-Qur’an klasik hingga kontemporer.
Informasi yang diberikan pun dari berbagai sumber dan pendapat para ahli yang
dijabarkan melalui catatan kaki serta adanya contoh dari pendapat tersebut.

G. KELEMAHAN BUKU
Kelemahan buku ini adalah terlalu banyak catatan kaki yang
membingungkan para pembaca, serta bahasa yang terdapat di buku ini kurang
mudah dipahami khususnya bagi para pemula.
Kesimpulan : Dalam buku ”Diskursus Munasabah Al-Qur`an Dalam Tafsir
Al-Mishbah” yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad Said M.A. ini sangat berguna
dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin menambah pengetahuannya tentang Al-
Qur`an. Pemabahasan materi nya sangat menarik, dijelaskan secara detail dan
rinci. Penjelasan materi dalam buku ini juga disertai dengan fakta dimana terdapat
footnote agar pembaca dapat mengetahui berasal dari mana sumber materi yang
sedang dibahas.
REVIEW BUKU BIDANG FIQIH
Judul Buku : Ilmu Fiqh dan UshSul Fiqh
Pengarang : Prof. DR. H. Alaiddin Koto, M.A.
Penerbit : Raja Grafindo Persada
TahunTerbit : 2011
Bahasa : Bahasa Indonesia

Penulis buku ini adalah Alaiddin Koto, lahir di Magek, Bukittinggi, 12


Februari 1954. Menamatkan tingkat menengahnya di Madrasah Tarbiyah
Islamiyah Candung pada tahun 1973, Gelar Doctorandus diraihnya di Fakultas
Syari’ah IAIN Imam Bonjol pada tahun 1980.
Tujuan buku ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai ilmu fiqh dan ushul fiqh dalam proses penggalian hukum. Karena pada
zaman modern seperti sekarang ini telah marak bermunculan penemuan-
penemuan baru yang belum jelas status hukumnya. Buku ini terdiri dari 10 bab,
namun saya hanya mengambil pembahasan yang berjudul “ Sekitar Pengertian
Ijtihad, Ittiba’, Talfiq, dan Taqlid “ karena sangat relevan dengan kondisi
masyarakat dewasa ini.
Pembahasan bab ini dimulai dengan kata “ijtihad”. Adapun pengertian
ijtihad yaitu :
1. Ijtihad menurut bahasa berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan
segala kesempurnaan atau menanggung beban kesulitan. (hal.127)
2. Ijtihad menurut Ulama Ushulliyin yaitu usaha mencurahkan segenap
kemampuan dan kesanggupan intelektual dalam mengistinbathkan hukum
praktis yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Adapun ijtihad ini sangat erat kaitannya dengan filsafat, yaitu antara
keduanya tidak bisa dilepaskan dari akal. Oleh sebab itu, ijtihad juga disebut hasil
kerja akal. Namun, dalam mengolah akal guna mengistinbathkan hukum tentulah
diperlukan suatu metodologi berfikir yang sistematis.
Adapun pembahasan selanjutnya yaitu mengenai ittiba’. Ittiba’ dari segi
bahasa bearti “menurut” atau “mengikuti”, sedangkan orang yang diikuti disebut
mutabi’. ( hal. 129).
Ittiba’ secara singkat juga dapat diartikan bahwa seseorang mengikuti
pendapat orang lain dengan mengetahui dalil-dalilnya. Adapun ittiba’ dibagi
menjadi dua,yaitu:
1. Ittiba’ kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Ittiba’ kepada selain Allah dan rasul-Nya
Mengenai ittiba yang kedua, terjadi khilafiyah diantara para ulama.
Diantara ulama yang tidak membolehkan yaitu Imam Hanbali. Sedangkan ulama
lainnya membolehkan. Tetapi hanya dalam kategori ulama yang benar-benar
memiliki pengetahuan mengenai Al-qur’an dan hadits. Karena apabila hanya
mengandalkan dalil akli semata maka dikhawatirkan terjadi kesalahan penafsiran
terhadap Qur’an dan Hadits.
Adapun pengertian Talfiq menurut ulama ushul fiqh ialah sikap beragama
yang mengambil hukum dari suatu peristiwa berdasarkan kepada pendapat dari
berbagai mazhab. hal.131). Adapun sikap talfiq dibolehkan dalam Islam tetapi
bukan dengan tujuan mencari keringanan semata. Melainkan memilih pendapat
ulama yang paling sesuai analisisnya.
Adapun taqlid yaitu seseorang mengikuti pendapat para ulama tanpa
mengetahui dalil-dalilnya. Mengenai taqlid ini, para ulama tidak membolehkan
dengan syarat :
1. Mengikuti tradisi nenek moyang semata sekalipun bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Hadits.
2. Mengikuti pendapat seseorang yang tidak diketahui ukuran pemahamannya
dalam hal agama.
3. Mengikuti pendapat seseorang yang telah jelas menyalahi Al-qur’an dan
Hadits.

Anda mungkin juga menyukai