Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada Masa islam Klasik

Alpendri*
Alfendryyusuf57@gmail.com*
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Abstrack
Artikel ini membahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa islam
klasik, pada masa ini ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang begitu
pesat, karena pemimpin harun arrasyid, metode yang digunakan dalam penulisan
artikel ini yaitu (library research) studi kepustakaan, data yang digunakan
dengan metode analisi deskriftif analitis, Adapun hasil dari pembahasan artikel
ini ialah ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat pada masa kepemimpinan
harun arasyid tidak hanya di bidang ilmu agama saja namun juga di bidang ilmu
ilmu umum, dan pada masa itu banyak ilmuan ilmuan muslim yang lahir dalam
berbagai bidang.
Keyword : Ilmu Pengetahuan, Islam, Klasik
Pendahuluan
Keberadaan ilmu pengetahuan tidak lepas dari Sejarah kemunculanya dan
perkembanganya, yang merupakan suatu proses yang sangat Panjang, tumbuh
dan berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase
perkembangan ilmu pengetahuan selalu muncul sesuatu yang baru dan memiliki
karakteristik disetiap masanya, karakteristik tersebut merupakan hasil dari suatu
permulaan budaya yang terjadi dalam dinamika social, tentu hal itu tidak dapat
terlepas dari dinamika social, budaya dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian
perkembangan ilmu pengetahuan dapat di periodesasikan dayanya yaitu periode
kuno, periode islam, periode renaisans, dan modern.

1
Sesuangguhnya kajian tentang Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
sangatlah luas cakupanya, dan juga sangat Panjang. Idealnya Sejarah ialah rekam
jejak semua rentetan peristiwa yang lampau pernah terjadi, yang berusaha untuk
mengunggkapkan segala sesuai dengan fakta yang ada tanpa adanya distorsi
sedikitpun, oleh karena itu perlu adanya Upaya untuk mengungkap fakta Sejarah
yang ada.1

Dalam konsepsi Agama ilmu pengetahuan lahir sejak diciptakanya


manusia pertama kali keatas dunia yaitu Nabi Adam, kemudian berkembang
menjadi sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan, pada hakekatnya ilmu pengetahuan
itu lahir karena Hasrat ingin tau dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu ini timbul
oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan yang terus berkembang.

Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan selalu mengacu


kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu
pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Sejarah
perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: periode klasik
(650 -1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan periode modern (1800-
sekarang).

Dalam makalah singkat ini penulis akan membahas Sejarah


perkembangan ilmu pengetahuan pada masa islam klasik

Metodelogi

Dalam artikel ini Penulis menggunakan jenis penelitian yang berupa


study kepustakaan (Library Research) yang merupakan suatu cara memperoleh
data dengan membaca cermat dan pengambilan kesimpulan dari buku-buku di
perpustakaan yang merupakan hasil dari para peneliti terdahulu, dalam penulisan

1
Abdul Karim, “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Metodologi Penelitian,”
Fikrah Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 2, no. 1 (2017): hlm 274.

2
artikel ilmiah ini juga meliputi langkah-langkah pengumpulan data, analisis dan
interpretasi data dan dari sumber-sumber pustaka yang berhasil kami dapatkan
dimana kami mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber-sumber seperti
buku, jurnal online, sesuai dengan tema yang kami bahas lalu kami
interpretasikan.

Pembahasan

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Klasik

Pemikiran Islam klasik, sebagaimana telah diungkapkan di atas, adalah


periode setelah wafatnya rasulullah Muhammad SAW hingga tahun 1250 M.
Dalam periode ini sejumlah pencapaian menonjol telah dlakukan. Pada
mulanya kelahiran perintah untuk mencari ilmu pengetahuan; kemudian
penerjemahan karya-karya ilmu pengetahuan klasik, dan penyebaran melalui
pengajaran di madrasah-madrasah yang tersebar di kota-kota besar Islam.
Berikut elaborasinya lebih lanjut:

Sebagaimana dikemukakan Nash, berbagai cabang ilmu dan


bentukbentuk ilmu pengetahuan dipandang dari perspektif Islam pada
akhirnya adalah satu, yakni tidak dikenal pemisahan esensial antara ilmu
agama dengan ilmu umum. Berbagai disiplin ilmu dan perspektif intelektual
yang dikembangkan dalam Islam memang mengandung hierarki tertentu,
tetapi hierarki itu pada akhirnya bermuara pada pengetahuan tentang Hakikat
Yang Maha Tunggal yang merupakan substansi dari segenap ilmu. Inilah yang
menjadi alasan kenapa para pemikir dan ilmuwan muslim berusaha
mengintegrasikan ilmu-ilmu yang dikembangkan peradaban-peradaban non-
Muslim ke dalam hierarki ilmu pengetahuan menurut Islam. Dan ini pulalah
alasan kenapa para ulama, pemikir, filosof, dan ilmuwan Muslim sejak dari

3
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, sampai Al-Ghazali, Nashir AlDin Al-Thusi,
dan Mulla Shadra sangat peduli dengan klasifikasi ilmuilmu2

Sejarah intelektual umat Islam diawali dengan pemeliharaan yang


cermat terhadap setiap penggal ayat Alquran yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw. Sejak awal, pemeliharaan ini telah melibatkan dua modus
sekaligus: penghafalan dan penulisan. Maka sejak periode paling awal di
sekeliling Alquran tumbuh komunitas huffâzh dan juga kelompok para
penulis. Kemudian, pemeliharaan ini meningkat menjadi pembakuan dan
pembukuan Alquran pada masa kekuasaan khalifah ‘Utsmân ibn ‘Affân. Hal
yang sama juga dilakukan terhadap Hadis Nabawi, meskipun pada waktu yang
sedikit agak belakangan. Lalu di seputar dua sumber utama tersebut (Alquran
dan Hadis) muncullah pengkajian akademik yang kemudian menumbuhkan
rumpun Ilmu-ilmu Alquran (‘Ulûm alQur’ân) dan rumpun Ilmu-ilmu Hadis
(‘Ulûm alHadîts).

Perkembangan masyarakat Islam yang sangat pesat pada masa klasik


mengharuskan tersedianya penafsiran dan perumusan ajaran Islam dalam
berbagai konteks dan kondisi sosiologis yang sangat dinamis. Hal ini
kemudian menumbuhkan berbagai cabang ilmu pengetahuan keagamaan, yang
oleh Imam Abû Hâmid al-Ghazâlî disebut sebagai kelompok Ilmu-ilmu
Keagamaan (al-‘Ulûm al-Syar‘iyyah). Kelompok ilmu keagamaan ini
mencakup, misalnya: Ulumul Qur’an, Ulumul Hadis, Kalam, Ushul Fikih,
Fikih, Tasawuf, dan Akhlaq. Melalui aplikasi ilmu-ilmu keagamaan tersebut,
umat Islam berhasil membangun penafsiran ajaran Islam yang dinamis dalam
menyahuti perkembangan sejarah yang ada. Sejumlah nama besar intelektual
di bidang ini mewarnai sejarah intelektual Islam Klasik. Sekedar diantaranya
sebagai berikut: Ibn ‘Abbâs dan Ibn Jarîr alThabarî (‘Ulûm al-Qur’ân);

2
Mutty Hariyati et al., “Sejarah Klasifikasi Ilmu-Ilmu Keislaman Dan Perkembangannya Dalam
Ilmu Perpustakaan,” Pustakaloka 9, no. 1 (2017): hlm 157.

4
Muhammad ibn Isma‘îl al-Bukhârî dan Muslim al-Hajjâj (‘Ulûm al-Hadîts);
Abû al-Hasan al-Asy‘arî dan Muhammad ibn al-Thayyib al-Baqillâni
(Kalam); Abû Hanîfah dan Muhammad ibn Idris al-Syâfi‘î (Ushûl al-Fiqh,
Fiqh); Abû al-Qâsim al-Qusyayrî dan Abû Hâmid al-Ghazâlî (Tasawuf); atau
Ibn Miskawayh (Akhlâq).3

Semangat intelektual umat Islam zaman klasik tidaklah terbatas pada


pengembangan ilmu-ilmu keagamaan semata. Alquran sendiri mengandung
banyak sekali perintah untuk melakukan penelitian terhadap berbagai
fenomena alam: bumi, gunung, lembah, air, binatang, lautan, lelangit, dan
seterusnya. Perintah teologis ini kemudian berpadu dengan kebutuhan praktis
perkembangan umat Islam dalam berbagai bidang, lalu membentuk faktor
pendorong pengkajian ilmiah di bidang filsafat dan kealaman. Dalam proses
perluasan kekuasaannya, umat Islam memasuki wilayahwilayah yang kaya
akan warisan ilmiah kuno, seperti Syria, Palestina, Mesir, dan Persia. Segera
saja umat Islam menyadari potensi yang sangat besar dalam warisan Yunani
dan Persia tersebut. Lalu, dengan berbagai cara umat Islam berupaya
mengumpulkan warisan ilmiah tersebut.4

Strategi besar yang dilakukan oleh umat Islam klasik adalah


penerjemahan warisan ilmiah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab, sehingga
para peneliti Muslim memiliki akses terhadap informasi ilmiah yang ada di
dalamnya. Strategi penerjemahan ini lah yang sesungguhnya menjadi faktor
utama cepatnya perkembangan sains dan teknologi umat Islam klasik. Di
antara sangat banyak tokoh yang mewarnai sejarah intelektual Islam klasik,
beberapa yang paling populer dapat disebutkan di sini: Abû Yûsuf al-Kindî,
Abû Nashr al-Fârâbî, dan Abû ‘Alî al-Husayn ibn Sînâ (Filsafat); Muhammad
ibn Musâ al-Khwârizmî, ‘Umar al-Khayyâm (Matematika); Muhammad ibn
3
H Asari, Sejarah Islam Modern: Agama Dalam Negosiasi Historis Sejak Aba XIX (Yogyakarta:
Perdana Phublising, 2019), hlm 5.
4
Ibidh hlm 10

5
Zakariyyâ al-Râzî, Abû al-Qâsim al-Zahrawî, Ibn Sahl al-Balkhî
(Kedokteran); Muhammad al-Hassân ibn al-Haitsam (Optik); Ibn Jâbir al-
Battânî, ‘Abd al-Rahmân al-Shûfî, Ibrâhîm al-Zarqâlî (Astronomi).4 Kualitas
pengkajian di bidang sains dan teknologi menjadi penyangga keberhasilan
umat Islam mengembangkan peradaban dan membangun pengaruh yang tak
mungkin diingkari dalam sejarah.

Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang


sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang
terkandung dalam al-Qur’an yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi
Muhammad saw, yaitu surat al-‘Alaq dengan diawali kata perintah iqra yang
berarti (bacalah). Gairah intelektualitas di dunia Islam ini berkembang pada
saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan, Sebagaimana dikatakan oleh
Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang menyatakan adanya
great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa
yang dikenal sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya
merupakan masa kegemilangan umat Islam, suatu hal yang berusaha
disembunyikan oleb Barat karena pemikiran ekonom Muslim pada masa
inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat.5

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan diBawah Kepemimpinan Harun


Arrasyid

Khalifah Harun Ar-Rasyid yang merupakan Khalifah ke-5 dinasti


Abbasiyah ini memiliki nama asli Harun Ar-Rasyid Ibn al-Mahdi Ibn Abu
Ja’far al-Mansyur, beliau ini lahir di kota Ray pada 17 Maret 145 H atau 763
M. Harun Ar-Rasyid merupakan putra dari Khalifah Al-Mahdi, Khalifah ke-3
dinasti Abbasiyah. Sebelum dinobatkan sebagai Khalifah, Harun di
perintahkan oleh ayahnya menjadi Gubernur di As-Syifah pada tahun 779 M
5
Abdiwarman A.Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Hlm
10.

6
dan di Maghrib pada tahun 780 M. Setelah 2 tahun menjabat sebagai
Gubernur, Akhirnya beliau dinobatkan menjadi putra mahkota untuk menjadi
Khalifah setelah sang kakak, Al-Hadi. Hingga pada 14 September 786, Harun
Ar-Rasyid akhirnya menjadi Khalifah ke-5 Dinasti Abbasiyah.

Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, Islam mencapai puncak


perkembangan peradaban, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini tidak
dapat dipungkiri karena Harun Ar-Rasyid sendiri sangan menyukai ilmu
pengetahuan. Untuk berinteraksi dengan para Ilmuan dan juga ulama, Harun
Ar-Rasyid menggunakan istananya sebagai pusat majelisnya Para ulama dan
Ilmuan akan datang ke istana untuk berdiskusi dengan sang khalifah. Selain
itu, Harun Ar-Rasyid juga senang mendatangi kediaman para ulama dan juga
ilmuan yang mengadakan majelis Ilmu. 6Ada beberapa kebijakan yang di
tetapkan oleh harusn arasyid untuk mencapai kejayaan pada masa itu :

Menjadikan masjid sebagai pusat Pendidikan, menerjemahkan bubu


buku pengetahuan dedalam Bahasa arab, mendirikan banyak perpustakaan,
dan memuliakan guru dan ulama.

C. Tokoh-Tokoh Saintis Muslim Klasik


a. Bidang fisika
Al biruni. Nama lengkap nya adalah Abu Raihan Muhammad al-
Bairuni. Teori mengenai bumi berputar pada porosnya yang beliau
ungkapkan jauh sebelum Galileo Galilei. Teori beliau yang ditulis
dalam kitab al-jawahir fi al-mahir didalamnya Beliau juga
menghitung dengan akurat panjang garis lintang dan garis bujur bumi.
Di antara kontribusi ilmiahnya adalah penjelasan tentang cara kerja
mata air melalui prinsip hidrostatis, yang menghasilkan teori bahwa

6
Nuzulul Hidayati and Marsudi Marsudi, “Harun Ar-Rasyid: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Pada Masa Islam Klasik (786–809 M),” Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu
Sosial 1, no. 4 (2021): hlm 506.

7
lembah Indus pada awalnya merupakan dasar laut kuno yang dipenuhi
bebatuan sedimen, disertai gambaran tentang sejumlah makhluk yang
menyeramkan, termasuk apa yang kita sebut sekarang sebagai manusia
kembar siam.7
b. Bidang geografi

Al-Idrisi, nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin


Muhammad bin Abdullah al- Idrisi, adalah ahli geografi yang
membuat globe pertama dan disebut Tabule Regoriana. Peta tersebut,
menggunakan bahasa Arab, menampilkan daratan Eurasia secara
keseluruhan dan sebagian kecil bagian utara benua Afrika dan Asia
Tenggara.Peta tersebut menjadi rujukan Columbus dalam mengelilingi
dunia.

c. Bidang Filsafat
Al- Ibnu Sina. Nama lengkap Abu Ali Husain Bin Hasan Ali Bin
Sina adalah seorang ilmuan produktif yang memiliki ± 200 karya di
bidang kedokteran, filsafat, geometri, astronomi teologi, filologi dan
kesenian. Karya terbesarnya di bidang kedokteran adalah al-Qanuun fi
al-Thib yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-
Arab. Buku tersebut dengan seluruh kandungan ensiklopedinya,
sistematika dan penuturannya menjadi literatur terpenting bidang
kedokteran masa itu, bahkan menjadi buku referensi primer pendidikan
kedokteran di Eropa. dari abad ke 12 hingga abad ke 17 M, buku itu
menjadi panduan ilmu kedokteran di Barat dan Timur yang masih
digunakan sampai sekarang. Dikatakan bahwa al-Qanuun fi al-Thib
adalah kitab suci kedokteran8

7
Moh Afif, “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Lahirnya Tokoh Muslim Pada Masa
Dinasti Abasiya” 4, no. 2 (2018): hlm 98.
8
Hitti Philip K, Histori Of The Arab Terj. Cecep Lukman Yasin Dan Slamet Riadi (Jakarta:
Serambi, 2013) hlm 461.

8
d. Bidang Matematika
Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, seorang
intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota
bernama Khawarizmi. di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian
selatan sungai itu. Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir
panjang dan membelah negara Uzbekistan, saat masih kecil ia pindah
bersama kedua orang tuannya ke Baghdad Saat itu Irak di bawah
pemerintahan Khalifah Al Ma'mun yang memerintah sepanjang tahun
813 sampai 833.
Mungkin karena lidah orang barat susah menyebut Al-
Khawarizmi, nama itu berubah menjadi algoritma sehingga orang
barat menyebutnya algoritma. Al-Khawarijmi merupakan orang
pertama yang menulis disiplin ilmu arit matika. Dalam bukunya yang
berjudul Al-Jabr wa-Al-MuQadilah ia mengembangkan tabel rincian
trigonometri yang memuat fungsi sinus, tangen, kosinus, kotangen
serta konsep diferensiasi. Teori mngenalkan teori kalkulus secara
mudah.
Seorang penulis buku the history of the arabs of Phillip Hitti,
menyebutkan Al Khawarizmi adalah tokoh utama sejarah awal
matematika arab, bukunya diterjemahkan pada abad ke-12 oleh Gerard
dari Cremona dan dipakai sampai abad ke 16 didunia barat, ia berjasa
memperkenalkan angka-angka arab atau algoritma kedunia barat. He is
one of the most prominent mathematicians who ever lived. Moreover
he was the founder of several branches and basic concepts of
mathematics. In the words of Phillip Hitti, Al Khawarizmi's
contribution to mathematics influenced mathematical thought to a
greater extent. His work on algebra was outstanding, as he not only
initiated the subject in a systematic form but he also developed it to the
extent of giving analytical solutions of linear and quadratic equations,

9
which established him as the founder of Algebra. The very name
Algebra has been derived from his famous book Al-Jabr wa-al-
Muqabilah
e. Bidang Astronomi
Al-Fazari, yang memiliki nama lengkang Ibrahim al-fazari,
merupakan orang islam pertama yang membuat Astrolobe, yang
digunakan untuk melihat benda-benda langit.
f. Ahli Optik

Alhazen/alhuzen adalah nama yang dikenal didunia barat, lahir di


Basra persia yang berkarir di Kairo mesir, ahli optik, matematika dan
astronomi. Kemasyuran namanya membuat raja dinasti fatimah di
mesir saat itu Al-Hakim Bin Amirillah (386-411 H/996-1021 M) untuk
bisa mengatur banjir sungai Nil, yang kerap mengenangi lahan
pertanian di mesir. Tapi karena menurutnya itu tidak mungkin, untuk
melindungi dirinya dari amarah peguasa saat itu dia berpura-pura sakit
ingatan dan tidak diketahui kehidupannya setelah itu, tahun-tahun
terakhir hidupnya ia banyak menyalin naskah matematika dan
meninggal tenang di Cairo.

Ibnu Haitan meninggalkan hampir 200 karya tulis, antara lain


tulisannya Maqalah fi Istikhraj Samt al-Qiblah (tentang teorama kota),
Maqalah Fi Hayat al-Alam (astronomi), Kitab Fi al-Minasit (kamus
optika), Fi al-maraya al-Muhriqah bi al-Dawair (tentang cermin yang
dapat membakar), Maqalah Fi daw’al-Qamar (membahas cahaya dan
gerak-gerik langit), fi Surah al-kusuf (mengenai penggunaan camera
obscura/kamar gelap pada pengamatan gerhana matahari). Zawahir al-
hasaq (tentang gejala senja) , semua karyanya di terjemahkan kedalam
bahasa eropa.

10
Dalam Bidang optika Ibnu haytam mengadakan eksperimen untuk
menentukan gerak rektiliner cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa,
camera obscura, membuat lensa dan cermin lengkung. Temuan
ilmiahnya yang terkenal adalah pendapatnya bahwa sinar cahaya
bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju kemata. Benda akan
terliht karena ia memantulkan sinar kedalam mata, Retina mata adalah
tempat penglihatah dan bukan yang mengeluarkan cahaya. pendapat
ini adalah kebalikan dair apa yang dikemukakan oleh Euclides dan
ptolemaeus, pemikir Yunani yang berpendapat bahwa benda terlihat
karena memancarkan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang


dibakar dan dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah
digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar
pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah
menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama
Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham
juga telah menengarai perihal gaya gravitasi bumi sebelum Issac
Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa
manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung secara
teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk
menghasilkan tayangan gambar. Beberapa buah buku mengenai cahaya
yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya
banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar
bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut Ibnu
Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19
derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila
matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau

11
juga berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan
pembalikan cahaya

Simpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan masa perkembangan ilmu pengetahuan


islam pada masa klasik puncaknya pada kepemimpinan harun arrasyid, yang
merupakan seorang pemimpin bani umayah yang ke 5. Selain itu pada masa islam
klasik. Dilakukan penerjemahan buku buku pengetahuan ke dalam Bahasa Strategi
penerjemahan ini lah yang sesungguhnya menjadi faktor utama cepatnya
perkembangan sains dan teknologi umat Islam klasik. Di antara sangat banyak
tokoh yang mewarnai sejarah intelektual Islam klasik, beberapa yang paling
populer dapat disebutkan di sini: Abû Yûsuf al-Kindî, Abû Nashr al-Fârâbî, dan
Abû ‘Alî al-Husayn ibn Sînâ (Filsafat); Muhammad ibn Musâ al-Khwârizmî,
‘Umar al-Khayyâm (Matematika); Muhammad ibn Zakariyyâ al-Râzî, Abû al-
Qâsim al-Zahrawî, Ibn Sahl al-Balkhî (Kedokteran); Muhammad al-Hassân ibn al-
Haitsam (Optik); Ibn Jâbir al-Battânî, ‘Abd al-Rahmân al-Shûfî, Ibrâhîm al-
Zarqâlî (Astronomi)

Daftar Pustaka

A.Karim, Abdiwarman. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.

Afif, Moh. “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Lahirnya Tokoh Muslim Pada
Masa Dinasti Abasiya” 4, no. 2 (2018): 91–100.

Asari, H. Sejarah Islam Modern: Agama Dalam Negosiasi Historis Sejak Aba XIX.
Yogyakarta: Perdana Phublising, 2019.
http://repository.uinsu.ac.id/8367/1/BUKU SEJARAH ISLAM MODERN.pdf.

Hariyati, Mutty, Isna Fistiyanti, Unesa Surabaya, Uin Sunan, and Ampel Surabaya.
“Sejarah Klasifikasi Ilmu-Ilmu Keislaman Dan Perkembangannya Dalam Ilmu

12
Perpustakaan.” Pustakaloka 9, no. 1 (2017): 147–64.
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/pustakaloka/article/view/977.

Hidayati, Nuzulul, and Marsudi Marsudi. “Harun Ar-Rasyid: Perkembangan Ilmu


Pengetahuan Pada Masa Islam Klasik (786–809 M).” Jurnal Integrasi Dan
Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1, no. 4 (2021): 504–9.
https://doi.org/10.17977/um063v1i4p504-509.

Karim, Abdul. “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Metodologi


Penelitian.” Fikrah Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 2, no. 1 (2017):
273–89. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/view/563.

Philip K, Hitti. Histori Of The Arab Terj. Cecep Lukman Yasin Dan Slamet Riadi.
Jakarta: Serambi, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai