NIM : 11830112915
Soal
Buatlah contoh lain dari fungsi Hadis terhadap Al-qur’an dari masing-masing
pe,nagian fungsi hadis terhadap Al-Qur’an
1. Bayan Ta’kid
Secara bahasa bayan berarti statement (pernyataan), tipe (syle) dan
penjelasan. Sedangkan ta’kid berarti penetapan atau penegasan. Maksud dari
Hadits/Sunnah sebagai bayan al-ta’kid adalah Hadits /Sunnah berfungsi
menetapkan atau menegaskan hukum yang terdapat di dalam al-Quran. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah-masalah yang terdapat dalam al-Quran dan
Hadits/Sunnah sangat penting untuk diimani dan dijalankan oleh setiap
muslim.
Di antara masalah-masalah yang ada dalam al-Quran dan disampaikan
pula oleh Rasulullah di dalam Hadits/Sunnah ialah tentang ketentuan awal
puasa Ramadhan, di antaranya terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
185;
ُ َش ْه َر فَ ْلي
(185 :ص ْمه ُ) البقرة َ ْفَ َمن
َّ ش ِه َد ِم ْن ُك ْم ال
( (رواه مسلم. َصو ُموا َوإ َذا َرأيتُ ُموهُ فَأ ْف ِط ُروا فَإنْ أُ ْع ِم َي َعلَ ْي ُك ْم فَ ُعد ُّْوا ثَاَل ثِيْن
ُ َإ َذا َرأيتُ ُموهُ ف
Dalam ayat diatas hanya ada perintah melaksanakan shalat, namun tidak
dijelaskan secara rinci bagaimana cara melaksanakan shalat. Sehingga
datanglah Hadits yang menjelaskan bahwa cara melaksanan shalat adalah
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
ۖ َر َكaَا تaaا َمaaَق ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَ ُهنَّ ثُلُث َ ِلذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَإِنْ ُكنَّ ن
ْ aَا ًء فaس
َ وa َّ ِصي ُك ُم هَّللا ُ فِي أَ ْواَل ِد ُك ْم ۖ ل ِ يُو
ُس ِم َّما تَ َركَ إِنْ َكانَ لَهُ َولَ ٌد ۚ فَإِنْ لَ ْم ُ ُّد س ال ا م ه ْ
ن م د ح ا و ل ُ
ك ل ه
َ ُ ِ ٍ ِ َ ِّ ِ ِ ْ َ َ ْ فُ َأِل ي و بَ و ۚ ص ِّ ن ال ا ه
َ َ لَ ف ً ةد ح ا
َِ َ و ْت َ ن ا َ
ك َْوإِن
يaوص ِ ُيَّ ٍة يaص ِ ِد َوaُس ۚ ِمنْ بَ ْع ُ دaالسُّ َوةٌ فَأِل ُ ِّم ِهaث ۚ فَإِنْ َكانَ لَهُ إِ ْخ ُ َُي ُكنْ لَهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَهُ أَبَ َواهُ فَأِل ُ ِّم ِه الثُّل
اaaانَ َعلِي ًمaaةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ إِنَّ هَّللا َ َكaيضَ ا ۚ فَ ِرaaب لَ ُك ْم نَ ْف ًعُ َرa ْدرُونَ أَ ُّي ُه ْم أَ ْقaَِب َها أَ ْو َد ْي ٍن ۗ آبَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَا ُؤ ُك ْم اَل ت
َح ِكي ًما
َ سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُعوا أَ ْي ِديَ ُه َما َج َزا ًء بِ َما َك
سبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم َّ ق َوال
ُ سا ِر
َّ َوال
Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Maidah ayat 38)
Ayat tersebut masih bersifat muthlag, yaitu belum diterangkan tentang batasan
yang jelas dari ta¬ngan yang akan dipotong dalam pelaksanaan potong tangan
tersebut. Maka Hadis Nabi SAW da¬tang menjelaskan batasannya (taqyid),
yaitu bah¬wa yang dipotong itu adalah hingga pergelangan tangan saja. (Al-
Zuhayli, Ushul al Fiqh al-Islami, juz 1, h.462)
Ketentuan yang terdapat di dalam Hadis di atas tidak ada di dalam Al-
Qur'an. Ketentuan yang ada hanyalah larangan terhadap suami yang memadu
istrinya dengan saudara perempuan sang istri, sebagaimana yang disebut
dalam firman Allah SWT:
Dalam hal ini, jumhur Ulama berpendapat bahwa Rasul SAW dapat
saja membuat hukum tambahan yang tidak diatur oleh Al-Qur'an. Dalam
konteks inilah umat Islam dituntut untuk taat kepada Rasul SAW sebagaimana
dituntut untuk taat kepada Allah SWT. Imam Syafi'i pernah menyatakan
bahwa dia tidak mengetahui adanya Ulama yang berbeda pendapat tentang
fungsi Sunnah (Hadis), termasuk di dalamnya fungsi membuat hukum
tambahan (hukum baru) yang tidak diatur oleh Al-Qur'an. Diktum pernyataan
Imam Syafi'i tersebut adalah sebagai berikut: